Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ALIRAN JABARIYAH”

DOSEN PENGAMPU : DR. HJ. AMINAH HJS, M.Pd

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :

LILI ANGRAINI (190204020)

HJ.ROSITA (190204023)

KHAIRUNNISA (190204019)

MIRANTI KATIANDAGHO (190204021)

SERLYANTI ARRUAN (190204025)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA KALIMANTAN TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN KEPENDIDIKAN (PAUD)

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia
yang telah diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang membahas
tentang Aliran Jabariyah. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Karena berkat beliau kita bisa terbebas
dari jurang kebodohan.

Pada kesempatan ini tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj.
Aminah HJS, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah aswaja III yang telah
membimbing kami dalam proses pembelajaran. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar di waktu yang akan datang kami dapat memperbaiki kesalahan
yang ada. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan acuan pembalajaran serta dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A.    Latar Belakang.............................................................................................................1

B.     Rumusan Masalah.......................................................................................................2

C.    Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

A.    Pengertian Jabariyah...................................................................................................3

B.     Sejarah Timbulnya Aliran Jabariyah........................................................................3

C.    Tokoh-Tokoh Aliran Jabariyah dan Dokrin-Dokrinnya..........................................5

D.    Ajaran dan Perkembangan Aliran Jabariyah...........................................................7

BAB III....................................................................................................................................11

PENUTUP...............................................................................................................................11

A.    Kesimpulan..................................................................................................................11

B. Saran...............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam
yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini dalam
ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah.
Pada periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat
dibanding persoalan syari’at, sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun
selama periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan.

Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu
Kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat dengan
kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut
sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga
diartikan sebagai teologi Islam atau ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran
dasar dari agama. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang
mendasar dan tidak mudah digoyahkan. Munculnya perbedaan antara umat Islam.
Perbedaan yang pertama muncul dalam Islam bukanlah masalah teologi melainkan di
bidang politik. Akan tetapi perselisihan politik ini, seiring dengan perjalanan waktu,
meningkat menjadi persoalan teologi.

Perbedaan teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat


mengemuka dalam bentuk praktis maupun teoritis. Secara teoritis, perbedaan itu
demikian tampak melalui perdebatan aliran-aliran kalam yang muncul tentang berbagai
persoalan. Tetapi patut dicatat bahwa perbedaan yang ada umumnya masih sebatas
pada aspek filosofis diluar persoalan keesaan Allah, keimanan kepada para rasul, para
malaikat, hari akhir dan berbagai ajaran nabi yang tidak mungkin lagi ada peluang
untuk memperdebatkannya. Misalnya tentang kekuasaan Allah dan kehendak manusia,
kedudukan wahyu dan akal, keadilan Tuhan. Perbedaan itu kemudian memunculkan
berbagai macam aliran, yaitu Mu'tazilah, Syiah, Khawarij, Jabariyah dan Qadariyah
serta aliran-aliran lainnya.

1
B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai
berikut :

1.    Apa pengertian jabariyah ?

2.    Bagaimana sejarah timbulnya aliran jabariyah ?

3.    Siapa saja para tokoh aliran jabariyah dan doktrin-doktrinnya ?

4.    Bagaimana ajaran dan perkembangan aliran jabariyah ?

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Makalah ini adalah :

1.    Mengetahui pengertian jabariyah.

2.    Mengetahui sejarah timbulnya aliran jabariyah.

3.    Mengetahui para tokoh aliran jabariyah dan dokrin-dokrinnya.

4.    Mengetahui ajaran dan perkembangan aliran jabariyah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jabariyah

Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa,
sedangkan menurut al-Syahrafani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan
dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia
dalam paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan
terpaksa.

Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung


pengertian memaksa. Di dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah
berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya
melakukan sesuatu. Salah satu sifat dari Allah adalah al-Jabbar yang berarti Allah
Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan
dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain
adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).

Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan


bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar
Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak
berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-
Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak
memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah adalah aliran
manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya.

B.     Sejarah Timbulnya Aliran Jabariyah


Firqoh Jabariyah timbul bersamaan dengan timbulnya firqoh Qodariya, dan
tampaknya merupakan reaksi daripadanya. Daerah tempat timbulnya juga tidak
berjauhan. Firqoh Qodariyah timbul di Irak, sedangkan firqoh Jabariyah timbull di

3
Khurasan Persia. Pemimpinnya yang pertama adalah Jaham bin Sofwan. Karena itu,
firqoh ini kadang-kadang disebut Al-Jahamiyah. Ajaran-ajarannya banyak
persamaannya dengan aliran Qurro’ agama Yahudi dan aliran Ya’cubiyah agama
Kristen.             

Mula-mula Jaham bin Sofwan adalah juru tulis dari seorang pemimpin
bernama Suraih bin Harits, Ali Nashar bin Sayyar dan memberontak di daerah
Khurasan terhadap kekuasaan Bani Umayah. Dia terkenal orang yang tekun dan rajin
menyiarkan agama. Fatwanya yang menarik adalah bahwa manusia tidak mempunyai
daya upaya, tidak ada ikhtiar dan tidak ada kasab. Semua perbuatan manusia itu
terpaksa (majbur) di luar kemauannya, sebagaimana keadaan bulu ayam terbang
kemana arah angin bertiup atau sepotong kayu di tengah lautan mengikuti arah
hempasan ombak dan badai. Ringkasnya bahwa orang-orang Jabariyah berpendapat
bahwa manusia itu tidak mempunyai daya ikhtiar, merupakan kebalikan dari paham
Qodariyah, yang mana semua gerak manusia di paksa adanya kehendak Allah Swt.

Dalam segi-segi tertentu, Jabariyah dan Mu’tazilah mempunyai kesamaan


pendapat, misalnya tentang sifat Alllah, surga dan neraka tidak kekal, Allah SWT.
Tidak bisa dilihat di akhirat kelak, Al-Quran itu makhluk dan lain sebagainya. Jaham
bin Sofwan mati terbunuh oleh pasukan Bani Umayyah pada 131 H. Jabariyah
berpendapat bahwa hanya Allah SWT. sajalah yang menentukan dan mengutuskan
segala amal perbuatan manusia. Semua perbuatan itu sejak semula telah diketahui
AllahSWT. Dan semua amal perbuatan itu adalah berlaku dengan qodrat dan irodat-
Nya. Manusia tidak mencampurinya sama sekali. Usaha manusia sama sekali bukan
ditentukan oleh manusia sendiri. Qodrat dan irodat Allah SWT. adalah membekukan
dan mencabut kekuasaan manusia sama seklai. Pada hakikatnya segala pekerjaan dan
gerak gerik manusia sehari-harinya adalah merupakan paksaan (majbur) semata-mata.
Kebaikan dan kejahatan itu pun semata-mata paksaan pula, sekalipun nantinya
manusia memperoleh balasana surga dan neraka.

Pembalasan surga atau neraka itu bukan sebagai ganjaran atas kebaikan yang
diperbuat manusia sewaktu hidupnya, dan balasan kejahatan yang dilarangnya, tetapi
surag dan neraka itu semata-mata sebagai bukti kebesaran Allah SWT dalam qodarat
dan irodatnya. Kalau manusia itu tidak diserahi qodarat dan irodat sendiri dalam
mewujudkan usahanya dan Allah SWT saja yang menggung qodart dan irodat yang
menentukan perbuatan manusia tersebut, hal itu sulit di terima. Ibaratnya orang yang
diikat lalu dilemparkan ke dalam laut, seraya diserukan kepadanya : “jagalah dirimu,
jangan sampai tenggelam ke dalam air.” Akan tetapi,pahan Jabariyah ini melampaui
batas, sehingga mengiktikadkan bahwa tidak berdosa kalau berbuat kejahatan, karena
yang berbuat itu pada hakikatnya Allah SWT pula. Kesesatannya, mereka
berpendapat bahwa orang itu mencuri, maka Tuhan pula yang mencuri, bila orang
sholat maka Allah SWT pula yang sholat. Jadi kalau orang berbuat buruk atau jahat
lalu dimasukan ke dalam neraka, maka Tuhan itu tidak adil. Karena apapun yang
diperbuat manusia kebaikan atau keburukan, tidak satupun terlepas dari qodrat dan
irodatnya. Sebagian pengikut Jabariyah beranggapan telah bersatu dengan Tuhan.

Disini menimbulkan paham wihdatul wujud, yaitu manunggaling kawolo lan


gusti, bersatunya hamba dengan Dia. Perbuatan yang dilakukan manusia baik yang
terpuji ataupun yang tercela pada hakijatnya bukanlah hasil pekerjaannya sendiri
melainkan hanyalah termasuk ciptaan Tuhan, yang dilaksanakannya melalui tangan
manusia. Dengan demikian, manusia itu tiadalah mempunyai perbuatan, dan tidak
pula mempunyai kuasa untuk berbuat sebab itu orang mukmin tidak akan menjadi
kafir karena dosa besar yang dilakukannya, sebab ia melakukannya semata-mata
karena terpaksa. Dia adalah laksana sehelai bulu yang terkatung-katung di udara,
bergerak kesana sini menurut hembusan angin yang menerpanya.

B. Tokoh-Tokoh Aliran Jabariyah dan Dokrin-Dokrinnya

Menurut Asy-Syahratsani, Jabariyah dapat dikelompokkan menjadi dua


bagian, ekstrim dan moderat. Di antara doktrin Jabariyah ekstrim adalah pendapatnya
bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari
kemauannya sendiri., tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Misalnya, kalau
seseorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanlah terjadi atas kehendak sendiri,
tetapi timbul karena qadha dan qadar Tuhan yang menghendaki demikian.

Di antara pemuka Jabariyah ekstrim adalah berikut ini :

1)   Jahm bin Shofyan

5
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia
berasal dari Khurusan, bertempat tinggal di Khufah, ia seorang da’i yang
fasih dan lincah (orator), ia menjabat sebagai sekretaris Harits bin Surais,
seorang mawali yang menentang pemerintah Bani Umayah di Khurasan.
Ia ditawan kemudian dibunuh secara politis tanpa ada kaitannya dengan
agama.

Sebagai seorang penganut dan penyebar faham Jabariyah, banyak


usaha yang dilakukan Jahm yang tersebar ke berbagai tempat, seperti ke
Tirmidz dan Baik. Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan
teologi adalah sebagai berikut :

a) Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai


daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai
pilihan. Pendapat Jahm tentang keterpaksaan ini lebih terkenal
dibanding dengan pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep
iman, kalam Tuhan, meniadakan sifat Tuhan (nahyu as-sifat), dan
melihat Tuhan di akhirat.

b) Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain
Tuhan. tentang keberadaan syurga-neraka, setelah manusia
mendapatkan balasan di dalamnya, akhirnya lenyaplah syurga dan
neraka itu. Dari pandangan ini nampaknya Jaham dengan tegas
mengatakan bahwa, syurga dan neraka adalah suatu tempat yang
tidak kekal

c) Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini,
pendapatnya sama dengan konsep iman yang dimajukan kaum
Murji’ah.

d) Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah Maha Suci dari segala sifat dan
keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar dan
melihat. Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata di
akhirat kelak

2)   Ja’d bin Dirham


Al-Ja’d adalah seorang Maulana Bani Hakim, tinggal di Damaskus. Ia
dibesarkan di lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan teologi.
Semula ia dipercaya untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani Umayah,
tetapi setelah tampak pikiran-pikirannya yang kontroversial, Bani Umayah
menolaknya. Kemudian Al-Ja’d lari ke Kufah dan di sana ia bertemu dengan
Jahm, serta mentransfer pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan
disebarluaskan.

Doktrin pokok Ja’d secara umum sama dengan pikiran Jahm, Al-Ghuraby
menjelaskan sebagai berikut :

a) Al-Quran itu adalah makhluk. Oleh karena itu, dia baru.sesuatu yang
baru itu tidak dapat disifatkan kepada Allah.

b) Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti


berbicara, melihat dan mendengar.

c) Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

Berbeda dengan Jabariyah ekstrim, Jabariyah moderat mengatakan


bahwa Tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat
maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya.
Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk
mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab (acquisitin).
Menurut faham kasab, manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh Tuhan), tidak
seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta
perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatanyang diciptakan Tuhan.

Yang termasuk tokoh Jabariyah moderat adalah berikut ini :

1) An-Najjar

Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjariyah


(wafat 230 H). Para pengikutnya disebut An-Najjariyah atau Al-Husainiyah.
Di antara pendapat-pendapatnya adalah :

a) Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia


mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.
Itulah yang disebut kasab dalam teori An-Asy’ary. Dengan demikian, manusia

7
dalam pandangan An-Najjar tidak lagi seperti wayang yang gerakannya
bergantung pada dalang, sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri
manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.

b) Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi, An-Najjar


menyatakan bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (ma’rifat)
pada mata sehingga manusia dapat melihat Tuhan.

2) Adh-Dhirar

Nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr. Pendapatnya tentang


perbuatan manusia sama dengan Husein An-Najjr, yakni bahwa manusia tidak
hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang. Manusia mempunyai
bagian dalam perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata dipaksa dalam
melakukan perbuatannya. Secara tegas, Dhirar mengatakan bahwa suatu
perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya
perbuatan manusia tidak hanya ditimbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh
manusia itu sendiri. Manusia turut berperan dalam mewujudkan perbuatan-
perbuatannya. Mengenai ru’yat Tuhan di akhirat, Dhirar mengatakan bahwa
Tuhan dapat dilihat di akhirat melalui indra keenam. Ia juga berpendapat
bahwa hujjah yang dapat diterima setelah Nabi adalah ijtihad. Hadits ahad
tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan hukum.

C. Ajaran dan Perkembangan Aliran Jabariyah

Jaham bin Shofwan berpendapat mengenai firqoh Jabariyah adalah : Manusia


tidak mempunyai qodrat untuk berbuat sesuatu, dan dia tidak mempunyai
“kesanggupan” Dia hanya terpaksa dalam semua perbuatannya. Dia tidak mempunyai
qodrat dan ikhtiar, melainkan Tuhanlah yang menciptakan perbuatan-perbuatan pada
dirinya, seperti ciptaan-ciptaan Tuhan pada benda-benda mati. Memang perbuatan-
perbuatan itu dinisbatkan kepada orang tersebut, tetapi itu hanyalah nisbah majazi,
secara kiasan, sama halnya kalau kita menisbahkan sesuatu perbuatan kepada benda-
benda mati, misalnya dikatakan “pohon itu berubah” atau “air mengalir”, “batu
bergerak”, “matahari terbit dan tenggelam”, “langit mendung dan menurunkan hujan”,
“bumi bergoncang dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan” dan lain sebagainya.
Pahala dan siksa pun adalah paksaan, sebagaimana halnya dengan perbuatan-
perbuatan”. Jaham berkata : “apabila paksaan itu telah tetap maka taklif adalah
paksaan juga”.

Mayoritas kaum muslimin menolak paham Jabariyah ini, karena dapat


menyebabkan orang menjadi malas, lalai, dan menghapuskan tanggung jawab, dalam
Al-Qur’anul Karim menolak pendapat jaham tersebut dengan ayat sebagai berikut.

ْ‫ب الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم َحتَّى َذاقُوا بَْأ َسنَا قُلْ هَل‬ َ ِ‫َسيَقُو ُل الَّ ِذينَ َأ ْش َر ُكوا لَوْ َشا َء هَّللا ُ َما َأ ْش َر ْكنَا َواَل آبَاُؤ نَا َواَل َح َّر ْمنَا ِم ْن َش ْي ٍء َك َذل‬
َ ‫ك َك َّذ‬
‫) قُلْ فَلِلَّ ِه ْال ُح َّجةُ ْالبَالِ َغةُ فَلَوْ َشا َء لَهَدَا ُك ْم‬148( َ‫ِع ْن َد ُك ْم ِم ْن ِع ْل ٍم فَتُ ْخ ِرجُوهُ لَنَا ِإ ْن تَتَّبِعُونَ ِإاَّل الظَّ َّن َوِإ ْن َأ ْنتُ ْم ِإاَّل ت َْخ ُرصُون‬
)149(  َ‫َأجْ َم ِعين‬

“Orang-orang yang musyrik itu akan berkata: “Andaikata Tuhan


mengehendaki, niscaya kami tidak akan musyrik, dan tidak pula bapak-bapak kami,
dan kami tidak akan mengharamkan apa-apa. Segitu pula orrang-orang yang sebelum
mereka berbuat dusta, sehingga mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah:
“Adakah kamu mempunyai keterangan yang bisa kamu untukkan kepada Kami?
Kamu hanya meuruti sangkaan-sangkaan saja, dan kamu hanya berdusta.”
Katakanlah: “Maka hanya Allah-lah yang mempunyai alasan yang kuat.” (QS. Al-
An’am [6]: 148-149)

Difirmankan Allah SWT :

َ‫وا لَوْ َشٓا َء ٱهَّلل ُ َما َعبَ ْدنَا ِمن دُونِِۦه ِمن َش ْى ٍء نَّحْ نُ َوٓاَل َءابَٓاُؤ نَا َواَل َح َّر ْمنَا ِمن دُونِ ِهۦ ِمن َش ْى ٍء ۚ َك ٰ َذلِكَ فَ َع َل ٱلَّ ِذين‬ ۟ ‫ال ٱلَّ ِذينَ َأ ْش َر ُك‬َ َ‫َوق‬
ُ‫ِمن قَ ْبلِ ِه ْم ۚ فَهَلْ َعلَى ٱلرُّ ُس ِل ِإاَّل ْٱلبَ ٰلَ ُغ ْٱل ُمبِين‬

“Dan orang-orang musyrik berkata: Jikalau Tuhan menghendaki tentu kami


tidak akan menyembah apapun selain dari pada-Nya. (tidak) kami dan tidak pula
bapak-bapak kami, dan tentu kami tidak akan mengharamkan sesuatu pun tanpa
(izin)Nya.” Demikian pulalah diucapkan oleh orang-orang sebelum mereka. Maka
bukanlah kewajiban Rasul-rasul itu hanya menyampaikan (seruan) yang nyata?” (QS.
An-Nahl [16]: 35)

Dan Firman Allah SWT :

‫ض ٰلَ ٍل ُّمبِي ٍن‬ ْ ُ‫ُوا لِلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا َأن‬


ْ ‫ط ِع ُم َمن لَّوْ يَ َشٓا ُء ٱهَّلل ُ َأ‬
َ ‫ط َع َم ٓۥهُ ِإ ْن َأنتُ ْم ِإاَّل فِى‬ ۟ ‫وا ِم َّما َر َزقَ ُك ُم ٱهَّلل ُ قَا َل ٱلَّ ِذينَ َكفَر‬
۟ ُ‫و َذا قِي َل لَهُ ْم َأنفِق‬
‫َِإ‬

9
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Nafkahkanlah sebagian dari apa-apa
yang telah dikaruniakan Allah kepada kamu!” (maka) berkatalah orang-orang kafir itu
kepada orang-orang Mukmin: “Apakah (perlu) kami memberi makan orang yang jika
Allah mengehndaki tentu Dia memberinya makan? Kamu benar-benar berada dalam
kesesatan!” (QS. Yasin [36]: 47)

Menurut paham Ahlus Sunnah wal Jamaah, bahwa segala sesuatu itu memang
dijadikan oleh Allah SWT. Tetapi Allah SWT juga menjadikan ikhtiar dan kasab bagi
manusia. Sesuatu yang diperbuat manusia adalah pertemuan ikhtiar manusia dengan
takdir-Nya. Ikhtiar dan kasab hanya sebagai sebab saja, bukan yang mengadakan atau
menciptakan sesuatu. Umpamanya, kalau sesuatu benda tersentuh api, maka ia
terbakar. Bila orang itu makan maka kenyanglah. Tetapi perlu diingat bahwa bukan
api yang membakarnya dan bukan pula nasi yang mengenyangkannya, semuanya
karena Allah SWT semata. Kadang-kadang bisa terjadi sebaliknya, bila Allah SWT
menhendaki., banyak benda yang tersentuh api tetapi tidak terbakar. Banyak orang
yang berusaha sekuat tenaga, tetapi justru sial dan kemalangan yang diperoleh. Kalau
obat itu mesti dapat menyembuhkan penyakit, tentu tidak ada orang yang mati. Sebab
sakit apapun dapat disembuhkan dan obat dapat mencegah kematian. Sermacam-
macam obat untuk bermacam-macam penyakit, kenyataan menunjukkan bahwa
banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Tua dan kematian, sesuatu yang tidak
ada obatnya. Manusia memperoleh hukuman karena ikhtiar dan kasabnya yang tidak
baik dan akan diberi pahala atas ikhtiar dan kasabnya yang baik.

Firman Allah SWT :

‫ت ۗ َربَّنَا اَل تَُؤ ا ِخ ْذنَٓا ِإن نَّ ِسينَٓا َأوْ َأ ْخطَْأنَا ۚ َربَّنَا َواَل تَحْ ِملْ َعلَ ْينَٓا‬ ْ َ‫اَل يُ َكلِّفُ ٱهَّلل ُ نَ ْفسًا ِإاَّل ُو ْس َعهَا ۚ لَهَا َما َك َسب‬
ْ َ‫ت َو َعلَ ْيهَا َما ٱ ْكتَ َسب‬
‫ِإصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهۥُ َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِنَا ۚ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا بِ ِهۦ ۖ َوٱعْفُ َعنَّا َوٱ ْغفِرْ لَنَا َوٱرْ َح ْمنَٓا ۚ َأنتَ َموْ لَ ٰىنَا فَٱنصُرْ نَا‬
َ‫َعلَى ْٱلقَوْ ِم ْٱل ٰ َكفِ ِرين‬

“Dia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan dia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 286)

َ‫ْض الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُون‬ ِ َّ‫ت َأ ْي ِدي الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذيقَهُ ْم بَع‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia.” (QS. Ar-Rum [30]: 41)
Aliran Jabariyah berpendapat : (manusia) dengan terpaksa atas perbuatannya
dan mengingkari daya kemampuan keseluruhannya, menganngap bahwa surga dan
neraka keduanya rusak dan binasa dan beranggapan juga bahwa sesungguhnya iman
itu adalah ma’rifat pada Allah SWT saja. Sesungguhnya kufur adalah sebuah
kebodohan belaka. Tak ada perbuatan dan amal perbuatan bagi seseorang selain Allah
SWT.”

Menurut Syahrastani, terdapat tiga golongan dalam Jabariyah, yaitu :

1)   Jahmiyah

Jahmiyah adalah sekte para pengikut Jahm bin Sofwan, salah seotrang yang
paling berjasa besar dalam mengembangkan aliran Jabariyah. Ajaran Jahmiyah
yang terpenting adalah al Bari Ta’ala (Allah SWT Tuhan Maha Pencipta lagi
Maha Tinggi) Allah SWT tidak boleh disifatkan dengan sifat yang dimiliki
makhluk-Nya, seperti sifat hidup (hay) dan mengetahui (‘alim), karena penyifatan
seperti itu mengandung pengertian penyerupaan Tuhan dengan makhluk-Nya,
padahal penyerupaan seperti itu tidak mungkin terjadi.

2)   Najjariyah

Sekte ini dipimpin oleh Al Husain bin Muhammad an Najjar (w. 230 H / 845 M).
Ajaran yang dikemukakan bahwa Allah memiliki kehendak terhadap diri-Nya
sendiri, sebagaimana Allah mengetahui diri-Nya. Tuhan menghendaki kebaikan
dan kejelekan, sebagaimana ia menghendaki manfaat dan mudzarat.

3)   Dirariyah

Sekte ini dipimpin oleh Dirar bin Amr dan Hafs al Fard. Kedua pemimpin
tersebut sepakat meniadakan sifat – sifat Tuhan dan keduanya juga berpendirian
bahwa Allah SWT itu Maha Mengetahui dan Maha Kuasa, dalam pengertian
bahwa Allah itu tidak jahil (bodoh) dan tidak pula ‘ajiz (lemah).

Dari ketiga golongan ini, syahrastani mengklarifikasikan menjadi dua bagian


besar. Pertama, Jabariyah murni yang berpendapat bahwa baik tindakan maupun
kemampuan manusia melakukan seutu kemauan atau perbuatannya tidak efektif
sama sekali. Kedua Jabariyah moderat yang berpandangan bahwa manusia
mempunyai sedikit kemampuan untuk mewujudkan kehendak dan perbuatannya.

11
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini adalah Alirah
Jabariyah ini berpendapat bahwa apa yang kita lakukan itu atas kehendak Allah SWT
atau qodrat dan irodat-Nya. Paham Jabariyah memandang manusia sebagai makhluk
yang lemah dan tidak berdaya. Manusia tidak sanggup mewujudkan perbuatan-
perbuatannya sesuai dengan kehendak dan pilihan bebasnya. Pendeknya, perbuatan-
perbuatan itu hanyalah dipaksakan Tuhan kepada manusia. Paham Jabariyah terpecah ke
dalam dua kelompok, ekstrim dan moderat. Ja'ad ibn Dirham dan Jahm ibn Shafwan
mewakili kelompok ekstrim.

Sedang Husain al-Najjar dan Dirar ibn 'Amr mewakili kelompok moderat.
Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan
perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Tokoh pemikirnya adalah al-Ja'ad ibn Dirham
aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan
dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul
melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
kami selaku pembuat makalah. Kami berharap makalah ini dapat menjadi rujukan atau
referensi bagi para pembaca. Serta kami dengan terbuka menerima masukan-masukan dari
para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2022, 4 23). Retrieved from Makalahku:


http://www.makalahterbaruku.online/2022/04/ makalah-aliran-jabariyah

Mu'in, K. T. (n.d.). Ilmu Kalam. Jakarta: PT. AKA.

Nasir, K. A. (2010). Pemikiran Kalam (Teologi Islam). Jakarta: Rajawali Pers.

Nasution, H. (1972). Teologi Islam. Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia

Unknown. (2022, 4 23). Retrieved from Gudang Makalah:


http://pintumakalah.blogspot.com/2022/04/ makalah-lengkap-aliranjabariyah.html

Anda mungkin juga menyukai