“ALIRAN JABARIYAH”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 :
HJ.ROSITA (190204023)
KHAIRUNNISA (190204019)
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia
yang telah diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang membahas
tentang Aliran Jabariyah. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Karena berkat beliau kita bisa terbebas
dari jurang kebodohan.
Pada kesempatan ini tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj.
Aminah HJS, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah aswaja III yang telah
membimbing kami dalam proses pembelajaran. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar di waktu yang akan datang kami dapat memperbaiki kesalahan
yang ada. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan acuan pembalajaran serta dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengertian Jabariyah...................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam
yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini dalam
ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah.
Pada periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat
dibanding persoalan syari’at, sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun
selama periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu
Kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat dengan
kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut
sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga
diartikan sebagai teologi Islam atau ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran
dasar dari agama. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang
mendasar dan tidak mudah digoyahkan. Munculnya perbedaan antara umat Islam.
Perbedaan yang pertama muncul dalam Islam bukanlah masalah teologi melainkan di
bidang politik. Akan tetapi perselisihan politik ini, seiring dengan perjalanan waktu,
meningkat menjadi persoalan teologi.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai
berikut :
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jabariyah
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa,
sedangkan menurut al-Syahrafani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan
dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia
dalam paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan
terpaksa.
3
Khurasan Persia. Pemimpinnya yang pertama adalah Jaham bin Sofwan. Karena itu,
firqoh ini kadang-kadang disebut Al-Jahamiyah. Ajaran-ajarannya banyak
persamaannya dengan aliran Qurro’ agama Yahudi dan aliran Ya’cubiyah agama
Kristen.
Mula-mula Jaham bin Sofwan adalah juru tulis dari seorang pemimpin
bernama Suraih bin Harits, Ali Nashar bin Sayyar dan memberontak di daerah
Khurasan terhadap kekuasaan Bani Umayah. Dia terkenal orang yang tekun dan rajin
menyiarkan agama. Fatwanya yang menarik adalah bahwa manusia tidak mempunyai
daya upaya, tidak ada ikhtiar dan tidak ada kasab. Semua perbuatan manusia itu
terpaksa (majbur) di luar kemauannya, sebagaimana keadaan bulu ayam terbang
kemana arah angin bertiup atau sepotong kayu di tengah lautan mengikuti arah
hempasan ombak dan badai. Ringkasnya bahwa orang-orang Jabariyah berpendapat
bahwa manusia itu tidak mempunyai daya ikhtiar, merupakan kebalikan dari paham
Qodariyah, yang mana semua gerak manusia di paksa adanya kehendak Allah Swt.
Pembalasan surga atau neraka itu bukan sebagai ganjaran atas kebaikan yang
diperbuat manusia sewaktu hidupnya, dan balasan kejahatan yang dilarangnya, tetapi
surag dan neraka itu semata-mata sebagai bukti kebesaran Allah SWT dalam qodarat
dan irodatnya. Kalau manusia itu tidak diserahi qodarat dan irodat sendiri dalam
mewujudkan usahanya dan Allah SWT saja yang menggung qodart dan irodat yang
menentukan perbuatan manusia tersebut, hal itu sulit di terima. Ibaratnya orang yang
diikat lalu dilemparkan ke dalam laut, seraya diserukan kepadanya : “jagalah dirimu,
jangan sampai tenggelam ke dalam air.” Akan tetapi,pahan Jabariyah ini melampaui
batas, sehingga mengiktikadkan bahwa tidak berdosa kalau berbuat kejahatan, karena
yang berbuat itu pada hakikatnya Allah SWT pula. Kesesatannya, mereka
berpendapat bahwa orang itu mencuri, maka Tuhan pula yang mencuri, bila orang
sholat maka Allah SWT pula yang sholat. Jadi kalau orang berbuat buruk atau jahat
lalu dimasukan ke dalam neraka, maka Tuhan itu tidak adil. Karena apapun yang
diperbuat manusia kebaikan atau keburukan, tidak satupun terlepas dari qodrat dan
irodatnya. Sebagian pengikut Jabariyah beranggapan telah bersatu dengan Tuhan.
5
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia
berasal dari Khurusan, bertempat tinggal di Khufah, ia seorang da’i yang
fasih dan lincah (orator), ia menjabat sebagai sekretaris Harits bin Surais,
seorang mawali yang menentang pemerintah Bani Umayah di Khurasan.
Ia ditawan kemudian dibunuh secara politis tanpa ada kaitannya dengan
agama.
b) Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain
Tuhan. tentang keberadaan syurga-neraka, setelah manusia
mendapatkan balasan di dalamnya, akhirnya lenyaplah syurga dan
neraka itu. Dari pandangan ini nampaknya Jaham dengan tegas
mengatakan bahwa, syurga dan neraka adalah suatu tempat yang
tidak kekal
c) Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini,
pendapatnya sama dengan konsep iman yang dimajukan kaum
Murji’ah.
d) Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah Maha Suci dari segala sifat dan
keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar dan
melihat. Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata di
akhirat kelak
Doktrin pokok Ja’d secara umum sama dengan pikiran Jahm, Al-Ghuraby
menjelaskan sebagai berikut :
a) Al-Quran itu adalah makhluk. Oleh karena itu, dia baru.sesuatu yang
baru itu tidak dapat disifatkan kepada Allah.
1) An-Najjar
7
dalam pandangan An-Najjar tidak lagi seperti wayang yang gerakannya
bergantung pada dalang, sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri
manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
2) Adh-Dhirar
ْب الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم َحتَّى َذاقُوا بَْأ َسنَا قُلْ هَل َ َِسيَقُو ُل الَّ ِذينَ َأ ْش َر ُكوا لَوْ َشا َء هَّللا ُ َما َأ ْش َر ْكنَا َواَل آبَاُؤ نَا َواَل َح َّر ْمنَا ِم ْن َش ْي ٍء َك َذل
َ ك َك َّذ
) قُلْ فَلِلَّ ِه ْال ُح َّجةُ ْالبَالِ َغةُ فَلَوْ َشا َء لَهَدَا ُك ْم148( َِع ْن َد ُك ْم ِم ْن ِع ْل ٍم فَتُ ْخ ِرجُوهُ لَنَا ِإ ْن تَتَّبِعُونَ ِإاَّل الظَّ َّن َوِإ ْن َأ ْنتُ ْم ِإاَّل ت َْخ ُرصُون
)149( ََأجْ َم ِعين
َوا لَوْ َشٓا َء ٱهَّلل ُ َما َعبَ ْدنَا ِمن دُونِِۦه ِمن َش ْى ٍء نَّحْ نُ َوٓاَل َءابَٓاُؤ نَا َواَل َح َّر ْمنَا ِمن دُونِ ِهۦ ِمن َش ْى ٍء ۚ َك ٰ َذلِكَ فَ َع َل ٱلَّ ِذين ۟ ال ٱلَّ ِذينَ َأ ْش َر ُكَ ََوق
ُِمن قَ ْبلِ ِه ْم ۚ فَهَلْ َعلَى ٱلرُّ ُس ِل ِإاَّل ْٱلبَ ٰلَ ُغ ْٱل ُمبِين
9
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Nafkahkanlah sebagian dari apa-apa
yang telah dikaruniakan Allah kepada kamu!” (maka) berkatalah orang-orang kafir itu
kepada orang-orang Mukmin: “Apakah (perlu) kami memberi makan orang yang jika
Allah mengehndaki tentu Dia memberinya makan? Kamu benar-benar berada dalam
kesesatan!” (QS. Yasin [36]: 47)
Menurut paham Ahlus Sunnah wal Jamaah, bahwa segala sesuatu itu memang
dijadikan oleh Allah SWT. Tetapi Allah SWT juga menjadikan ikhtiar dan kasab bagi
manusia. Sesuatu yang diperbuat manusia adalah pertemuan ikhtiar manusia dengan
takdir-Nya. Ikhtiar dan kasab hanya sebagai sebab saja, bukan yang mengadakan atau
menciptakan sesuatu. Umpamanya, kalau sesuatu benda tersentuh api, maka ia
terbakar. Bila orang itu makan maka kenyanglah. Tetapi perlu diingat bahwa bukan
api yang membakarnya dan bukan pula nasi yang mengenyangkannya, semuanya
karena Allah SWT semata. Kadang-kadang bisa terjadi sebaliknya, bila Allah SWT
menhendaki., banyak benda yang tersentuh api tetapi tidak terbakar. Banyak orang
yang berusaha sekuat tenaga, tetapi justru sial dan kemalangan yang diperoleh. Kalau
obat itu mesti dapat menyembuhkan penyakit, tentu tidak ada orang yang mati. Sebab
sakit apapun dapat disembuhkan dan obat dapat mencegah kematian. Sermacam-
macam obat untuk bermacam-macam penyakit, kenyataan menunjukkan bahwa
banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Tua dan kematian, sesuatu yang tidak
ada obatnya. Manusia memperoleh hukuman karena ikhtiar dan kasabnya yang tidak
baik dan akan diberi pahala atas ikhtiar dan kasabnya yang baik.
ت ۗ َربَّنَا اَل تَُؤ ا ِخ ْذنَٓا ِإن نَّ ِسينَٓا َأوْ َأ ْخطَْأنَا ۚ َربَّنَا َواَل تَحْ ِملْ َعلَ ْينَٓا ْ َاَل يُ َكلِّفُ ٱهَّلل ُ نَ ْفسًا ِإاَّل ُو ْس َعهَا ۚ لَهَا َما َك َسب
ْ َت َو َعلَ ْيهَا َما ٱ ْكتَ َسب
ِإصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهۥُ َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِنَا ۚ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا بِ ِهۦ ۖ َوٱعْفُ َعنَّا َوٱ ْغفِرْ لَنَا َوٱرْ َح ْمنَٓا ۚ َأنتَ َموْ لَ ٰىنَا فَٱنصُرْ نَا
ََعلَى ْٱلقَوْ ِم ْٱل ٰ َكفِ ِرين
“Dia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan dia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 286)
َْض الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُون ِ َّت َأ ْي ِدي الن
َ اس لِيُ ِذيقَهُ ْم بَع ْ َظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia.” (QS. Ar-Rum [30]: 41)
Aliran Jabariyah berpendapat : (manusia) dengan terpaksa atas perbuatannya
dan mengingkari daya kemampuan keseluruhannya, menganngap bahwa surga dan
neraka keduanya rusak dan binasa dan beranggapan juga bahwa sesungguhnya iman
itu adalah ma’rifat pada Allah SWT saja. Sesungguhnya kufur adalah sebuah
kebodohan belaka. Tak ada perbuatan dan amal perbuatan bagi seseorang selain Allah
SWT.”
1) Jahmiyah
Jahmiyah adalah sekte para pengikut Jahm bin Sofwan, salah seotrang yang
paling berjasa besar dalam mengembangkan aliran Jabariyah. Ajaran Jahmiyah
yang terpenting adalah al Bari Ta’ala (Allah SWT Tuhan Maha Pencipta lagi
Maha Tinggi) Allah SWT tidak boleh disifatkan dengan sifat yang dimiliki
makhluk-Nya, seperti sifat hidup (hay) dan mengetahui (‘alim), karena penyifatan
seperti itu mengandung pengertian penyerupaan Tuhan dengan makhluk-Nya,
padahal penyerupaan seperti itu tidak mungkin terjadi.
2) Najjariyah
Sekte ini dipimpin oleh Al Husain bin Muhammad an Najjar (w. 230 H / 845 M).
Ajaran yang dikemukakan bahwa Allah memiliki kehendak terhadap diri-Nya
sendiri, sebagaimana Allah mengetahui diri-Nya. Tuhan menghendaki kebaikan
dan kejelekan, sebagaimana ia menghendaki manfaat dan mudzarat.
3) Dirariyah
Sekte ini dipimpin oleh Dirar bin Amr dan Hafs al Fard. Kedua pemimpin
tersebut sepakat meniadakan sifat – sifat Tuhan dan keduanya juga berpendirian
bahwa Allah SWT itu Maha Mengetahui dan Maha Kuasa, dalam pengertian
bahwa Allah itu tidak jahil (bodoh) dan tidak pula ‘ajiz (lemah).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini adalah Alirah
Jabariyah ini berpendapat bahwa apa yang kita lakukan itu atas kehendak Allah SWT
atau qodrat dan irodat-Nya. Paham Jabariyah memandang manusia sebagai makhluk
yang lemah dan tidak berdaya. Manusia tidak sanggup mewujudkan perbuatan-
perbuatannya sesuai dengan kehendak dan pilihan bebasnya. Pendeknya, perbuatan-
perbuatan itu hanyalah dipaksakan Tuhan kepada manusia. Paham Jabariyah terpecah ke
dalam dua kelompok, ekstrim dan moderat. Ja'ad ibn Dirham dan Jahm ibn Shafwan
mewakili kelompok ekstrim.
Sedang Husain al-Najjar dan Dirar ibn 'Amr mewakili kelompok moderat.
Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan
perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Tokoh pemikirnya adalah al-Ja'ad ibn Dirham
aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan
dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul
melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
kami selaku pembuat makalah. Kami berharap makalah ini dapat menjadi rujukan atau
referensi bagi para pembaca. Serta kami dengan terbuka menerima masukan-masukan dari
para pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA