Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AQIDAH AKHLAK

GOLONGAN JABARIYAH

DOSEN PEMBIMBING: HJ.NURLAELAH ABBAS,Lc,MA

KELOMPOK 3 :

UMMU AIMAN (50400121087)

MUH.AKBAR DARWIS (50400121084)

MUH.ARIF HIDAYATULAH (50400121078)

SERLI (50400121077)

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah yang maha kuasa atas perkenaannya
sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini “GOLONGAN
JABARIYAH”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Dosen HJ.NURLAELAH ABBAS,Lc,MA
Yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat mamupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dan pembaca atau penasehat agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis,
pembaca dan bagi masyarakat lainnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..........................................................................................................................4

RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................5

MANFAAT DAN TUJUAN..........................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.............................................................................................................................6

A. PENGERTIAN JABARIYAH.............................................................................................6

B. SEJARAH MUNCULNYA ALIRAN JABARIYAH.........................................................6

C. TOKOH-TOKOH SERTA DOKRIN AJARAN................................................................8

D. CIRI-CIRI AJARAN JABARIYAH...................................................................................9

E. PENOLAKAN TERHADAP PAHAM JABARIYAH.......................................................9

BAB III.........................................................................................................................................11

PENUTUP....................................................................................................................................11

KESIMPULAN.........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam yang
didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini dalam ajaran Islam
tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah. Pada periode Mekkah
ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat dibanding persoalan syari’at,
sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun selama periode ini adalah ayat-ayat
yang menyerukan kepada masalah keimanan.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu
Kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat dengan kata-
kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut
sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga diartikan
sebagai teologi Islam atau ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari agama.
Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang mendasar dan tidak mudah
digoyahkan.
Munculnya perbedaan antara umat Islam. Perbedaan yang pertama muncul dalam
Islam bukanlah masalah teologi melainkan di bidang politik. Akan tetapi perselisihan politik
ini, seiring dengan perjalanan waktu, meningkat menjadi persoalan teologi. Perbedaan
teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat mengemuka dalam bentuk praktis
maupun teoritis. Secara teoritis, perbedaan itu demikian tampak melalui perdebatan aliran-
aliran kalam yang muncul tentang berbagai persoalan. Tetapi patut dicatat bahwa perbedaan
yang ada umumnya masih sebatas pada aspek filosofis diluar persoalan keesaan Allah,
keimanan kepada para rasul, para malaikat, hari akhir dan berbagai ajaran nabi yang tidak
mungkin lagi ada peluang untuk memperdebatkannya.
Misalnya tentang kekuasaan Allah dan kehendak manusia, kedudukan wahyu dan
akal, keadilan Tuhan. Perbedaan itu kemudian memunculkan berbagai macam aliran,
yaitu Mu'tazilah, Syiah,Khawarij, Jabariyah dan Qadariyah serta aliran-aliran lainnya.
Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Jabariyah. Dalam makalah ini penulis hanya
menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran Jabariyah.
RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Jabariyah

2. Sejarah Munculnya Aliran Jabariyah

3. Tokoh-tokoh dan doktrin ajarannya

4. Ciri-ciri aliran jabariyah

5. Penolakan terhadap kaum jabariyah

MANFAAT DAN TUJUAN

1. Mengetahui Pengertian Jabariyah

2. Bagaimana Sejarah Munculnya Aliran Jabariyah

3. Mengetahui Tokoh-tokoh Dan Dokrin Ajarannya

4. Mengetahui Ciri-ciri Aliran Jabariyah

5. Bagaimana Penolakan Terhadap Kaum Jabariyah


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JABARIYAH

Kata jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti “memaksa”. Di dalam al munjid
dijelaskan bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa
atau mengharuskan melakukan sesuatu.Dalam referensi Bahasa Inggris, Jabariyah disebut
Fatalism atau Predestination. Yaitu paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia
telah ditentukan dari semula oleh qadha’ dan qadar Allah.Kalau dikatakan Allah memiliki
sifat Al-jabar (dalam betuk mubalaghah),artinya Allah Maha Memaksa. Ungkapan Al insan
majbur (bentuk isim maf’ul) mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa.
Selanjutnya, kata jabara (bentuk pertama), setelah ditarik menjadi bentuk jabariyah (dengan
menambah ya nisbah), artinya adalah suatu kelompok atau aliran (isme). Lebih lanjut Asy-
Syahratsany menegaskan bahwa paham al-jabr berarti menghilangkan perbuatan manusia
dalam arti sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah SWT.Dapat Kita simpulkan
bahwa aliran Jabariyah adalah aliran sekelompok orang yang memahami bahwa segala
perbuatan yang mereka lakukan merupakan sebuah unsur keterpaksaan atas kehendak Tuhan
dikarenakan telah ditentukan oleh qadha’ dan qadar Tuhan. Jabariah adalah pendapat yang
tumbuh dalam masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh tanggungjawab.Maka
Manusia itu disamakan dengan makluk lain yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan.Dengan kata lain, manusia itu diibaratkan benda mati yang hanya
bergerak dan digerakkan oleh Allah Pencipta, sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya.
Dalam soal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa angin
menurut arah yang diinginkan-Nya.Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar untuk
memilih apa yang diinginkannya sendiri.
B. SEJARAH MUNCULNYA ALIRAN JABARIYAH

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai asal usul kemunculan dan perkembangan
jabariyah,tampaknya perlu dijelaskna siapa sebenarnya yang melahirkan dan
menyebarluaskan paham al-jabar serta dalam situasi apa paham ini muncul.Paham al-jabar
pertama kali diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham (terbunuh 194 H) yang kemudian
disebarkan oleh Jahm Shafwan (125 H) dari kurasan. Dalam sejarah teologi islam, Jahm
tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran Jahmiyah dalam kalangan murji’ah. Ia duduk
sebagai sekertaris Suraih bin Al-haris dan menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan
bani Umayah.Dalam perkembangannya, paham al-jabar ternyata tidak hanya dibawa oleh dua
tokoh diatas. Masih banyak tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan paham ini,
diantaranya adalah Al-Husain bin Muhammad An-Najjar dan Ja’d bin Dirar.
Mengenai kemunculan paham al-jabar, para ahli sejarah pemikiran mengkaji nya melalui
pendekatan geokultural bangsa Arab. Diantara ahli yang dimaksud adalah Ahmad Amin. Ia
mengambarkan kehidupan bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir sahara yang
memberikan pengaruh besar kedalam cara hidup mereka.Ketergantungan mereka pada alam
sahara yang ganas telah mencuatkan sikap penyerahan diri terhadap alam.Lebih lanjut, Harun
Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian, masyarakat arab tidak banyak melihat
jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keinginan nya. Mereka
merasa dirinya lemah dan tidak kuasa menghadapi kesukaran-kesukaran hidup.Akhirnya,
mereka banyak bergantung pada kehendak alam. Hal ini membawa mereka pada sikap
fatalisme.
Sebenarnya benih-benih paham al-jabar sudah muncul jauh sebelum kedua tokoh diatas,
benih-benih itu terlihat dalam peristiwa sejarah berikut ini:
1.  Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah takdir
tuhan. Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhindar dari
kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat tuhan tentang takdir.
2.   Khalifah Umar bin Khattab pernah menagkap seseorang yang ketahuan mencuri. Ketika
diintrogasi, pencuri itu berkata “Tuhan telah menentukan aku mencuri”. Mendengar ucapan
itu, Umar marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta kepada Tuhan. Oleh karena
itu, Umar memberi dua jenis hukuman kepada pencuri itu. Pertama, hukuman potong tangan
karna mencuri. Kedua, hukuman dera karena mengunakan dalil takdir Tuhan.
3.   Khalifah Ali bin Abi Thalib seusai perang shiffin ditanya oleh seorang tua tentang kadar
(ketentuan) Tuhan dan kaitannya tentang pahala dan siksa. Orang tua itu bertanya, “apabila
perjalanan (menuju perang sifil) itu terjadi dengan qodho dan qadhar, tidak ada pahal sebagai
balasan nya.” Kemudian Ali menjelaskan bahwa qadha dan qadhar bukanlah paksaan Tuhan.
Oleh karena itu, ada pahala dan siksa sebagai balasan amal perbuatan manusia. Ali
selanjutnya menjelaskan, sekiranya qadha dan qadhar merupakan paksaan, batal lah pahala
dan siksa, gugur pula lah makna janji dan anacaman Tuhan, serta tidak ada celaan Allah atas
pelaku dosa dan pujian-Nya bagi orang-orang yang baik.
4.   Pada pemerintah Dawlah Bani Umayyah, pandangan tentang al-jabar semakin mencuat
kepermukaan. Abdullah bin Abbas melalui surat nya memberikan reaksi keras kepada
pendudukan Syriah yang diduga berpaham “Jabariyah”

Mengenai asal usul serta akar kemunculan aliran Jabariyah ini tidak lepas dari beberapa
faktor.Antaralain:     

1. Faktor Politik
Pendapat Jabariah diterapkan di masa kerajaan Ummayyah (660-750 M). Yakni di masa
keadaan keamanan sudah pulih dengan tercapainya perjanjian antara Muawiyah dengan
Hasan bin Ali bin Abu Thalib, yang tidak mampu lagi menghadapi kekuatan Muawiyah.
Maka Muawiyah mencari jalan untuk memperkuat kedudukannya. Di sini ia bermain politik
yang licik. Ia ingin memasukkan di dalam pikiran rakyat jelata bahwa pengangkatannya
sebagai kepala negara dan memimpin ummat Islam adalah berdasarkan "Qadha dan
Qadar/ketentuan dan keputusan Allah semata" dan tidak ada unsur manusia yang terlibat di
dalamnya. Golongan Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Persia) pada saat
munculnya golongan Qodariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliran ini dipelopori oleh
Jahm bin Shafwan, aliran ini juga disebut Jahmiyah. Jahm bin Shafwan-lah yang mula-mula
mengatakan bahwa manusia terpasung, tidak mempunyai kebebasan apapun, semua
perbuatan manusia ditentukan Allah semata, tidak ada campur tangan manusia.  Paham
Jabariyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum Jabariyah disebut sebagai
kaum Jahmiyah, Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama mempelopori
paham jabariyah adalah Al-Ja'ad bin Dirham, dia juga disebut sebagai orang yang pertama
kali menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluq dan meniadakan sifat-sifat Allah. Disamping
itu kaum Jahmiyah juga mengingkari adanya ru'ya (melihat Allah dengan mata kepala di
akhirat). Meskipun kaum Qadariyah dan Jahmiyah sudah musnah namun ajarannya masih
tetap dilestarikan. Karena kaum Mu'tazilah menjadi pewaris kedua pemahaman tersebut dan
mengadopsi pokok-pokok ajaran kedua kaum tersebut. Selanjutnya ditangan Mu'tazilah
paham-paham tersebut segar kembali. Sehingga Imam As-Syafi'i menyebutnya Wasil, Umar,
Ghallan al-Dimasyq sebagai tiga serangkai yang seide itulah sebabnya kaum Mu'tazilah
dinamakan juga kaum Qadariyah dan Jahmiyah. Disebut Qadariyah karena mereka mewarisi
isi paham mereka tentang penolakan terhadap adanya takdir, dan menyandarkan semua
perbuatan manusia kepada diri sendiri tanpa adanya intervensi Allah. Disebut Jahmiyah
karena mereka mewarisi dari paham penolakan mereka yang meniadakan sifat-sifat Allah,
Al-quran itu Makhluk, dan pengingkatan mereka mengenai kemungkinan melihat Allah
dengan mata kepala di hari kiamat.  Berkaitan dengan hal ini, Ibnu Taimiyah mengatakan
bahwa sebagai pengikut Mu'tazilah adalah Jahmiyah tetapi tidak semua Jahmiyah adalah
Mu'tazilah, karena kaum Mu'tazilah berbeda pendapat dengan kaum Jahmiyah dalam masalah
Jabr (hamba berbuat karena terpaksa). Kalau kaum Mu'tazilah menafikanya maka kaum
Jahmiyah meyakininya.

2. Faktor Geografi
Para ahli sejarah pemikiran mengkaji melalui pendekatan geokultural bangsa Arab.
Kehidupan bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir sahara memberikan pengaruh
besar ke dalam cara hidup mereka. Ketergantungan mereka kepada alam sahara yang ganas
telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam. Situasi demikian, bangsa Arab tidak
melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keingianan mereka
sendiri. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Akhirnya,
mereka banyak bergantung kepada sikap Fatalisme.

Adapun mengenai latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak adanya penjelasan yang


sahih. Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani
Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah Qadar dan kekuasaan
manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan. Adapaun tokoh yang
mendirikan aliran ini menurut Abu Zaharah dan al-Qasimi adalah Jahm bin Safwan, yang
bersamaan dengan munculnya aliran Qadariyah.Pendapat yang lain mengatakan bahwa
paham ini diduga telah muncul sejak sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab.
Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh
besar dalam cara hidup mereka. Di tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang
sangat sedikit dan udara yang panas ternyata dapat tidak memberikan kesempatan bagi
tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput yang kering
dan beberapa pohon kuat untuk menghadapi panasnya musim serta keringnya udara.Harun
Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat arab tidak melihat jalan
untuk mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang diinginkan.
Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup.Artinya mereka banyak
tergantung dengan Alam, sehingga menyebabakan mereka kepada paham fatalisme.
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam Alquran
sendiri banyak terdapat ayat-ayat yeng menunjukkan tentang latar belakang lahirnya
paham Jabariyah, diantaranya:
a.    QS ash-Shaffat: 96
َ‫َوهللا َخلَقَ ُك ْم َو َما تَ ْع َملُوْ ن‬
Artinya:  “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
b.    QS al-Anfal: 17
‫ إِ َّن هللاَ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬ ‫ْن ِم ْنهُ بَآل ًء َح َسنًا‬hَ ‫ َو َما َر َميْتَ إِ ْذ َر َميْتَ َولَ ِك َّن هللاَ َر َمى َولِيُ ْبلِ َي ْال ُم ْؤ ِمنِي‬ ‫فَلَ ْم تَ ْقتُلُو هُ ْم َولَ ِك َّن هللاَ قَتَلَهُ ْم‬
Artinya:  “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi
Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar,
tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan
untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
c.    QS al-Insan: 30
‫َو َما تَ َشآ ءُونَ إِالَّ أَ ْن يَ َشآ َء هللاَ إِ َّن هللاَ َكا نَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬
Artinya : “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Dengan demikian dapat disimpulkan , bahwa manusia dalam paham jabariah adalah sangat
lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, tidak mempunyai
kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh paham qadariyah. Seluruh tindakan
dan perbuatan manusia tidak boleh tidak boleh lepas  dari aturan, skenario dan kehendak
Allah SWT.  Segala akibat baik dan buruk yang diterima manusia dalam perjalanan hidupkan
merupakan ketentuan Allah SWT.
C. TOKOH-TOKOH SERTA DOKRIN AJARAN

1. Ja'd Bin Dirham.


Ia adalah seorang hamba dari bani Hakam dan tinggal di Damsyik. Ia dibunuh pancung oleh
Gubernur Kufah yaitu khalid bin Abdullah El-Qasri.
Doktrin pokok ajarannya:
a.Al-quran adalah makhluk. Oleh karena itu dia baru, sesuatu yamg baru tidak dapat disifatkan
kepada Allah.
b.Allah tidak mempunyai sifat yang seruap dengan makhluk,seperti
berbicara,melihat,mendengar.
c.Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.  

2. Jahm bin Shafwan.


 Ia bersal dari Persia dan meninggal tahun 128 H dalam suatu peperangan di Marwan dengan
Bani Ummayah.
Doktrin-doktrinya :
a.  Manusia tidak Mampu berbuat apa-apa. Manusia tidak mempunyai daya,tidak mempunyai
kehendak sendiri,dan tidak mempunyai pilihan.
b.  Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain tuhan.
c.  Iman adalah makrifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini,pendapatnya sama dengan
konsep kaum murji’ah.
d. Tidak memberi sifat bagi Allah yang mana sifat itu mungkin diberikan pula kepada manusia,
sebab itu berarti menyerupai Allah dalam sifat-sifat itu. Maka Allah tidak diberi sifat sebagai
satu zat atau sesuatu yang hidup atau alim/mengetahui atau mempunyai keinginan, sebab
manusia memiliki sifat-sifat yang demikian itu. Tetapi boleh Allah disifatkan dengan
Qadir/kuasa, Pencipta, Pelaku, Menghidupkan, Mematikan sebab sifat-sifat itu hanya tertentu
untuk Allah semata dan tidak dapat dimiliki oleh manusia.
D. CIRI-CIRI AJARAN JABARIYAH

Diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah :


1. Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik
yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang menentukannya.
2. Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
3. Ilmu Allah bersifat Huduts (baru)
4. Iman cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadhkan.
5. Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaanNya.
6. Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama penghuninya,
karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
7. Bahwa Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.
8. Bahwa Alqur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah

E. PENOLAKAN TERHADAP PAHAM JABARIYAH

Kelompok jabariyah adalah orang-orang yang melampaui batas dalam menetapkan takdir
hingga mereka mengesampingkan sama sekali kekuasaan manusia dan mengingkari bahwa
manusia bisa berbuat sesuatu dan melakukan suatu sebab (usaha). Apa yang ditakdirkan
kepada mereka pasti akan terjadi. Mereka berpendapat bahwa manusia terpaksa melakukan
segala perbuatan mereka dan manusia tidak mempunyai kekuasaan yang berpengaruh kepada
perbuatan, bahkan manusia seperti bulu yang ditiup angin. Maka dari itu mereka tidak
berbuat apa-apa karena berhujjah kepada takdir. Jika mereka mengerjakan suatu amalan yang
bertentangan dengan syariat, mereka merasa tidak bertanggung jawab atasnya dan mereka
berhujjah bahwa takdir telah terjadi.Akidah yang rusak semacam ini membawa dampak pada
penolakan terhadap kemampuan manusia untuk mengadakan perbaikan. Dan penyerahan total
kepada syahwat dan hawa nafsunya serta terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan karena
menganggap bahwa semua itu telah ditakdirkan oleh Allah atas mereka. Maka mereka
menyenanginya dan rela terhadapnya. Karena yakin bahwa segala yang telah ditakdirkan
pada manusia akan menimpanya, maka tidak perlu seseorang untuk melakukan usaha karena
hal itu tidak mengubah takdir.Keyakinan semacam ini telah menyebabkan mereka
meninggalkan amal shalih dan melakukan usaha yang dapat menyelamatkannya dari azab
Allah, seperti shalat, puasa dan berdoa. Semua itu menurut keyakinan mereka tidak ada
gunanya karena segala apa yang ditakdirkan Allah akan terjadi sehingga doa dan usaha tidak
berguna baginya. Lalu mereka meninggalkan amar ma'ruf dan tidak memperhatikan
penegakan hukum. Karena kejahatan merupakan takdir yang pasti akan terjadi. Sehingga
mereka menerima begitu saja kedzaliman orang-orang dzalim dan kerusakan yang dilakukan
oleh perusak, karena apa yang dilakukan mereka telah ditakdirkan dan dikehendaki oleh
Allah.Para ulama Ahlu Sunnah wal jamaah telah menyangkal anggapan orang-orang sesat itu
dengan pembatalan dan penolakan terhadap pendapat mereka. Menjelaskan bahwa keimanan
kepada takdir tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa manusia mempunyai keinginan
dan pilihan dalam perbuatannya serta kemampuannya untuk melaksanakannya. Hal ini
ditunjukkan dengan dalil-dalil baik syariat maupun akal.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aliran Jabariyah adalah aliran sekelompok orang yang memahami bahwa segala perbuatan
yang mereka lakukan merupakan sebuah unsur keterpaksaan atas kehendak Tuhan
dikarenakan telah ditentukan oleh qadha’ dan qadar Tuhan. Jabariah adalah pendapat yang
tumbuh dalam masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh tanggungjawab. Maka
Manusia itu disamakan dengan makluk lain yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan.Dengan kata lain, manusia itu diibaratkan benda mati yang hanya
bergerak dan digerakkan oleh Allah Pencipta, sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya.
Paham al-jabar pertama kali diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham (terbunuh 194 H) yang
kemudian disebarkan oleh Jahm Shafwan (125 H) dari kurasan. Faktor penyabab munculnya
paham ini adalah faktor politik dan geografis.
DAFTAR PUSTAKA

https://manorarjunes.blogspot.com/2016/11/makalah-ilmu-kalam-aliran-jabariyah.html

http://kuantannet.blogspot.com/2016/12/makalah-aliran-al-jabariah.html

Anda mungkin juga menyukai