Anda di halaman 1dari 7

RESENSI NOVEL CINTA TANAH AIR

TERBITAN BALAIPUSTAKA

I. Identitas Buku
Judul buku : Cinta tanah air
Nama pengarang : Nur Sultan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbitan : 1998
Tebal buku : 0,5 Cm
Halaman : 170

II. Kepengarangan

1. Nur Sutan Iskandar (lahir di Sungai Batang, Sumatera Barat, 3


November 1893 meninggal di Jakarta, 28 November 1975 pada umur 82
tahun) adalah sastrawan Angkatan Balai Pustaka.Nur Sutan Iskandar
memiliki nama asli Muhammad Nur. Seperti umumnya
lelaki Minangkabau lainnya Muhammad Nur mendapat gelar ketika
menikah. Gelar Sutan Iskandar yang diperolehnya kemudian dipadukan
dengan nama aslinya dan Muhammad Nur pun lebih dikenal sebagai Nur
Sutan Iskandar sampai sekarang.
2. Setelah menamatkan sekolah rakyat pada tahun 1909, Nur Sutan Iskandar
bekerja sebagai guru bantu. Pada tahun 1919 ia hijrah ke Jakarta. Di sana
ia bekerja di Balai Pustaka, pertama kali sebagai korektor naskah karangan
sampai akhirnya menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Balai Pustaka
(1925-1942). Kemudian ia diangkat menjadi Kepala Pengarang Balai
Pustaka, yang dijabatnya 1942-1945.Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai
sastrawan terproduktif di angkatannya. Selain mengarang karya asli ia juga
menyadur dan menerjemahkan buku-buku karya pengarang asing
seperti Alexandre Dumas, H. Rider Haggard dan Arthur Conan Doyle.
III. Sinopsis
Cinta Tanah Air
Seorang anak muda suatu kali hendak mencari trem Amiruddin namanya, Amirrudin
yang memiliki tujuan ke pasar malam menuggu trem di Gang Kenanga, setelah sekian lama
menunggu mukanya yang pucat berganti menjadi gembira ketika pasukan Seinendan muncul
dihadapannya, di dalam trem ternyata ia bertemu dengan seorang gadis cantik jelita yang
terus memandangi Amiruddin selama perjalanan dan keduanya saling mencuri pandang. Di
gerbang pasar malam ia membaca semboyan menarik yang menyatakan keteguhan penjagaan
tentara Dai Nippon di Pulau jawa dan bergegas menuju loket pembelian tiket. Disana kedua
anak muda ini tak sengaja bertemu lagi. Terutama Amirrudin yang berdebar-debar hatinya
saat melihat gadis yang selalu dilamunkannya. Di pasar malam tertarik hati Amiruddin pada
suatu ruang seni yang menjual saputangan, disitu kedua bela jiwa ini bertemu kembali dan
meninggalkan sebuah kesan dikarenakan saputangan yang mereka beli tertukar.
Saat melihat-lihat pertunjukan di pasar malam Amiruddin juga tak sengaja bertemu
sahabat lamanya Harjono. Harjono dan Amiruddin pergi ke kedai dekat pasar malam
keduanya asyik bercakap-cakap sampai tak memperhatikan seorang yang telah lama
mendengar pembicaraan mereka. Mas Soewondo menghampiri kedua sahabat itu dan betul
dugaan terhadap Amiruddin anak sahabat karibnya. Mas Soewondo menanyakan kabar ayah
Amiruddin Engku Datuk Serimarajo dan ibunya Nyi Zubaidah. Mas Soewondo juga meminta
Amir untuk berkunjung kerumahnya besok. Malam itu Amir bermalam di penginapan Asia di
Senen. Besoknya Amir menepati janjinya untuk berkunjung ke rumah Mas Soewondo di
Bungur, Jakarta. Ia disambut oleh dua sahabat lama orang tuanya. Mas Soewondo
menceritakan ayah Amir yang mirip sekali seperti Amir mempunyai semangat mengabdi
demi bangsa. Ia juga mengingat akan sahabat karibnya yang mengubahnya dari seorang
pejudi menjadi seorang yang pengabdi bangsa, percakapan yang berlangsung antara Amir dan
kedua orang tua itu seperti anak dan orang tua, sambil bercakap-cakap pulanglah anak dari
kedua orang tua itu yang kerap disapa Ruk, Ruk sebenarnya bernama Astiah. Perjumpaan
Amir dengan Astiah membuat Amir yang semakin berdebar hatinya memandangi gadis itu.
Orang tuanya Astiah yang mulai curiga akan hubungan kedua anak muda itu. Setelah sekian
lama bercakap-cakap, Amir berpamitan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Pulang ke
rumah Amir disambut oleh adiknya yang ceriah menerima bungkusan kecil dari sahabat
ibunya. Di kamar Amir membaca surat dari Astiah yang membuat ia membayangkan wajah
Astiah, dilukisnya sosok wanita dambahannya sebagai Rindu Amir pasa Astiah. Amir
bercerita-cerita pada ibunya akan sahabat lama ibunya.
Keduanya disambut oleh kedatangan Mas Soewondo dan istrinya, Nyi Zubaidah dan
sahabat lamanya sangat asyik bercerita. Setelah selesai, Mas Soewondo dan istrinya
berpamitan pada Amir dan Ibunya untuk pulang, karena mereka harus menemani Astiah yang
sendiri di rumah. Sebagai seorang ibu apalagi yang telah janda, Nyi Zubaidah menginginkan
anaknya agar segera beristri. Namun, Amir saat itu belum mau beristri. Terjadilah
perselisihan antara ibu dan anak. Tapi ibu Amir mengetahui kalau Amir sudah memiliki
pasangan yang cocok untuknya. Selanjutnya kedatangan Nyi Zubaidah ke rumah sahabatnya,
tertarik ia melihat Astiah yang elok parasnya serta berperilaku dengan santun. Ingin hatinya
menjodohkan Amir dengan Astiah. Hubungan akrab kedua keluarga ini terus berjalin dengan
baik. Amir dan Astiah akan bertunangan.
Sementara itu terasa suasana perang yang semakin memanas. Awalnya bangsa
Indonesia tidak mengethui maksud Jepang membela Indonesia. Dan Indonesia yang terpikat
hatinya mendaftarkan diri untuk menjadi pasukan pembela tanah air termasuk Amir, Harjono,
serta teman-teman yang lain. Disamping itu, Harjono sahabat Amir yang telah menikah tidak
diizinkan istrinya bergabung dalam tentara sukarela. Bertamah ragu hati Amir ketika ia
memikirkan Astiah, takut ia akan membuat Astiah bersedia karena Amir seorang pasukan
pembela tanah air yang derajatnya sangat rendah pada masa itu. Dan meskipun Amir akan
maju ke medan perang namun itu tidak membuat penghalang cintanya kepada Astiah dan
bergitu juga dengan Astiah. Astiah juga berbuat hal yang sama dengan Amir, Astiah maju ke
medan perang sebagai juru rawat. Keduanya mempunyai rasa rela berkorban demi bangsa
dan negara. Beberapa hari sebelum menuju medan perang keduanya melangsungkan
pernikahan dengan sederhana. Amir dan Ruk yang sangat bahagia disertai kedatangan para
sahabat Amir dan temannya. Usai menikah Nyonya Soewondo dan Nyi Zubaidah akhirnya
juga merelakan kedua anak mereka berangkat ke medan perang untuk melaksanakan bakti
mereka atas cinta tanah air.

IV. Unsur Instrinsik


1. Tema
Sikap cinta tanah dan percintaan antara dua anak muda.

2. Tokoh dan Waktu


a. Amiruddin : Baik, bersopan santun, dan menjunjung tanah air.
Adapun bukti watak Amiruddin terdapat pada kutipan Hidup! Kini jua aku pergi
mendaftarkan nama, akan jadi opsir.
b. Astiah : Pengasih, baik, setia, penolong, sopan, dan cinta tanah air.
Adapun bukti watak Astiah terdapat pada kutipan Ia memberi hormat dan mengucapkan
selamat tinggal.
c. Nyonya Soewondo : Baik, pengertian, menolong sesama.
Adapun bukti watak Nyonya Soewondo terdapat pada kutipan Ini oleh-oleh untuk Kak
Zubaidah dan Atati
d. Mas Soewondo : Baik, jiwa nasionalisme, dan cinta tanah air
Adapun bukti watak Mas Soewondo terdapat pada kutipan Aku oun giat pula. Sudah banyak
sekolah agama kami dirikan. Buta huruf kami basmi dan segala macam penghidupan kami
majukan.
e. Engku Datuk Serimarajo : Cinta tanah air, memiliki jiwa nasionalisme,beragama, dan
berbaik hati menolong sesama.
Adapun bukti watak Engku Datuk Serimarajo terdapat pada kutipan Maka di Minangkabau
seorang daripada orang yang bersemangat benar mempertahankan agama itu ialah Engku
Datuk Serimarajo dengan partainya.
f. Nyi Zubaidah : Baik, pengertian, mengasihi sesama, dan menolong sesama.
Adapun bukti watak Nyi Zubaidah terdapat pada kutipan Baru bergaul dengan dia, timbullah
rasa kasih sayang dalam hati Nyi Zubaidah terhadap kepadanya.

g. Harjono : Cinta tanah air, Setia dengan sahabat, berbaik hati.


Adapun bukti watak Harjono terdapat pada kutipan Ketika Harjono menyebut semangat
Tuanku Imam tadi. Bergeraklah ia dari kursinya.

h. Atati : Periang, pekerja keras, baik kepada semua orang.


Adapun kutipan watak Atati terdapat pada kutipan Kakak, saya menang lomba. Lihat...!!
Atati berlari kepangkuan Amir serta memperlihatkan sebuah bungkusan.

3. Alur
Novel terbitan balai pustaka yang berjudul Cinta Tanah Air karya Nur Sultan Iskandar
bercerita menggunakan alur maju-mundur.

4. Latar
Latar tempat
a. Gang Kenanga
b. Pasar Gelodok
c. Pasar Malam
d. Penginapan Asia di Senen
e. Rumah Mas Soewondo di Bungur
f. Rumah Amir di Bandung

Latar waktu a. Pukul delapan lewat


b. Tiga hari kemudian
c. Pukul tengah tujuh
d. Pagi-pagi
e. Hari bertambah gelap

Latar suasana a. Senang


b. Gelisah
c. Terharu
d. Sedih

5. Sudut pandang
Dalam novel ini penulis menggunkan sudut pandang orang ketiga pelaku sampingan

6. Amanat
Ketika kita rela berkorban demi bangsa kita walaupun harus menghadapi begitu banyak
rintangan maka kita akan diberikan kebahagiaan.

V. Unsur Ekstrinsik
a. Nilai sosial
Sesama sahabat yang saling tolong-menolong walaupun sudah lama tak bertemu dan pemuda
yang rela menjadi tentara sukarela demi mengusir penjajah dari bangsanya.
b. Nilai kebudayaan
Memiliki pasangan dengan dijodohkan, serta ketika seorang laki-laki ingin bertunangan
dengan seorang perempuan maka pihak keluarga laki-laki harus mengunjungi rumah pihak
keluarga perempuan.
VI. Kelebihan Novel
Novel ini memiliki cerita yang menarik, dan terutama sangat cocok untuk kalangan remaja
yang memiliki jiwa nasionalisme dan percintaan, juga amanat yang terkandung dalam novel
ini bagus. Alur cerita dalam novel ini juga terperinci dan jelas serta memiliki harga yang
dapat kita jangkau.

VII. Kekurangan Novel


Memiliki beberapa kata yang tidak dimengerti pembaca karena masih terikat oleh
kebudayaan lama.
VIII. Kesimpulan
Novel Cinta Tanah Air ini cocok untuk remaja serta kalangan orang dewasa karena
bercerita tentang jiwa nasionalisme dan percintaan, serta kita dapat mencontoh teladan saling
tolong menolong dan rela berkorban yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
RESENSI NOVEL CINTA TANAH AIR

TERBITAN BALAIPUSTAKA

DISUSUN

KELOMPOK 4

UTARY AURELLIA VERDO

PUTRI DELVIRA SILITONGA

NABILA MAYSYA FADILLAH

RIDHO

DEVARIO

KELAS : IX A

SMP N 1 RENGAT

T.P 2017 / 2018

Anda mungkin juga menyukai