Anda di halaman 1dari 4

RESENSI NOVEL

“THE LITLE PRINCE


(LE PETIT PRINCE)”
(Dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia)

DISUSUN OLEH:
Tanto Maulana

KELAS:
XI MULTIMEDIA I

SMK NEGERI 1 LURAGUNG


Jalan Raya Luragung – Cidahu Desa Luragung Landeuh Telp. (0232) 8902300
http:\\www.smkn1luragung.sch.id Email: smkn1luragun@yahoo.co.id
KUNINGAN 45581

2018/2019
A. Judul
Resensi Novel “The Litle Prince (Le Petit Prince)”

B. Identitas Novel
1. Judul Novel : Le Petit Prince
2. Nama Penulis : Antoine de Saint-Exupry
3. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
4. Cetakan : Kesebelas
5. Tahun Terbit : Juli 2018
6. ISBN : 9786020323411
7. Harga Buku : Rp40.000,00

C. Isi Buku

Buku The Little Prince dikarang oleh seorang pilot asal Prancis, Antoine-
Marie-Roger de Saint-Exupéry, pada masa Perang Dunia II antara tahun 1941
sampai 1943 dalam pengasingannya di Amerika. Karena karakteristik buku yang
begitu kuat, buku fabel klasik anak-anak ini berhasil diterjemahkan ke banyak
negara dan menjadi buku Prancis yang paling banyak dialihbahasakan.

Cerita The Little Prince dibuka oleh kisah seorang pilot (sebagai point of
view) yang pada masa kecilnya pernah membuat sebuah gambar ular cokelat
dengan perut gendut yang sedang kekenyangan karena habis memakan hewan
besar, ia bertanya pada orang dewasa apakah mereka takut dengan gambar
ularnya itu, namun jawaban yang ia dapatkan adalah ‘Mengapa harus takut pada
sebuah topi?’ (karena di mata orang dewasa bentuk ular yang ia gambar terlihat
seperti topi panama) dan mereka malah menyuruhnya untuk melupakan urusan
menggambar dan fokus saja pada mengembangkan pengetahuan ilmu ukur,
alam, dan tata bahasa (yang dianggap lebih baik daripada ilmu seni—seperti
menggambar).

Dari bagian pembuka itu saja Saint-Exupéry jelas sekali telah berusaha
menyampaikan topik penting dalam ceritanya ini, yaitu

“Betapa tidak dapat dimengertinya orang dewasa.”


Bagian berikutnya dilanjut dengan cerita sang pilot yang sudah tumbuh
menjadi pria dewasa dan memiliki profesi, ketika ia sedang terbang, pesawatnya
mogok tepat di tengah Gurun Sahara dalam kondisi sendirian, tanpa seorang
temanpun, ia akhirnya memutuskan untuk bermalam disana. Esoknya, di pagi
hari, ia yang tengah tertidur di atas pasir terbangun karena mendengar seseorang
bicara padanya.

Orang itu—dengan suaranya yang polos—meminta sang pilot untuk


menggambarkannya seekor domba. Pilot yang tercengang dan kaget dengan
permintaan tiba-tiba nan aneh itu memperhatikan orang di hadapannya, bocah
laki-laki, dengan pakaian yang mirip seorang pangeran, berambut kuning
keemasan, dan sama sekali tidak terlihat seperti sedang tersesat di tengah gurun
atau ketakutan. Setelah beberapa kali diminta, barulah pilot mengabulkan
permintaannya. Begitulah awal pertemuan pertamanya dengan The Little Prince
atau Pangeran Cilik.

Hari terus berlalu, Sang Pilot menghabiskan masa-masa ‘terdampar’nya


dengan Pangeran Cilik, tentu saja sambil terus berusaha membenarkan
pesawatnya. Mereka saling berbicara dan bercerita. Dari sanalah sang pilot
mengetahui kisah dan asal-usul Pangeran Cilik.

Pangeran Cilik bukanlah manusia Bumi, ia datang dari planet yang berupa
sebuah asteroid, ukuran planetnya sangat kecil, begitu kecilnya hingga ia bisa
melihat matahari terbenam sebanyak empat puluh tiga kali hanya dengan
menggeser posisi duduknya saja. Di planetnya terdapat benih-benih tanaman
pohon Baobab yang selalu ia cabuti setiap harinya, ada pula beberapa gunung
api berukuran kecil dan beberapa ada yang masih aktif, selain itu semua, tumbuh
pula di atasnya sesuatu yang paling istimewa, yaitu sekuntum bunga mawar,
yang mana hanya ada satu-satunya di planet itu.

Dari awal pertemuannya dengan bunga mawar, Pangeran Cilik sudah merasa
tertarik. Ia selalu memuji kecantikan sang bunga, ia selalu memenuhi permintaan
bunga itu, ia lakukan apapun untuk sang bunga meskipun bunga itu punya sifat
angkuh yang luar biasa. Tanpa disadari, ada perasaan cinta yang muncul diantara
mereka walau saat itu usia mereka masih begitu muda. Namun, rasa cinta
Pangeran Cilik dihinggapi rasa lelah pula karena begitu angkuhnya sang bunga
dalam menilai diri, pada akhirnya, ia memutuskan untuk pergi dari planetnya
dan petualangan pun dimulai.
D. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
Dengan gaya bahasa yang sederhana, buku ini mampu mengajarkan kita
bagaimana menilai segala sesuatu tidak hanya dengan melihat dari ‘cover’
saja, tapi juga dengan menila darii hati dan perasaan kita ketika bersama hal
tersebut. Singkatnya, buku ini mengajak kita untuk melihat sesuatu sebagai
mana seorang anak kecil melihat dunia. Polos, indah, dan apa adanya.
Dengan begitu kita justru akan jadi dekat sekali dengan kedewasaan yang
sesungguhnya.

b. Kekurangan
Bagi pembaca awam, sulit untuk memahami maksud dari cerita tersebut,
yang sifatnya tersirat.

E. Penutup
Buku ini disusun sedemikian rupa agar pengalaman manusa dan imajinasi
seorang anak kecil dapat dituangkan dalam buku cerita tersebut dengan bahasa
yang bisa dipahami dan tidak berbelit belit,walaupun terdapat makna kiasannya.
Dongeng yang mengharukan ini merupakan karya-karya agung sastra dunia
yang sudah pastinya tidak akan terlupakan oleh para pembaca buku ini.

Anda mungkin juga menyukai