Anda di halaman 1dari 6

Biografi Sutardji C.

Bachri
FAIRNA MUSTIKA HERMAFIDHANTI
12
X MIPA 2
Dijuluki sebagai Presiden Penyair Indonesia, Sutardji
Calzoum Bachri atau dikenal Bung Tardji, lahir 24 Juni
1941 di Rengat, Indragiri Hulu, Riau. Ayahnya,
Mohammad Bachri, berasal dari Prembun, Kutoardjo,
Jawa Tengah, yang sejak masa remaja merantau ke Riau.
Ibunya bernama May Calzoum berasal dari Riau.
Pujangga terkemuka angkatan 1970an ini merupakan anak
kelima dari sebelas bersaudara. Bung Tardji menikahi
perempuan bernama Mariham Linda pada tahun 1982 dan
dikaruniai seorang anak perempuan bernama Mila
Seraiwangi. Menurut para seniman di Riau, kemampuan
Soetardji laksana rajawali di langit, paus di laut yang
bergelombang, kucing yang mencabik-cabik dalam dunia
sastra Indonesia yang sempat membeku dan membisu
setelah Chairil Anwar pergi.
Bung Tardji menempuh pendidikan terakhirnya di Fakultas Sosial Politik,
Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung dan berhenti tanpa
gelar sarjana. Meskipun demikian, beliau tetap aktif dalam kegiatan pendidikan
nonformal dan mulai berkarya. Beliau mulai mengirimkan sajak-sajak dan esainya
ke surat kabar dan mingguan di Bandung, dan di Jakarta, seperti Sinar Harapan,
Kompas, Berita Buana, Pikiran Rakyat, Haluan, Horison, dan Budaya Jaya.
Pada tahun 1971, sajaknya berjudul "O" yang merupakan kumpulan puisinya
yang pertama, muncul di majalah sastra Horison. Pada tahun berikutnya, di majalah
yang sama, karyanya berjudul "Amuk" kembali dimuat. Sutardji di kemudian hari
dikenal dengan "Kredo Puisi" yang menarik perhatian dunia sastra di Indonesia.
Dalam proses berkarya, dia berpendapat bahwa kata-kata bukan sekadar sarana
untuk menyampaikan pengertian karena menurutnya, kata-kata itu sendiri adalah
pengertian. Dia berpikir bahwa kata-kata itu harus terbebas dari penjajahan
pengertian dan dari beban ide, serta penjajahan gramatika dan tabu bahasa.
Karena karyanya yang fenomenal Bung Tardji mulai diperhitungkan sebagai seorang
sastrawan dan diangkat menjadi redaktur senior di majalah Horison pada tahun 1966. Sutardji
juga pernah bekerja di majalah mingguan Fokus, menjadi penjaga ruang seni "Bentara",
khususnya menangani puisi pada harian Kompas.
Pada tahun 1974 beliau mengikuti International Poetry Reading di Rotterdam, Belanda.
Tahun 1974-1975 mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, USA. Dia juga
pernah mengikuti penataran P4 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta tahun 1984, dan lulus sebagai
peringkat pertama dalam 10 terbaik. Dia juga pernah diundang ke Pertemuan Internasional Para
Penyair di Baghdad, Irak bersama K.H. Mustofa Bisri dan Taufiq Ismail, juga diundang Dato
Anwar Ibrahim (sewaktu menjabar Menteri Keuangan Malaysia) untuk membaca puisi di
Departemen Keuangan Malaysia. Sutardji juga pernah mengikuti berbagai pertemuan sastrawan
ASEAN, Pertemuan Sastrawan Nusantara di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Tahun 1997 Sutardji memenuhi undangan untuk membaca puisi di Festival Puisi Internasional
Medellin, Columbia.
Sutardji merupakan salah satu pelopor sastrawan angkatan 1970-an. Puisi-puisinya
dipandang para pakar sebagai karya yang membawa nafas baru dalam dunia perpuisian
Indonesia. Dalam puisinya, ide atau opini dalam sajak-sajak yang disampaikan tidak hanya
berupa isi pikiran, tetapi juga menyangkut suasana batin dan naluri. Di samping itu, puisi yang
dibacakan mudah dicerna oleh para pendengarnya.

Karya-karya Sutardji berbentuk puisi, cerpen, dan esai. Kumpulan puisinya yang pertama
berjudul O (1973). Kumpulan puisi berikutnya Amuk (1972). Buku ini pada tahun 1976/1977
mendapat Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta. Tahun 1979 terbit buku kumpulan puisinya
yang ketiga Kapak. Pada tahun 1981 ketiga buku kumpulan puisinya itu digabungkan dengan
judul O, Amuk, Kapak dan diterbitkan oleh Sinar Harapan. Kumpulan puisinya yang lain Atau
Ngit Cari Agar (2008), Kucing (1973), Aku Datang Padamu, Perjalanan Kubur David
Copperfield, dan Realities Tanah Air. Dan masih banyak lagi.
Penghargaan yang pernah diterima Sutardji, antara lain, adalah
Anugerah Seni Dewan Kesenian Jakarta tahun 1977, Hadiah Sastra
Asean (SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand tahun 1979,
Anugerah Seni Pemerintah Republik Indonesia tahun 1993,
Penghargaan Sastra Chairil Anwar tahun 1998, Tahun 2001 ia
dianugerai gelar Sastrawan Perdana oleh Pemerintah Daerah Riau,

Anda mungkin juga menyukai