Anda di halaman 1dari 30

Determinasi

Seks
Oleh : Soraya Alya Br. Bangun
Apa yang dimaksud
dengan Determinasi
Seks ?
Determination = Penentuan; Seks = Jenis kelamin.
Determinasi seks merupakan fenomena di mana
jenis kelamin suatu organisme dapat ditentukan
sebagai laki-laki (jantan) atau perempuan (betina).
Kromosom seks merupakan
Determinasi seks adalah proses kromosom yang berperan dalam
penentuan jenis kelamin pada menentukan jenis kelamin suatu
makhluk hidup berdasarkan organisme. Kromosom seks dapat
kromosom kelamin (gonosom) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
yang diwariskan secara bebas kromosom autosom dan
oleh gamet parental kepada kromosom allosom.
keturunannya melalui proses Kromosom autosom adalah
meiosis. kromosom yang tidak terlibat
Dalam penentuan jenis kelamin, dalam penentuan jenis kelamin,
sangat dipengaruhi oleh adanya sedangkan kromosom allosom
kromosom seks. adalah kromosom yang terlibat
dalam penentuan jenis kelamin.
Jenis – Jenis Sistem
Determinasi Seks
SISTEM XY

Kromosom Y berperan dalam menentukan


Sistem XY merupakan sistem
jenis kelamin jantan, karena mengandung
determinasi seks yang paling umum
gen SRY (Sex-determining Region Y) yang
ditemukan pada mamalia, termasuk
mengkode protein TDF (Testis-Determining
manusia, dan beberapa jenis serangga
Factor) yang merangsang diferensiasi gonad
(Contohnya Drosophila melanogaster).
menjadi testis.
Sehingga, apabila :
 Ovum (X) bertemu dengan sperma (X)
Pada sistem ini, betina memiliki maka akan menjadi betina (XX)
kromosom seks berupa XX,  Sebaliknya apabila ovum (X) bertemu
sedangkan jantan memiliki dengan sperma (Y) maka akan menjadi
kromosom seks berupa XY. jantan (XY).
Lalat Buah
(Drosophila melanogaster)
Lalat Drosophila hanya memiliki 8
kromosom saja.
 Delapan buah kromosom yang
terdapat di dalam inti sel itu
dibedakan atas, 6 buah kromosom
(atau 3 pasang) yang pada lalat
betina maupun jantan bentuknya
sama dan karena itu disebut
autosom (kromosom tubuh),
disingkat A.
 Dan 2 buah kromosom (atau 1
pasang) yang disebut kromosom
kelamin (seks kromosom) sebab
anggota dari sepasang kromosom
ini tak sama bentuknya pada lalat
betina dan jantan.
Drosophila melanogaster memiliki
karakteristik seksual sekunder yang
dapat dikenali.
 Dimana lalat betina berukuran lebih
besar dari lalat jantan,
 Kemudian ujung perutnya
(abdomen) meruncing, dan
perutnya memiliki garis-garis
horizontal berwarna hitam.
 Sedangkan lalat jantan berukuran
lebih kecil, dengan ujung bagian
perut (abdomen) yang agak hitam
dan tumpul, dengan sedikit garis
hitam horizontal di perut.
 Selain itu, yang menjadi ciri khas
lalat buah jantan adalah adanya
sisir kelamin (sex comb) pada kaki
bagian depan, yang tidak dimiliki
oleh lalat buah betina
 Dalam keadaan normal, lalat
betina membentuk satu macam
sel telur haploid (AX).
 Lalat jantan menghasilkan dua
jenis spermatozoa, yaitu
spermatozoa yang membawa
kromosom-X (AX) dan
spermatozoa yang membawa
kromosom-Y (AY). Terkadang di saat meiosis selama pembentukan sel
 Jika spermatozoa yang membawa kelamin, sepasang kromosom seks tidak terpisah
kromosom-X membuahi sel telur tetapi saling menempel. Peristiwa tidak berpisahnya
atau ovum (AX), maka lalat betina sepasang kromosom selama meiosis disebut
akan terbentuk (AAXX), nondisjunction.
 Sebaliknya jika spermatozoa yang Jika "nondisjunction" terjadi selama oogenesis
membawa kromosom-Y (pembentukan sel telur atau ovum), maka dua jenis
membuahi sel telur, maka lalat sel telur (ovum) akan terbentuk, yaitu satu ovum
jantan terbentuk (AAXY) dengan 2 kromosom-X dan yang lain hanya berisi
kromosom-X normal
Adanya nondisjunction ini tentu akan
menyebabkan terjadinya berbagai macam 3. Lalat AAXO, ketika spermatozoa
kelainan dalam keturunan, diantaranya pembawa kromosom-X membuahi sel telur
yaitu: (ovum) tanpa kromosom-X. Lalat ini jantan
1. Lalat betina super (AAXXX), yaitu dan steril (mandul). Sebaliknya, pada
ketika spermatozoa pembawa manusia, XO adalah perempuan mandul.
kromosom-X membuahi sel telur (ovum) Tapi tikus XO adalah betina subur (fertile).
dengan 2 kromosom-X. Lalat jenis ini Sedangkan, Drosophila YO tidak diketahui
tidak dapat berkembang dengan karena jika spermatozoa pembawa
sempurna, tidak subur (steril), sangat kromosom-Y membuahi sel telur (ovum)
lemah dan tidak berumur panjang. tanpa kromosom-X, maka akan berakibat
2. Lalat AAXXY, yaitu ketika spermatozoa letal.
yang membawa kromosom-Y membuahi 4. Lalat Ginandromorf, merupakan lalat
sel telur (ovum) dengan 2 kromosom-X. yang setengah tubuhnya adalah betina,
Lalat ini berjenis kelamin betina, mampu dan setengah lainnya jantan, dengan
bereproduksi (subur), tidak berbeda memiliki batas yang tegas. Untuk alasan ini
dengan lalat biasa. Dengan kata lain, tidak mungkin memberikan formula untuk
kromosom-Y Drosophila tidak spesies lalat ini
mempengaruhi jenis kelamin.
5. Lalat interseks (AAAXX), yaitu
campuran lalat betina dan lalat jantan, 7. Lalat yang memiliki kromosom- X yang
bersifat triploid (3n) untuk autosomnya melekat. Lalat ini memiliki fenotipe yang
dan memiliki 2 kromosom-X steril. Lalat sama dengan lalat betina normal, tetapi
ini sekarang biasa disebut sebagai lalat ketika diperiksa di bawah mikroskop,
persilangan triploid (interseks triploid), nukleusnya mengandung sepasang
setelah Bridges berhasil menghasilkan kromosom-X yang menempel di salah satu
berbagai jenis Drosophila tetraploid ujungnya dan terdapat kromosom-Y.
seperti tetraploid betina (AAAAXXXX), Dengan demikian, rumus kromosomnya
tetraploid betina (AAAAXXX), super adalah 3AAXXY
tetraploid jantan (AAAAX).
6. Lalat jantan super, merupakan lalat
yang sebenarnya akan menjadi lalat
jantan tetapi triploid (3n) untuk
autosomnya (3AAAXY) dan bersifat
steril. Seperti halnya lalat betina super,
perkembangannya tidak sempurna,
mandul, sangat lemah dan tidak
bertahan lama.
SISTEM XO

Sistem XO merupakan sistem


determinasi seks yang terjadi
pada beberapa jenis serangga, Kromosom X jantan merupakan
seperti belalang dan cacing penentu jenis kelamin.
nematoda. Sehingga, apabila :
 Sperma (X) bertemu dengan ovum
(X) maka akan menjadi betina (XX).
Pada sistem ini, hanya melibatkan  Sedangkan apabila sperma yang
kromosom X saja. kosong (O) bertemu dengan sel telur
Betina memiliki kromosom seks berupa (X) akan menjadi jantan (XO).
XX, sedangkan jantan memiliki
kromosom seks berupa X saja
(disimbolkan XO).
Belalang

Cacing nematoda
SISTEM ZW

Sistem ZW merupakan sistem Kromosom W, berperan dalam


determinasi seks yang terjadi pada menentukan jenis kelamin betina, karena
burung, beberapa reptil (termasuk mengandung gen DMRT1 (Doublesex and
biawak, komodo), sebagian ikan, Mab-3 Releated Transcription Factor 1)
dan sebagian serangga (termasuk yang mengkode protein DM-W yang
kupu-kupu dan ngengat) menghambat diferensiasi gonad menjadi
testis.
Sehingga, apabila :
 Sperma (Z) bertemu dengan ovum (W)
Pada sistem ini, betina memiliki
maka akan menjadi betina (ZW).
kromosom seks berupa ZW,
 Sedangkan apabila sperma (Z) bertemu
sedangkan jantan memiliki kromosom
dengan sel telur (Z) akan menjadi
seks berupa ZZ.
jantan (ZZ).
Komodo Kadal

Kupu-Kupu
SISTEM
HAPLODIPLOID

Sistem Haplodiloid merupakan Betina diploid terbentuk dari fertilisasi


sistem determinasi seks yang antara sperma dan sel telur, sedangkan
terjadi pada beberapa serangga jantan haploid terbentuk dari
sosial (koloni), seperti lebah dan perkembangan sel telur tanpa fertilisasi
semut. (partenogenesis).
Sehingga, apabila :
 Sel telur difertilisasi, maka akan
Pada sistem ini, betina bersifat diploid terbentuk betina (2n).
(memiliki 2 set kromosom; 2n),  Sementara apabila sel telur tidak
sedangkan jantan bersifat haploid difertilisasi maka akan menjadi jantan
(memiliki 1 set kromosom; n). (n).
Semut

Lebah
Faktor-Faktor Lain
yang Mempengaruhi
Determinasi Seks
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan
faktor yang berasal dari luar Pada kura-kura :
organisme yang dapat  Suhu tinggi akan menghasilkan betina.
mempengaruhi penentuan  Suhu rendah akan menghasilkan jantan.
jenis kelamin. Faktor Pada Buaya :
lingkungan yang paling umum  Suhu tinggi akan menghasilkan jantan.
adalah suhu lingkungan. Suhu  Suhu rendah akan menghasilkan betina.
lingkungan dapat
mempengaruhi determinasi
seks pada beberapa jenis
reptil, seperti kura-kura dan
buaya.
Faktor lingkungan lain yang
dapat mempengaruhi
determinasi seks adalah pH,
salinitas, nutrisi, dan hormon.
Kura-Kura Buaya
Faktor Epigenetik
Faktor epigenetik
merupakan faktor
yang
mempengaruhi
ekspresi gen tanpa
mengubah urutan Pada ikan guppy, terdapat gen yang disebut gen feminisasi (f)
basa DNA. yang dapat menyebabkan jantan berubah menjadi betina.
Faktor epigenetik  Gen f ini dapat diaktifkan atau dinonaktifkan oleh metilasi
dapat DNA, yaitu penambahan gugus metil (-CH3) pada sitosin
mempengaruhi DNA.
determinasi seks  Apabila gen f dimetilasi maka akan menjadi tidak aktif dan
pada beberapa tidak menghasilkan protein feminisasi, sehingga jantan tetap
jenis ikan, seperti menjadi jantan.
ikan guppy dan ikan  Sebaliknya, apabila gen f tidak dimetilasi maka akan menjadi
nila. aktif dan menghasilkan protein feminisasi, sehingga jantan
berubah menjadi betina.
Faktor Epigenetik

Pada ikan nila, terdapat gen yang disebut


gen aromatase (cyp19a1a) yang dapat
menyebabkan betina berubah menjadi
jantan. Gen aromatase ini mengkode enzim
aromatase yang mengubah testosteron
menjadi estrogen.
 Apabila gen aromatase diekspresikan
dengan tinggi maka akan menghasilkan
estrogen yang tinggi, sehingga betina
akan tetap menjadi betina.
 Sebaliknya, apabila gen aromatase
diekspresikan dengan rendah maka
akan menghasilkan estrogen yang
rendah, sehingga betina berubah
menjadi jantan.
TUGAS RUTIN

Latihan

1. Jelaskan faktor yang memengaruhi penentuan jenis kelamin.


2. Bagaimana cara menentukan jenis kelamin pada lalat buah Drosophila melanogaster.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan determinasi seks primer dan determinasi seks
sekunder.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan determinasi seks lingkungan, dan berikan contoh
hewan yang mengalaminya.
5. Mengapa pada pria dikatakan memiliki kromatin seks negatif? Jelaskan.
TUGAS RUTIN
Evaluasi: Pilihan Ganda
TUGAS RUTIN
Evaluasi: Pilihan Ganda
TUGAS RUTIN
Evaluasi: Pilihan Ganda
TUGAS RUTIN
Evaluasi: Essay

1. Terangkan dengan gambar bagaimana karakteristik 5. Perhatikan skema penentuan jenis kelamin pada
seksual sekunder pada lalat buah Drosophila mamalia berikut.
melanogaster jantan dan betina.
2. Jelaskan skema pembentukan lalat jantan dan betina
pada lalat buah Drosophila melanogaster.
3. Terkadang di saat meiosis selama pembentukan sel
kelamin, sepasang kromosom seks tidak terpisah
tetapi saling menempel. Peristiwa tidak berpisahnya
sepasang kromosom selama meiosis disebut
nondisjunction. Jika "nondisjunction" terjadi selama
oogenesis, apakah yang terjadi pada sel telur lalat
buah tersebut ? Jelaskan dengan skema yang jelas.
4. Berangkat dari persoalan nomor 3 di atas, peristiwa
nondisjunction pada lalat buah Drosophila
melanogaster tentu akan mengakibatkan adanya Jelaskanlah mekanisme penentuan jenis kelamin mamalia
perubahan individu yang dihasilkan dari kondisi berdasarkan skema di atas.
normalnya, jelaskan contoh-contoh kelainan dalam
keturunan yang diakibatkan nondisjunction pada lalat
buah Drosophila melanogaster.
TUGAS RUTIN
Studi Kasus

Peristiwa perubahan iklim berdampak tidak hanya pada kehidupan manusia tapi juga berpengaruh pada
kehidupan hewan berdarah dingin seperti amfibi, ikan, dan reptil. Hewan berdarah dingin merupakan
hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya sesuai dengan temperature suhu lingkungan sekitar. Salah satu
permasalahan yang dikhawatirkan dengan terjadinya perubahan iklim seperti pemanasan global adalah
ancaman kepunahan bagi beberapa spesies satwa berdarah dingin, misalnya seperti kadal hutan bergaris
yang tampak pada gambar di atas. Jelaskanlah mengapa hal ini dapat terjadi, kaitkan dengan penentuan
jenis kelamin spesies tersebut.
Thankyou..
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai