Anda di halaman 1dari 8

B.

UNSUR INSTRINSIK
1. Tema
Novel Layar Terkembang karya St. Takdir Alisjahbana ini bertemakan “ Perjuangan
Wanita dalam Membangun Bangsa dan Percintaan “

2. Alur/ plot
a. Jenis Alur : Alur maju, karena cerita dalam novel ini beruntut secara
tepat dan tertata maju tanpa mengungkit masa lalu.
b. Tahapan Alur :
 Perkenalan
Saat di gedung akurium Yusuf bertemu dengan Maria dan Tuti. Pertemuan
itumemberi kesan istimewa pada Yusuf. Hingga akhirnya, Yusuf selalu merasa
ingin bertemu dengan Maria. Dari pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan
Maria dan Tuti, Yusuf mulai jatuh cinta kepada Maria. Ternyata perasaan Yusuf
dibalas pula oleh Maria. Mereka berdua hingga akhirnya merajut suatu ikatan
khusus yang semakin lama semakin mendalam. Pada akhirnya, Yusuf dan Maria
bertunangan.
 Konflik
Maria dan Tuti bertengkar hebat. Pertengkaran itu disebabkan oleh kritikan
pedas Tuti terhadap Maria. Tuti mengkritik bahwa cinta Maria kepada Yusuf
sangat berlebihan dan dapat melemahkan diri Maria sendiri. Tetapi Maria yang
hatinya saat itu sedang marah, Ia membalas kritikan Tuti dengan mengatkan
bahwa dalam masalah cinta Tuti sangat perhitungan dan tak pernah mau rugi
sedikit pun serta Tuti selalu memikirkan kongres ketimbang memikirkan
perasaanya. Dan disinilah Tuti sadar bahwa sampai kapanpun Ia tak bisa melawan
kodratnya sebagai perempuan yangmemiliki perasaan untuk mencinta.
 Klimaks

Suatu ketika Maria terkena penyakit malaria. Penyakit tersebut membuat


Maria begitu lemah ditambah lagi penyakit TBC. Hingga pada akhirnya, Maria
meninggal dunia.

 Peleraian
Sebelum Maria meninggal dunia, Ia menitipkan pesan terakhirnya kepada Tuti
dan Yususf, yaitu jika kelak Ia meninggal nanti, Ia berharap bahwa Tuti dan Yusuf
dapat melangsungkan pernikahan.
 Penyelesaian
Akhirnya Tuti dan Yusuf menuruti permintaan terakhir Maria. Mereka berdua
menikah. Dengan begitu, Tuti tak perlu tersiksa lagi dengan perasaan kesepian
yang selama ini ia coba untuk melawan.

3. Penokohan
Protagonis
 Maria (Tokoh Utama): Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang mudah
kagum, mudah memuji dan memuja, lincah dan periang.
Kutipan halaman 4 paragraf 2: ” Sebaliknya Maria seseorang yang mudah
kagum, yang mudah memuji dan memuja. Sebelum selesai benar ia berpikir,
ucapannya telah keluar menyatakan perasaannya yang bergelora, baik girang
maupun waktu kedukaan”
 Tuti (Tokoh Utama): Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang aktif
dalam berbagai kegiatan wanita,selalu serius, jarang memuji, pandai dan
cakap dalam mengerjakan sesuatu.
Kutipan halaman 3 paragraf 5: “ Tuti bukan seseorang yang mudah kagum,
yang mudah heran melihat sesuatu. Keinsafannya akan harga dirinya amat
besar. Ia tahu bahwa ia pandai dan cakap serta banyak yang dapat
dikerjakannya dan dicapainya.”
 Yusuf (Tokoh Utama): Putra Demang Munaf di Mertapura, seseorang
mahasiswa kedokteran yang pandai dan baik hati.
Kutipan halaman 13 paragraf 4: “ Tetapi rupanya seorang setuden Sekolah
Tabib Tinggi. Kami bertemu betemu........”
 Wiriaatmaja (Tokoh Pendamping): Ayah dari Maria dan Tuti, seorang
yang memegang teguh agama, baik hati, dan penyayang.
Kutipan halaman 13 paragraf 5: “....Sebagai orang yang besar dalam
pendidikan lama, tetapi tiada menutup matanya kepada perubahan yang
berlangsung setiap hari dalam pergaulan, kabur-kabur terasa kepadanya,
bahwa demikianlah hendaknya zaman.”
Kutipan halaman 14 paragraf 3: “ Memaksa anaknya itu menurut
kehendaknya itu tiada sampai hatinya, sebab sayangnya kepada Tuti dan
Maria.......”,
Kutipan halaman 34 paragraf 7: “ Wiriatmaja masuk pula meninggalkan
anak-anak muda bertiga itu di halaman,akan pergi sembahyang.”
 Partadiharja (Tokoh Pendamping): Adik Ipar Wiriaatmaja, seseorang yang
baik hati, teguh pendirian dan peduli antar sesama.
Kutipan halaman 33 paragraf 4: “...tiada menurut nasehat orang tua itulah
yang akhirnya terjerumus. Dan kemudian hari ia akan menyesal. Coba kita
lihat nanti. “
 Supomo (Tokoh Pendamping): Seorang guru muda baik hati, lemah
lembut, sopan, pandai bergaul, dan cerdas.
Kutipan halaman 130 paragraf 8: ” Ia telah menghargai Supomo dalam
hatinya: orang yang baik hati, lemah lembut, dan sopan dalam pergaulan....”
 Rukamah (Tokoh Pendamping): Sepupu Tuti dan Maria yang baik hati dan
suka bercanda.
Kutipan halaman 84 paragraf 3: “ Melihat akibat kejenakaannya yang tiada sekali-
kali disangka-sangka sehebat itu, …”

4. Latar/ Setting
a. Latar Tempat
 Gedung Akuarium di Pasar Ikan
 Rumah Wiriaatmaja
 Mertapura di Kalimantan Selatan
 Rumah Sakit di Pacet
 Rumah Partadiharja
 Gedung Permufakatan

b. Latar Waktu

 Pagi hari
Kutipan halaman 16 paragraf 3: ”Keesokan harinya pagi-pagi sebelum
setengah tujuh....”
 Sore hari
Kutipan halaman 25 paragraf 1 : ”...biasanya benar ia ia duduk berangin-
angin menanti hari senja”
Kutipan halaman 34 paragraf 7: ”....berbunyi beduk magrib sayup-sayup..”
 Malam hari
Kutipan halaman 82 paragraf 2: “ Pada suatu malam, sesudah makan, …”
Kutipan alenia 4 halaman 104: ”…katanya tak banyak sebab perasaan dan
pemandangan yang baru diperolehnya, malam itu hendak dicerenahnya
benar-benar dalam hatinya.”

c. Latar Suasana

 Keramaian :
Kutipan halaman 5 paragraf 4 : ”Di dalam gedung akuarium itu mulailah
ramai suara manusia....”
Kutipan halaman 21 paragraf 3 : ”Maka segala kendaraan yang berhenti
tiada bergerak-gerak menanti itu sibuk kembali”
 Menegangkan :
Kutipan halaman 33 paragraf 44: ”Tetapi Partadiharja yang masih kesal
hatinya,segera menjawab...”
Kutipan halaman 104 paragraf 5 : ” Tetapi bagi Tuti perkataan itu seakan-
akan ditusukkan ke dalam hatinya.”
 Hikmad :
Kutipan halaman 40 paragraf 2 : ” Maka dipersilahkan pembicara tampil ke
muka. Baru habis ucapan ketua itu, memecahlah di tengah-tengah
kesunyian itu tepuk orang yang amat riuhnya.”
 Ketenangan:
Kutipan halaman 56 paragraf 3 : ” Beberapa lama Yusuf Tafakur berdiri di
tengah-tengah ketenangan dan kesentosaan alam”
 Kalut :
Kutipan halaman 88: ” Sebentar-sebentar di tengah-tengah mengetik itu, ia
berhenti. Payah rupanya ia dalam mencari perkataan…”
 Mengharukan :
Kutipan halaman 192 paragraf 1 : ” Alangkah bahagia saya rasanya di akhirat
nanti, kalau saya tahu bahwa kakandaku berdua hidup rukun...”
Kutipan halaman 197 paragraf 6: ”Beberapa lamanya Tuti dan Yusuf berdiri
tiada bergerak-gerak, laksana terpaku pada tanah yang pemurah itu, yang
senantiasa tulus dan ikhlas menerima.........”

5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan penulis dalam penulisan novel ini adalah “Orang
ketiga” yang ditandai dengan menggunakan nama dalam menyebutkan tokoh-
tokohnya.

6. Amanat
 Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan
pengaruh yang sangat besar di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sehingga perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat.
 Selalu rukun dan berprasangka baik pada saudara akan mendamaikan kehidupan
 Setia dalam menjalani hubungan meski masalah datang silih berganti

KRITIK:

Secara keseluruhan isi cerita ini sangatlah bagus. Alur yang ditulis sudah runtut
dimulai dari pengenalan, klimaks, antiklimaks, hingga penyelesaian yang sangat dramatis.
Novel ini bisa membawa pembaca seolah-olah menjadi penonton dalam sebuah drama
percintaan yang mengharukan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa setiap manusia pasti akan
mempunyai pasangan hidup yang selalu ada di saat suka maupun duka jika Sang Penguasa
telah menakdirkannya. Sayangnya novel yang pertama kalinya terbit di tahun 1936 ini,
sepertinya kurang diminati para remaja. Padahal temanya tak jauh dari realita kehidupan
kita. Tatanan bahasa yang dipakai adalah Melayu, sehingga kurang bisa dipahami para
pembaca. Tatanan kalimatnya tidak efektif sehingga muncul berbagai kalimat ambigu yang
membingungkan pembacanya. Pemakaian bahasa yang tidak komunikatif dalam dialog antar
tokoh kurang menggugah para pembaca untuk melanjutkan ceritanya hingga akhir.

Unsur Instrinsik Novel


LAYAR TERKEMBANG
Ditulis oleh: St. Takdir Alisjahbana
(Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia)
Aulia Dewi Savitri
XII-A2/07

PEMERINTAH KOTA MALANG


DINAS PENDIDIKAN
SMAN 2 Malang
Jl. Laksamana Laut RE Martadinata nomor 84
 (0341) 364357
MALANG

Oktober 2012

IDENTITAS BUKU

1. Judul : Layar Terkembang


2. Pengarang : St. Takdir Alisjahbana
3. Penerbit : PT. Balai Pustaka
4. Alamat penerbit : Jalan Gunung Sahari Raya

Nomor 4, Jakarta
5. Keterangan jumlah halaman : xiv + 208 halaman
6. Tahun terbit buku : 1937
7. Keterangan tentang cetakan : Cetakan Keempat puluh satu,
2010
8. Nomor ISBN : 979-407-065-3

9. Katalog Dalam Terbitan


813
Alisjahbana, Sutan Takdir
Layar Terkembang / Sutan Takdir Alisjahbana.
-Cet. 41. – Jakarta: Balai Pustaka, 2010.
xiv +208 hlm. ; Ilus. ; 0,5 cm
(Seri BP no. 1303)

I. Fiksi. I. Judul. II. Seri

ISBN: 979-407-065-3

Sinopsis
LAYAR TERKEMBANG
Raden Wiraatmadja memiliki dua orang anak gadis yang sifatnya sangat berbeda,
yaitu Tuti dan Maria. Anaka pertamanya, Tuti, adalah seorang gadis yang pembawaannya
selalu serius sehingga gadis itu cenderung pendiam. Namun, ia sangat berpendirian teguh
dan aktif dalam berbagai organisasi wanita. Ia bahkan aktif dalam memberikan orasi-orasi
tentang persamaan hak kaum wanita. Pada saat itu, semangat kaum wanita sedang
bergelora sehingga mereka mulai menuntut persamaan hak dengan kaum pria. Anak
keduanya adalah Maria. Ia memiliki sifat yang lincah, sangat periang, dan bicaranya ceplas-
ceplos. Itulah sebabnya, semua orang yang berada di dekatnya pasti senang akan
kehadirannya.

Pada suatu sore, kedua kakak beradik itu berjalan-jalan ke sebuah pasar ikan. Ketika
mereka sedang melihat ikan-ikan dalam akuarium, mereka bertemu dan berkenalan dengan
seorang pemuda tampan bernama Yusuf. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran. Ketika
pulang, Yusuf mengantarkan kedua gadis itu sampai ke rumah mereka.

Sejak pertemuan pertama, Yusuf selalu membanyangkan wajah Maria. Senyum dan
tingkah Maria yang periang membat pemuda itu merasa senang berada di sampingnya.
Takdir kembali mempertemukan Yusuf dengan Maria dan kakaknya di depan hotel Des Indes.
Dengan senang hati, Yusuf mengantar kedua kakak beradik itu berjalan-jalan. Setelah
pertemuan tersebut, Yusuf jadi sering berkunjung ke rumah mereka. Beberapa waktu
kemudian Yusuf dan Maria sepakat menjalin hubungan cinta hingga melalui pertunangan.

Sementara itu, Tuti yang melihat hubungan cinta adiknya, sebenarnya berkeinginan
pula untuk memiliki seorang kekasih. Apalagi setelah ia menerima surat cinta dari Soepomo.
Namun karena pemuda itu bukanlah idamannya, ia menolaknya. Sejak itu, hari-harinya
disibukkan dengan kegiatan organisasi dan melakukan kegemarannya membaca buku
sehingga sedikit melupakan angan-angannya tentang seorang kekasih.

Pada suatu hari keluarga Raden Wiraatmadja dikejutkan oleh hasil diagnosis dokter
yang menyatakan bahwa Maria mengidap penyakit malaria. Semakin hari kesehatan gadis itu
semakin melemah, sekalipun ia menjalani perawatan intensif hingga Maria juga divonis
penyakit TBC oleh dokter. Maria yang periang dan lincah seperti kehilangan semangat
hidupnya. Hal ini membuat Yusuf merasa sedih. Pemuda itu mendampingi kekasih hatinya
dengan setia. Namun penyakit TBC yang diderita Maria semakin hari semakin parah,
sehingga tak lama kemudian Mariapun meninggal dunia. Sebelum ia menghembuskan nafas
terakhir, ia meminta Yusuf untuk menerima kakaknya sebagai penggantinya. Setelah Maria
meninggal dunia Tuti dan Yusuf menjalin hubungan cinta. Akhirnya mereka sepakat untuk
menikah.

Anda mungkin juga menyukai