Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REPORT

“Materi Genetik Dalam Populasi”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Genetika

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 14

Elis Yana 0310202096


Annisyah Putri Amalia Sipahutar 0310202036
Selvia 0310202078

TADRIS BIOLOGI-2
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan critical book
ini dengan baik. Sholawat dan salam tak lupa senantiasa kita sanjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti,
Aamiin.
Laporan critical book ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah genetika tak
lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ummi Nur Afinni Dwijayanti
M.pd yang telah membimbing dan mendukung dalam penyelesaian tugas ini, dan
saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman saya yang memberikan dukungan
dan semangat kepada saya untuk dapat menyelesaikan tugas ini.
Saya sangat berharap kiranya critical book ini dapat bermanfaat bagi pembaca
untuk mengetahui isi buku beserta kelebihan dan kekurangan dari buku tersebut.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam critical book ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan critical book yang selanjutnya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1
D. Manfaat ......................................................................................................... 2

BAB II IDENTITAS BUKU ................................................................................ 3

BAB III ANALISIS MATERI GENETIK DALAM POPULASI ..................... 4

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 14

A. Keunggulan Buku ......................................................................................... 14


B. Kelemahan Buku ........................................................................................... 14

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 16

A. Kesimpulan ................................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Critical book adalah hasil kritik atau bandingan tentang suatu topik materi yang umumnya
ada pada perkuliahan, terhadap buku yang berbeda. Critical book tidak hanya bertujuan untuk
mengetahui isi buku, tetapi lebih menitik beratkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi, dan
analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut dan
bagaimana isi buku tersebut dapat mempengaruhi cara berpikir dan pemahaman pembaca.

Setiap buku yang ditulis oleh penulis tertentu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Oleh karena itu, kelayakan suatu buku dapat diketahui dengan melakukan
resensi terhadap buku itu dengan perbandingan terhadap buku lainnya. Suatu buku dengan
kelebihan yang lebih dominan dibandingkan dengan buku lainnya menandakan buku tersebut
sudah layak untuk dipakai dan dijadikan sumber referensi oleh khalayak ramai.

Diharapkan dengan adanya laporan critical book ini dapat menambah pemahaman tentang
materi ini dan mampu berpikir lebih kritis dan sistematis, sehingga mahasiswa sebagai calon
guru dapat mengaplikasikan materi ini di lapangan atau setelah menjadi guru.

B. Rumusan Masalah
1. Identitas buku?
2. Menganalisis dua buku SMA dengan ruang lingkup materi genetik dalam populasi‖ ?
3. Membandingkan Kelebihan dan kekurangan antara dua buku SMA ?
C. Tujuan
Adapun tujuan critical book ini adalah untuk mengetahui identitas buku dan
menganalisis dua buku SMA dengan ruang lingkup materi genetic dalam populasi dan
membandingkan kelebihan dan kekurangan antara dua buku SMA dan untuk memenuhi
tugas mata kuliah genetika, untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana

1
mengkritik buku serta untuk mengetahui kelayakan buku tersebut utuk dibaca oleh
khalayak ramai.
D. Manfaat
Manfaat critical book ini adalah agar penulis dan pembaca mengetahui ruang
lingkup materi genetik dalam populas, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku
dan tentunya menambah pengetahuan penulis cara mengkritik buku serta tugas kuliah
dapat terselesaikan

2
BAB II IDENTITAS BUKU

A. Identitas Buku
1. Identitas Buku Pertama

Judul buku : Biologi


Penulis :Pratiwi, Sri Maryati, Suharno, dan Bambang. S
Tahun terbit : 2018
Penerbit : Erlangga
Tempat terbit : Jakarta
2. Identitas Buku Kedua

Judul buku : Modul Pembelajaran Evolusi SMA Biologi


Penulis : Drs Munawir
Tahun : 2017

3
BAB III ANALISIS
MATERI GENETIK DALAM POPULASI
A. Analisis Buku Pertama
1. Hukum Hardy Weinberg
Seorang profesor matematika dari Inggris, Godfrey Harold Hardy, dan seorang dokter dari
Jerman, Wilhelm Weinberg, secara apisah memublikasikan analisisnya mengenai keseimbangan
gen" dalam populasi yang dikenal sebagai Hukum Hardy-Weinberg.
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel atau gen I dalam populasi dapat
tetap stabil dan tetap berada dalam keseimbangan dari satu generasi ke generasi dengan syarat
sebagai berikut.
1. Jumlah populasi besar.
2. Perkawinan secara acak atau random.
3. Tidak terjadi mutasi maju atau balik.
4. Tidak ada seleksi.
5. Tidak ada migrasi
Frekuensi gen adalah perbandingan antara suatu gen atau genotipe dengan gen atau genotipe
yang lain di dalam suatu populasi. Menurut Hukum Hardy-Weinberg, perbandingan antara alel A
dan a di dalam suatu populasi misalnya, tidak akan berubah dari generasi ke generasi. Jika
frekuensi alel A di dalam populasi dumpamakan p, sedangkan frekuensi alel a diumpamakan q
kemungkinan kombinasi spermatozoa dan sel telur (ovum) pada perkawinan individu heterozigot
Aa dan Aa adalah (p+ q2 = 1) sehingga p+q = 1 dan p = 1- q
Ovum/ Sperma A (p) A (q)
A (p) AA (p2) Aa (pq)
A (q) Aa (pq) Aa (q2)
Tabel Persilangan gen berdasarkan hukum Wein-Berg
Jumlah = P2 (AA) + 2pq (Aa) + q2 (aa)
Jadi, untuk mencari frekuensi dari dua buah alel di dalam suatu populasi dapat digunakan
Hukum Hardy-Weinberg yang rumusnya sebagai berikut.
P2 (AA) + 2pq (Aa) + q2 (aa)
(p + q) 2 = 1 sehingga (p + q) = 1
p=1-q

4
Dari penjelasan rumus tersebut, jelas bahwa Hukum Hardy- Weinberg sangat berguna untuk
menghitung frekuensi gen serta frekuensi homozigot maupun heterozigot di dalam suatu
populasi.
 Menghitung frekuensi gen kodominan
Contoh
Dari 1.000 orang penduduk yang diperiksa golongan darahnya berdasarkan sistem MN,
didapatkan 640 orang bergolongan M. 320 orang MN, dan 40 orang N. Berapakah frekuensi alel
LM dan Ln dalam populasi itu?

Penyelesaian:

Misal p = frekuensi untuk alel LM , q = frekuensi untuk alel Ln Menurut hukum Hardy-Weinberg:

p2 (LM LM) + 2pq (LM LN) + q2 (LN LN)

q2 = = 0,04 p + q = 1

q=√ = 0,2

p = 1 -0,2 = 0,8

Jadi : Frekuensi alel L M = P = 0,8

Frekuensi alel LN = q = 0,2


 Menghitung Frekuensi gen jika ada dominansi

Contoh

Di dalam populasi, didapatkan 64% perasa PTC dan 36% bukan perasa PTC. Berapakah
perbandingan frekuensi genotipe yang terdapat dalam populasi tersebut?

Penyelesaian:

Genotipe kelompok bukan perasa PTC diberi simbol tt. Genotipe kelompok perasa PTC diberi
simbol TT atau Tt. Frekuensi genotipe tt =36\% atau 0,36
Jadi, frekuensi gen t dalam populasi tersebut adalah √ 0 =0,6.
Nilai T + t = 1 sehingga T = 1 - 0,6
T= 0,4

5
Dengan mengetahui frekuensi gen T dan t, frekuensi genotipe dapat dihitung sebagai berikut.
0,4 T 0,6 t
0,4 T 0,16 TT 0,24 Tt
0,6 t 0,24 Tt 0,36 tt
Jadi perbandingan frekuensi genotip yang terdapat didalam populasi adalah
TT : Tt : tt = 16 : 48 : 36
= 4 : 12 : 9
 Menghitung frekuensi alel ganda
Persamaan (p + q) = hanya berlaku apabila terdapat dua alel pada suatu lokus dalam
autosom. Apabila lebih banyak alel yang yang ikut mengambil peranan, harus digunakan
lebih banyak symbol dalam persamaan. Misalnya pada golongan darah system ABO
memiliki tiga alel, yaitu IA, IB, IO.
Misal : p = frekuensi alel IA
q = frekuensi alel IB
r = frekuensi alel IO
Sehingga persamaannya menjadi:
(p + q + r) = 1
Berdasarkan hukum keseimbangan Hardy- Weinberg untuk golongan darah system ABO,
dirumuskan sebagai berikut.
P2 IAIA + 2 pr IAIO +q2 IBIB + 2qr IBIO +2pqIAIB +r2 IOIO
Contoh :
Hasil dari pemeriksaan golongan darah seribu orang siswa disalah satu SMA menggunakan
system ABO adalah: 320 siswa golongan A, 150 siswa golongan B, 40 siswa golongan AB,
dan 490 siswa golongan O
a. Berapakah frekuensi alel IA, IB, dan IO ?
b. Berapakah jumlah siswa golongan darah A homozigot?
c. Berapakah jumlah siswa golongan darah B heterozigot?
Penyelesaian:
Misal : p = frekuensi alel IA
q = frekuensi alel IB

6
r = frekuensi alel IO
Menurut hukum Hardy- Wenberg
a. P2IAIA + 2Pr IAIO + q2IBIB + 2qr IBIO + 2pq IAIB + r2IOIO
r2 = frekuensi golongan darah O
= = 0,49

r=√ = 0,7
(p + r )2 = frekuensi golongan A + golongan O
=

= 0,81
(p + r ) = √ = 0,9
P = 0,9 – 0,7 = 0,2
Nilai (p + q + r) = 1
Sehingga q = 1 – (p + r)
= 1 – (0,2 + 07)
= 0,1
Jadi: frekuensi alel 1A= p = 0,2
frekuensi alel 1B=q = 0,1
frekuensi alel 1°=r = 0,7
b. Frekuensi genotype IAIA = p² (0,2) 2= 0,04
Jadi, dari 320 siswa golongan darah A, diperkirakan yang
homozigot IAIA= 0,04 x 1.000 = 40.
c. Frekuensi genotipe IBIO= 2qr=2 (0,1 x 0,7) = 0,14
Jadi, dari 150 siswa golongan darah B, diperkirakan yang
heterozigot IB1O= 0,14 x 1.000 = 140 siswa.
 Menghitung Frekuensi Gen Terangkai X
Bagaimanakah menghitung frekuensi gen terangkai/terpaut pada kromosom X? Laki-laki hanya
mempunyai sebuah kromosom X sehingga tidak dapat menunjukkan distribusi binomium untuk
kombinasi secara random dari sepasang gen terangkai X seperti pada seorang perempuan.

7
Laki-laki = p + q karena genotipe laki-laki = XAY dan XAY
Perempuan = p² + 2pq+q2 genotipenya = XAXA, XAXa, dan XaXa
Contoh:
Diketahui 6% dari laki-laki di suatu daerah menderita penyakit buta warna merah-hijau.
a. Berapakah frekuensi dari perempuan di daerah itu yang normal?
b. Berapakah frekuensi dari perempuan yang buta warna?
Penyelesaian
Menurut Hukum Hardy-Weinberg, untuk menghitung frekuensi gen yang terangkai pada
kromosom X:
 frekuensi gen buta warna a(c) = a = 0.06 f
 rekuensi gen normal (C) = p = 1-0,06 = 0,94
a. frekuensi dari perempuan di daerah itu yang diduga normal adalah (CC dan Cc)= p2 + 2pq =
(0, 94) 2 + 2(0, 94) (0,06) = 0,9964.
b. frekuensi dari perempuan yang diduga buta warna (cc) = q2 =(0,06)²= 0,0036
Sampai saat ini, telah diketahui beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
keseimbangan frekuensi gen atau alel di dalam suatu populasi. Faktor-faktor tersebut. antara lain
perkawinan tak acak, migrasi, hanyutan genetik, seleksi alam, mutasi, rekombinasi, dan seleksi.
Para ahli evolusi menggunakan Hukum Hardy-Weinberg untuk mengamati apakah suatu
perubahan frekuensi alel telah terjadi pada suatu populasi. Hal ini menjadi tanda terjadinya
mikroevolusi. Mikroevolusi pada akhirnya membentuk makroevolusi atau evolusi dalam
pengertian umum.
B. Analisis Buku Kedua
2. Hukum Hardy Weinberg
Pada proses evolusi terjadi perubahan frekuensi gen. Bila perbandingan antara genotip-
genotip dalam satu populasi tidak berubah dari satu generasi ke generasi,maka frekuensi gen
dalam populasi tersebut ada dalam keadaan seimbang, artinya tidak terjadi evolusi.
Frekuensi gen berada dalam keseimbangan apabila:
 tidak terjadi migrasi;
 tidak ada mutasi, atau harus ada keseimbangan mutasi di mana perubahan genetis ke satu arah
diimbangi oleh sejumlah mutasi yang sama dalam arah berlawanan;
 tidak terjadi seleksi;

8
 reproduksi harus berlangsung acak;
 populasi harus besar.
Bila frekuensi gen dalam satu populasi ada dalam keadaan seimbang berlaku Hukum Hardy
Weinberg.Apabila frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan simbol p, dan alelnya dengan
simbol q, maka: (p+q)=1
Bila frekuensi gen A=p dan frekuensi gen a=q, maka frekuensi genotip AA: Aa: aa-p2: 2pq : q2.
Cara mencari frekuensi gen
Jika dalam suatu populasi diketahui frekuensi genotipnya, maka frekuensi gennya dapat dicari.
Contohnya, frekuensi genotip aa dalam suatu populasi 0,25. Tentukan frekuensi gen A: a serta
frekuensi genotip AA, Aa, dan aa.
Jawab:

Frekuensi gen a = aa = 0,25 = 0,5


Jumlah frekuensi gen A+ a =1
Jadi, frekuensi gen A=1-0,5-0,5
Frekuensi genotip AA: Aa: aa= (0,5 A+ 0,5a) (0,5
A+0,5 a) 0,25 AA: 0,50 Aa: 0,25 aa
Penerapan hukum Hardy-Weinberg untuk menghitung frekuensi gen dalam populasi
sebagai berikut:

a) Dalam suatu populasi terdapat kelompok perasa pahit kertas PTC (phenil thiocarbamide) sebesar
64%, sedangkan yang lainnya bukan perasa PTC Bukan perasa PTC dikendalikan oleh gen t dan
perasa PTC dikendalikan oleh gen T. Tentukan frekuensi gen dan genotip populasi orang PTC
dan non PTC.
Jawab:
Jumlah PTC dan non-PTC = 100% orang PTC (genotip TT atau Tt)=64%
Frekuensi orang tidak perasa PTC (bergenotip tt=q) =100 %-64% =36% q2= 36% 0,36
maka frekuensi gen t =q = 0,36 = 0,6
T+t=1, maka frekuensi T=1-0,6-0,4
frekuensi T: t = 0,4: 0,6 frekuensi gentotip TT: Tt : tt (T+t) (T+t)
=(0,4 T+0,6t) (0,4T+0,6t)
=0,16 TT + 2(0,24 Tt) 0.36 tt = 0.16 TT + 0,48 Tt+ 0,36 tt

9
Jadi, frekuensi genotip TT: Tt: tt 16:48:36 4:12:9
Untuk mencari frekuensi gen, coba kamu cari dahulu frekuensi individu yang
bergenotip homozigot resesif, sebab genotif dominan bisa bergenotip TT atau tt
b) Diketahui frekuensi orang albino pada suatu masyarakat adalah 25 di antara 10.000 orang Berapa
persentase orang pembawa sifat albino yang heterozigot?
Jawab:
Orang albino aa (q2)
q2 = 25/10,000 = 0.0025 q= 0,0025
= 0.05p+q = 1
p+0,05=1 — p = 1-0,05=0,95
Orang pembawa sifat albino dinotasikan dengan 2 pq
=2(0,95 x 0,05)
= 0,0475
= 0,0475 × 100%
=4,75%
Perubahan perbandingan frekuensi gen pada populasi Saat ini, telah diketahui beberapa
faktor penting yang menyebabkan perubahan keseimbangan genetik di dalam suatu populasi.
Faktor-fakor tersebut, antara lain: mutasi, seleksi alam, emigrasi dan imigrasi, rekombinasi dan
seleksi, dan genetic drift. Untuk lebih mengetahui, mari cermati uraian berikut ini.
a. Mutasi
Apabila ada satu atau beberapa gen yang bermutasi, maka akan terjadi perubahan keseimbangan
gen-gen dalam suatu populasi.
Contoh:
Gen b yang mempengaruhi rambut tikus berwarna putih adalah normal. Kemudian, bermutasi
menjadi gen B yang menyebabkan rambut tikus berwarna kuning. Gen ini menyebabkan letal
apabila dalam keadaan homozigot BB. maka:
P: Bb x Bb
(Kuning) (Kuning)

F:

Letal 2 Kuning Putih


Dengan demikian, rasio genotip yang dihasilkan Bb : bb = 2 : 1, karena BB letal

10
b. Seleksi alam
Di danau buatan di Amerika Serikat pernah ditemukan jenis katak berkaki banyak dan jenis
katak normal. Katak yang berkaki banyak fertilitasnya rendah atau mandul dan bersifat resesif.
Sedangkan, katak berkaki normal mempunyai fertilitas normal dan bersifat dominan. Karena
katak berkaki banyak bersifat mandul, maka katak ini dapat dihasilkan dari perkawinan antara
katak berkaki normal heterozigot.Jadi, apabila katak berkaki normal heterozigot ( Nn )
dikawinkan dengan yang berkaki normal Nn, maka akan dihasilkan rasio keturunannya, sebagai
berikut:
P: Nn >< Nn
F NN : (Nn + Nn) : nn
25% : 50% : 25%
Katak yang bergenotif nn adalah mandul sehingga yang mampu menghasilkan keturunan yang
bergenotif NN dan Nn, atau 75% dari seluruh populasi.
b. Spesiasi
Spesiasi atau pembentukan spesies pada dasarnya dapat digunakan sebagai saksi hidup mengenai
apa yang terjadi di masa lalu, maka dari itu proses spesiasi dapat pula dianggap sebagai bukti
bahwa proses evolusi memang berlangsung. Syarat terjadinya spesiasi adalah :
1. Adanya perubahan lingkungan, Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan evolusi.
Contohnya, bencana alam dapat menyebabkan timbulnya kepunahan massal di muka bumi.
2. Adanya relung (niche) yang kosong, Relung merupakan tempat hidup dan interaksi suatu
organisme. Suatu spesies selalu menempati relung tertentu. Suatu relung umumnya hanya dapat
ditempati oleh satu jenisspesies saja. Kepunahan massal akan menimbulkan relung-relung
kosong yang akan menyebabkan relung-relung baru terisi kembali dalam jangka waktu yang
panjang. Apabila relung tersebut kosong (tidak ada organisme yang menempatinya), maka akan
ada banyak organisme yang berusaha menempati relung tersebut.
3. Adanya keanekaragaman suatu kelompok organisme. Selalu akan ada sejumlah organisme
yang mencoba mengisi relung yang kosong. Keberhasilan suatu organisme mengisi relung
ditentukan oleh seberapa besar kecocokan organisme tersebut dibandingkan dengan persyaratan
relung yang kosong.

11
c. Isolasi Geografi
Isolasi geografi/batas alam. Apabila batas alam tidak dapat dilewati, suatu populasi tidak akan
pernah bertemu dengan populasi lainnya maka dapat menyebabkan terjadinya spesisasi baik
simpatri maupun tidak simpatri
- Proses spesiasi simpatri: proses spesiasi yang terjadi dalam area geografi yang sama dari suatu
spesies yang paling berkerabat. Spesiasi terjadi karena aspek genetik, morfologi, tingkah laku,
fisiologi, dan lain-lain. Contoh: populasi mencit di Eropa Barat memiliki sejumlah populasi kecil
yang tidak interfertilisasi dengan populasi di sebelahnya walaupun penyebarannya sangat luas di
Eropa Barat.
- Spesiasi tidak simpatri: proses spesiasi yang terdapat dalam area geografi yang berbeda
dibandingkan dengan area geografi suatu spesies yang paling berkerabat. Dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Spesiasi alopatri: proses spesiasi yang terjadi di daerah yang berjauhan atau berlainan dari
suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya. Sebagian dari populasi suatu spesies
terpisah dan hidup di daerah yang berlainan. Karena adanya pemisahan, keanekaragaman yang
terbawa dari populasi yang terpisah, berbeda dalam frekuensi alelnya. Oleh karena kedua daerah
memiliki perbedaan dalam banyak hal, seleksi alam yang bekerja pada masing-masing area akan
berbeda pula. Ketika kedua populasi tersebut bertemu di kemudian hari, tidak ada lagi interaksi
social di antara kedua populasi tersebut. Contoh: Macaca brunnescens dianggap jenis berbeda
dari Macaca ochreata karena terpisah secara geografi.
2. Spesiasi parapatri: proses spesiasi yang terjadi di daerah yang bersebelahan dengan daerah dari
suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya. Daerah penyebaran meliputi lebih
dari satu macam habitat dengan persyaratan yang berbeda. Dengan berjalannya waktu,
terbentuklah suatu populasi yang tetap bersebelahan tetapi kemampuan interfertilnya secara
gradual menurun, berbanding lurus dengan jarak antara dua populasi. Akhirnya pada suatu
keadaan akan ada dua populasi yang sudah tidak mampu berinteraksi secara interfertil, sehingga
harus dianggap sebagai spesies tersendiri.
3. Spesiasi peripatri: proses spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu spesies yang
paling dekat hubungan kekerabatannya. Suatu organisme memiliki kisaran toleransi tertentu,
akibatnya jenis tersebut akan menempati daerah tertentu. Semakin jauh dari pusat
penyebarannya, maka lingkungannya pun makin berbeda. Dengan demikian spesies yang
menempati daerah tersebut akan semakin berbeda dengan spesies yang menempati pusat. Dengan

12
demikian, interaksi antara populasi tersebut dengan populasi satu spesiesnya menjadi sangat
terbatas.

13
BAB IV

PEMBAHASAN
A. Keunggulan Buku
1. Keunggulan Buku Pertama
Buku Pertama yaitu berjudul ―BIOLOGI‖ oleh penulis D.A Pratiwi, Sri Maryati,
Suharno, Bambang S. Buku untuk SMA/MA Kelas XII. Kelebihan pada buku ini yaitu
membahas tentang Hukum Hardy-Weinberg yang menyatakan bahwa frekuensi alel atau gen
dalam populasi dapat tetap stabil dan tetap berada dalam keseimbangan dari satu generasi ke
generasi dengan syarat sebagai yaitu; 1) Jumlah populasi besar. 2) Perkawinan secara acak atau
random, 3) Tidak terjadi mutasi maju atau balik, 4) Tidak ada seleksi, 5) Tidak ada migrasi.
Kedua, Pada buku ini menyatakan Frekuensi gen sebagai perbandingan antara suatu gen atau
genotipe dengan gen atau genotipe yang lain di dalam suatu populasi. Ketiga, pada buku ini
Hukum Hardy-Weinberg sangat berguna untuk menghitung frekuensi gen serta frekuensi
homozigot maupun heterozigot di dalam suatu populasi yang bermanfaat dalam kegiatan yang
dapat mengembangkan kemampuan dasar matematika siswa di masa tahapan awal
perkembangannya, yaitu kemampuan melihat, membedakan, meramalkan dan memisahkan dan
mengenal konsep angka. Sehingga siswa dapat Menghitung frekuensi gen kodominan,
Menghitung frekuensi gen jika ada dominansi, Menghitung frekuensi alel ganda, Menghitung
frekuensi gen terangkai -X. Keempat, Dalam buku ini berisi faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan keseimbangan frekuensi gen atau alel didalam populasi. Faktor-faktor tersebut, antara
lain perkawinan tak acak, migrasi, hanyutan genetik, seleksi alam, mutasi, rekombinasi, dan
seleksi. Sehingga siswa dapat mengetahui spesifik tentang factor-factor Hukum Hardy-
Weinberg. Kelima, pada buku ini terdapat teori Para ahli evolusi menggunakan hukum hardy-
weinberg untuk mengamati apakah suatu perubahan frekuensi alel telah terjadi pada suatu
populasi. Keenam, Buku ini memiliki sub materi yang cukup banyak sehingga siswa tidak hanya
mempelajarri tentang Hukum Hardy-Weinberg saja tetapi tentang hukum teori evolusi lainnya.
2. Keunggulan Buku Pertama
Buku Kedua yaitu berjudul ―Modul Pembeajaran SMA-BIOLOGI-―Drs. Munawir yang
membahas tentang evolusi untuk dijadikan bahan ajar di Kelas XII. Dikatakan pada buku ini
bahwa evolusi adalah Perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang berlangsung secara
perlahan-lahan dalam waktu yang sangat lama. Nah, pada materi genetic dalam populasi yang

14
terdapat pada buku ini yaitu Hukum Hardy Weinberg Pada proses evolusi terjadi perubahan
frekuensi gen. Bila perbandingan antara genotip-genotip dalam satu populasi tidak berubah dari
satu generasi ke generasi, maka frekuensi gen dalam populasi tersebut ada dalam keadaan
seimbang, artinya tidak terjadi evolusi. Adapun kelebihan yang tampak pada buku ini yaitu;
Pertama, kelebihan pada buku kedua tidak jauh beda dengan buku pertama di mana isinya
terletak frekuensi gen berada dalam keseimbangan apabila tidak terjadi migrasi, tidak adanya
mutasi atau ada keseimbangan mutasi di mana perubahan genetik ke suatu arah diimbangi oleh
suatu mutasi yang sama Dalam arah yang berlawanan, tidak terjadi seleksi, reproduksi harus
berlangsung acak dan populasi harus besar. Kedua, hukum hardy-weinberg yang dipaparkan oleh
buku ini terdapat cara mencari frekuensi gen. Ketiga, pada buku ini penerapan hukum hardy-
weinberg yaitu untuk menghitung frekuensi gen dalam populasi. Di mana terdapat sebuah
contoh- contoh soal yang sangat berguna bagi siswa dalam meningkatkan potensi kognitif yaitu
dengan tes dalam menguji kemampuan berlogika dan menganalisis suatu masalah. Keempat,
untuk isi keseluruhan materi buku ini dapat dikatakan membahas secara ringkas dan tepat ada
materi tentang evolusi. Sehingga pemaparan dari buku tersebut membuat siswa lebih paham
tentang materi yang disampaikan.
B. Kelemahan Buku
1. Kekurangan Buku Pertama
Buku Pertama yaitu berjudul ―BIOLOGI‖ oleh penulis D.A Pratiwi, Sri Maryati,
Suharno, Bambang S. Buku untuk SMA/MA Kelas XII. Kekurangan pada buku ini yaitu tidak
terdapat penyajian gambar pada hukum Hardy-Weinberg dan konsep yang disajikan masih
sederhana.
2. Kekurangan Buku kedua
Buku kedua yaitu berjudul ―Modul Pembeajaran SMA-BIOLOGI-l― oleh Drs. Munawir
yang membahas tentang evolusi untuk dijadikan bahan ajar di Kelas XII. Kekurangan buku ini
yaitu tidak dilengkapi gambar pada hukum Herdy- Weinberg dan contoh dalam pengaplikasian
dari rumus hanya menyajikan dua kasus sehingga kurang lengkap dibanding dengan buku
pertama yang menyajikan empat contoh kasus dari hukum Herdy-Weinberg.

15
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa critical book report
merupakan bagian untuk mengkritisi buku untuk mengatahui kelemahan dan kelebihan buku,
baik dalam sistematika penulisan, penggunaan bahasa, isi materi dan tampilan buku. Hal tersebut
dilakukan agar buku yang dikritik dapat direvisi agar menjadi buku yang lebih baik.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa critical buku ini masih jauh dari kata sempurna serta minimnya
sumber yang dimiliki oleh penulis, maka penulis akan selalu menerima kritik dan saran yang
membangun untuk menjadikan critical buku ini menjadi lebih baik. Untuk saran bisa berisi kritik
atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
critikal buku yang telah dijelaskan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, Sri Maryati, Suharno, Bambang. S, 2018. Biologi. Erlangga. Jakarta

Munawir, 2020. Modul Pembelajaran Evolusi SMA Biologi. Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Di Rektorat Pendidikan menengah di Rektorat
Sekolah Menengah Atas

17

Anda mungkin juga menyukai