Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETNOBIOLOGI

“RUANG LINGKUP DAN PERKEMBANGAN ETNOBIOLOGI”

Makalah ini Diselesaikan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Etnobiologi

Dosen Pengampu :
Nurul Hidayah Nasution, M. Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 1 / Tadris Biologi – 2 / Semester VII

M Rizki (0310202058)
M Reza (0310203041)
Abdul Hasyim Mazhurin Siregar (0310201008)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Shalawat beriringkan salam kehadiran Nabi Muhammad SAW, yang mana harapkan
syafa’atnya lah yang kita harapkan di Yaumil Akhir kelak.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas makalah dengan mata kuliah
“Etnobiologi”. Yang mana judul dari makalah ini adalah “Ruang Lingkup dan Perkembangan
Etnobiologi”. Adapun dalam penulisan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa
didalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang mebimibing kami dalam penulisan makalah ini.

Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat, tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak termasuk teman-teman yang telah membantu menyusun makalah
ini serta kepada dosen mata kuliah Etnobiologi yaitu Ibu Nurul Hidayah Nasution, M. Pd.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua.

Penulis Makalah

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2


2.1 Pengertian Etnobiologi .......................................................................................... 2
2.2 Perkembangan Etnobiologi .................................................................................... 3
2.3 Subjek Pemahaman dalam Etnobiologi .................................................................. 5
2.4 Cabang Keilmuan Etnobiologi ............................................................................... 6
2.5 Integrasi Ayat Al-Qur’an ....................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 11
3.2 Saran ..................................................................................................................... 11

DAFTR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dilihat dari berbagai kajian etnobiologi secara lintas budaya di berbagai belahan
dunia, pada umumnya masyarakat tradisional dengan berbekal modal pengetahuan lokalnya,
seperti pengetahuan biologi lokal telah mampu dan berhasil melindungi proses-proses
ekologi potensial, melindungi aneka ragam species atau varietas tumbuhan dan hewan,
beserta ekosistemnya, untuk kepentingan ekonomi lokal mereka secara berkelanjutan. Oleh
karena itu, tidaklah heran bahwa pengetahuan lokal, yang merupakan kajian utama
etnobiologi sejak tahun 1990-an, telah banyak dikaji oleh berbagai kalangan untuk
dimanfaatkan bagi berbagai program pembangunan, misalnya pada bidang pengobatan,
pertanian. peternakan, kehutanan, dan konservasi alam (Warren dkk dalam Iskandar:2016).

Etnobiologi merupakan bagian dari kearifan local, dan erat kaitannya satu sama lain.
Etnobiologi merupakan studi ilmiah pada dinamika hubungan di antara masyarakat, biota,
dan lingkungan yang ada sejak dulu hingga sasmpa sekarang dan diperkenalkan lebih jauh
kepada masyarakat yang sudah secara tidak langsung memiliki pengetahuan awal tentang
etnobiologi. Maka pada makalah dengan judul "Ruang Lingkup dan perkembangan
Etnobiologi" bermaksud untuk memaparkan hal hal mendasar terkait etnobiologi, diantaranya
yaitu perkembangan etnobiologi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa Pengertian dari Etnobiologi?
2) Jelaskan Perkembangan Etnobiologi?
3) Apa saja Subjek Pemahaman Etnobiologi?
4) Apa saja Cabang Keilmuan Etnobiologi ?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui Pengertian dari Etnobiologi
2) Untuk mengetahui Perkembangan Etnobiologi
3) Untuk mengetahui Subjek Pemahaman Etnobiologi
4) Untuk mengetahui Cabang Keilmuan Etnobiologi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etnobiologi

Etnobiologi berasal dari kata etnologi dan biologi. Etnologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang etnis, suku, atau masyarakat local serta budaya yang ada pada
masyarakat tersebut. Sedangkan biologi adalah studi tentang hidup dan organisme hidup. Jadi
Etnobiologi dapat diartikan sebagai studi ilmiah pada dinamika hubungan diantara
masyarakat, biota, dan lingkungan yang telah ada sejak dulu dan hingga sekarang 1.

Etnobiologi adalah studi ilmiah antardisiplin mengenai bagaimana makhluk hidup lain
diperlakukan atau dipergunakan dalam berbagai macam kebudayaan manusia. Bidang ini
mempelajari hubungan dinamis antara manusia, biota, dan lingkungan, dari masa lalu yang
jauh hingga saat ini. Interaksi "manusia-biota-lingkungan" di seluruh dunia
didokumentasikan dan dipelajari dari masa ke masa, melintasi kebudayaan, dan melintasi
disiplin ilmu guna mencari jawaban yang andal untuk dua pertanyaan 'penting': "Bagaimana
umat manusia memanfaatkan alam?" dan "Bagaimana umat masyarakat manusia memandang
alam?"

Etnobiologi merupakan bidang kecil, padu, dan lebih spesifik yang berkembang dari
kajian-kajian di etnobotani dan etnozoologi. Namun spektrum keilmiahannya mencakup
berbagai pendekatan, dari studi budaya dan linguistik yang cermat hingga studi biologi yang
teliti. Diujung spektrum linguistik, studi berfokus pada semantik: kosakata, konsep linguistik,
makna dan simbol, serta seni dan agama. Spektrum tengah, di mana antropologi dan biologi
menyatu, adalah studi tentang bagaimana orang benar-benar berpikir tentang penggunaan dan
pengelolaan tanaman: etnomedis, produksi dan konsumsi pangan, dan etnoekologi. Lebih
jauh ke biologi, tetapi masih menggunakan pendekatan antropologis, adalah bidang
arkeologi; arkeozoologi dan arkeobotani, yang merekonstruksi kehidupan masa lalu dari data
biotik2.

1
Hasairin, A., & Nasution, A. (2020). Kajian EtnobiologiTerites dan Kidu-Kidu Makanan Budaya
Suku Batak Karo di Sumatera Utara. Jurnal Perhimounan Masyarakat Etnobiologi Indonesia, 227-236.
2
A., Helida, Zuhud EAM., Hardjanto, Purwanto Y., and Hikmat A. 2015. “The Ethnography of
Kerinci.” Komunitas International Journal of Indonesian Society and Culture 7 (2): 283–96.

2
2.2 Perkembangan Etnobiologi

Studi Etnobiologi mendapatkan definisi resmi pertamanya dari etnobotanis Amerika


Edward F. Castetter pada tahun 1944, dia menjelaskan Etnobiologi sebagai "...pemanfaatan
kehidupan tumbuhan dan hewan oleh masyarakat primitif..." tujuannya adalah membangun
integrasi antara dua studi etnosains yang berbasis keilmiahan biologi, etnobotani dan
etnozoologi. Kedua studi tersebut telah dimulai tanpa nama pada peradaban kuno di Asia dan
Lembah Mediterania, hal tersebut merupakan catatan pengamatan budaya “yang berbeda”,
dari budaya urban, yang dilakukan oleh para penjelajah, para pedagang, dan para petugas
pemerintah. Beberapa yang awal berada di Mesir, Tiongkok, dan India, terutama obat-obatan
dan makanan nabati dan hewani3.

Saat masyarakat Eropa mulai melakukan penjajahan pada awal abad ke-15 hingga
abad ke-19, mereka membawa serta para ilmuan biologi yang semakin tertarik dengan
kearifan hayati lokal masyarakat di daerah jajahan. Kearifan hayati lokal, yang dikumpulkan
dan diambil sampelnya selama abad-abad awal ini secara signifikan menginformasikan
perkembangan awal biologi modern, diantaranya George Eberhard Rumphius, pada abad ke-
17 memanfaatkan kearifan hayati lokal dalam memproduksi katalognya, "Herbarium
Amboinense", yang mencakup lebih dari 1.200 spesies tumbuhan di Indonesia. Carolus
Linnaeus 'Bapak Taksonomi Modern', pada abad ke-18 mengandalkan karya Rumphius, dan
juga berkorespondensi dengan orang lain di seluruh dunia ketika mengembangkan skema
klasifikasi biologis yang sekarang dikenal sebagai sistem taksonomi "Binomial Nomenklatur"
dan mendasari pengaturan banyak akumulasi pengetahuan ilmu biologi. Charles Darwin
'Bapak Teori Evolusi', pada abad ke-19 menaruh minat pada kearifan hayati lokal dari orang-
orang yang ditemuinya dan mencatatnya dalam buku "Voyage of the Beagle"4. Dilihat dari
sejarah perkembangan etnobiologi paling tidak dapat dibagi 3 fase utama yaitu :

1. Fase awal (1870-an-1950-an).


Kajian etnobiologi umumnya lebih bersifat elementer. Pada masa itu, sejatinya
kajian etnobiologi lebih fokus pada hubungan antara 'penduduk pribumi
(indigenous people) atau 'penduduk tradisional dengan jenis-jenis tumbuhan dan
binatang. Misalnya, mengkaji tentang nama-nama jenis tumbuhan dan dan

3
Wardiah. 2015. Etnobotani Medis Masyarakat Kemukiman Pulo Breueh Selatan Kecamatan Pulo
Aceh Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Edu Bio Tropika, 3(1) : -50. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
4
M, Hendra. 2009. “Etnoekologi Perladangan Dan Kearifan Botani Lokal Masyarakat Dayak Benuaq
Di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur.” Bogor.

3
binatang. Kajian tersebut kerapkali dinamakan pula sebagai deskripsi biologi oleh
penduduk pengetahuan biologi primitif. Kajian etnobiologi berkembang antara
lain diawali dengan sejarah berbagai penjelajahan orang-orang Eropa, seperti
penjelajahan Christopher Columbus (1492- 1620) ke berbagai negara di luar
Eropa, seperti Bahama, Cuba dan lainnya di masa silam. Mereka itu melakukan
pengamatan dan pendokumentasian aneka ragam penggunaan jenis-jenis
tumbuhan dan hewan oleh berbagai kelompok penduduk tradisional, sehingga
berkembangnya ilmu pengetahuan baru, yang dinamakan etno- botani, yang
pertama kali didefinisikan oleh Harsberger pada tahun 1895.
2. Fase kedua, (1950-1990-an)
Perkembangan studi etnobiologi lebih terfokus pada studi konsepsi manusia
dan klasifikasi mengenai alam, suatu perkembangan sejalan dengan terbitnya
beberapa karya ilmiah yaitu :
 Di Amerika Utara (pertengahan 1950-an) dengan Harold Conklin
menyelesaikan gelar doktornya dengan penelitian "Hubungan budaya
Hanunóo dengan dunia tumbuhan";
 Di Inggris (pertengahan 1960-an) dengan penerbitan buku Claude
Lévi-Strauss, The Savage Mind yang melegitimasi "klasifikasi biologi
folk" sebagai upaya penelitian lintas budaya yang layak;
 Di Prancis (pertengahan 1970-an) dengan studi linguistik André-
Georges Haudricourt tentang tata nama botani dan karya R. Porteres
dan lainnya dalam biologi ekonomi.
3. Fase ketiga (1990-an-2000-an)
Etnobiologi kian berkembang lagi dengan lebih pesat. Misalnya menurut Ellen
(2006), kajian etnobiologi dalam analisisnya lebih berkembang dengan bersifat
narasi, dengan mendeskripsikan obyek kajian secara cermat. Sementara itu,
beberapa teori etnobiologi telah berkembang pula secara khusus. Pada umumnya
di dalam studi lapangan etnobiologi telah banyak menyerupai tata kerja dari
teknik etnografi, seperti dengan teknik wawancara dengan informan penduduk
tradisional dan teknik observasi partisipasi dalam berbagai kegiatan penduduk
lokal atau penduduk tradisional. Namun, selain itu kajian etnobiologi juga
mempunyai teknik pengumpulan data lapangan yang menyerupai tata kerja atau
teknik pengumpulan data lapangan bidang biologi ekologi, seperti

4
mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan, jenis-jenis hewan, dan membuat petak-
petak analisis vegetasi hutan. Selain itu, telah terbit pula beberapa buku khusus
tentang panduan lapangan untuk kajian etnobotani atau etnobiologi. Misalnya
buku yang ditulis oleh Martin 1995; Alexiades dan Sheldon, 1996. Selain itu,
berbagai pengetahuan tradisional yang menjadi fokus dalam studi etnobiologi
sejak tahun 1990-an, telah banyak dikaji oleh berbagai kalangan untuk
dimanfaatkan bagi berbagai program pembangunan, misalnya pada bidang bidang
pengobatan, pertanian, peternakan, kehutanan, dan konservasi alam, serta
konservasi keanekaan hayati5.

2.3 Subjek Pemahaman dalam Etnobiologi

Terdapat beberapa kajian pada subjek pemahaman dalam etnobiologi yaitu :


1. Penggunaan
Semua masyarakat memanfaatkan sumber hayati di mana pun mereka berada,
tetapi ada perbedaan dalam hal penggunaan, karena didasari oleh kebutuhan yang
dirasakan, teknologi yang tersedia, serta rasa moralitas dan keberlanjutan budaya.
Ahli etnobiologi menyelidiki sumber hayati apa yang digunakan, untuk tujuan
apa, teknik penggunaan tertentu, alasan memilih sumber hayati tersebut, dan
implikasi simbolis dan spiritualnya.
2. Taksonomi
Masyarakat yang berbeda mengklasifikasikan sumber hayati mereka dengan
cara yang berbeda pula. Ahli etnobiologi berusaha untuk mencatat kata-kata yang
digunakan dalam budaya tertentu untuk makhluk hidup, dari istilah yang paling
spesifik (analog dengan nama spesies dalam biologi Linnean) hingga istilah yang
lebih umum (seperti pohon dan bahkan lebih umum lagi tanaman). Mereka juga
mencoba untuk memahami keseluruhan struktur atau hierarki sistem klasifikasi
(jika ada ada perdebatan mengenai apakah harus selalu ada sebuah hierarki).
3. Pemaknaan
Tatanan masyarakat menanamkan pemaknaan akan hidup dan dunia mereka
pada pertanyaan seperti bagaimana dunia terbentuk?, mengapa manusia

5
Iskandar, J. (2018). Etnobiologi dan Keragaman Budaya di Indonesia. UMBARA : Indonesia Journal
of Anthropologi, 27-37.

5
diciptakan?, mana cara melakukan yang lebih tepat dan mengapa?, dan 'pa realitas
ada di luar atau di belakang pengalaman fisik kita?. Memahami pemaknaan
kosmologi, moralitas, atau spiritualitas dari perspektif masyarakat adalah penting
untuk penelitian budaya secara umum, dan ahli etnobiologi menyelidiki
bagaimana pandangan masyarakat tentang dunia alami memberi tahu dan
diinformasikan oleh mereka 6.
4. Kearifan hayati local
Agar dapat hidup secara efektif di suatu tempat, suatu masyarakat memahami
hal-hal dari lingkungan, dan banyak masyarakat tradisional memiliki pemahaman
yang kompleks dan bijak tentang tempat di mana mereka tinggal. Ahli etnobiologi
berusaha untuk berbagi pemahaman tersebut, tunduk pada masalah etika mengenai
kekayaan intelektual dan perampasan budaya 7.

2.4 Cabang Keilmuan Etnobiologi

Terdapat beberapa cabang dalam keilmuan etnobiologi diantaranya :

1. Etnobotani
Etnobotani berasal dari kata etnologi dan botani. Etnologi berarti kajian
tentang budaya dan botani adalah kajian tentang tumbuh-tumbuhan. etnobotani
merupakan ilmu yang mempelajari hubungan budaya manusia dengan tumbuh-
tumbuhan (Sood, et al., 2001). Kajian etnobotani tidak bisa lepas dari kajian
terhadap kegunaan dari tumbuhan tersebut. Kajian ini sering dipelajari dalam
botani ekonomi. Kajian etnobotani dan botani ekonomi tidak dapat dipisahkan
satu sama lain dan tidak dapat ditentukan kajian yang satu terlebih dahulu ada
dibandingkan lainnya. Kedua kajian ini berkembang bersama-sama dan saling
mendukung satu sama lainnya. Bahkan, dalam pengelolaan sumber daya alam
khususnya tumbuhan sering kali manusia lupa atau mengeksploitasi sumber daya
alam sehingga sumber daya alam menjadi terganggu kelestariannya. Untuk
mengatasi hal ini maka dikembangkan kajian etnoekologi. Menurut Waluyo,

6
SJ., Pei. 2013. “Ethnobotany and Sustainable Use of Biodiversity.” Plant and Diversity Resources 35
(4): 401–6.
7
Johan Iskandar. 2016. Etnobiologi dan Keragaman Budaya di Indonesia. UMBARA : Indonesian
Journal of Anthropology, Vol 1 (1), hal 27-42

6
(2011) etnobotani, botani ekonomi dan etnoekologi memiliki suatu bagian
tinjauan yang sama, yaitu manusia dengan lingkungan dalam sebuah kehidupan 8.
Sedangkan menurut Suryadarma (2008) dalam Munawaroh (2012)
mengatakan bahwa etnobotani memanfaatkan nilai-nilai pengetahuan masyarakat
tradisional dalam penggunaan tumbuhan secara praktis. Dalam hal tersebut telah
terjadi hubungan saling mengisi, yang memanfaatkan keunikan-keunikan nilai
pengetahuan tradisional dalam memahami kebudayaan dan pemanfaatan
tumbuhan sebagai obat secara praktis. Menurut Soekarno dan Riswan (1992)
dalam Permatasari (2013), Suatu cabang Ilmu yang sangat kompleks, dan dalam
pelaksanaanya membutuhkan pendekatan terpadu dari banyak disiplin ilmu
diantaranya ilmu taksonomi, ekologi, geografi tumbuhan, kehutanan, pertanian
sejarah, antropologi dan ilmu lain. Berbeda dengan pendapat Yatias (2015),
bahwasanya Etnobotani adalah Cabang ilmu pengetahuan yang mendalami
persepsi serta konsepsi masyarakat tentang sumber daya nabati beserta
lingkungannya.
Dari beberapa pendapat diatas mengenai pengertian etnobotani maka dapat
diambil kesimpulan bahwa etnobotani adalah Suatu Ilmu yang mempelajari
tentang hubungan manusia dengan lingkungan, khususunya dengan tumbuh-
tumbuhan. Sehingga hubungan tersebut menghasilkan sebuah pengetahuan lokal
masyarakat dan diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi
berikutnya.
2. Etnozoologi
Etnozoologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang kajiannya
meliputi keseluruhan pengetahuan lokal suatu kelompok masyarakat tentang
sumber daya hewan berupa persepsi, identifikasi, pemanfaatan, pengelolaan
maupun cara berkembangbiaknya (Anderson et al, 2011). Dalam sejarah
perkembangan manusia, tumbuhan dan hewan telah memiliki peranan penting
dalam mengembangkan, mengadaptasikan untuk keperluaan pemenuhan bahan
pangan, sandang, papan, ritual dan keperluan lainnya (Helida et al, 2015). Di
Indonesia, kajian etnozoologi masih jarang dilakukan dan di publikasi walau
sebenarnya masyarakat kita sudah mengenal dengan baik identifikasi dan
pemanfaatan dari hewan-hewan yang ada di sekitar lingkungan. Penggunaan

8
Supriyanti, L. 2014. Studi Etnobotani jeni-jenis Tumbuhan Obat oleh masyarakat Kecamatan Muara
Bangkahulu Kota Bengkulu sebagai sumber belajar Biologi SMP. Universitas Bengkulu.

7
sumberdaya hewan untuk berbagai keperluan untuk bahan pangan, bahan sandang,
bahan kerajinan, bahan obat-obatan, bahan hiasan, bahan ritual, peralatan, status
sosial, simbol bahkan sekedar hobby/kesenangan.
3. Etnoekologi
Etnoekologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan masyarakat
tradisional memakai ekologi dan hidup selaras dengan lingkungan alam dan
sosialnya. pada masyarakat tradisional, kehidupan mereka pada umumnya sangat
begitu dekat dengan alam, dalam mengamati hingga mengenal karakteristiknya
dengan baik sehingga tahu bagaimana untuk menanggapinya. Manusia dalam hal
ini memiliki peran yang besar dalam memanfaatkan dan menjaga kelestarian
(Ahimsa & Hedyy, 2007). Manusia melakukan aktifitas adaptasi dan interaksi
dalam mengembangkan budaya sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan
yang terjadi pada ekosistem, perubahan itu akan Nampak pada fenomena
lingkungan alam dan lingkungan masyarakat.
Etnoekologi merupakan cabang ilmu yang kehadirannya ralatif baru,
karenanya beberapa ahlidalam menentukan terminologinya belum ada
kesepakatan. Bidang ilmu ini muncul akibat adanya perspektif paragdigma baru
ilmu ekologi yaitu sustainability. Maka dalam hal ini, ilmu etnologi tidak hanya
mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan saja namun juga mengenai
kondisi wilayah dan juga kultur budaya yang ada di masyarakat yang mempunyai
pengaruh pada wilayah tersebut. Bidang ilmu etnoekologi memiliki sumber utama
yaitu pada bidang ilmu Antropologi (etnosains), Etnobiologi, Agro-Ekologi, dan
Geografi lingkungan (Purwanto, 2003) Etnoekologi yaitu ilmu tentang bagaimana
pandangan kelompok masyarakat terhadap alam terkait dengan kepercayaan,
pengetahuan dan tujuan, dan bagaimana mereka mengimajinasikan
penggunaannya, pengelolaan dan peluang pemanfaatan sumber daya. dengan
adanya pengetahuan lokal manusia mampu mengelola sumber daya alam dengan
baik.
Ilmu yang membahas mengenai hubungan yang erat antara manusia, ruang
hidup, dan semua aktifitas manusia di bumi yang mana ilmu ini dikembangkan
oleh para tokoh seperti Friedrich Ratzel yang menggunakan konsep Lebenraum
(living‐space) merupakan konsep ilmu etnoekologi, bisa diartikan bahwasannya
dalam setiap wilayah mempunyai ciri khas tertentu yang dapat menjadikan

8
perbedaan yang memiliki cakupan dari yang luas hingga yang terbatas, Mulai dari
:
 Interelasi dan interaksi keruangan berdasarkan kerangka penyebaran,
kejadian, pertumbuhan, dan ekologi yang ada dipermukaan bumi
 Penyebaran fenomena keruangan, tidak diamati secara individual,
tetapi dikaji dalam hubungan yang kompleks sebagai suatu sistem.
 Pengkajian faktor waktu dengan menggunakan pendekatan historik
pada ilmu etnoekologi, yaitu: memperhitungkan proses perubahannya,
sehingga kita dapat memperkirakan proses perubahannya dan dapat
juga melakukan prediksi fenomena yang kita amati. Interelasi dan
interaksi fenomena‐fenomena keruangan, seperti: penyebaran dan
derajat hubungannya menimbulkan sifat karakteristik yang sangat
banyak. (Hilmanto, 2010)9.

2.5 Integrasi Ayat Al-Qur’an

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah as-Syu’ara’ (7-9)

Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya


Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan
mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Penyayang” (Q.S as-Syu’ara’ 7-9)10.

Maksud dari ayat tersebut bahwasanya Allah SWT telah menurunkan berbagai macam
tumbuhan yang sangat baik dalam artian memiliki manfaat bagi kebutuhan kehidupan
manusia seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an pada surat As-Syu'ara (26) ayat 7-9
yang mana didalamnya telah dituliskan "Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi,

9
S, Adiwibowo. 2007. “Ekologi Manusia : Mata Air Integrasi Ilmu-Ilmu Alam Dan Ilmu-Ilmu Sosial.”
In Ekologi Manusia, edited by Adiwibowo S. Fakultas Ekologi Manusia IPB. Bogor (ID).
10
Al-Qur’an

9
berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh- tumbuhan yang
baik." Tumbuhan yang baik adalah tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik
sebagai obat, makanan ataupun untuk upacara adat. Makna bermanfaat yang dijelaskan pada
ayat di atas adalah merupakan penciptaan yang baik dan tidak sia-sia. Hubungan antara
manusia dan tumbuhan juga sangat erat kaitannya sehingga ada cabang ilmu dalam biologi
yang bernama Etnobotani, dalam etnobotani mempelajari tentang hubungan manusia dengan
tumbuhan yang didalamnya terkandung unsur pemanfaatan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Keimpulan
 Etnobiologi dapat diartikan sebagai studi ilmiah pada dinamika hubungan
diantara masyarakat, biota, dan lingkungan yang telah ada sejak dulu dan
hingga sekarang. Dimana etnobiologi merupakan bidang kecil, padu, dan lebih
spesifik yang berkembang dari kajian-kajian di etnobotani dan etnozoologi.
 Dilihat dari sejarah perkembangan etnobiologi paling tidak dapat dibagi 3 fase
utama yaitu fase awal (1870-an-1950-an), fase kedua, (1950-1990-an), dan
fase ketiga (1990-an-2000-an)
 Terdapat beberapa kajian pada subjek pemahaman dalam etnobiologi yaitu
penggunaan, taksonomi, pemaknaan dan kearifan local.
 Terdapat beberapa cabang dalam keilmuan etnobiologi yaitu etnobotani yang
berasal ari kata etnologi dan botani, entozoologi yang kajiannya meliputi
keseluruhan pengetahuan lokal suatu kelompok masyarakat tentang sumber
daya hewan berupa persepsi, identifikasi, pemanfaatan, pengelolaan maupun
cara berkembangbiaknya, dan etnoekologi yang mempelajari kehidupan
masyarakat tradisional memakai ekologi dan hidup selaras dengan lingkungan
alam dan sosialnya.
3.2 Saran

Berdasarkan hasil makalah yang telah penulis buat, tentunya penulis sangat
mengharapkan saran dari segala pihak ataupun kritik yang membangun dari segala pihak
dalam kelancaran pembuatan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca serta menambah pengalaman bagi penulis dalam tata penulisan makalah

11
DAFTAR PUSTAKA

A., Helida, Zuhud EAM., Hardjanto, Purwanto Y., and Hikmat A. 2015. “The Ethnography
of Kerinci.” Komunitas International Journal of Indonesian Society and Culture 7
(2): 283–96.
Al-Qur’an
Hasairin, A., & Nasution, A. (2020). Kajian EtnobiologiTerites dan Kidu-Kidu Makanan
Budaya Suku Batak Karo di Sumatera Utara. Jurnal Perhimounan Masyarakat
Etnobiologi Indonesia, 227-236.
Iskandar, J. (2018). Etnobiologi dan Keragaman Budaya di Indonesia. UMBARA : Indonesia
Journal of Anthropologi, 27-37.
Johan Iskandar. 2016. Etnobiologi dan Keragaman Budaya di Indonesia. UMBARA :
Indonesian Journal of Anthropology, Vol 1 (1), hal 27-42.
M, Hendra. 2009. “Etnoekologi Perladangan Dan Kearifan Botani Lokal Masyarakat Dayak
Benuaq Di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur.” Bogor.
S, Adiwibowo. 2007. “Ekologi Manusia : Mata Air Integrasi Ilmu-Ilmu Alam Dan Ilmu-Ilmu
Sosial.” In Ekologi Manusia, edited by Adiwibowo S. Fakultas Ekologi Manusia
IPB. Bogor (ID).
SJ., Pei. 2013. “Ethnobotany and Sustainable Use of Biodiversity.” Plant and Diversity
Resources 35 (4): 401–6.
Supriyanti, L. 2014. Studi Etnobotani jeni-jenis Tumbuhan Obat oleh masyarakat Kecamatan
Muara Bangkahulu Kota Bengkulu sebagai sumber belajar Biologi SMP. Universitas
Bengkulu.
Wardiah. 2015. Etnobotani Medis Masyarakat Kemukiman Pulo Breueh Selatan Kecamatan
Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Edu Bio Tropika, 3(1) : -50. Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh.

12

Anda mungkin juga menyukai