Diselenggarakan oleh:
Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2021
Kata Pengantar
Salam sejahtera bagi kita semua. Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga tulisan yang berisi kumpulan abstrak
yang dihimpun dari Seminar Nasional Biologi Tropika tahun 2021 dapat diselesaikan. Seminar
Nasional Biologi Tropika ini bertemakan “Potensi dan Pemanfaatan Biodiversitas Indonesia
Dalam Penanggulangan Efek Pandemi Covid-19” yang diselenggarakan pada tanggal 24 Juli
2021 secara daring, merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan mendesiminasikan
hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan biodiversitas Indonesia serta pemanfaatannya.
Buku ini berisi sususan acara kegiatan, susunan panitia, judul presentsi peserta, dan
kumpulan abtrak pemateri yang dipresentasikan pada acara seminar dari berbagai instansi.
Kami berharap kegiatan ilmiah ini dapat memunculkan ide-ide baru dengan saling bertukar
informasi dari berbagai instansi sehingga mampu menghasilkan karya dan solusi baru
khususnya untuk penanggulangan efek pandemi covid-19. Selain itu, harapan kami kegiatan
ilmiah ini terlaksana dengan baik dan lancar, namun tentunya setiap usaha manusia pasti
memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami dari segenap panitia memohon
maaf apabila terdapat kesalahan pada acara kami.
Penanggung jawab :
Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc
Pengarah:
Dr. Eko Agus Suyono, S.Si, M.App.Sc
Rina Sri Kasiamdari, S.Si., Ph.D
Dr. Niken Satuti Nur Handayani, M.Sc
Ketua :
Dr. Dwi Sendi Priyono, S.Si., M.Si.
Sekretaris:
Zuliyati Rohmah, S.Si., M.Si., Ph.D
Wahyu Aristyaning Putri, S.Si., M.Sc., Ph.D.
Bendahara:
Titin Fauziah, S.E., M.B.A.
Sie Ilmiah:
Annas Rabbani S.Si., M.Sc
Fajar Sofyantoro, S.Si., M.Sc., Ph.D.
Sie Acara:
Dr. (cand). Wiko Arif Wibowo, S.Si
Novita Yustinadiar, S.Si., M.Si
Purnomo
Laboratorium Sistematika Tumbuhan
Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
Abstrak
Etnobotani merupakan bidang ilmu yang mengkaji pemanfaatan tumbuhan oleh suku
bangsa tertentu yang bergantung pada vegetasi di alam sekitarnya. Vegetasi menyediakan
sumber daya hayati sebagai pangan, obat, perkakas, tempat berburu menggunakan teknologi
tradisional. Segenap aturan kognitif di budaya masyarakat tempatan, akhirnya akan
membentuk karakter budaya masyarakat yang khas. Botanisi bersama antropologis dapat
menyimak refleksi filosofis pengetahuan lokal budaya masyarakat tentang pemanfaatan
tradisional tumbuhan, yang dapat memfasilitasi penghayatan, pemutakiran pengetahuan dan
kearifan lokal, berprinsip dasar ilmu pengetahuan. Pelaku budaya tanpa sengaja memilah-milah
tumbuhan bermanfaat berdasarkan kegunaannya dalam kehidupannya, tanpa sengaja ada
ketergantungan masyarakat terhadap tumbuhan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Indonesia memiliki kekayaan tumbuhan tropis dan budaya masyarakatnya menjadi obyek riset
etnobotanis (etnobiologis) yang menarik. Hasil riset etnobotanis yang serba tradisional perlu
dikaji mendetail dari segi taksonomis, genetika, fitokimiawi bahkan molekular dan lainnya,
sebagai bukti nilai kegunaannya. Taksonomi tumbuhan berperan dalam mengklasifikasi dan
mengidentifikasi spesimen yang berbasis nama lokal yang beragam di setiap suku bangsa di
Indonesia. Klasifikasi major, minor, intraspesies tumbuhan liar dan budidaya (tanaman)
dibutuhkan dalam riset etnobotanis. Identifikasi pada umumnya berbasis spesies dapat
dilakukan melalui kunci identifikasi, membuat deskripsi, membandingkan dengan spesimen
yang telah diketahui, gambar dan autentifikasi dengan ahli taksonomi tumbuhan.
Djoko Santosa
Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UGM
Sekip Utara, Yogyakarta 55281
Korespondensi : djoko5346@ugm.ac.id
Abstrak
Rusdiyanto
PT Inti Sari Alam Nusantara
ABSTRAK
Obat tradisional atau jamu adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan
hewani, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat. Kesadaran akan berbahayanya bahan kimia yang terkandung
dalam obat modern semakin membuka mata masyarakat terhadap betapa penting dan
bernilainya obat tradisional atau jamu yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek
moyang bangsa Indonesia. Kesadaran ini memicu kecenderungan masyarakat melakukan pola
hidup “kembali ke alam (back to nature)”. Tanaman obat yang merupakan bahan jamu pun
tersedia secara melimpah di alam Indonesia. Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies
tumbuhan, sekurang-kurangnya 7.000 spesies diketahui berkhasiat sebagai obat, dan kurang
lebih 300 spesies digunakan sebagai bahan baku jamu oleh industri obat tradisional. Sumber
bahan baku obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan dalam
pencegahan, pengobatan, perawatan, dan/atau pemeliharaan kesehatan tetap dijaga
kelestariannya. Berbeda dengan industri farmasi atau obat kimia di mana bahan baku yang
dipakai sebagian besar impor, industri obat tradisional tumbuh dengan kekayaan pengetahuan
pengobatan tradisional dan sumber daya hayati Indonesia yang melimpah. Hasil riset
kesehatan dasar 2010 menunjukkan bahwa 50% masyarakat Indonesia menggunakan jamu dan
96% di antaranya merasakan manfaatnya. Selanjutnya hasil riset kesehatan dasar tahun 2018
diperoleh data bahwa 31,4% masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional,
12,9% masyarakat melakukan upaya kesehatan tradisional sendiri. Data juga menunjukkan
bahwa 31,8% masyarakat menggunakan ramuan buatan sendiri dan 48% menggunakan produk
jamu yang beredar di masyarakat. Hal ini terlihat dengan tumbuhnya industri jamu yang telah
mencapai lebih dari 990 industri, sebanyak 864 di antaranya merupakan usaha menengah/kecil.
BPOM telah mengeluarkan izin edar jamu lebih dari 12.000 Nomor Izin Edar (NIE). Pasar
Obat Tradisional juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun . Pada tahun 2010 pasar Obat
Tradisional diperkirakan 10 T, tahun 2015 15 T , 2019 18 T, dan 2020 mengalami penurunan
menjadi 14 T.
Ruang 1: Biomedis
Moderator: Rahadian Yudo Hartantyo, S.Si., M.Sc.