Anda di halaman 1dari 14

ISBN: 978-602-6619-31-0

PROSIDING
SIMPOSIUM NASIONAL
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA

TIM EDITOR :

Prof. Dr. Ir. Alam anshary, M.Si.


Prof. Dr. Shahabuddin, M.Si.
Dr. Ir. Moh. Yunus, M.P.
Dr. Ir. Moh. Hibban Toana, M.Si.
Nur Edy, SP., M.Si., Ph.D.

Penerbit

2017
PROSIDING
SIMPOSIUM NASIONAL
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA

PENGELOLAAN BERKELANJUTAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN,


URBAN PEST, DAN AGROEKOSISTEM UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK

Palu, 26 November 2016

Media Center Universitas Tadulako Palu

TIM EDITOR :

Prof. Dr. Ir. Alam Anshary, M.Si.


Prof. Dr. Shahabuddin, M.Si.
Dr. Ir. Moh. Yunus, M.P.
Dr. Ir. Moh. Hibban Toana, M.Si.
Nur Edy, SP., M.Si., Ph.D.

DISELENGGARAKAN BERSAMA OLEH :

PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA CABANG PALU


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO
PERHIMPUNAN FITOPATOLOGI INDONESIA KOMDA SULTENG

Penerbit

2017
ii
Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Prosidin Simposium Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia


Alam Anshary. dkk. Palu: Untad Press, 2017
vi+ 125 hal.; 21 x 29 cm

ISBN: 978-602-6619-31-0

© Hak Cipta 2017

1. Non Fiksi i. Judul ii. Alam Anshary. dkk

Kutipan Pasal 72:

Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hal Cipta No. 19 Tahun 2002

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayar (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah)

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu
ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Penerbit:
UNTAD Press
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Palu
Sulawesi Tengah 94118

iii
SAMBUTAN PENGURUS
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA (PEI) CABANG PALU

Yth. Rektor Universitas Tadulako


Yth. Wakil-wakil Rektor Universitas Tadulako
Yth. Dekan dan Wadek Fakultas Pertanian
Yth. Ketua Pusat PEI dan Ketua PEI Palu
Yth. Pengurus Pusat PEI dan Pengurus PEI Cabang se Indonesia
Yth. Para Nara sumber
Yth. Para peserta Simposium, tamu undangan, dan hadirin yang berbahagia

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayah Nya sehingga Simposium Nasional PEI Cabang Palu dapat dilaksanakan
pada hari Sabtu, 26 Nopember 2016 di Media Center Universitas Tadulako Palu. Kedua,
Kami mengucapkan terima kasih atas partisipsi Bapak/Ibu peserta dan pemakalah dari
berbagai Universitas/instansi di seluruh Indonesia
Tema Simposium adalah “Pengelolaan Berkelanjutan Organisme Pengganggu
Tanaman, Urban Pest, Dan Agroekosistem Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik”. Adapun
tujuan pelaksanaan Simposium adalah : 1) untuk meningkatkan partisipasi dan kontribusi
akademisi dan peneliti dalam mengembangkan sistem pengendalian hama pertanian,
perkebunan dan pemukiman serta sistem pertanian yang lebih berkelanjutan pada umumnya
dan, 2) untuk berbagi informasi dan menjalin kerjasama dalam merumuskan strategi dan
teknik pengendalian hama-hama tersebut.
Untuk itu membahas tema simposium tersebut terdapat 50 abstrak makalah yang akan
dipresentasikan oleh dosen dan peneliti dari 20 Universitas dari berbagai propinsi di
Indonesia. Cukup banyaknya dosen/peneliti dari luar yang datang ke Sulawesi Tengah
menghadiri Simposium ini paling tidak disebabkan oleh tiga hal : 1). Entomologi merupakan
bidang ilmu yang terus berkembang dan menarik minat llmuan / peneliti untuk membantu
mengatasi masalah-masalah pertanian, pemukiman dan kesehatan, 2) Daya tarik dari tiga
orang narasumber utama kita yaitu; Prof. Dr. Ir. Intan Ahmad, M.Sc (Guru Besar Entomologi
ITB, Dirjen Belmawa Kemenristek DIKTI), Prof. Dr. Damayanti Buchori, M.Sc., (Guru Besar
Entomologi Pertanian IPB, Ketua Pusat PEI) dan Prof. Dr. Ir. Baharuddin Patandjengi, M.Sc
(Laboratorium Bioteknologi UNHAS). 3) Eksotisme kota Palu untuk dikunjungi dan
dinikmati keindahan alam dan berbagai lansekapnya.

iv
Kegiatan Simposium Nasional ini didahului oleh pelatihan penyiapan naskah artikel
ilmiah dan Sistem Jurnal Online pada tanggal 25 Nopember 2016 yang diikuti oleh 44 orang
peserta dengan narasumber Dr. Akhmad Rizali, M.Si pengelola Jurnal Entomologi Indonesia,
Jurnal Nasional terakreditasi DIKTI. Semoga kegiatan tersebut memberikan manfaat yang
besar bagi peserta khususnya dalam peningkatan kemampuan publikasi ilmiah di jurnal
nasional dan internasional bereputasi. Selanjutnya peserta Simposium berkesempatan
menikmati pesona kota Palu pada kegiatan City Tour pada hari minggu 27 Nopember 2016.
Kegiatan simposium ini dapat terlaksana berkat dukungan berbagai pihak baik
fasilitas, tenaga, pemikiran dan materill. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pihak tersebut khususnya kepada :
1. Pengurus Pusat Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI)
2. Rektor Universitas Tadulako
3. Dekan Fakultas Pertanian
4. Kepala Dinas Pertanian Propinsi Sulawesi Tengah
5. Kepala UPT Proteksi Disbun Daerah Sulawesi Tengah
6. Kepala UPT Proteksi TPH Sulawesi Tengah
7. Kepala Balai Karantina Tumbuhan dan Hewan Kelas II Palu
8. Perhimpunan Fitopatologi Indonenesia (PFI) Komda Sulawesi Tengah
9. PT. Citra Palu Utama (CPM)
Mengingat tidak semua pemakalah memasukkan makalah lengkapnya maka Prosiding
Simposium PEI ini hanya memuat artikel dari pembicara yang memasukkan makalah lengkap.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada para pemakalah dan tim editor sehingga
Prosiding ini bisa diterbitkan.

Palu, 18 Desember 2017


Pengurus PEI Cabang Palu
Wakil Ketua,

Prof. Dr. Shahabuddin, M.Si

v
DAFTAR ISI
Laporan Ketua Panitia iv
Daftar Isi vi
Materi Pembicara Kunci / Pemakalah Utama
1. Entomologi permukiman dan industri (Intan Ahmad) 1
2. Pendekatan lanskap dalam pengelolaan agroekosistem: Sebuah renungan
(Damayanti Buchari) 17
3. Perkembangan bioteknologi untuk pengelolaan penyakit tanaman
(Baharuddin Patandjengi) 41

Makalah Pendukung
1. Efektivitas insektisida biorasional dalam pengendalian hama pengorok daun
(Liriomyza spp.) bawang merah lokal Palu (Shahabuddin, Alam Anshary,
Mohammad Yunus, Hasriyanty) ………………………………………………. 65
2. Keefektifan ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
terhadap mortalitas kumbang beras, Sitophylus oryzae L. (COLEOPTERA:
CURCULIONIDAE) (Mohammad Yunus, Flora pasaru, dan Susanti)……….... 75
3. Efektivitas biokultur yang diperkaya bioinsektisida Beauveria bassiana
Balsamo. terhadap serangan hama Spodoptera exigua Hubner. dan produksi
bawang merah (Burhanuddin Nasir, Sri Anjar Lasmini, dan Ketut
Suwitra)…… 85
4. Pengendalian gulma dengan herbisida pratumbuh pada budidaya padi sistem
tabela di Sulawesi Tengah (I Ketut Suwitra, Burhanuddin Nasir, dan Sri Anjar
Lasmini)…………………………………………………………………………. 97
5. Keanekaragaman arthropoda tanah pada perbedaan pola tanam sayuran di
Kabupaten Kerinci, Jambi (Ratna Rubiana dan Araz
Meilin)…………………… 103
6. Morfologi dan perkembangan kutu Phenacoccus solenopsis (Hemiptera:
Pseudococcidae), hama pada tanaman terung (Solanum melongena L.)
(Rostaman, Giannini Velayati, dan Agus
Suyanto)……………………………… 109
7. Identifikasi spesies lalat buah yang terperangkap pada perangkap Melaleuca
bracteata pada tanaman cabai merah besar (Abdi
Negara)……………………… 121
8. Observasi terhadap musuh alami hama Eurydema pulchrum
(Hemiptera:Pentatomidae) pada tanaman sayuran Brassicaceae di Propinsi
Sulawesi Utara (Elisabet R.M. Meray dan Max M,
Ratulangi)………………….. 129
9. Uji adaptasi Padi Tipe Baru (PTB) IPB 3S dan IPB 4S di Sulawesi Tengah
(I Ketut Suwitra)................................................................................................. 137
10. Efektivitas trap barrier system (TBS) dalam penangkapan tikus sawah (Retno
Wijayanti, Supriyadi, Novialita Herlina) ……………………………………… 147
11. Hama penggerek cabang (Lepidoptera: Xyloryctidae) pada tanaman cengkeh di
Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara (Caroulus S. Rante
dan Jackson F. Watung)………………………………………………………… 153
12. Distribusi dan populasi hama pengorok daun (Liriomyza spp.) pada sentra
penanaman bawang merah di Lembah Palu (Arfan, Ratnawati, dan
Shahabuddin) 163

vi
13. Asosiasi serangga polinator dan non-polinator dengan buah fig dari spesies
Ficus racemosa di Provinsi Aceh (Jauharlina, Afriyani, M. Ikram Taufik, dan
Stephen ompton)……………………………………………………………… 169
14. Keanekaragaman serangga pada pertanaman kedelai (Glycine max L.) yang
diaplikasi dan tanpa aplikasi insektisida (Moh. Hibban Toana, Hasriyanty,
Burhanuddin Nasir, I Wayan Patrayasa)………………………………………… 179
15. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Arachis pintoi Terhadap Hama Aphis spp.,
dan Predator Kumbang Koksi pada Pertanaman Kacang Panjang (Abd.
Wahid).. 187
16. Hubungan sifat fisik dan kandungan senyawa kimia tanaman dengan tingkat
serangan hypsipyla sp. pada tanaman Meliceae (Jefri Sembiring, Max Tulung,
Jusuf Manueke, J. Warouw)…………………………………………………….. 199
17. Kejadian dan keparahan penyakit bercak daun pada cabai (Capsicum annumL.)
Di beberapa desa di Sulawesi Tengah (Nur Edy, Midun, Johanis Panggeso,
Irwan Lakani, Rosmini)…………………………………………………………. 221

vii
viii
PENGENDALIAN GULMA DENGAN HERBISIDA PRATUMBUH PADA BUDIDAYA
PADI SISTEM TABELA DI SULAWESI TENGAH

I Ketut Suwitra1), Burhanuddin Nasir2) dan Sri Anjar Lasmini2)


1)
BPTP Sulawesi Tengah, Jl Lasoso No 62 Biromaru
2)
Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Jl.Soekarno-Hatta, Palu
e-mail: iketutsuwitra@ymail.com

Abstract
Weeds are one group of plant pests (OPT), which became a competitor for the rice plants in
obtaining nutrients, water, sunlight, CO2, and land. The purpose of this study was to determine the
pre-emergence herbicide that is effective to control narrow-leaved weeds in rice cultivation by
direct seeding system. This herbicide application is expected to control weeds early on so that the
increase in productivity in rice crops. This study was conducted at Sidondo Experimental Farm,
BPTP Central Sulawesi, in the period of April until September 2015. Using a randomized complete
block design with four treatments systemic herbicides and selective with the active ingredient ethyl
Pirazosulfuron (H1), oksifluorfen (H2); Clomazone (H3); and kuinklorak (H4) and without of
herbicides (Control), which is repeated three times, on each land area of 0.5 ha. The results shown
that the herbicide active ingredient ethyl pirazosulfuron, klomazone and Kuinklorak very effective
in controlling weeds from the group of grasses (Echinochloa colona) and oksifluorfen effectively
control : Cyperus difformis and Fimbristylis miliacea. Control of pre-emergence herbicides are very
effective in controlling weeds in direct seeding system in Central Sulawesi.
Keywords: Pre-Growing Herbicide, direct seeding Paddy
Abstrak
Gulma merupakan salah satu kelompok organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menjadi
pesaing bagi tanaman padi dalam memperoleh hara, air, sinar matahari, CO2, dan lahan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis herbisida pra tumbuh yang efektif untuk
mengendalikan gulma berdaun sempit pada budidaya padi sawah dengan sistem tanam benih
langsung (tabela). Aplikasi herbisida ini diharapkan mampu mengendalikan gulma sejak dini
sehingga terjadinya peningkatan produktivitas pada tanaman padi. Kajian ini dilaksanakan di Kebun
Percobaan Sidondo, BPTP Sulawesi Tengah, pada periode ASEP (April-September 2015).
Menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan herbisida pratumbuh yang
bersifat sistemik dan selektif dengan bahan aktif etil Pirazosulfuron (H1), oksifluorfen (H2);
klomazone (H3); dan kuinklorak (H4) dan tanpa pemberian herbisida (Kontrol), yang diulang
sebanyak tiga kali, pada lahan masing-masing seluas 0,5 ha. Hasil kajian menunjukkan bahwa
herbisida berbahan aktif etil pirazosulfuron, klomazone dan Kuinklorak sangat efektif
mengendalikan gulma dari golongan rumput-rumputan (Echinochloa colona) dan oksifluorfen
efektif mengendalikan teki-tekian (Cyperus difformis dan Fimbristylis miliacea). Pengendalian
herbisida pra tumbuh sangat efektif mengendalikan gulma pada sistem tanam benih lansung
(TABELA) di Sulawesi Tengah.
Kata Kunci : Herbisida Pra Tumbuh, Tabela Padi

PENDAHULUAN konvensional karena lebih efisien. Namun


kendala yang dihadapi dalam sistem tabela
Di Sulawesi Tengah, sistem tabela sudah
adalah tidak terkendalinya pertumbuhan gulma
mulai memasyarakat dan banyak digunakan
akibat dari benih padi dan gulma relatif
oleh petani padi sawah. Tanam padi sistem
tumbuh secara bersamaan. Untuk
tabela memberikan beberapa keunggulan atau
pengendaliannya dibutuhkan herbisida purna
kelebihan dibandingkan cara tanam
tumbuh yang bersifat selektif. Gulma yang
tumbuh diawal pertanaman berasal dari biji-
97
biji gulma disaat pengolahan lahan. Djojosoemarto (2008) yang menyatakan
Pembajakan dan perendaman lahan sawah bahwa pemilihan jenis herbisida sangat
hanya mampu menekan sebagian pertumbuhan menentukan keberhasilan pengendalian gulma.
gulma khususnya yang berkembang biak Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk
melalui thalus. mengetahui jenis herbisida pra tumbuh yang
efektif untuk mengendalikan gulma berdaun
Gulma merupakan salah satu kelompok
sempit pada budidaya padi sawah dengan
organisme pengganggu tanaman (OPT) yang
tabela. Aplikasi herbisida ini diharapkan
menjadi pesaing bagi tanaman padi dalam
mampu mengendalikan gulma sejak dini
memperoleh hara, air, sinar matahari, CO2,
sehingga terjadinya peningkatan produktivitas
dan lahan (Lamid 1996). Persaingan gulma
pada tanaman padi.
dengan padi dapat mengakibatkan penurunan
hasil antara 11-55% pada sistem tanam pindah
dan 55% pada sistem tabela (De Datta; METODOLOGI
Bangun; Nyarko dan De Datta; Ridwan dalam Kajian ini dilaksanakan di Kebun
Koloi, 2005). Tanpa pengendalian, gulma Percobaan Sidondo BPTP Sulawesi Tengah
mampu menurunkan hasil padi sawah 32- pada musim kemarau periode ASEP (April –
42%, bergantung pada varietas padi yang September 2015). Menggunakan pendekatan
ditanam dan agroekosistem (Sutanto, 1997). pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi
Kehilangan hasil padi sistem tabela lebih sawah. Alat yang dipakai dalam pengkajian
tinggi daripada sistem tapin, yakni 1,0 t/ha bila ini adalah hand traktor, pacul, hand sprayer
tidak disiangi (Supaad dan Cheong dalam dan alat perontok. Sedangkan bahan yang
Koloi, 2005). Selain itu juga, gulma mampu digunakan adalah benih padi Inpari 20, pupuk
beradaptasi, tumbuh, dan berkembang pada phonska, urea, SP-36 dan KCl, insektisida dan
semua agroekosistem dan dalam kondisi iklim herbisida.
yang telah berubah. Aplikasi herbisida Kajian ini menggunakan Rancangan
termasuk cara pengendalian gulma yang Acak Kelompok (RAK) dengan model
efektif, mudah, dan murah dibandingkan matematiknya (Steel and Torrie, 1991) :
dengan cara manual (Sutanto, 1997). Namun, Yijk = u + Rk + Ai + δik + Bj +
penggunaan herbisida sejenis pada setiap
ABij +ijk
musim tanam dapat menimbulkan resistensi
 Rk = pengaruh kelompok ke-k
jenis gulma tertentu sehingga menghendaki
• Ai = pengaruh perlakuan faltor A taraf ke-I
alterasi aplikasi bahan aktif yang berbeda
• δ ik = pengaruh galat (a)
(Lamid et al. 1996) . • Bj = pengaruh perlakuan 33actor B taraf ke-j
Pada lahan budidaya padi sawah, • (AB)ij = pengaruh interaksi
dinamika populasi gulma akan menentukan • eijk = pengaruh galat (b)
tindakan pengendalian yang tepat. Pada Perlakuannya adalah jenis herbisida pra
dinamika populasi gulma, golongan gulma tumbuh dengan simbol H. Herbisida yang
yang dominan merupakan target utama untuk digunakan adalah yang sistem kerjanya
dikendalikan karena berpotensi sebagai sistemik dan selektif dengan bahan aktif etil
pesaing tanaman budidaya (Yuliaty et al, pirazosulfuron (H1), oksifluorfen (H2);
2013; Mahfud et al, 2012). Perlu diwaspadai klomazone (H3); kuinklorak (H4) dan Tanpa
bahwa gulma minor akan muncul sebagai pemberian herbisida (Kontrol), yang diulang
pesaing pengganti pada musim tanam sebanyak tiga kali. Luas lahan yang digunakan
berikutnya, oleh karena itu, keberagaman masing-masing 0,5 ha.
tersebut menghendaki pendekatan Pada sistem tabela dilakukan pengolahan
pengendalian yang spesifik (Lamid 1996). tanah sempurna dengan menggunakan traktor.
Untuk itu pemilihan herbisida yang selektif Setelah pembajakan I, sawah digenangi selama
dan efektif serta waktu aplikasi yang tepat 7 hari, kemudian dilakukan penggaruan yang
mutlak dibutuhkan untuk mengendalikan bertujuan untuk meratakan dan pelumpuran
pertumbuhan gulma dengan sistem tanam tanah. Varietas yang digunakan adalah Inpari
tabela. Hal ini sesuai dengan pernyataan 20. Lahan sawah yang ditanami dalam kondisi

98
macak-macak dan rata, tidak bergelombang Data hasil pengamatan diolah dengan
dan tidak tergenang air. Di sekeliling petakan menggunakan Analisis Sidik Ragam dan bila
sawah dibuat parit atau caren yang berfungsi terdapat pengaruh yang nyata akibat dari
untuk mengalirkan air bila terjadi hujan perlakuan dilanjutkan dengan uji BNJ 5%.
disaat/menjelang penanaman.
Sebelum tanam petakan sawah digenangi HASIL DAN PEMBAHASAN
air dan disemprot dengan herbisida pra tumbuh
Identifikasi Gulma
sesuai dosis perlakuan. Pada sistem tabela ini,
sebelum benih ditanam terlebih dahulu Gulma merupakan tumbuhan yang
direndam sehari semalam dan diperam selama tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan.
24 jam hingga terlihat adanya calon akar, Dalam penelitian ini, gulma yang tumbuh
Jung-Sun, et al (2012) melaporkan bahwa dipertanaman padi saat penelitian pada
pertumbuhan bibit padi melalui perendaman pengamatan umur 14 HSS (Hari Setelah
dapat meningkatkan daya tumbuh benih di Sebar) terdiri atas tiga golongan yaitu rumput-
lapangan. Kemudian masukkan benih ke rumputan, daun lebar dan teki-tekian.
dalam alat tabela (atabela) tipe jajar legowo Identifikasi gulma pada masing-masing
2:1. Takaran pupuk diberikan berdasarkan perlakuan dapat di lihat pada Tabel 1 berikut
kondisi kesuburan tanah setempat dengan ini.
menggunakan PUTS (Perangkat Uji Tanah
Sawah). Penggenangan tipis dilakukan pada Tabel 1. Identifikasi gulma pada masing
hari ke 3-5 setelah tanam. 10-14 hari setelah masing perlakuan
tanam dilakukan pemupukan dasar dan 15-20 Perlakuan Jenis Gulma Golongan
hari setelah tanam dilakukan penyiangan. Gulma
Tanaman yang tumbuhnya terlalu Etil Ludwigia Daun lebar
rapat/banyak dicabut dan ditanam pada barisan pirazosulfuron octovalvis Teki – tekian
tanaman yang kosong. Untuk pengendalian (H1) Cyperus
hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan difformis
penerapan pengendalian hama terpadu (PHT). Oksifluorfen Ludwigia Daun Lebar
Panen dilakukan bila 90% gabah sudah (H2) octovalvis Daun sempit
menguning. Echinochloa Daun lebar
Peubah yang diamati adalah identifikasi colona Daun lebar
gulma, persen penutupan total gulma dan Eichornia
gejala fitoktoksisitas pada tanaman padi. crassipes
Skoring keracunan didasarkan atas Ageratum
pengamatan visual yaitu : conyzoides
 0 (tidak ada keracunan) = 0 – 5 % Klomazone Ludwigia Daun lebar
bentuk daun atau warna daun atau (H3) octovalvis Teki – tekian
pertumbuhan tanaman tidak normal. Cyperus iria
 1 (keracunan ringan) = 5 – 20 % Kuinklorak Ludwigia Daun lebar
bentuk daun atau warna daun atau (H4) octovalvis Teki – tekian
pertumbuhan tanaman tidak normal. Fimbristylis
 2 (keracunan sedang) = 20 – 50 miliacea
% bentuk daun atau warna daun atau Tanpa Ludwigia Daun lebar
pertumbuhan tanaman tidak normal. Herbisida octovalvis Teki – tekian
 3 (keracunan berat) = 50 – 75 (Kontrol) Cyperus Daun sempit
% bentuk daun atau warna daun atau difformis Daun lebar
pertumbuhan tanaman tidak normal. Echinochloa Daun lebar
 4 (keracunan sangat berat) = 75 % colona Teki – tekian
bentuk Eichornia
daun atau warna daun atau crassipes
Pertumbuhan tanaman tidak normal Ageratum
sampai tanaman mati conyzoides

99
Fimbristylis (Jatmiko et al. 2002). Persaingan tanaman
miliacea dengan gulma terutama dalam hal
pengambilan cahaya matahari, air, hara dan
Ludwigia octovalvis merupakan gulma ruang (Andriyani, 2006; Utami, 2004).
dengan golongan daun lebar yang paling Persaingan gulma dengan tanaman padi
dominan pada masing-masing perlakuan, dimana pertumbuhan dan perkembangan
sehingga seluruh perlakuan tidak memiliki gulma tidak dikendalikan menyebabkan
pengaruh yang nyata terhadap keberadaan pertumbuhan dan hasil tanaman padi
gulma ini. Ludwigia octovalvis berkembang berkurang, Suwitra (2013) melaporkan bahwa
biak melalui biji, potongan tanaman dan kehilangan hasil akibat adanya gulma
stolon. Berkembang pesatnya gulma ini di dipertanaman padi mencapai 42,61%. Gulma
lokasi penelitian diduga akibat dari dominan di di lokasi kajian adalah :
perbanyakan potongan tanaman dari sisa-sisa Aeschinomene sp, Ageratum conyzoides,
olahan tanah yang belum sempurna. Sembodo Amaranthus spinosus, Echornia crassipes,
(2010) melaporkan bahwa gulma yang ber- Echinochloa sp, Ludwigia sp, Mimosa,
kembang-biak dengan umbi dan rimpang Monochoria vaginalis, Ischaemum rugosum,
sangat sulit dikendalikan karena letaknya di Chyperus difformis, Chyperus iria,
dalam tanah sehingga mampu untuk tumbuh Fimbsistylis sp.
kembali. Gulma ini dapat ditekan
pertumbuhannya melalui penggenangan Persen Penutupan Total Gulma
dengan air pada stadia peka. Persen penutupan total gulma yang
Perlakuan dengan oksifluorfen (H2) diamati 14 hari setelah aplikasi memberikan
memberikan jenis pertumbuhan gulma yang pengaruh yang berbeda terhadap keberadaan
lebih banyak dibandingkan ke tiga perlakuan gulma dibandingkan dengan tanpa pemberian
lainnya. Menurut Pane (2004), ketiga herbisida (Kontrol). Nampak bahwa aplikasi
golongan gulma tersebut merupakan jenis etil pirazosulfuron (H1), klomazone (H3) dan
gulma paling jahat dan memiliki daya bersaing kuinklorak (H4) yang diberikan sebelum
tinggi di pertanaman padi sawah maupun padi penanaman padi mampu menekan
gogo rancah dan paling awal tumbuh, Tahir pertumbuhan gulma total (tabel 2).
dan Chauhan (2016) melaporkan bahwa gulma
dari jenis rerumputan khususnya E. Crus-galli Tabel 2. Persentase Penutupan Gulma Total
memiliki daya saing terhadap tanaman padi pada Masing-masing Perlakuan
yang sangat tinggi. Sedangkan ketiga Perlakuan Persen Penutupan
perlakuan lainnya etil pirazosulfuron (H1), Gulma Total
klomazone (H3) dan kuinklorak (H4) sangat Etil pirazosulfuron 9,45b
efektif dalam mengendalikan gulma berdaun (H1)
sempit (Tabel 1). Oksifluorfen (H2) 11,13b
Pertumbuhan gulma yang berada didekat Klomazone (H3) 9,56b
tanaman utama akan menyebabkan terjadinya Kuinklorak (H4) 9,67b
kerapatan antara tanaman dengan gulma. Tanpa Herbisida 44,67a
Kondisi ini menyebabkan terjadinya (Kontrol)
persaingan antara gulma dengan tanaman Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf
utama. Menurut Pujisiswanto dan Sembodo yang sama pada kolom yang sama
(2009) bahwa kerapatan tanaman yang tidak berbeda nyata pada Uji BNJ
semakin tinggi dapat mengakibatkan taraf 5%
persaingan antar tanaman yang semakin tinggi
untuk mendapatkan faktor tumbuh seperti Fitoktoksisitas Tanaman Padi
cahaya, unsur hara dan air. Tingkat
Penggunaan herbisida pra tumbuh
persaingan bergantung pada curah hujan,
dapat menyebabkan tidak tumbuhnya benih
varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma,
padi (fitoktoksisitas). Dampak keracunan ini
lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta
dilihat dari berkurangnya populasi tanaman
umur tanaman saat gulma mulai bersaing

100
dalam satuan luas. Dari hasil penelitian mengendalikan teki-tekian (Cyperus difformis
menunjukkan bahwa pada perlakuan dan Fimbristylis miliacea).
oksifluorfen (H2) memberikan populasi Pengendalian gulma dengan
tanaman yang paling rendah (22 tanaman herbisida pratumbuh (etil pirazosulfuron,
dalam 1 m2), sedangkan pada perlakuan etil klomazone, Kuinklorak dan oksifluorfen) dapat
pirazosulfuron (H1) tidak memberikan menekan total gulma pada tanaman padi sawah
pengaruh terhadap pertumbuhan benih padi sistem tabela.
yang ditanam secara langsung (Tabela).
Selanjutnya rata-rata populasi tanaman akibat
DAFTAR PUSTAKA
perlakuan herbisida pada tanaman padi dapat
di lihat pada Tabel 3 berikut ini. Ananto, E.E. 1989. Mekanisasi pertanian
dalam usaha tani padi. hlm. 631-652.
Tabel 3. Rata-rata populasi (rumpun) tanaman
Dalam M. Ismunadji, M. Syam, dan
pada masing-masing perlakuan Yuswadi (Ed.). Padi, Buku 2. Pusat
Perlakuan Populasi Tingkat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
2
dalam 1 m Keracunan Pangan, Bogor.
etil 25 Tidak Andriyani, L., Y., 2006. Pengaruh waktu
pirazosulfuron keracunan penyiangan dan populasi tanaman
(H1) terhadap hasil kacang hijau (Vigna radiata
oksifluorfen (H2) 22 Keracunan L.) pada kondisi tanpa olah tanah. J.
ringan Agronimi 10(1):27-31.
klomazone (H3) 23 Keracunan Djojosoemarto, P. 2008. Teknik Aplikasi
ringan Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
kuinklorak (H4) 23 Keracunan Jatmiko, S.Y., Harsanti S., Sarwoto, dan A.N.
ringan Ardiwinata. 2002. Apakah herbisida yang
Fitoktoksisitas pada tanaman padi digunakan cukup aman? hlm. 337-348.
akibat pemberian herbisida ini dapat Dalam J. Soejitno, I.J. Sasa, dan
mengakibatkan kematian pada tanaman padi. Hermanto (Ed.). Prosiding Seminar
Hal ini terlihat dari berkurangnya populasi Nasional Membangun Sistem Produksi
tanaman. Kematian diduga karena benih padi Tanaman Pangan Berwawasan
belum berkecambah dengan baik, setelah Lingkungan. Pusat Penelitian dan
tanaman tumbuh, herbisida ini hanya Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor
memberikan pengaruh keracunan ringan saja. Jung-Sun, Baek dan Nam-Jin Chung. 2012.
Hal ini dapat diatasi dengan pemberian pupuk Seed Wintering and deterioration
urea pada umur 7 hari setelah sebar. Hasil characteristics between weedy and
pengamatan terhadap komponen pertumbahan cultivated rice. Department of Crop
tanaman padi pada masing-masing perlakuan Science and Biotechnology. Chanbuk
menunjukkan bahwa tanaman sangat respon National University, Jeonju 561-756,
terhadap unsur N, oleh sebab itu dilakukan Repubic of Korea.
pemberian pupuk urea tahap I. Pemberian Melalui : Springer.
dosis pupuk urea disesuaikan dengan http://www.thericejournal.com/content/5/1
rekomendasi setempat sebanyak 250 kg/ha. /21
Pemberian pupuk ini dapat memulihkan Koloi, S. 2005. Kajian Agronomi
pertumbuhan tanaman padi menjadi normal. Pengembangan Budidaya Padi Tanam
Benih Langsung (tabela) dan Kedelai.
KESIMPULAN Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pengendalian gulma dengan Lamid, Z. 1996. Perkembangan pengelolaan
herbisida pratumbuh berbahan aktif etil gulma dewasa ini di Indonesia. Prosiding
pirazosulfuron, klomazone dan Kuinklorak HIGI XIII.
sangat efektif mengendalikan gulma dari Mahfud, Dwi Guntoro dan Dita Nurul Latifah
golongan rumput-rumputan (Echinochloa 2012. Efikasi herbisida kombinasi
colona) dan oksifluorfen efektif budidaya tanaman padi sawah tabela

101
Efficacy of Tetris and Basgran
Combinations for Weed Eradication in,
19(April), 16–26.
Sembodo J. 2010. Gulma dan Pengelolaanya.
Penerbit Graha Ilmu. Edisi Pertama.
Yogyakarta
Sutanto, R. 1997. Studi Penyiapan Lahan
Dengan Herbisida Glifosat dan Tinggi
Penggenangan Air pada Budidaya Padi
sawah Tanpa Olah Tanah. Tesis (tidak
dipublikasikan). PPSUB.
Suwitra IK. 2013. Pemberian Pupuk Organik
dan Herbisida Campuran pada Tanaman
Padi Sistem Tabela. Tesis S2 Ilmu Ilmu
Pertanian. Universitas Tadulako.
Tahir Hussain Awan dan Bhagirath Singh
Chuahan. 2016. Effect of emergence,
inter and intra-spesific competition on
growth and fecundity of Echinochloa
crus-galli in dry-seeded rice. Weeds
Science, Crop and Evironmental Science
Division, International Rice
ResearchInstitute (IRRI), Los Banos,
Philippines. melalui :
www.elseiver.com/locate/crop
Utami, 2004. Kemelimpahan Jenis Gulma
Tanaman Wortel pada Sistem Pertanian
Organik. Bioma 6(2):54-58
Yuliaty, S., Arfah, C., & Rauf, R. A. 2013.
Padi Sawah Sistem Tabela Dan Sistem
Tapin Di Desa Dolago Kecamatan Parigi
Selatan Kabupaten Parigi Moutong,
Agroland 1(3), 244–249.

102

Anda mungkin juga menyukai