AKHIR TAHUNAN
KEGIATAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2017
JUDUL KEGIATAN
Bio-mining” Metabolit Sekunder Karang Lunak (Alcyonacea) dan Evaluasi Aktivitas
Farmakologinya
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan/Penelitian : Bio-mining” Metabolit Sekunder Karang Lunak
(Alcyonacea) dan Evaluasi Aktivitas Farmakologinya
2. Sub Kegiatan : Keltian Budidaya dan Bioprospeksi Laut
3. Peneliti Kepala
Nama Lengkap :Dr. Tutik Murniasih
Jenis Kelamin : Perempuan
4. Lama Penelitian :
Tahun dimulai :2016
Tahun Berakhir :2019
5. Tahun ke-:2
6. Total Biaya Keseluruhan : Rp. 580.000.000,-
Tahun I (2016) : Rp. 380.000.000,-
Tahun II (2017): Rp. 200.000.000,-
Dst
Tim Peneliti
TIM PENELITI :
1.Masteria Yunovilsa Putra Ph.D.
2.Aryono Hadi, MSc
3.Sapar Hadi, SSi
4. Firmansyah Karim, SSi
5. Mery Maryani, SSi
PENGANTAR................................................................................................................................. 3
A. PENDAHULUAN................................................................................................................... 7
2. Permasalahan ......................................................................................................................... 9
4. Hipotesis ............................................................................................................................... 10
G. LAMPIRAN .......................................................................................................................... 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur senyawa aktif pada karang lunak .................................................................... 9
Gambar 2. Skema Uji NMR untuk senyawa unknown................................................................. 13
Gambar 3. Profil ekstraksi karang lunak menggunakan metode maserasi ................................... 15
Gambar 4. Foto Scanning Microscope Electron karang lunak Sarcophyton 2 SLYR 51 ............. 17
Gambar 5. Spektrum HPLC dari ekstrak karang lunak Sarcophyton 2 SLYR 51 ........................ 17
Gambar 6. Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi 25 dan 26 ........................................................... 18
Gambar 7. Spektrum LC-MS fraksi 25 ........................................................................................... 19
Gambar 8. Senyawa 11-acetyldihydrosinuflexolide m/z : 419.06 [M + Na]................................ 19
Gambar 9. Spektrum LC-MS fraksi 26 ........................................................................................... 20
DAFTAR TABEL
2. Permasalahan
Penelitian tentang potensi pemanfaatan karang lunak Indonesia sebagai bahan baku obat belum
secara komprehensif dilakukan. Belum adanya bank ekstrak karang lunak yang dilengkapi
dengan informasi aktifitas farmakologi serta struktur senyawa aktif, menjadikan biota ini belum
dimanfaatkan secara maksimal.
3. Tujuan & Sasaran
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan ekstrak-ekstrak yang aktif untuk antimalaria, antibakteri, antioksidan dari
berbagai jenis karang lunak serta informasi senyawa aktif yang dikandungnya.
2. Mendapatkan informasi toksisitas jenis-jenis karang lunak
Sasaran akhir dari penelitian ini adalah:
1. Tersedianya bank ekstrak karang lunak beserta informasi aktifitas farmakologi dan
senyawa aktif yang dikandungnya
2. Tersedianya pustaka kimia (Chemical Library) dari karang lunak Indonesia
3. Informasi tersebut digunakan sebagai dasar rekomendasi dalam pengembangan jenis
karang lunak sebagai bahan baku obat sekaligus sebagai dasar untuk dilakukan
budidayanya.
4. Hipotesis
Karang Lunak sebagaimana hewan invertebrate laut mempunyai habitat yang restriktif, sehingga
akan memicu potensi metabolit sekunder yang spesifik dan aktif farmakologi.
B. PROSEDUR DAN METODOLOGI
1. Pengambilan sampel
Sampel Alcyonacea diambil di perairan dengan menggunakan alat selam. Sampel karang lunak
yang diperoleh, dipotret dan dimasukan dalam kantong plastik, setelah itu diberi label, kemudian
sampel dipindahkan ke cool box yang telah diisi dengan es batu dan blue ice sehingga suhunya
tetap rendah agar enzim dan bakteri pembusuk yang mempercepat pembusukan menjadi tidak
aktif. Sampel dibawa ke laboratorium dan dimasukkan ke dalam freezer agar sampel tetap berada
pada suhu rendah sehingga tidak terjadi pembusukan sebelum dilakukan tahap selanjutnya yaitu
ekstraksi senyawa aktif.
2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan terdiri dari sampel, yaitu sampel karang lunak Sarcophyton
throcheliophorum yang merupakan koleksi dari Laboratorium Produk Alam Laut, Pusat
Penelitian Oseanografi, LIPI. Karang lunak ini berasal dari perairan Pulau Selayar yang diambil
dengan metode SCUBA Diving pada kedalaman 10-20 meter secara acak mengikuti garis kontur
dasar laut.
Bahan pelarut yang digunakan adalah metanol, diklorometana (DCM), etil asetat, dan n-heksana
(for analysis EMSURE grade, MERCK). Kolom kromatografi menggunakan fase diam Silica
Gel 60 (230-400 mesh ASTM, MERCK). Plat alumunium silika (20 x 20 cm Silica Gel 60 F254,
Merck) dan reagen vanilin-H2SO4 digunakan untuk analisis KLT.
Bahan untuk uji antibakteri yaitu: media Nutrient Agar yang mengandung Nutrient Broth
(HIMEDIA), Agar Power (HIMEDIA), bacteriological (HIMEDIA), media Mueller Hinton
(HIMEDIA), kertas cakram (paper disc 6mm Filtres Fioroni), ampisilin (Merck), dan alkohol
70%, dan akuades saring.
Bahan yang merupakan bakteri uji adalah bakteri Bacillus subtilis (Bs), Vibrio cholerae strain El-
tor (Ve), Staphylococcus Aureus (Sa) dan Escherichia coli (Ec) koleksi Lab. Produk Alam Laut,
PPO - LIPI.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari: peralatan gelas yang umum digunakan,
peralatan dapur, corong pisah, peralatan kromatografi kolom, vacuum rotatory evaporator (IKA
RV 10 Basic; Vacuubrand 3000; dan Huber chiller), peralatan KLT, lampu UV, neraca analitik
(Denver Instrument SI-234), magnetic stirrer (Wise Stir MSH-20D), cup eppendorf, botol falcon,
pinset, pembakar spirtus, lampu, dan aerator. Peralatan yang digunakan untuk uji aktivitas
antibakteri adalah: mikropipet, cawan petri, autoklaf (Omron), shaker (IKA KS 4000i Control),
inkubator (Memmert), 96-wellplate, microplate reader (Infinite® 200 PRO Tecan Austria
GmbH). Peralatan untuk identifikasi struktur adalah NMR (JEOL ECZ 500 MHz), FT-IR
(Thermofischer), LC-MS dengan sistem ionisasi ESI-MS (Waters Aquity TQD UPLC-MS/MS).
3. Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, tahap pertama yaitu koleksi dan ekstraksi bahan aktif dari
sampel Alcyonacea dan uji pengaruh ekstrak dari karang lunak terhadap aktifitas antibakteri dan
anti malaria. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, tahap pertama yaitu koleksi dan ekstraksi
Sampel karang lunak beku direndam dalam air sampai es mencair. Karang lunak kemudian
dipotong kecil-kecil dengan pisau. Potongan sampel kemudian ditimbang sebagai berat
sampel basah. Hasil potongan karang lunak selanjutnya diekstraksi dengan metode
maserasi dalam campuran pelarut metanol dan DCM
1 : 1 (v/v). Maserasi dilakukan selama satu hari (24 jam), hasil maserasi disaring dan
ditampung, kemudian diganti pelarut yang sama hingga hasilnya menjadi tidak berwarna.
Hasil filtrasi ditampung dalam satu wadah kemudian dievaporasi menggunakan vacuum
rotary evaporator pada temperatur maksimal 40 °C sampai semua pelarut teruapkan.
Metode yang digunakan dalam skrining aktivitas antibakteri adalah metode difusi cakram agar
sesuai dengan metode CLSI (2011) dan sedikit modifikasi. Sebelum dilakukan uji antibakteri,
sebelumnya disiapkan media uji dan strain bakteri uji. Media uji yang digunakan adalah Nutrient
Agar (NA) dalam cawan petri steril. Strain bakteri yang digunakan, yaitu: Bacillus subtilis (Bs),
Vibrio eltor (Ve), dan Escherichia coli (Ec). Masing-masing bakteri di fermentasi dalam media
Nutrient Broth (NB) dan di shaker selama 18-24 jam pada 29° C. Setelah itu strain bakteri uji
dioleskan ke atas media uji, diletakkan cakram kertas berdiameter 6 mm di atasnya, dan diberi
nama. Satu cawan petri dapat berisi hingga enam cakram kertas. Sebanyak 20 µL sampel yang
mengandung 250 µg sampel hasil fraksinasi masing-masing diteteskan ke atas cakram kertas.
Setiap jenis bakteri dilakukan dua kali pengulangan (duplo). Ampisilin digunakan sebagai
kontrol dengan konsentrasi 10µg/ 20µL (b/v). Selanjutnya diinkubasi dalam inkubator selama 24
jam pada temperatur 30,1 °C. Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan terbentuknya zona
inhibisi berupa zona bening di sekitar cakram kertas. Zona ini dihitung menggunakan jangka
sorong.
Tahap kedua yaitu uji dereplikasi terhadap ekstrak potensial menggunakan LC-MS. Pemisahan
selanjutnya yang meliputi fraksinasi dan pemisahan menggunakan HPLC dilakukan terhadap
ekstrak aktif yang mengandung senyawa yang belum teridentifikasi oleh spektra massa dari
analisis LC-MS.
Tahap ketiga mengkarakterisasi senyawa aktif (unknown bioactive substances) menggunakan
spektrum Massa, NMR (Nuclear Magnetic Resonance) 1D/2D.
Tahap keempat adalah validasi ekstrak potensial dan uji toksisitas
Pada Tahap ke-Empat metode yang digunakan adalah elusidasi struktur molekul senyawa
menggunakan kombinasi teknik spektroskopi dan konversi kimia, khususnya oleh 1 dan 2D
spektroskopi NMR. Struktur baru ditentukan dengan menggunakan berbagai jenis 2D-NMR
seperti COSY, HETCOR, COLOC, HMBC, HMQC dan NOESY, X-ray crystallography dan
Circular Dichroism. Stereokimia absolut akan ditentukan berdasarkan sifat-sifat turunan senyawa
seperti Mosher derivatives, kromatografi pada fase kiral atau teknik lainnya seperti exciton
chirality technique.
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Lobophytum Selayar Selayar 2015 softcoral Lobophytum 100 DCM :
MeOH (1:1)
2 SR02 Lobophytum Selayar 2015 softcoral Lobophytum 100 DCM :
SLYR 48 MeOH (1:1)
3 Lobophytum SLYR 51 Selayar 2015 softcoral Lobophytum 100 DCM :
MeOH (1:1)
4 SR05 Lobophytum Selayar 2015 softcoral Lobophytum 100 DCM :
SLYR 49 MeOH (1:1)
5 SR01 Sinularia SLYR Selayar 2015 softcoral Sinularia 50 DCM :
48 MeOH (1:1)
6 SR03 Sinularia SLYR Selayar 2015 softcoral Sinularia 40 DCM :
48 MeOH (1:1)
7 SR06 Sinularia SLYR Selayar 2015 softcoral Sinularia 100 DCM :
49 MeOH (1:1)
8 SR08 Sinularia SLYR Selayar 2015 softcoral Sinularia 60 DCM :
49 MeOH (1:1)
9 Sinularia SLYR 52 Selayar 2015 softcoral Sinularia 100 DCM :
MeOH (1:1)
10 Sarcophyton 2 SLYR Selayar 2015 softcoral Sarcophyton 100 DCM :
51 MeOH (1:1)
11 SLYR 52 II 28/07/2015 Selayar 2015 softcoral 100 DCM :
MeOH (1:1)
12 SLYR 51 I 28/07/2015 Selayar 2015 softcoral 100 DCM :
MeOH (1:1)
13 SR04 Sarcophyton Selayar 2015 softcoral Sarcophyton 100 DCM :
SLYR 48 MeOH (1:1)
14 SC-1 Pari 03/12/16 P. Pari 2016 softcoral 50 DCM :
MeOH (1:1)
15 SC-1 Sabang Sabang softcoral Sarcophyton 100 DCM :
MeOH (1:1)
16 SC-1 St.2 Buton Buton softcoral Lobophytum 100 DCM :
MeOH (1:1)
17 SC-2 Unknown Plastik softcoral Sinularia 100 DCM :
1 MeOH (1:1)
18 SC-1 Unknown softcoral 100 DCM :
MeOH (1:1)
Tahap selanjutnya dari ekstraksi tersebut kami mekalukan proses HPLC untuk dereplikasi dan
mengambil fraksi/senyawa murni dari setiap ekstrak karang lunak tersebut.
Tahap awal HPLC kami menggunakan Sarcophyton 2 SLYR 51 yang kami koleksi dari P.
Selayar pada tahun 2015. Dari proses HPLC kami mendapatkan 26 spektrum senyawa yang
kami koleksi keseluruhannya, kemudian keseluruhan 25 senyawa tersebut kami uji antibakteri
dengan menggunaka bakteri pathogen. E. coli, S. aureus, V. eltor, B. subtilis. Fraksi-fraksi hasil
kromatografi kolom kemudian di uji aktivitas antibakterinya. Tujuan dilakukan skrining adalah
untuk menelusuri fraksi mana yang berpotensi sebagai antibakteri, sehingga dapat diidentifikasi
senyawa yang berperan sebagai antibakteri pada fraksi tersebut. Nutrient Agar dipilih sebagai
media karena merupakan media tumbuh bakteri non-selektif yang sesuai dengan bakteri Gram
positif maupun negatif dan umum digunakan pada proses skrining aktivitas antibakteri.
Ampisilin digunakan sebagai standar positif dalam setiap pengujian karena merupakan antibiotik
yang sudah umum beredar di pasaran dan memiliki spektrum luas terhadap bakteri uji
Dari hasil uji bakteri terhadap 26 spektrum senyawa tersebut kami mendapatkan 2 buah senyawa
aktif pada sepktrum no 25 dan 26. Kedua senyawa tersebut aktif terhadap bakteri v. eltor.
Hasil dereplikasi menggunakan MarinLit didapatkan informasi bahwa fraksi 25 pada ekstrak
HPLC Sarcophyton 2 SLYR 51 mengandung senyawa 11-acetyldihydrosinuflexolide, senyawa
ini juga diisolasi pada karang lunak Sinularia flexibilis.
Hasil dereplikasi pada fraksi 26 dari ekstrak HPLC Sarcophyton 2 SLYR 51, kami tidak
menemukan senyawa dengan m/z : 462.95 pada karang lunak, sehingga kemungkinan senyawa
yang terkandung dalam fraksi tersebut adalah senyawa baru. Untuk itu perlu dilakukan analisa
NMR untuk menentukan apakah senyawa tersebut adalah baru.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada penelitian tahun 2018 didapatkan informasi senyawa fraksi aktif dari jenis Sarchophyton
asal Selayar, Identifikasi menggunakan LC-MS menunjukkan adanya senyawa aktif 11-
acetyldihydrosinuflexolide. Fraksi aktif no. 26 tidak dapat terkarakterisasi oleh LC-MS sehingga
perlu analis NMR lebih lanjut.
F. DAFTAR PUSTAKA
Sammarco PW, Coll JC, Willis B (1983) Competitive Strategies of Soft Coral
(Coelenterata:Octocoralia): Allelopathic effects on Selected Scelaractinian Corals. Coral
Reefs 1: 173-178.
Haris A. (2001) Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Fragmentasi Buatan
Karang Lunak (Octocorallia: Alcyonacea) Sarcophyton trocheliophorum Von Marenzeller
dan Lobophytum strictum Tixier- Durivault di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu,
Tesis, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Manuputty AEW (2010) Sebaran Karang Lunak, Marga Sinularia (Octocorallia, Alcyonacea) Di
Pulau-Pulau Derawan Kalimantan Timur, Oseanologi dan Limnologi di Indonesia,
Jakarta.
Sawant S, Youssef D, Mayer A, Sylvester P, Wall V, Arant M, dan El-Sayed K, (2006) Anticancer
and Anti-inflamantory Sulphur-containing Semisynthetic Derivatives of Sarcophine, Chem.
Pharm. Bull., 54(8):1119-1123.
Putra MY. (2012) Bioactive marine natural products from the Indonesian soft coral Sinularia sp.
(order Alcyonacea, family Alcyoniidae) [Dissertation]. Roma: Università Politecnica Delle
Marche.
Putra M.Y, Murniasih T, Saputri ANC, Widhiana MR, Swasono RT, Wibowo JT, Arlyza IS.
(2016). Secondary metabolites and their biological activities in Indonesian soft corals of
the genus Lobophytum. The 6th International Conference on Natural Products for Health
and Beauty (NATPRO6). January 21-23, 2016.
G. LAMPIRAN
Pada tahun 2017, kami melakukan koleksi karang lunak di daerah Bitung, Sulawesi Utara.
BT1-150617-04-SC BT1-150617-14-SC
BT1-150617-12-SC BT1-150617-13-SC
BT1-150617-13-SC BT1-150617-07-SC
BT2-150617-14-SC BT2-150617-06-SC