Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

AKHIR TAHUNAN
KEGIATAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2017

JUDUL KEGIATAN
Bio-mining” Metabolit Sekunder Karang Lunak (Alcyonacea) dan Evaluasi Aktivitas
Farmakologinya

(Dr. Tutik Murniasih)

PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI


LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan/Penelitian : Bio-mining” Metabolit Sekunder Karang Lunak
(Alcyonacea) dan Evaluasi Aktivitas Farmakologinya
2. Sub Kegiatan : Keltian Budidaya dan Bioprospeksi Laut
3. Peneliti Kepala
 Nama Lengkap :Dr. Tutik Murniasih
 Jenis Kelamin : Perempuan
4. Lama Penelitian :
 Tahun dimulai :2016
 Tahun Berakhir :2019
5. Tahun ke-:2
6. Total Biaya Keseluruhan : Rp. 580.000.000,-
 Tahun I (2016) : Rp. 380.000.000,-
 Tahun II (2017): Rp. 200.000.000,-
 Dst

Jakarta,13 Desember 2017

Kepala Kelompok Penelitian Peneliti Kepala/Kordinator

(Dr. Tutik Murniasih) (Dr. Tutik Murniasih)


NIP.197109271996032002 NIP.197109271996032002
Mengetahui

Kepala Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI Ketua PME Puslit Oseanografi -LIPI

Dr. Dirhamsyah, MA Dr. Aan Johan Wahyudi


NIP. 196112211981031001 NIP.1983012020060401005
PENGANTAR
Eksplorasi senyawa aktif atau sering disebut “bio-mining” dari karang lunak Indonesia
sangat penting dilakukan, mengingat potensi keanekaragaman jenisnya yang cukup tinggi.
Dengan berkembangnya teknik budidaya karang lunak, merupakan suatu terobosan baru
dalam pemanfaatan berkelanjutan sebagai bahan baku obat. Eksplorasi bahan baku obat
antibiotik dan antimalaria sangat perlu dilakukan, mengingat tingginya kebutuhan akan
obat tersebut. Penelitian tentang pengaruh alelopati pada Lobophytum sp. terhadap biota
karang Acropora sp dan potensi farmakologis (TA.2015) menghasilkan data-data metabolit
sekunder durumulide M (1), durumulide F (2), hydroperoxy sarcophine (3) dan
lobophytone O (4), menelloide E (5), crassumsterol (6), lobophytone O (7) yang berperan
sebagai pertahanan diri dan mempunyai aktifitas sebagai antibakteri, antioksidan dan
antimalaria. Berdasarkan hasil kegiatan tahun 2015, maka diusulkan proposal yang
mengkaji potensi farmakologi biota karang lunak mulai tahun 2016. Hasil kegiatan TA.
2016 adalah didapatkannya fraksi aktif dan teridentifikasi adanya senyawa Sarcophytoxide
pada karang lunak Sarcophyton glaucum asal kep. Selayar. Sarcophytoxide mempunyai
aktifitas antibakteri dengan nilai MIC terhadap Staphylococcus aureus 100 ppm, terhadap
Bacillus subtilis 125 ppm dan terhadap Vibrio eltor sebesar 125 . Pada tahun 2017
dilakukan elusidasi struktur senyawa dan skrining potensi karang lunak daerah Indonesia
Timur. Adapun tahun 2018 penelitian tahun 2018 didapatkan informasi senyawa aktif
Senyawa 11-acetyldihydrosinuflexolide.

Jakarta, 30 November 2017

Tim Peneliti

TIM PENELITI :
1.Masteria Yunovilsa Putra Ph.D.
2.Aryono Hadi, MSc
3.Sapar Hadi, SSi
4. Firmansyah Karim, SSi
5. Mery Maryani, SSi

Kontak : (Tutik Murniasih, tutiic_2000@yahoo.com)


DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................ 2

PENGANTAR................................................................................................................................. 3

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 4

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 5

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... 6

A. PENDAHULUAN................................................................................................................... 7

1. Latar Belakang ....................................................................................................................... 7

2. Permasalahan ......................................................................................................................... 9

3. Tujuan & Sasaran .................................................................................................................... 9

4. Hipotesis ............................................................................................................................... 10

B. PROSEDUR DAN METODOLOGI.........................................................................................11

1. Pengambilan sampel ..............................................................................................................11

2. Alat dan Bahan.......................................................................................................................11

3. Metode Penelitian ................................................................................................................. 12

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................................................... 14

1. Hasil Pemisahan senyawa aktif............................................................................................. 14

2. Hasil Analisis struktur........................................................................................................... 19

D. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 21

E. REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA ......................................................................... 21

F. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 21

G. LAMPIRAN .......................................................................................................................... 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur senyawa aktif pada karang lunak .................................................................... 9
Gambar 2. Skema Uji NMR untuk senyawa unknown................................................................. 13
Gambar 3. Profil ekstraksi karang lunak menggunakan metode maserasi ................................... 15
Gambar 4. Foto Scanning Microscope Electron karang lunak Sarcophyton 2 SLYR 51 ............. 17
Gambar 5. Spektrum HPLC dari ekstrak karang lunak Sarcophyton 2 SLYR 51 ........................ 17
Gambar 6. Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi 25 dan 26 ........................................................... 18
Gambar 7. Spektrum LC-MS fraksi 25 ........................................................................................... 19
Gambar 8. Senyawa 11-acetyldihydrosinuflexolide m/z : 419.06 [M + Na]................................ 19
Gambar 9. Spektrum LC-MS fraksi 26 ........................................................................................... 20
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Ekstraksi Karang Lunak ......................................................................................... 15


Tabel 2. Rekapitulasi Penggunaan Dana....................................................................................... 21
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Karang Lunak (Octocorallia, Alcyonacea) memiliki tubuh yang lentur, lunak dan tampak seperti
tumbuhan karena bentuk koloninya mempunyai cabang dan batang yang tumbuh melekat pada
substrat dasar yang keras. Secara struktural karang lunak mirip dengan karang batu, namun
karang lunak memilki tubuh lebih lentur karena tidak mempunyai kerangka kapur luar yang
keras atau endoskeleton. Jaringan tubuh dari karang lunak disokong oleh spikula yang
mengandung kalsium karbonat. Spikula tersebut merupakan kumpulan duri-duri kecil yang
kokoh dan tersusun sedemikian rupa sehingga tubuhnya lentur dan tidak mudah putus. Karang
lunak (Alcyonacea) merupakan salah satu biota penyusun dari terumbu karang yang memiliki
ukuran dan bentuk koloni yang lebar. Hasil penelitian yang dilakukan di perairan dangkal di
beberapa kepulauan di Indonesia, Filipina, dan Papua Nugini, tercatat bahwa perairan ini
merupakan perairan dengan kelimpahan jenis oktokoral tertinggi di dunia (Manuputty, 2010).
Pada umumnya, terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-
rata tahunan 25-32 °C, dan dapat mentoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C (Haris, 2001).
Koloni karang lunak dapat berwarna coklat, krem, kuning atau hijau kecoklatan, warna polip
juga mengikuti warna koloni. Warna-warna tersebut berasal dari zooxanthellae yang hidup
bersimbiosis di dalam jaringan endodermal karang lunak (Manuputty, 2010).
Karang lunak juga merupakan hewan yang bersifat allelopatik, dengan mengeluarkan zat tertentu
dari tubuhnya maka hewan lain ataupun predator tidak akan mendekatinya. Zat yang dikeluarkan
oleh karang lunak sebagai alat pertahanan diri tersebut merupakan jenis senyawa bioaktif.
Senyawa bioaktif ini berupa terpenoid, steroid dan glikosida. Dari hasil penelitian menyebutkan
bahwa sekitar 50 % ekstrak karang lunak menunjukkan sifat racun pada ikan.
Karang lunak merupakan salah satu jenis biota laut yang menjanjikan nilai farmakologisnya
(Sammarco dan Coll, 1988). Isolasi metabolit sekunder terhadap karang lunak telah banyak
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui aktivitas senyawa yang terkandung di dalamnya.
Beberapa hasil penelitian terhadap senyawa bioaktif karang lunak yang diuji dengan A. salina
(BSLT) menunjukkan adanya korelasi spesifik terhadap uji antikanker bila mempunyai LC50 <
1000 ppm. Hal ini didukung beberapa hasil penelitian lainnya. Sawant dkk. (2006) melakukan
isolasi ekstrak karang lunak Sarcophyton glaucum yang menghasilkan senyawa sarcophine.
Sarcophine merupakan senyawa cembranoid diterpen yang diketahui dapat menghambat proses
tumorgenesis. Hasil penelitian Wikanta dkk. (2007) menunjukkan bahwa ekstrak kasar, fraksi
metanol, dan fraksi etil asetat karang lunak Sarcophyton glaucum dapat menghambat sel lestari
tumor HeLa dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 25,12 μg/mL, 50,12 μg/mL dan 31,62
μg/mL.
Sejak 1997-2014, lebih dari 20 publikasi telah melaporkan adanya senyawa bioaktif dari karang
lunak Indonesia seperti Cladiella sp., Lobophytum sp. dan Sinularia sp. Masteria et al. Dari
tahun 2009-2012, telah memberikan kontribusi sebelas senyawa baru dari Sinularia sp,
beberapa di antaranya memiliki aktivitas farmakologi seperti anti inflamasi. Senyawa bioaktif
yang telah diisolasi tersebut terbukti memiliki berbagai kegiatan biologis seperti antimikroba,
anti-inflamasi, sitotoksik dan beberapa lainnya.
Hasil penelitian tahun 2015, didapatkan data-data senyawa-senyawa yang mempunyai fungsi
sebagai pertahanan diri (alelopati) karang lunak Lobophytum sp dan aktifitas antimalaria
(Masteria et.al 2016). Beberapa senyawa yang berhasil diidentifikasi diantaranya adalah
durumulide M (1), durumulide F (2), dan lobophytone O (3), menelloide E (4), Pengembangan
obat dari laut didasari pada eksplorasi (bio-mining) dari senyawa aktifnya. Keragaman senyawa
kimia berbanding lurus dengan keragaman jenis dari sumberdaya alam hayatinya. Indonesia
dengan lokasi strategis yang berada didaerah segitiga karang (coral triangle) mempunyai
biodiversitas tertinggi di dunia tentunya mempunyai keragaman kimia (chemodiversity) yang
tinggi. Belum adanya bank ekstrak karang lunak dan informasi senyawa-senyawa kimianya
secara komprehensip menjadikan penelitian ini sangat perlu untuk dilakukan. Uji dereplikasi
untuk menghindari pengulangan senyawa-senyawa yang sudah diidentifikasi akan diterapkan
untuk mempercepat penemuan struktur molekul senyawa aktif baru.
Gambar 1. Struktur senyawa aktif pada karang lunak

2. Permasalahan
Penelitian tentang potensi pemanfaatan karang lunak Indonesia sebagai bahan baku obat belum
secara komprehensif dilakukan. Belum adanya bank ekstrak karang lunak yang dilengkapi
dengan informasi aktifitas farmakologi serta struktur senyawa aktif, menjadikan biota ini belum
dimanfaatkan secara maksimal.
3. Tujuan & Sasaran
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan ekstrak-ekstrak yang aktif untuk antimalaria, antibakteri, antioksidan dari
berbagai jenis karang lunak serta informasi senyawa aktif yang dikandungnya.
2. Mendapatkan informasi toksisitas jenis-jenis karang lunak
Sasaran akhir dari penelitian ini adalah:
1. Tersedianya bank ekstrak karang lunak beserta informasi aktifitas farmakologi dan
senyawa aktif yang dikandungnya
2. Tersedianya pustaka kimia (Chemical Library) dari karang lunak Indonesia
3. Informasi tersebut digunakan sebagai dasar rekomendasi dalam pengembangan jenis
karang lunak sebagai bahan baku obat sekaligus sebagai dasar untuk dilakukan
budidayanya.

4. Hipotesis
Karang Lunak sebagaimana hewan invertebrate laut mempunyai habitat yang restriktif, sehingga
akan memicu potensi metabolit sekunder yang spesifik dan aktif farmakologi.
B. PROSEDUR DAN METODOLOGI
1. Pengambilan sampel
Sampel Alcyonacea diambil di perairan dengan menggunakan alat selam. Sampel karang lunak
yang diperoleh, dipotret dan dimasukan dalam kantong plastik, setelah itu diberi label, kemudian
sampel dipindahkan ke cool box yang telah diisi dengan es batu dan blue ice sehingga suhunya
tetap rendah agar enzim dan bakteri pembusuk yang mempercepat pembusukan menjadi tidak
aktif. Sampel dibawa ke laboratorium dan dimasukkan ke dalam freezer agar sampel tetap berada
pada suhu rendah sehingga tidak terjadi pembusukan sebelum dilakukan tahap selanjutnya yaitu
ekstraksi senyawa aktif.
2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan terdiri dari sampel, yaitu sampel karang lunak Sarcophyton
throcheliophorum yang merupakan koleksi dari Laboratorium Produk Alam Laut, Pusat
Penelitian Oseanografi, LIPI. Karang lunak ini berasal dari perairan Pulau Selayar yang diambil
dengan metode SCUBA Diving pada kedalaman 10-20 meter secara acak mengikuti garis kontur
dasar laut.
Bahan pelarut yang digunakan adalah metanol, diklorometana (DCM), etil asetat, dan n-heksana
(for analysis EMSURE grade, MERCK). Kolom kromatografi menggunakan fase diam Silica
Gel 60 (230-400 mesh ASTM, MERCK). Plat alumunium silika (20 x 20 cm Silica Gel 60 F254,
Merck) dan reagen vanilin-H2SO4 digunakan untuk analisis KLT.
Bahan untuk uji antibakteri yaitu: media Nutrient Agar yang mengandung Nutrient Broth
(HIMEDIA), Agar Power (HIMEDIA), bacteriological (HIMEDIA), media Mueller Hinton
(HIMEDIA), kertas cakram (paper disc 6mm Filtres Fioroni), ampisilin (Merck), dan alkohol
70%, dan akuades saring.
Bahan yang merupakan bakteri uji adalah bakteri Bacillus subtilis (Bs), Vibrio cholerae strain El-
tor (Ve), Staphylococcus Aureus (Sa) dan Escherichia coli (Ec) koleksi Lab. Produk Alam Laut,
PPO - LIPI.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari: peralatan gelas yang umum digunakan,
peralatan dapur, corong pisah, peralatan kromatografi kolom, vacuum rotatory evaporator (IKA
RV 10 Basic; Vacuubrand 3000; dan Huber chiller), peralatan KLT, lampu UV, neraca analitik
(Denver Instrument SI-234), magnetic stirrer (Wise Stir MSH-20D), cup eppendorf, botol falcon,
pinset, pembakar spirtus, lampu, dan aerator. Peralatan yang digunakan untuk uji aktivitas
antibakteri adalah: mikropipet, cawan petri, autoklaf (Omron), shaker (IKA KS 4000i Control),
inkubator (Memmert), 96-wellplate, microplate reader (Infinite® 200 PRO Tecan Austria
GmbH). Peralatan untuk identifikasi struktur adalah NMR (JEOL ECZ 500 MHz), FT-IR
(Thermofischer), LC-MS dengan sistem ionisasi ESI-MS (Waters Aquity TQD UPLC-MS/MS).
3. Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, tahap pertama yaitu koleksi dan ekstraksi bahan aktif dari
sampel Alcyonacea dan uji pengaruh ekstrak dari karang lunak terhadap aktifitas antibakteri dan
anti malaria. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, tahap pertama yaitu koleksi dan ekstraksi
Sampel karang lunak beku direndam dalam air sampai es mencair. Karang lunak kemudian
dipotong kecil-kecil dengan pisau. Potongan sampel kemudian ditimbang sebagai berat
sampel basah. Hasil potongan karang lunak selanjutnya diekstraksi dengan metode
maserasi dalam campuran pelarut metanol dan DCM
1 : 1 (v/v). Maserasi dilakukan selama satu hari (24 jam), hasil maserasi disaring dan
ditampung, kemudian diganti pelarut yang sama hingga hasilnya menjadi tidak berwarna.
Hasil filtrasi ditampung dalam satu wadah kemudian dievaporasi menggunakan vacuum
rotary evaporator pada temperatur maksimal 40 °C sampai semua pelarut teruapkan.
Metode yang digunakan dalam skrining aktivitas antibakteri adalah metode difusi cakram agar
sesuai dengan metode CLSI (2011) dan sedikit modifikasi. Sebelum dilakukan uji antibakteri,
sebelumnya disiapkan media uji dan strain bakteri uji. Media uji yang digunakan adalah Nutrient
Agar (NA) dalam cawan petri steril. Strain bakteri yang digunakan, yaitu: Bacillus subtilis (Bs),
Vibrio eltor (Ve), dan Escherichia coli (Ec). Masing-masing bakteri di fermentasi dalam media
Nutrient Broth (NB) dan di shaker selama 18-24 jam pada 29° C. Setelah itu strain bakteri uji
dioleskan ke atas media uji, diletakkan cakram kertas berdiameter 6 mm di atasnya, dan diberi
nama. Satu cawan petri dapat berisi hingga enam cakram kertas. Sebanyak 20 µL sampel yang
mengandung 250 µg sampel hasil fraksinasi masing-masing diteteskan ke atas cakram kertas.
Setiap jenis bakteri dilakukan dua kali pengulangan (duplo). Ampisilin digunakan sebagai
kontrol dengan konsentrasi 10µg/ 20µL (b/v). Selanjutnya diinkubasi dalam inkubator selama 24
jam pada temperatur 30,1 °C. Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan terbentuknya zona
inhibisi berupa zona bening di sekitar cakram kertas. Zona ini dihitung menggunakan jangka
sorong.
Tahap kedua yaitu uji dereplikasi terhadap ekstrak potensial menggunakan LC-MS. Pemisahan
selanjutnya yang meliputi fraksinasi dan pemisahan menggunakan HPLC dilakukan terhadap
ekstrak aktif yang mengandung senyawa yang belum teridentifikasi oleh spektra massa dari
analisis LC-MS.
Tahap ketiga mengkarakterisasi senyawa aktif (unknown bioactive substances) menggunakan
spektrum Massa, NMR (Nuclear Magnetic Resonance) 1D/2D.
Tahap keempat adalah validasi ekstrak potensial dan uji toksisitas
Pada Tahap ke-Empat metode yang digunakan adalah elusidasi struktur molekul senyawa
menggunakan kombinasi teknik spektroskopi dan konversi kimia, khususnya oleh 1 dan 2D
spektroskopi NMR. Struktur baru ditentukan dengan menggunakan berbagai jenis 2D-NMR
seperti COSY, HETCOR, COLOC, HMBC, HMQC dan NOESY, X-ray crystallography dan
Circular Dichroism. Stereokimia absolut akan ditentukan berdasarkan sifat-sifat turunan senyawa
seperti Mosher derivatives, kromatografi pada fase kiral atau teknik lainnya seperti exciton
chirality technique.

Gambar 2. Skema Uji NMR untuk senyawa unknown


C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pemisahan senyawa aktif
Pada kegiatan ekstraksi dari berbagai genus karang lunak yang di koleksi dari buton, sabang dan
pulau pari didapatkan hasil pada Tabel 1 berikut. Total karang lunak yang kami ekstrak
berjumlah 18 species seperti lobophytum, sarcophyton dan sinularia. Sampel diekstraksi dengan
metode maserasi agar semua senyawa aktif yang terkandung dalam karang lunak terlarut. Pelarut
metanol dipilih karena mempunyai sifat polar, dapat bercampur dengan air dengan segala
perbandingan dan ekonomis. Metanol merupakan pelarut berspektrum luas, baik untuk
komponen polar maupun non-polar, sehingga mampu mengekstraksi sebagian besar senyawa
kimia yang terkandung dalam sampel. Sedangkan pelarut DCM memiliki sifat non-polar,
selektif, namun tidak dapat bercampur sempurna dengan air. Penggunaan pelarut yang cenderung
polar dimaksudkan untuk meminimalkan terambilnya asam lemak, karena target senyawa yang
ingin didapat adalah metabolit sekunder.
Pemilihan metode maserasi dan evaporasi pelarut menggunakan vacuum rotary evaporator
bertujuan untuk menghindari perubahan senyawa yang sensitif terhadap temperatur tinggi pada
karang lunak, karena kondisi hidup karang lunak tersebut adalah di perairan dimana
temperaturnya sekitar 27-29 °C. Selain itu, metode maserasi merupakan metode yang paling
efisien, murah, dan mudah untuk dilakukan. Alat vacuum rotary evaporator digunakan karena
dapat menurunkan tekanan uap pelarut, sehingga pelarut tetap dapat teruapkan secara optimal
pada temperatur tersebut.
Gambar 3. Profil ekstraksi karang lunak menggunakan metode maserasi

Tabel 1. Daftar Ekstraksi Karang Lunak

No. Kode Lokasi Tahun Jenis Genus/ Berat Pelarut


Sampel Spesies Basah (g)

1 2 3 4 5 6 7 8
1 Lobophytum Selayar Selayar 2015 softcoral Lobophytum 100 DCM :
MeOH (1:1)
2 SR02 Lobophytum Selayar 2015 softcoral Lobophytum 100 DCM :
SLYR 48 MeOH (1:1)
3 Lobophytum SLYR 51 Selayar 2015 softcoral Lobophytum 100 DCM :
MeOH (1:1)
4 SR05 Lobophytum Selayar 2015 softcoral Lobophytum 100 DCM :
SLYR 49 MeOH (1:1)
5 SR01 Sinularia SLYR Selayar 2015 softcoral Sinularia 50 DCM :
48 MeOH (1:1)
6 SR03 Sinularia SLYR Selayar 2015 softcoral Sinularia 40 DCM :
48 MeOH (1:1)
7 SR06 Sinularia SLYR Selayar 2015 softcoral Sinularia 100 DCM :
49 MeOH (1:1)
8 SR08 Sinularia SLYR Selayar 2015 softcoral Sinularia 60 DCM :
49 MeOH (1:1)
9 Sinularia SLYR 52 Selayar 2015 softcoral Sinularia 100 DCM :
MeOH (1:1)
10 Sarcophyton 2 SLYR Selayar 2015 softcoral Sarcophyton 100 DCM :
51 MeOH (1:1)
11 SLYR 52 II 28/07/2015 Selayar 2015 softcoral 100 DCM :
MeOH (1:1)
12 SLYR 51 I 28/07/2015 Selayar 2015 softcoral 100 DCM :
MeOH (1:1)
13 SR04 Sarcophyton Selayar 2015 softcoral Sarcophyton 100 DCM :
SLYR 48 MeOH (1:1)
14 SC-1 Pari 03/12/16 P. Pari 2016 softcoral 50 DCM :
MeOH (1:1)
15 SC-1 Sabang Sabang softcoral Sarcophyton 100 DCM :
MeOH (1:1)
16 SC-1 St.2 Buton Buton softcoral Lobophytum 100 DCM :
MeOH (1:1)
17 SC-2 Unknown Plastik softcoral Sinularia 100 DCM :
1 MeOH (1:1)
18 SC-1 Unknown softcoral 100 DCM :
MeOH (1:1)

Gambar 4. Foto Scanning Microscope Electron karang lunak Sarcophyton 2 SLYR 51

Tahap selanjutnya dari ekstraksi tersebut kami mekalukan proses HPLC untuk dereplikasi dan
mengambil fraksi/senyawa murni dari setiap ekstrak karang lunak tersebut.

Gambar 5. Spektrum HPLC dari ekstrak karang lunak Sarcophyton 2 SLYR 51

Tahap awal HPLC kami menggunakan Sarcophyton 2 SLYR 51 yang kami koleksi dari P.
Selayar pada tahun 2015. Dari proses HPLC kami mendapatkan 26 spektrum senyawa yang
kami koleksi keseluruhannya, kemudian keseluruhan 25 senyawa tersebut kami uji antibakteri
dengan menggunaka bakteri pathogen. E. coli, S. aureus, V. eltor, B. subtilis. Fraksi-fraksi hasil
kromatografi kolom kemudian di uji aktivitas antibakterinya. Tujuan dilakukan skrining adalah
untuk menelusuri fraksi mana yang berpotensi sebagai antibakteri, sehingga dapat diidentifikasi
senyawa yang berperan sebagai antibakteri pada fraksi tersebut. Nutrient Agar dipilih sebagai
media karena merupakan media tumbuh bakteri non-selektif yang sesuai dengan bakteri Gram
positif maupun negatif dan umum digunakan pada proses skrining aktivitas antibakteri.
Ampisilin digunakan sebagai standar positif dalam setiap pengujian karena merupakan antibiotik
yang sudah umum beredar di pasaran dan memiliki spektrum luas terhadap bakteri uji
Dari hasil uji bakteri terhadap 26 spektrum senyawa tersebut kami mendapatkan 2 buah senyawa
aktif pada sepktrum no 25 dan 26. Kedua senyawa tersebut aktif terhadap bakteri v. eltor.

Gambar 6. Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi 25 dan 26


2. Hasil Analisis struktur

Gambar 7. Spektrum LC-MS fraksi 25

Hasil dereplikasi menggunakan MarinLit didapatkan informasi bahwa fraksi 25 pada ekstrak
HPLC Sarcophyton 2 SLYR 51 mengandung senyawa 11-acetyldihydrosinuflexolide, senyawa
ini juga diisolasi pada karang lunak Sinularia flexibilis.

Gambar 8. Senyawa 11-acetyldihydrosinuflexolide m/z : 419.06 [M + Na]


Gambar 9. Spektrum LC-MS fraksi 26

Hasil dereplikasi pada fraksi 26 dari ekstrak HPLC Sarcophyton 2 SLYR 51, kami tidak
menemukan senyawa dengan m/z : 462.95 pada karang lunak, sehingga kemungkinan senyawa
yang terkandung dalam fraksi tersebut adalah senyawa baru. Untuk itu perlu dilakukan analisa
NMR untuk menentukan apakah senyawa tersebut adalah baru.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada penelitian tahun 2018 didapatkan informasi senyawa fraksi aktif dari jenis Sarchophyton
asal Selayar, Identifikasi menggunakan LC-MS menunjukkan adanya senyawa aktif 11-
acetyldihydrosinuflexolide. Fraksi aktif no. 26 tidak dapat terkarakterisasi oleh LC-MS sehingga
perlu analis NMR lebih lanjut.

E. REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA


(PERIODE 1 FEBRUARI-30 NOVEMBER 2017)

Tabel 2. Rekapitulasi Penggunaan Dana

NO. JENIS BELANJA PAGU ANGGARAN DAYA SERAP SISA


01 JUMLAH % JUMLAH %
01 Honorarium honor output kegiatan 36.000.000,00 31300000 87 4.700.000 23

02 Belanja Bahan (habis pakai) 84.120.000,00 84.120.000 100 0 0

03 Belanja Sewa 11.200.000,00 10.075.000 90 1125000 10

04 Belanja perjalanan lainnya 48.680.000,00 46.421.268 95 2258732 5

05 Belanja Barang Non Operasional 20.000.000,00 13.350.000 66 6650000 44

06 Peralatan dan Mesin (rancang bangun)


JUMLAH SELURUHNYA 200.000.000,00 185.244.518 92 14.756.482 8

F. DAFTAR PUSTAKA
Sammarco PW, Coll JC, Willis B (1983) Competitive Strategies of Soft Coral
(Coelenterata:Octocoralia): Allelopathic effects on Selected Scelaractinian Corals. Coral
Reefs 1: 173-178.

Haris A. (2001) Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Fragmentasi Buatan
Karang Lunak (Octocorallia: Alcyonacea) Sarcophyton trocheliophorum Von Marenzeller
dan Lobophytum strictum Tixier- Durivault di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu,
Tesis, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Manuputty AEW (2010) Sebaran Karang Lunak, Marga Sinularia (Octocorallia, Alcyonacea) Di
Pulau-Pulau Derawan Kalimantan Timur, Oseanologi dan Limnologi di Indonesia,
Jakarta.

Sawant S, Youssef D, Mayer A, Sylvester P, Wall V, Arant M, dan El-Sayed K, (2006) Anticancer
and Anti-inflamantory Sulphur-containing Semisynthetic Derivatives of Sarcophine, Chem.
Pharm. Bull., 54(8):1119-1123.

Putra MY. (2012) Bioactive marine natural products from the Indonesian soft coral Sinularia sp.
(order Alcyonacea, family Alcyoniidae) [Dissertation]. Roma: Università Politecnica Delle
Marche.

Putra M.Y, Murniasih T, Saputri ANC, Widhiana MR, Swasono RT, Wibowo JT, Arlyza IS.
(2016). Secondary metabolites and their biological activities in Indonesian soft corals of
the genus Lobophytum. The 6th International Conference on Natural Products for Health
and Beauty (NATPRO6). January 21-23, 2016.

G. LAMPIRAN
Pada tahun 2017, kami melakukan koleksi karang lunak di daerah Bitung, Sulawesi Utara.

BT1-150617-04-SC BT1-150617-14-SC

BT1-150617-12-SC BT1-150617-13-SC
BT1-150617-13-SC BT1-150617-07-SC

BT2-150617-14-SC BT2-150617-06-SC

Anda mungkin juga menyukai