SKRIPSI
CYNTHIA MUTIARA
NPM 230210130071
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2017
KARAKTERISTIK BAKTERI ASAL SEDIMEN MANGROVE SEBAGAI
AGEN BIODEGRADASI TOLUENA
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Sidang Kolokium
CYNTHIA MUTIARA
NPM 230210130071
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Cynthia Mutiara
NPM. 230210130071
LEMBAR PENGESAHAN
Jatinangor, 2017
Menyetujui :
Komisi Pembimbing Dekan,
Ketua,
Anggota,
iii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Juni 2017 dengan melakukan
pengambilan sampel sedimen mangrove di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu dan
isolasi bakteri serta uji biodegradasi toluene di Laboratorium Bioteknologi
Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji kemampuan dan karakteristik bakteri asal sedimen mangrove di Pulau
Pramuka dalam mendegradasi senyawa toluena. Toluena merupakan senyawa
hidrokarbon aromatik yang terkandung dalam minyak kapal yang sering
mencemari pesisir khususnya wilayah mangrove dan mengganggu kehidupan
makhluk hidup dan ekosistem pesisir ataupun laut oleh karena itu diperlukan
proses biodegradasi untuk mengatasi pencemaran yang disebabkan oleh senyawa
ini. Penelitian ini menggunakan metode survei yang bersifat deskriptif eksploratif
dengan parameter pengamatan morfologi bakteri secara makroskopis dan
mikroskopis, gram bakteri, uji tantang dengan peningkatan konsentrasi toluena
dan analisis kuantitatif persentase toluene yang terdegradasi. Hasil penelitian ini
mendapatkan 27 isolat murni asal sedimen mangrove dari 4 titik pengambilan
sampel. Seluruh sampel memiliki gram negatif. Pada setiap isolat bakteri
dilakukan uji tantang dengan peningkatan konsentrasi toluena sehingga
didapatkan isolate terbaik yang dapat bertumbuh dan mendegradasi toluena.
Peningkatan konsentrasi yang dilakukan ialah 100 µl/l, 1000 µl/l, 2500 µl/l, dan
4000 µl/l. Pada konsentrasi 4000 µl/l bakteri tidak mengalami pertumbuhan, hal
ini dilihat dari nilai OD. Terdapat 2 isolat yang dapat bertumbuh di konsentrasi
2500 µl/l namun hanya 1 isolat yang dianalisis menggunakan GC/MS. Persentase
toluena dengan konsentrasi 2500 µl/l yang didegradasi oleh bakteri ialah 13.5%
dalam inkubasi 24 jam.
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga, sehingga dapat menyelesaikan usulan
penelitian yang berjudul “Karakteristik Bakteri Asal Sedimen Mangrove
Sebagai Agen Biodegradasi Toluena”
Selesainya penyusunan usulan penelitian ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. M. Untung Kurnia Agung, S.Kel., M.Si., selaku ketua komisi pembimbing
atas bimbingan, bantuan dan arahan kepada Penulis dalam menyusun usulan
penelitian ini.
2. Lintang Permatasari Yuliadi, S.Kom., M.Si., selaku wali dosen dan anggota
komisi pembimbing yang telah memberi bimbingan, bantuan dan arahan
kepada Penulis.
3. Yeni Mulyani, S.Si., Msi., selaku dosen penelaah yang telah memberikan
masukan dan saran dalam usulan penelitian ini.
4. Dr. Ir. Iskandar, M.Si, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran.
5. Sri Astuty, M.Sc, Koordinator Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang telah
memberikan bimbingan serta membantu dalam penyusunan skripsi ini.
7. Mama dan Bapak yang telah memberikan dukungan, materi, semangat, dan
doa kepada Penulis.
8. Pamontang Natanael, Angelina Kristin dan Sarah Devi yang selalu
memberikan dukungan, semangat, dan perhatian.
9. Aulia Gustal, Dannisa Ixora, Dinda Andiani, Hanana Dzakiyya, Justine
Ardelia, Mala Septiani, Puji Apriliantimaya, Putri Gita, Ririn Nurul Hasanah,
Vega Kharisma serta rekan-rekan mahasiswa Ilmu Kelautan 2013 dan
vi
mahasiswa FPIK lainnya yang senantiasa menemani, memberi semangat,
dukungan, dan doa.
10. Agus Tri Askar, Joana Viviani, Teh Dewi Oktaviani dan Teh Cyntia yang
telah membantu dan memberi semangat selama proses penelitian
11. Seluruh teman-teman ESU Unpad dan OSEANIK yang telah memberikan
dukungan dan pengalaman baru.
Serta semua pihak yang tidak bisa dituliskan satu persatu yang telah
membantu selama proses penyusunan usulan penelitian ini. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa memberkati dan membalas segala kebaikan yang telah
diberikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, kritik, saran, masukan dan perbaikan diperlukan agar
skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Jatinangor, 2017
Cynthia Mutiara
vii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................ 4
1.4 Kegunaan ............................................................................................... 4
1.5 Pendekatan Masalah .............................................................................. 4
viii
3.5.1 Bentuk dan Warna Sel Bakteri ............................................................ 34
3.5.2 Luasan Puncak Area Biodegradasi Toluena ....................................... 35
ix
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sebagai agen perombak toluena ialah Acinetobacter sp. Rhodobacter sp. dan
Pseudomonas sp.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
isolat bakteri asal sedimen mangrove dan menguji kemampuan bakteri dalam
mendegradasi senyawa toluena.
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui kemampuan dan
spesies bakteri asal sedimen mangrove di Pulau Pramuka dalam mendegradasi
senyawa toluena sehingga dapat dijadikan informasi dalam pengelolaan wilayah
pesisir dan laut Pulau Pramuka.
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
berkisar antara 25‰ - 32,5‰ terjadi pada Musim Barat dengan kisaran 29 - 32‰.
Kondisi salinitas maksimum dijumpai pada Musim peralihan Barat-Timur yaitu
berkisar antara 28‰ - 32,5‰ serta pada Musim peralihan Timur-Barat berkisar
antara 28‰ - 32‰ (Ilahude 1995 dalam Paonganan 2008).
lipoprotein
Peptidoglikan Komponen utama (90% Jumlah sedikit (10%
dari dinding sel) dari dinding sel)
Kandungan Tebal (multilayer) Tipis (single layer)
lipopolisakarida (LPS)
Asam tekoat Tidak ada Tinggi
Toksin yang dihasilkan Kebanyakan ada, terutama Tidak ada, terutama
eksotoksin indotoksin
Ketahanan terhadap Tinggi Rendah
pengeringan
Ketahanan terhadap
gangguan fisik Tinggi Rendah
Kurva pertumbuhan bakteri pada suatu media kultur dapat dibagi menjadi
beberapa fase (Pelczar dan Chan 1988), yaitu:
konstan massa menjadi dua kali lipat dengan laju yang sama, aktivitas
metabolit konstan dan keadaan pertumbuhan yang seimbang.
4. Fase Statis/Konstan
Pada fase ini terjadi penumpukan produk beracun dan atau
kehabisan nutrien. Beberapa sel mati sedangkan yang lain tumbuh dan
membelah. Jumlah sel hidup menjadi tetap. Fase ini menunjukan jumlah
bakteri yang berbiak sama dengan jumlah bakteri yang mati, sehingga
kurva menunjukan garis yang hampir horizontal.
5. Fase Kematian
Pada fase ini sel menjadi mati lebih cepat dari pada terbentuknya
sel-sel baru, laju kematian mengalami percepatan menjadi eksponensial
bergantung pada spesiesnya, semua sel mati dalam waktu beberapa hari
atau beberapa bulan.
biodegradasi pada tekanan 1 atm (Leahy dan Conwell 1990). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa lambatnya laju biodegradasi di laut juga disebabkan
sedikitnya konsentrasi nitrogen dan fosfor di laut. Oleh karena itu biodegradasi
minyak bumi di lingkungan laut juga dapat dipercepat dengan pengaturan rasio
karbon/ nitrogen/ fosfor melalui penambahan nitrogen dan fosfor dalam bentuk
pupuk. (Atlas dan Bartha 1985). Sebagian besar biodegradasi oleh bakteri terjadi
pada pH netral. Nilai pH yang ekstrim pada periaran berpengaruh negatif terhadap
kecepatan degradasi hidrokarbon oleh bakteri. Hasil penelitian biodegradasi
minyak yang dilakukan oleh Dibble dan Bartha (1979) menunjukkan pH 7,8
menghasilkan biodegradasi yang mendekati optimum (Leahy dan Conwell 1990).
2. Metode tuang atau pour plate dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan
mencampur suspensi bakteri dengan medium agar pada suhu 50oC kemudian
menuangkannya pada petridisk atau dengan menyemprotkan suspensi pada
23
e. MS detektor
Aspek kualitatif : lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa yang
tidak diketahui dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.
Aspek kuantitatif : dengan membandingkan kurva standar dari senyawa
yang diketahui dapat diketahui kuantitas dari senyawa yang tidak
diketahui.
f. Scanning
Spektra massa dicatat secara reguler dalam interval 0,5-1 detik selama
pemisahan GC dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk
digunakan dalam analisis.
27
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
27
28
b. Alat yang digunakan untuk isolasi bakteri sedimen tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Alat Isolasi dan Kultur Bakteri
No. Nama alat Keterangan
1. Alu dan mortar Menghaluskan sedimen
2. Cawan petri Wadah membiakkan bakteri
3. Tabung reaksi Tempat pengenceran sampel
4. Batang L Meratakan media agar
5. Gelas ukur Mengukur volume cairan yang
digunakan
6. Mikropipet Mengambil larutan dalam jumlah
sedikit
7. Pipet tetes Mengambil larutan dalam jumlah
banyak
8. Jarum ose Memindahkan koloni bakteri
9. Inkubator Menginkubasi kultur bakteri
10. Plastic wrap Menutup cawan petri
11. Autoklaf Sterilisasi alat dan medium
12. Bunsen Alat bantu aseptisasi
13. Timbangan analitik Menimbang sampel yang
digunakan
29
b. Bahan pewarnaan gram dan uji tantang toluena pada bakteri terdapat pada
Tabel 7.
Tabel 5. Bahan pewarnaan gram uji tantang toluena pada bakteri
No. Nama bahan
1. Reagen pewarna gram (safranin, lugol, dan air fuschin)
2. Media Nutrient Broth (NB)
3. Toluena (C6H5-CH3)
Preparasi sampel
Kultivasi bakteri
Analisis Data
Kemudian dibilas dengan air kran, diletakkan di atas kertas serap. Pengamatan
hasil pewarnaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 x untuk
memperjelas morfologi sel bakteri ditetesi dengan minyak imersi di atas cover
glass. Sel bakteri Gram-positif akan berwarna ungu hingga biru, sedangkan
bakteri Gram-negatif akan berwarna merah (Cappucino dan Sherman 1987).
sama. Selanjutnya setiap dua jam sekali kultur bakteri diukur arbsorbansinya
dengan panjang gelombang 600 nm (Cappucino dan Sherman 2002).
d. Pengukuran Kadar Sisa Toluena Menggunakan GC/MS
Analisis sisa toluena merujuk pada Yanisworo dkk (2008). Sisa toluena
dalam biakan cair dianalisis dengan cara menambahkan etil asetat pada biakan
cair (1:1), Phenantrene, sebagai internal standar, ditambahkan sehingga kadarnya
mencapai 200 ppm. Selanjutnya divortek selama satu menit. Fase bening etil
asetat dilewatkan pada kolom yang selanjutnya sebanyak 1 µl disuntikkan ke
dalam GC. Hasil yang akan didapatkan dari GC/MS ini ialah berupa spektra,
pada spektra GC jika terdapat bahwa dari sampel mengandung banyak senyawa,
yaitu terlihat dari banyaknya puncak (peak) dalam spektra GC tersebut. Data yang
diperoleh pada analisis dengan GC/MS ialah berupa berat molekul dan pola
fragmenasi yang menunjukkan jenis senyawa, dan intensitas peak dan luas area
yang menunjukkan kadar.
(a) (b)
Gambar 10. Morfologi bakteri koloni (a) dan tingkat sel (b)
(Sumber: Schlegel 1994)
% Relatif = x 100%
Keterangan: %B = persentase biodegradasi
BMo = bobot toluena awal (mg)
BMn = bobot toluena akhir (mg)
36
36
BAB IV
(a)
(b)
Gambar 10. Lokasi pengambilan sampel di timur (a) dan di utara (b)
37
38
kondisi sedimen parameter lain yang diperhatikan ialah suhu, salinitas dan pH
pada titik pengambilan sampel yang disajikan pada tabel 9.
tanah sedimen, serta kandungan mineral dari air laut. Hal ini sependapat
dengan Kaswadji (1971) menyatakan bahwa pH dengan nilai 5,5 – 6,5 dan
>8,5 termasuk perairan yang kurang produktif, perairan dengan pH 6,5 – 7,5
termasuk dalam perairan yang produktif serta pH 7,5 – 8, 5 termasuk perairan
dengan produktivitas yang tinggi.
4.2 Isolasi dan Pemurnian Bakteri Asal Sedimen Mangrove
Isolasi bakteri sedimen dilakukan dengan metode pengenceran dan
diambil pada pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6 karena pada pengenceran 10-0
hingga 10-3 kepadatan bakteri yang tumbuh masih sangat tinggi (Cappucino
2008). Isolasi bakteri dilakukan menggunakan medium NA yang dicairkan
menggunakan air laut. Tujuan penggunaan air laut ialah untuk menyamakan
kondisi medium baru tempat bakteri hidup dengan lingkungan asal bakteri.
Setelah diinkubasi selama 1x24 jam pada medium NA terlihat lapisan
seperti bercak yang berwarna putih kekuningan dengan bentuk tidak
beraturan. Kondisi tersebut menunjukkan adanya koloni bakteri yang tumbuh
pada medium NA. Dari isolasi bakteri hasil pengenceran dilakukan pemurnian
dari setiap cawan petri dilakukan pemurnian ke medium NA baru. Bakteri di
alam ditemukan dalam populasi campuran hanya dalam keadaan tertentu saja
populasi ini ditemukan dalam keadaan murni untuk memperoleh biakan murni
bakteri, maka dilakukan proses pemurniaan bakteri. Pemurniaan bakteri yang
didapat dari sampel dilakukan dengan memisahkan bakteri satu dengan bakteri
lainnya dalam media berdasarkan karakteristik morfologinya.
Pemurnian dilakukan berdasarkan perbedaan yang ada baik dari
perbedaan warna, bentuk, bentuk tepian, ukuran ataupun sudut elevasi yang
diamati secara makroskopis (Gambar 11). Pemurnian dilakukan sebanyak 3
kali hingga didapatkan isolat bakteri yang murni atau seragam.
40
beberapa faktor diantaranya ialah kondisi lingkungan seperti suhu, pH, dan
salinitas. Pengamatan makroskopis pada koloni bakteri berupa ukuran, warna,
bentuk, tepian, dan sudut elevasi dapat dilihat pada tabel 10.
Koloni bakteri hasil pemurnian yang diamati secara makroskopis
memiliki warna yang berbeda-beda yakni putih, putih kekuningan dan kuning.
Pada saat pengamatan tidak ditemukan warna koloni yang berbeda signifikan.
Hanya terdapat 2 isolat bakteri yang memiliki warna kuning yakni isolat
dengan kode T1 P6 M2.1 dan T1 P6 M2.2 sedangkan koloni isolat bakteri
yang lain berwarna putih kekuningan. Kode isolat bakteri dengan kode U2 P6
M3.1 dan U2 P6 M3.2 memiliki warna putih.
Hal lain yang diamati secara makroskopis ialah bentuk koloni isolat
bakteri. Betuk koloni bakteri didominasi oleh bentuk irregular yakni
berbentuk tidak beraturan dan memiliki lekukan. Selain bentuk irregular pada
beberapa isolat memiliki bentuk koloni circular yakni berbentuk beraturan,
dan juga bentuk spindle yakni berbentuk lurus pada isolat dengan kode T2 P5
M2.1. Bakteri berbentuk irregular dan circular karena bentuk tersebut
memudahkan bakteri untuk mengenali substrat yang ditinggalinya, hal ini
berkaitan dengan kapsul yang membentuk struktur bakteri tersebut untuk
menempel pada substrat dan sebagai perlindungan.
Tepian atau margin isolat koloni bakteri didominasi dengan tepian
entire yakni tepian koloni sangat rata tidak trdapat lekukan yang jelas, namun
pada isolat dengan kode U2 P4 M3.3, U2 P4 M3.4, U2 P6 M3.2 dan T2 P5
M3.1 memiliki tepian lobate yakni terdapat lekukan yang jelas pada tepian
koloni. Pada beberapa isolat juga ditemukan tepian serrate yang berarti koloni
tersebut memiliki tepian yang bergerigi. Tepian berbentuk serrate (bergerigi)
dan lobate (berlekuk) berhubungan dengan dinding sel yang memberi bentuk
pada sel dan sebagai perlindungan mekanis dari lingkungan yang berpindah-
pindah yaitu dapat di darat dan di laut.
Hal terakhir yang diamati pada koloni bakteri ialah sudut elevasi
koloni. Sudut elevasi dapat diamati dari sisi samping cawan petri dengan
melihat ketinggian atau sudut penonjolan pertumbuhan koloni bakteri. Sudut
42
elevasi pada isolat koloni bakteri didominasi oleh flat yakni ketinggian sudut
pertumbuhan koloni tidak terlihat jelas atau dapat dikatakan rata. Selain itu
ditemukan pada beberapa isolat dengan sudut elevasi raised yakni koloni
memiliki sedikit sudut ketinggian, convex yakni koloni memiliki sudut
ketinggian cembung dan umbonate yakni koloni memiliki sudut ketinggian
yang cembung namun di bagian tengah lebih menonjol.
Tabel 8. Morfologi makroskopis koloni bakteri
No. Kode isolat Ukuran Warna Bentuk Tepian Sudut
elevasi
1. U2 P4 M3.1 Small Putih Circular Entire Raised
kekuningan
2. U2 P4 M3.2 Small Putih Circular Entire Convex
kekuningan
3. U2 P4 M3.3 Moderate Putih Irregular Lobate Convex
kekuningan
4. U2 P4 M3.4 Moderate Putih Irregular Lobate Flat
kekuningan
5. U2 P6 M3.1 Moderate Putih Irregular Entire Umbonate
6. U2 P6 M3.2 Moderate Putih Circular Lobate Raised
7. U2 P6 M3.3 Moderate Putih Irregular Entire Flat
kekuningan
8. U2 P6 M3.4 Small Putih Irregular Entire Convex
kekuningan
9. T1 P4 M2.1 Small Putih Circular Entire Flat
10. T1 P4 M2.2 Moderate Putih Irregular Entire Umbonate
kekuningan
11. T1 P5 M2.1 Moderate Putih Spindle Serrate Flat
kekuningan
12. T1 P5 M2.2 Modeate Putih Circular Serrate Covex
kekuningan
13. T1 P6 M2.1 Small Kuning Circular Entire Flat
14. T1 P6 M2.2 Small Kuning Circular Entire Flat
15. T2 P4 M2.1 Small Putih Irregular Serrate Umbonate
kekuningan
16. T2 P4 M2.2 Small Putih Irregular Serrate Flat
kekuningan
17. T2 P4 M2.3 Small Putih Circular Entire Raised
kekuningan
18. T2 P4 M2.4 Moderate Putih Circular Entire Raised
kekuningan
19. T2 P5 M2.1 Small Putih Irregular Entire Umbonate
kekuningan
20. T2 P5 M2.2 Small Putih Irregular Entire Flat
kekuningan
21. T2 P5 M2.3 Moderate Putih Circular Entire Flat
22. T2 P5 M3.1 Moderate Putih Irregular Lobate Raised
43
murni tergolong dalam gram negatif (Gambar 12). Stephen (2003) mengatakan
bahwa 44% dari isolat bakteri yang diisolasi dari perairan laut yang kadar
garamnya tinggi merupakan gram negatif. Bertrand dan Mille (1989) menemukan
bahwa 90% isolat bakteri yang dihasilkan dari Laut Mediteranian adalah gram
negatif. Demikian pula menurut Feliatra (1998) bahwa 55,6% isolat bakteri di
Dumai merupakan gram negatif. Beberapa penelitian tersebut dapat menegaskan
bahwa bakteri indigenous hidrokarbonoklastik yang hidup di perairan laut
biasanya berwarna merah dan memiliki gram negatif begitu pula dengan bakteri
asal sedimen mangrove pulau Pramuka yang mana lingkungan hidup bakteri
berada di pesisir dan memiliki salinitas dan juga terkena dampak dari proses fisik
ataupun kimia dari lautan.
Kondisi seperti dapat terjadi karena bakteri tidak dapat bertumbuh secara maksimal
karena adanya senyawa toluena dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan
perlakuan sebelumnya, meskipun isolat bakteri dipindahkan ke medium baru yang mana
bakteri bisa mendapatkan nutrien dari medium tersebut namun kenyataannya bakteri tidak
dapat bertumbuh secara maksimal.
Perlakuan berikutnya dilakukan dengan tahapan yang sama, namun toluena yang
diberikan dalam medium memiliki konsentrasi 2500 µl/l. Nilai OD isolat bakteri
biodegradasi konsentrasi toluena 2500 µl/l dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 12. Nilai OD bakteri dengan 2500µl/l toluena
No. Kode Isolat OD Pengamatan wujud
mengalami peningkatan nilai OD dari 0.335 menjadi 0.933 dan 0.348 menjadi
1.094.
Pengamatan akhir setelah inkubasi ialah terdapat isolat yang masih berbau
toluena dengan intensitas yang kuat, sedang dan tidak berbau. Isolat yang
memiliki internsitas bau toluena yang kuat ialah isolat dengan kode U2 P6 M3.1,
U2 P6 M3.2, T2 P4 M3.3, dan T2 P6 M2.2. Isolat yang masih terdapat bau
toluena menunjukan bahwa isolat tersebut tidak dapat mendegradasi senyawa
toluena selain itu isolat bakteri tersebut juga tidak dapat bertumbuh di lingkungan
yang mengandung toluena dengan konsentrasi 2500 µl/l sehingga kepadatan
bakteri tidak bertambah dan tidak menyebabkan kekeruhan pada medium. Kondisi
tersebut dapat dilihat dari nilai absorbansi bakteri yang mengalami penurunan.
Pada isolat dengan kode U2 P6 M3.4 dan T2 P5 M2.3 memiliki intensitas bau
toluena sedang dimana bau toluena tidak begitu kuat dibandingkan dengan isolat
bakteri sebelumnya, namun masih terdapat bau. Setelah inkubasi isolat dengan
kode U2 P6 M3.3 dan T2 P5 M3.1 tidak memiliki bau toluena sama sekali. Kedua
isolat ini ialah isolat yang mengalami peningkatan nilai OD, hal ini dapat
menunjukkan bahwa isolat bakteri memiliki potensi untuk mendegradasi toluena.
Perlakuan berikutnya dilakukan dengan menambahkan toluena sebanyak
400 µl pada masing-masing isolat yang mengalami penurunan nilai OD. Nilai OD
isolat bakteri biodegradasi konsentrasi toluena 4000 µl/l dapat dilihat pada Tabel
15.
Tabel 13. Nilai OD bakteri dengan 4000µl/l toluena
No. Kode Isolat OD Pengamatan wujud
terjadi pembelahan sel yang dapat memperbanyak jumlah bakteri. Akibat dari
jumlah bakteri yang belum mengalami peningkatan yang signifikan maka nilai
absorbansi yang dihasilkan juga belum mengalami peningkatan. Pada jam ke-8
hingga jam ke-14 bakteri mengalami fase log atau eksponensial. Pada fase ini
bakteri membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada
fase ini bakteri membutuhkan energi lebih banyak dari fase lainnya sehingga
dalam fase ini nutrient yang terdapat dalam medium banyak digunakan oleh
bakteri. Peningkatan jumlah bakteri dapat dilihat pada nilai absorbansi yang terus
meningkat.
Fase log ini bakteri menggunakan nutrient dari medium sebagai nutrisi
pertumbuhannya. Penggunaan senyawa toluena oleh bakteri juga terjadi dalam
fase ini dimana senyawa toluena didegradasi sehingga struktur toluena terurai
menjadi struktur yang lebih sederhana karena bakteri memanfaatkan unsur karbon
dalam toluena sebagai sumber nutrien bakteri. Akhir dari fase log dapat ialah
kecepatan pertumbuhan populasi menurun yang dikarenakan nutrient dalam
medium sudah berkurang banyak dan adanya hasil metabolisme bakteri yang
mungkin bersifat beracun atau dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Gambar 14. Kurva Tumbuh Isolat Bakteri kode T2P5M3.1 dengan Konsentrasi 2500 µl/l
populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang
mati. Selain itu terdapat kemungkinan ukuran sel pada fase ini menjadi lebi kecil
karena sel tetap membelah meskipun nutrient sudah sangat berkurang karena telah
digunakan pada fase log. Pada fase ini sel-sel lebih dapat bertahan dalam keadaan
ekstrim seperti panas, dingin, radiasi dan bahan-bahan kimia seperti senyawa
hidrokarbon aromatik.
Pada jam ke-22 hingga ke-24 bakteri mengalami fase kematian dimana
jumlah populasi bakteri mulai mengalami penurunan karena nutrient dalam
medium sudah habis, energi cadangan dalam sel juga habis serta meningatnya
produk metabolit. Pada fase ini proses lisis juga terjadi dimana nutrien yang
keluar dari sel-sel masih hidup dan tingkat reproduksi semakin menurun dan
menyebabkan jumlah kematian sel semakin meningkat. Kematian bakteri dapat
dilihat dari nilai absorbansi yang menurun secara drastis.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat 27 isolat bakteri murni asal
sampel sedimen mangrove di 4 titik sampling Pulau Pramuka. Seluruh isolat
merupakan gram negatif, berwarna merah, koloni berbentuk circular atau
irregular serta bentuk sel didominasi oleh streptobasil. Hasil uji tantang
peningkatan konsentrasi toluene didapatkan 1 isolat terbaik dengan kode T2 P5
M3.1 yang dapat tumbuh dan mendegradasi toluena pada konsentrasi 2500µl/l.
persentase toluena yang dapat didegradasi ialah 13.5% dengan inkubasi selama 24
jam.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya menggunakan senyawa hidrokarbon
aromatik jenis lain sehingga dapat diketahui kemampuan bakteri dalam
mendegradasi senyawa aromatik lainnya. Selain itu penelitian selanjutnya juga
dapat melakukan uji biodegradasi menggunakan konsorsium bakteri. Penelitian
selanjutnya juga diharapkan untuk dapat melakukan karakterisasi hingga tingkat
molekuler sehingga dapat mengetahui spesies bakteri yang dapat mendegradasi
senyawa toluena sehingga pengenalan akan jenis bakteri akan lebih spesifik.
57
58
DAFTAR PUSTAKA
Annette E. LaBauve and Matthew J. Wargo. 2015 Growth and Laboratory Maintenance
of Pseudomonas aeruginosa. ncbi.
Atlas RM. 1989. Microbiology Fundamentals and applications. New York: Macmillan.
879 hal.
Bossert, I. and R. Bartha (1984): The fate of petroleum in soil ecosystem. p. 435–473. In
Petroleum Microbiology, ed. by Atlas, Macmillan, New York, U.S.A.
Culoota, L., C.D. Stefano, A. Gianguzza, M.R. Mannino, S. Groecchia. 2006. The PAH
composition of surface sediments from Stagnone coastal Logoon, Marsala (Italy).
Marine Chemistry, 99: 117-127.
Diaz, M.P, and S.J.W Grigson. 2000. Isolation and characterization of novel
hydrocarbon-degrading euryhaline consortia from crude oil and mangrove
sediments.
Fukuda, K., Nagata, S., Taniguchi H. 2002. Isolation and characterization of dibnzofuran-
degrading bacteria. FEMS Microbiology Letters. Vol. 208: 179-185.
59
60
Goenadi, D.H. & Isroi. 2003. Aplikasi Bioteknologi Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi
Agribisnis Yang Berkelanjutan. Makalah Lokakarya Nasional Pendekatan
Kehidupan Pedesaan dengan Perkotaan dalam Upaya Membangkitkan Pertanian
Progresif, UPN. Yogyakarta.
Guo, C, L.,Zhou, H. W., Wong, Y.S. and Tam,N. F. Y. 2005. Isolation of PAH-degrading
Bacteria From Mangrove Sediments and Their Biodegradation Potential. Marine
Pollution Buletin.
Hung, Chang-Chin., Gwo-Ching Gong, Fung-Chi Ko, Hung-Jen Lee, Hung-Yu Chen,
Jian-Ming Wua, MinLan Hsu., Sen-Chueh Peng, Fan-Hua Nan, P.H. Santschi.
2011. Polycyclic aromatic hydrocarbons in surface sediments of the East China Sea
and their relationship with carbonaceous materials. Marine Pollution Bulletin, 63:
464–470
Leahy, J.G., and Colwell, R.R. 1990. Microbial Degradation of Hydrocarbon in The
Environment.Microbiol. Rev. 54, 305-315
Macek, T., Mackova, M., and Kas, J. 2000. Exploitation of plants for removal of organic
in environmental remediation. Biotechnology Advances. 18:23-34
Megharaj M, Wittich R-M, Blasco R, Pieper DH, Timmis KN. Superior survival and
degradation of dibenzo-p-dioxin and bibenzofuran in soil by soil-adapted and
61
McGrath, T.E., J.B. Wooten, C.W. Geoffrey, M.R. Hajaligol. 2007. Formation of
polycyclic aromatic hydrocarbons from tobacco: the link between low temperature
residual solid (char) and PAH formation. Food and Chemical Toxicology,
45(6):1039–1050.
Neff, J.M., 1979. Polycyclic aromatic hydrocarbons in the aquatic environment. Sources,
fates and biological effects. Applied Science Publishers, Barking.
National Research Council (NRC). 2003. Oil in the Sea III, inputs, fates, and effects. The
National Academies Press. Washington, D.C.
Pelczar, Jr. M.J dan E.C.S. Chan. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi. Penerbit Universitas
Indonesia. UI Press. Jakarta
Pavlova, E. 2006. Oil Fate During Oil Spill in the Marine Environment. Eco-Monitoring
Publishing. United States of America.
Rosenberg, E., Legmann, R., Kushmaro, A., Taube, R., Adler, E., and Ron, E. Z. 1992.
Petroleum Bioremediation – A Multiphase Problem. Biodeg. 3, 213 – 226.
Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
62
Tortora GJ, Funke BR, Case CL, 1989. Microbiology An Introduction. California: The
Benjamin/Cummings.810 hlm
U.S EPA. 1994. Deposition of Air Pollutants to the Great Waters. First report to
Congress.Research Triangle Park. 453.
Suryani, Ambarsari. Laksmi., Harahap. Efi. 2009. Amplifikasi gen 16s-rrna bakteri
termofilik dari sumber air panas, gunung pancar bogor. Jurnal Riset Kimia. Bogor
Udiharto, M. 1992. Aktivitas Mikroba Dalam Mendegradasi Crude Oil. Diskusi Ilmiah
VII. Hasil Penelitian Lemigas
Wittich, R.-M., Wilkes, H., Sinnwell, V., Francke, W. and Fortnagel, P. 1992 Metabolism
of dibenzo-p-dioxin by Sphingomonas sp. strain RW1. Appl. Environ. Microbiol.
58, 1005-1010.
Zajic, J. E., Guignard, H., and Gerson, F. D. 1977. Emulsifying and Surface Active
Agents From Corynebacterium hydrocarbonoclatus. Biotechnology and
Bioengineering. 19, 1285 – 1301.
LAMPIRAN
63
64
64
Lampiran 1. Komposisi dan Prosedur Pembuatan Medium Tumbuh Bakteri
65
66
Lampiran 2.
2.1 Pengambilan Sampel Sedimen
67
Lampiran 3
3.1 Pewarnaan Gram
74
Lampiran 4
4.1 Uji degradasi toluena