Dosen Pengampu:
Dra. Ratih Dewi Dwiyanti, M.kes
Disusun Oleh :
Eko Oktariyanto Rizali P07134117230
Aini Luthfiah Hayati P07134117221
Ekrima Dayanti P07134117237
Hidayatul Hasanah P07134117237
Husnul Hatimah P07134117238
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
PENUTUP ..................................................................................................................... 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisme hidup memerlukan banyak jenis molekul besar untuk bertahan
hidup. Sangat sedikit molekul tersebut menjadi berbagai tujuan seperti protein.
Protein adalah molekul besar yang terdiri dari rantai asam amino terlipat. Setiap
protein memiliki bentuk unik dan fungsi berdasarkan bentuknya. Protein
terbentuk dari ribuan gen yang mengandung sandi genetik atau yang lebih
dikenal dengan DNA. DNA membawa serangkaian informasi genentik untuk
ssrtan rantai asam amino. Protein berfungsi untuk mempercepat proses biologis,
mengenali antibodi, mengatur proses fisiologis, menyediakan struktur, zat
transportasi, mengatur gen, dan menanggapi sinyal di dalam dan di luar
organisme.
Protein berkisar dalam bentuk ukuran yang kecil seperti insulin yang hanya
51 asam amino ke yang panjang yang sangat besar seperti protein Titin yaitu
panjang 26.926 asam amino. Tidak peduli ukuran mereka, mereka harus dilipat
menjadi bentuk tertentu agar dapat berfungsi. Kadang-kadang sesuatu yang salah
dan menyebabkan protein terkuak. Denaturasi adalah proses dimana protein
kehilangan struktur terlipat dan berhenti berfungsi.
1
Proses denaturasi berlangsung secara tetap, dan tidak berubah, suatu protein
yang mengalami proses denaturasi akan mengalami perubahan viskositas atau
berkurangnya kelarutan cairan sehingga mudah mengendap. Senyawa kimia
seperti urea dan garam dapat memecah ikatan hidrogen yang menyebabkan
denaturasi protein karena dapat memecah interaksi hidrofobik dan meningkatkan
daya larut gugus hidrofobik dalam air. Deterjen atau sabun dapat menyebabkan
denaturasi karena senyawa pada deterjen dapat membentuk jembatan antara
gugus hidrofobik dengan hidrofilik sehingga terjadi denaturasi. Selain deterjen
dan sabun, aseton dan alkohol juga dapat menyebabkan denaturasi (Winarno,
2008).
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui tentang denaturasi DNA
2. Dapat mengetahui tentang renaturasi DNA
3. Dapat mengetahui tentang perbedaan denaturasi dan renaturasi DNA
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Proses denaturasi DNA sebenarnya juga terjadi dalam kondisi
fisiologis dan bahkan merupakan bagian dari proses fisiologis yang penting.
DNA sebenarnya merupakan struktur yang dinamis. Bagian tertentu struktur
gelembung untai tunggal. Fenomena ini disebut breathing. Dalam aktivitas
fisiologis jasad hidup, keadaan semacam ini sangat penting artinya karena DNA
dapat berinteraksi dengan banyak protein, misalnya dalam proses replikasi dan
transkripsi. Fenomena breathing lebih banyak terjadi pada bagian yang
kandungan A T nya lebih tinggi. Dengan adanya breathing maka protein yang
terlibat dalam proses replikasi dan transkripsi dapat berinteraksi dengan molekul
DNA.
4
tunggal yang lain. Renaturasi dipengaruhi oleh hambatan friksional. Proses ini
berlangsung secara acak sehingga sangat ditentukan oleh konsentrasi DNA.
Syarat Renaturasi
1. Konsentrasi garam cukup tinggi (0,15 sampai 0,5 M). Ion Na+ yang
bersifat positif akan menetralkan gugus fosfat DNA yang bermuata
negatif sehingga tidak terjadi saling tolak antar untaian DNA yang satu
dengan untaian DNA yang lain.
2. Suhu renaturasi harus cukup tinggi (20 sampai 25˚C dibawah nilai Tm).
3. Konsentrasi DNA, semakin tinggi konsentrasinya maka probabilitas
tumbukan antar molekul untai tunggal DNA menjadi semakin besar.
4. Kecepatan perlakuan renaturasi. Jika suatu molekul DNA didenaturasi
dengan perlakuan suhu tinggi kemudian suhunya diturunkan secara cepat,
maka probabilitas molekul DNA sense untuk berpasangan dengan
molekul antisense secara akurat akan lebih kecil. Oleh karena itu proses
renaturasi biasanya dilakukan dengan menurunkan suhunya secara
bertahap.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Denaturasi adalah sebuah proses di mana protein atau asam nukleat kehilangan
struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa tekanan
eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam anorganik
terkonsentrasi, sebuah misalnya pelarut organik (cth, alkohol atau kloroform),
atau panas. Jika protein dalam sel hidup didenaturasi, ini menyebabkan gangguan
terhadap aktivitas sel dan kemungkinan kematian sel sedangkan Renaturasi adalah
proses pembentukan kembali struktur protein atau asam nukleat dari keadaan
terdenaturasi.
6
DAFTAR PUSTAKA
http://tangkapinfo.blogspot.com/2015/10/denaturasi-protein_55.html
https://smpsma.com/perbedaan-antara-denaturasi-dan-renaturasi-dna.html
http://siferrsaankes.blogspot.com/2012/05/denaturasirenaturasi-dan-perbaikan-
dna.html ( Diakses pada 21 November 2018 pukul 14.00 WITA)