Kelompok () : Winelli Sitorus (15/380958/BI/09459)
Adinda Rizki R (15/380959/BI/09460) Akhowarizmi Avisienna K.M. (15/380960/BI/09461) Lalu Gunawan F (15/380961/BI/09462) Raras Ahlul W (15/380962/BI/09463) FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2017
EVOLUSI - HOMEOSTASIS
Kehidupan organisme/makhluk hidup tidak lepas dari pengaruh lingkungannya. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada lingkungan dapat mempengaruhi proses-proses internal baik tingkat sel, jaringan, organ, atau tubuh organisme. Untuk bertahan hidup, organisme perlu melakukan berbagai upaya untuk menjaga agar keadaannya seimbang. Mekanisme-mekanisme pengatur yang bertujuan untuk menjaga agar lingkungan internal suatu organisme tetap berada pada batas-batas yang sewajarnya/seimbang walaupun lingkungan eksternalnya terus berubah-ubah dinamakan sebagai homeostasis (Campbell et.al, 2002). Homeostasis terjadi karena sistem pengaturan yang saling berinteraksi. Proses ini bergantung pada interaksi berbagai sistem regulasi dan sistem organ. Perputaran umpan balik yang melibatkan komunikasi sistem saraf dan hormon mengintegrasikan mekanisme homeostasis. Homeostasis merupakan konsep terpenting dalam sejarah perkembangan biologi. Evolusi homeostasis dan sistem fisiologis yang memelihara homeostasis tersebut merupakan faktor penting agar hewan dapat hidup baik dalam lingkungan yang sesuai untuk mendukung proses fisiologisnya, maupun dalam lingkungan yang kurang sesuai bagi proses kehidupan. Kehidupan terus berkembang sebagai hasil dari interaksi antara organisme dengan lingkungannya. Salah satu konsekuensi dari proses evolusi adalah adaptasi organisme terhadap lingkungannya. Fenomena pemeliharaan lingkungan internal tubuh organisme yang disebut homeostasis ini dilakukan oleh semua organisme, salah satunya adalah spesies hewan. Hampir setiap fungsi tubuh makhluk hidup mempertahankan dirinya melalui sistem homeostasis. Proses evolusi kehidupan makhluk hidup terus berkembang. Setiap individu memiliki sejarah kekerabatan, masing-masing spesies adalah satu ranting dari sebuah cabang pohon kehidupan yang terus-menerus berkembang sejak spesies nenek moyang yang pertama. Sebagian besar ilmuwan mempercayai bahwa kehidupan berasal dari air/laut. Terdapat teori yang mengatakan bahwa ikan merupakan hewan vertebrata air yang bertransmisi menjadi vertebrata darat. Awalnya ikan yang merupakan vertebrata air mempunyai insang sebagai alat pada sistem respirasinya dan sirip sebagai alat gerak/berenang di dalam air. Seiring dengan berkembangnya penyesuaian lingkungan yang terjadi, insang ikan berkembang menjadi paru-paru dan sirip ikan berkembang menjadi kaki sebagai alat gerak di daerah darat. Sehingga munculah anggapan bahwa terdapat hewan transmisi dari laut ke darat yaitu berupa ikan yang memiliki insang dan juga paru-paru serta alat gerak berupa tetrapod seperti kaki. Bentuk dari hewan ini digambarkan seperti ikan tetapi mulut dan arak geraknya seperti hewan reptil yaitu buaya. Mulai dari sinilah, tingkatan-tingkatan perubahan berkembang menjadi semakin kompleks, yaitu mulai dari reptil berkembang menjadi mamalia dan juga burung. Perubahan-perubahan yang terjadi dengan berkembangnya hewan transmisi antara perairan dan daratan tidak lepas dari mekanisme homeostasis. Evolusi yang terjadi merupakan cerminan dari mekanisme homeostasis yang menunjukkan dua hal yang saling berkaitan, yaitu perubahan dan kontinuitas (terjadi secara terus-menerus). Perubahan yang terjadi didukung karena adanya kondisi lingkungan yang berubah. Perubahan kondisi lingkungan ini mempengaruhi sistem dalam tubuh organisme terutama sistem respirasinya, dimana sistem ini merupakan salah satu hal yang sangat penting demi berlangsungnya kehidupan suatu organisme. Sistem respirasi khususnya pada hewan dibedakan berdasarkan dua keadaan lingkungan yang berbeda, yaitu pada hewan air dan hewan darat. Dari keadaan kedua lingkungan yang berbeda ini, dapat dipertimbangkan beberapa aspek, yaitu dari segi kelembaban/kandungan airnya dan juga ketersediaan oksigen. Pada lingkungan air, kandungan airnya jelas sangat banyak namun ketersediaan oksigennya sedikit. Keadaan seperti ini didukung dengan adanya insang seperti yang terdapat pada ikan. Insang bekerja untuk menyaring oksigen yang ada di air dengan mekanisme membuka dan menutupnya tutup insang. Berbeda dengan keadaan lingkungan darat, ketersediaan air pada lingkungan ini tidak semelimpah pada lingkungan air, namun ketersediaan oksigennya lebih melimpah. Keadaan ini didukung dengan adanya paru-paru pada hewan vertebrata darat. Perbedaan lingkungan inilah yang menjadi kajian utama dalam mekanisme homeostasis suatu organisme. Sedangkan dalam hal kontinuitas, evolusi yang tejadi pada organisme didukung oleh adanya mekanisme homeostasis secara terus-menerus. Hal ini dapat dikaji pada sistem ekskresi suatu organisme, dimana sistem ekskresi ini dilakukan oleh tubuh untuk menjaga tingkat osmolaritas darah dan menjaga tingkat konsentrasinya. Selain itu berfungsi juga sebagai filter/penyaring darah. Sistem ekskresi ini dapat dipelajari pada berbagai jenis kelompok organisme, misalnya perbedaan sistem ekskresi pada cacing pipih (flatworm), cacing tanah (earthworm), dan juga hewan vertebrata.
BLABLABLABLABLAHHHH..................... Referensi : Campbell, N. A., Reece. J.B., Mitchell.L.G. 2002. Biologi Edisi Kelima: Jilid 1. Erlangga. Jakarta, hal. 5.