Anda di halaman 1dari 7

Laporan Pratikum Hari/tanggal : Kamis, 18 Oktober 2018

Fisiologi Veteriner I Dosen : drh. Isdoni, M.Biomed


Kelompok :2

SISTEM SARAF PUSAT 2

Anggota kelompok :
1. Elsi Nidya Putri Erita B04170083 ............
2. Joan Elviyanti B04170084 ............
3. Selly Glorya B04170085 ............
4. Tigrisia Faathira A Bahari B04170086 ............
5. Danny Bagus Wibowo B04170088 ............

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2018

PENDAHULUAN

Dasar Teori
Pada katak normal yang telah di berikan beberapa perlakuan, katak dapat
merespon dengan baik. Hal ini karena katak memiliki sistem saraf yang mana saraf-
saraf tersebut dapat menghantarkan stimulus ke otak hingga menimbulkan respon.
Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara
permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat
dirangsang (excitable) dan dapat diganggu (irritable). Neuron ini segera bereaksi
tehadap stimulus, dan dimodifikasi potensial listrik dapat terbatas pada tempat yang
menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran.
Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu melintasi jarak yang
jauh impuls saraf menerima informasi keneuron lain, baik otot maupun kelenjar
(Junqueira 1995).
Pada katak yang diperlakuan dengan merusak sistem saraf otaknya, maka
respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini
dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat
penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum. Agar mendapatkan hasil
yang memuaskan, diperlukan satu mikroelektroda yang dapat ditusukkan kedalam
akson tanpa menimbulkan kerusakan pada akson tersebut (Kartolo 1993).

Tujuan
Mempelajari reaksi-reaksi integratif beberapa bagian tubuh sebagai respon
terhadap perangsangan pada suatu bagian tubuh tertentu.

METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain papan gabus, sonde,
tali, gunting, dan statif. Bahan-bahan yang digunakan dalam pratikum, yaitu
katak/kodok sawah (Fejervarya cancrivora), larutan H2SO4 0,2%, dan larutan H2SO4
0,4%.
Prosedur

I. Katak normal
Pada katak normal diamati reaksi-reaksi, diantaranya yaitu keseimbangan
(diletakkan pada punggungnya), reaksi terhadap pengangkatan tiba-tiba (diletakan
katak pada papan dan diangkat papan beserta kataknya dengan gerakan tiba-tiba)
katak terletak di atasnya, reaksi terhadap pemutaran papan dengan katak, sikap badan
(posisi tubuh normal), gerakan-gerakan spontan, frekuensi napas, serta cara
mengambang dan berenang di air. Dicatat hasil-hasilnya pada isian yang disediakan.

II. Hambatan terhadap reflek-reflek pada katak normal


Hambatan terhadap reflek-reflek pada katak normal dilakukan dengan cara
masing-masing kaki depan katak diikat dengan tali erat-erat yang di pakai pada
percobaan I. Lalu ulangi prosedur pada percobaan I, dicatat hasil-hasilnya dan
diterangkan.
Kemudian, dilepaskan tali-tali pada kaki katak, dan dibiarkan katak kembali ke
keadaan normal, lalu ulangi percobaan I. kemudian diamati apakah fungsi-fungsi
yang menghilang pada percobaan B kembali atau tidak, dan dicatat hasil-hasilnya.

III. Katak spinal


Rusak otak katak yang dipakai untuk percobaan II. Dicatat segera reaksi-
reaksi katak seperti pada percobaan I.

IV. Reflek-reflek sederhana


Reflek sederhana pada katak dilakukan dengan cara katak yang dipakai untuk
percobaan III digantung pada rahang bawahnya. Pada salah satu jari kaki katak
diberikan cubitan sedang dengan penjepit, lalu dicatat reaksinya. Jika katak sudah
kembali tenang, diulangi dengan cubitan lebih kuat, lalu dicatat hasilnya. Jika reaksi
yang terjadi pada sebelah badan yang sama, disebut homolateral, jika sebelah yang
berlawanan disebut heterolateral atau kontralateral. Selanjutnya, kaki katak dilukai,
dan kaki yang dilukai dicelupkan ke dalam larutan H2SO4 0,2%, kemudia dicatat
reaksinya, berapa lama respon yang terjadi, lalu dicuci dengan air. Kemudian kaki
tersebut dicelupkan ke dalam larutan H2SO4 0,4%, lalu dicatat lama respon katak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Seluruh sistem saraf dapat dibagi menjadi Dua bagian besar, yaitu sistem saraf
pusat (Central Nervous System/CNS ), yang mencakup otak dan corda spinalis dan
sistem saraf perifer ( Peripheral Nervous System/PNS ) yang mencakup saraf kranial,
saraf spinal, dan saraf otonom. Tiap bagian susunan saraf pusat mempunyai saraf
tertentu. Dengan merangsang ( fasilitasi ) atau menghambat ( inhibisi ) bagian-bagian
tertentu dari otak dan kemudian mengamati reaksi-reaksi yang timbul, dapat diambil
kesimpulan yang tepat mengenai fungsi bagian-bagian tersebut. Apabila suatu bagian
tubuh dirangsang, maka bukan bagian tubuh itu saja yang bereaksi terhadap
rangsangan tersebut, tetapi dapat juga bagian-bagian tubuh yang lain. Hal ini terjadi
karena suatu reseptor dirangsang cukup kuat, maka rangsangan tersebut diteruskan
melalui saraf afferen berpusat. Dipusat rangsangan diteruskan kebeberapa saraf
asesori menuju kebeberapa saraf afferen dan lebih dari satu afektor. Jadi, bila saraf
afferen terangsang,efektor-efektor tersebut akan serempak bereaksi. Kedudukan
reflek terletak di Cerebellum (keseimbangan), Cerebrum (kesadaran dan rasa sakit),
Medulla Oblongata (pusat pernafasan), dan Medulla Spinalis (pusat gerak refleks).
Reaksi-reaksi yang diatur oleh otak yaitu keseimbangan papan, sikap badan,
mengambang dan berenang, serta frekuensi nafas.

Pada percobaan pertama, saat katak diberi perlakuan bergerak dengan aktif
dan melompat-lompat , kesimbangan papan saat katak diletakkan pada posisi terbalik
akan segera bangkit, kemampuan berenang sangat bagus kayuhan kakinya masih
sangat akurat dan kuat, frekuensi nafas cepat.  Pada saat katak diletakan di papan dan
kemudian praktikan mengangkat papan secara tiba-tiba, katak pun memberikan
reaksi dengan selaput kelopak mata menutup, mempertahankan posisi tubuh dengan
merunduk.  Pada saat katak diletakkan di atas papan kemudian papan tersebut di
putar, katak memberikan reaksi dengan mempertahankan posisinya, apabila papan di
putar ke sebelah kanan maka katak akan mencondongkan badannya ke kiri dan
sebaliknya, sehingga katak tidak jatuh.  Hal ini dapat terjadi karena fungsi bagian-
bagian otak pada katak belum ada yang dihilangkan dan masih berfungsi dengan baik.

1 2 3 4 5 6 7

Bagian Keseimbangan Mengangkat Memutar Sikap Gerakan Frekuensi Mengambang


eksperimen papan papan badan spontan napas dan berenang

1. Kata Seimbang Posisi badan Arah kepala 450 Spontan 101kali/menit Berenang dan
Normal merunduk berlawanan (langsun mengambang
dengan g dengan baik
putaran berbalik
dan
meloncat

2. Inhibisi Tidak Posisi badan Arah kepala 15o Tidak 80kali/menit Kaki depan
dengan seimbang merunduk berlawanan ada tidak bergerak
ikatan dengan gerakan
tali putaran spontan

Tanpa Seimbang Posisi badan Arah kepala 30o Tidak 85kali/menit Berenang dan
ikatan merunduk berlawanan ada mengambang
tali dengan gerakan dengan baik
putaran spontan

3. Ikatan Tidak Tidak ada Tidak ada 0o Tidak 0/menit Tenggelam


spinal seimbang respon respon ada
gerakan
spontan

4. Respon dari refleks sederhana


- Cubitan sedang : Heterolateral
- Cubitan kuat : Heterolateral
- H2SO4 0,2 % : Homolateral
- H2SO4 0,4 % : Heterolateral
Inhibisi adalah proses penghambatan otot-otot yang sedang aktif.  Pada
perlakuan kedua, katak diinhibisi dengan mengikat kedua kaki depan katak.  Sikap
badan katak sedikit menurun, saat diberi perlakuan gerak, katak sudah tidak bereaksi,
keseimbangan katak sedikit kesulitan untuk membalikan badan, kemampuan
berenang katak pun berkurang.  Saat katak diletakan pada papan dan kemudian papan
diangkat dengan tiba-tiba, katak memberikan reaksi dengan selaput kelopak mata
menutup dengan merunduk, tetapi pertahanan posisi tubuh berkurang disbanding
katak normal.  Pada saat katak diletakan pada papan kemudian papan diputar, katak
memberikan reaksi dengan mempertahankan posisinya, apabila papan di putar ke
sebelah kanan maka katak akan mencondongkan badannya ke sebelah kiri dan
sebaliknya, dan pada perlakuan kedua ini frekuensi pernapasan katak menurun.  Hal
ini terjadi karena pengikatan tali pada kaki depan katak menyebabkan pergerakan
otot-otot katak yang aktif menjadi terhambat.

Pada percobaan ketiga, katak dilepaskan talinya.  Sikap badan katak


meningkat tapi tidak setegak pada katak normal, saat diberi perlakuan katak sudah
tidak merespon, kemampuan berenang katak pun kembali normal.  Pada saat katak di
taruh di papan kemudian praktikan mengangkatnya tiba-tiba, katak memberikan
reaksi dengan menutup selaput kelopak mata dan mempertahankan tubuhnya dengan
merunduk supaya tidak jatuh.  Pada perlakuan selanjutnya, katak diletakkan pada
papan kemudian diputar, katak memberikan reaksi, apabila di putar kesebelah kanan
maka katak akan mencondongkan badannya kesebelah kiri dan sebaliknya sehinnga
katak tidak jatuh.  Frekuensi pernapasan katak meningkat sedikit daripada saat di
inhibisi.  Hal ini dikarenakan dihilangkannya inhibisi katak yaitu dengan melepas
pengikat kaki depan katak, sehingga otot-otot sebagai reseptor atau penerima
rangsang  yang aktif kembali bekerja dengan normal.

Percobaan terakhir, bagian serebrum, serebellum dan medula oblongata di


rusak hanya medulla spinalis katak saja yang masih berfungsi.  Pada katak spinal,
sikap badan sudah tidak ada karena serebellum yang berfungsi sebagai koordinasi
aksi otot telah dihilangkan. Katak spinal tidak bisa melakukan gerak spontan
dikarenakan otak bagian serebellum dan medula oblongata telah dihilangkan,
kemampuan berenang pun sudah tidak ada karena saat praktikan memasukan kedalam
baskom katak tersebut tenggelam.  Pada saat katak ditaruh di papan kemudian
praktikan mengangkat papannya secara tiba-tiba, katak tidak memberikan reaksi
apapun atau diam saja.  Pada saat katak ditaruh di papan kemudian praktikan
memutarnya katak pun tidak memberikan reaksi apapun. Frekuensi pernapasan pada
katak spinal pun sudah tidak ada.

            Perlakuan yang keempat katak di gantung dan di cubit jari kakinya.


Saat  diberikan cubitan sedang di jari sebelah kanan menggunakan penjepit kaki
kirinya yang bergerak , hal ini berarti katak memberikan respon heterolateral yaitu
reaksi yang terjadi pada sebelah badan yang berlawanan. Begitu juga saat diberikan
cubitan kuat disebelah jari kanannya, kaki sebelah kiri bergerak. Perlakuan yang
terakhir jari katak di lukai dan dicelupkan kedalam larutan H 2SO4 0,2%  dan H2SO4
0,4%, katak merespon secara homolateral selama 2,10 menit saat di celupkan kedala
larutan H2SO4 0,2% dan merespon secara heterolateral selama 10 detik saat
dicelupkan kedalam larutan H2SO4 0,4%. katak dapat merespon secara reflek karena
medulla spinalisnya masih ada.

SIMPULAN

Katak memiliki susunan sistem saraf yang lebih sederhana dari hewan lain.
Reseptor katak normal apabila suatu bagian tubuh dirangsang, maka bukan bagian
tubuh itu saja yang bereaksi terhadap rangsangan tersebut tetapi juga bagian tubuh
lainnya. Respon katak inhibisi dengan mengikat kaki katak akan berpengaruh
terhadap gerak spontan yang semakin lambat bahkan berhenti merespon. Penggunaan
H2SO4 berfungsi untuk mengetahui reaksi refleks pada katak dengan menggunakan
zat kimia dengan kadar yang rendah, penggunaan bahan kimia tingkat rendah
berfungsi agar katak tidak tersakiti.
DAFTAR PUSTAKA

Junqueira CL. 1995. Histologi Dasar. Jakarta (ID) : ECG.


WS Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Bandung (ID) : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai