Anda di halaman 1dari 9

Tugas Praktikum Hari, tanggal : Selasa, 15 September 2020

Epidemiologi dan Ekonomi Kelompok : 4/P2


Veteriner Dosen : Dr. Drh. Chaerul Basri, M.Epid

Praktikum 2

Anggota kelompok:

1. Emilna Mega Ningrum B04170050


2. Bella Syafira Sofwan B04170068
3. Muh Kholid Ridwan B04170081
4. Tigrisia Faathira Ahmad B. B04170086
5. Tabitha Audrey Auraroso B04170092

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN


KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN
HEWAN IPB UNIVERSITY
2020
1. Seorang drh melakukan investigasi wabah avian influenza di peternakan ayam
buras rakyat. Di suatu peternakan terdapat 62 ekor ayam buras, dan 48 ekor di
antaranya menunjukkan gejala klinis penyakit saluran pernafasan.

Setelah dilakukan pencacahan, peternakan tersebut terdiri dari 35 ekor ayam


betina dewasa (berumur  1 tahun), 4 ekor jantan dewasa serta 23 ekor anak
yang 6 ekor diantaranya adalah jantan. Dari 48 ekor ayam yang menunjukkan
gejala klinis penyakit saluran pernafasan, 27 ekor di antaranya adalah betina
dewasa, 3 jantan dewasa dan 18 ekor anak (4 jantan dan 14 betina).

Pertanyaan:
Diketahui
Jantan Betina
Dewasa Anakan Dewasa Anakan
4 6 35 17
Gejala Klinis : 48 ekor

1. Hitunglah rasio ayam betina terhadap jantan dalam populasi tersebut.


Mengapa dalam hal ini kita menggunakan rasio bukan proporsi?
Jawab:
Jumlah ayam betina (a) = 35+ (23-6)
= 35+ 17 = 52 ekor
Jumlah ayan jantan (b) =4+6 = 10 ekor
𝑎 52
Rasio ayam betina terhadap ayam jantan = 𝑏 = 10
Penghitungan dilakukan dalam rasio karena perbandingan antara ayam betina
dan jantan merupakan perbandingkan satu nilai dengan nilai lain bukan
terhadap nilai populasi. Proporsi merupakan bentuk khusus dari rasio tetapi
perbandingan dilakukan terhadap seluruh populasi (disini ayam jantan
beserta ayam betina).

2. Hitunglah proporsi jumlah anak ayam di peternakan tersebut!


Jawan:
Jumlah anak ayam (a) = 23 ekor
Jumlah ayam dipeternakan (a+b) = 62 ekor
𝑎 23
Proporsi anak ayam di peternakan = 𝑎+𝑏 = 62
3. Hitunglah attack rate dari penyakit saluran pernafasan di peternakan
tersebut!
Jawab:
Jumlah ayam yang sakit = 48 ekor
Jumlah ayam di peternakan = 62 ekor

Jumlah yang sakit selama waktu paparan


AR total = 𝑥 100%
Total individu terpapar
48
AR total = 62 𝑥 100% = 77,42%
27
AR betina dewasa = 35 𝑥 100% = 77,14%
3
AR jantan dewasa = 4 𝑥 100% = 75 %
14
AR anak( betina ) = 17 𝑥 100% = 82,35%
4
AR anak (jantan) = 6 𝑥 100% = 66,67%
4. Ketika dokter hewan mengunjungi peternakan tersebut tampak beberapa
ekor menderita sakit yang parah. Dan ketika ia kembali lagi keesokan
harinya, pemilik peternakan menceritakan bahwa 30 ekor ayam telah mati
tadi malam.

Pertanyaan:
1. Hitunglah case fatality rate akibat penyakit saluran pernafasan tersebut.
Pertanyaan apakah yang harus ditanyakan kepada peternak agar diperoleh
informasi case fatality rate yang akurat?
Total ayam yang mati akibat penyakit = 30 ekor
Total ayam yang menderita penyakit = 48 ekor

Total yg mati akibat penyakit X dalam periode waktu tertentu


case fatality rate = Total hewan yang menderita penyakit X
30
= = 0,625 (62,5%)
48
Pertanyaan yang harus ditanyakan kepada peternak agar diperoleh informasi
case fatality rate yang akurat yaitu dari keseluruhan ayam yang mati
berapakah jumlah ayam yang menunjukkan gejala klinis penyakit saluran
pernapasan dan berapa jumlah ayam yang tidak mati meskipun mengalami
gejala yang sama.

2. Hitunglah crude mortality rate akibat penyakit saluran pernafasan tersebut.


Informasi tambahan apa yang dibutuhkan sehingga kita dapat menghitung
specific mortality rate?

Total individu mati pada periode waktu tertentu


crude mortality rate = Populasi berisiko pd periode waktu tertentu x ITC
30 30
= 62+32 = = 0,638 (63,8%)
47
2

Informasi tambahan yang dibutuhkan untuk menghitung specific mortality rate


adalah data pemeriksaan hewan mati yang sebelumnya menunjukkan gejala
klinis penyakit saluran pernapasan. Jumlah populasi ayam buras sebelum dan
sesudah mengalami wabah dan kematian.
2. Seorang drh melakukan penelitian terhadap suatu penyakit pada sapi perah.
Penyakit tersebut selalu berakhir dengan kematian atau penderitanya sembuh
dengan imunitas permanen. Pada tanggal 1 Juli 2003 dilakukan penelitian dan
diperoleh hasil bahwa beberapa sapi telah menderita penyakit tersebut, lalu pada 1
Juli 2004 dilakukan penelitian ulang. Hasilnya sebagai berikut :

Total populasi pada 1 Juli 2003 = 600 ekor


Jumlah hewan sakit secara klinis pada 1 Juli 2003 = 100 ekor
Jumlah yang menjadi sakit antara 1 Juli 2003 – 1 Juli 2004 = 200 ekor
Jumlah yang mati karena penyakit tersebut dari 1 Juli 2003 – 1 Juli 2004 = 120 ekor

Hitunglah :
a. Prevalensi pada 1 Juli 2003
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
Prevalensi (P) = × 100%
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
100
= × 100%
600
= 16,67%
Prevalensi suatu penyakit pada sapi di daerah tersebut pada 1 Juli 2003 adalah
16,67%

b. Insidensi Kumulatif pada 1 Juli 2003 – 1 Juli 2004


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢
Insiden kumulatif (CI) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
200
= 500
= 0,4
Insiden kumulatif pada 1 Juli 2003 – 1 Juli 2004 adalah 0,4.

c. Mortality Rate pada 1 Juli 2003 – 1 Juli 2004


Crude spesific mortality rate
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
= 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 ×𝐼𝑇𝐶
120 120
= 1 = 1
(600+(600−120))× (600+480)×
2 2
= 0,22
= 22%
Crude spesific mortality rate pada 1 Juli 2003 – 1 Juli 2004 adalah 22%

d. Case Fatality Rate pada 1 Juli 2003 – 1 Juli 2004


Case fatality rate
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
120
= 200 = 0,6
= 60%
Case fatality rate pada 1 Juli 2003 – 1 Juli 2004 adalaj 60%.
3. Pada waktu meneliti tentang data penyakit Septichaemia Epizootica di Jawa
Barat tahun 1997, ditemukan bahwa ada 15 kasus per 100.000 sapi perah
menderita penyakit tersebut. Juga dilaporkan bahwa seluruh kasus tersebut
berakhir dengan kematian.

Hitunglah :
a) Mortality Rate per 100.000
b) Case Fatality Rate
c) Apa kepentingan ekonomis dari CFR?
Jawab :
Total individu mati pada periode wkt tertentu
a) Crude Mortality (true) Rate : Populasi berisiko pd periode wkt tertentu x ITC

15 15
= (100.000+99.985)/2 = 99.992,5= 0.00015= 0.015%
Total yg mati akibat penyakit X dalam periode waktu tertentu
b) Case Fatality Rate : Total hewan yang menderita penyakit X

15
= 15 = 1= 1x100%= 100%
c) Penhitungan CFR untuk mengetahui tingkat kematian serta distribusi dari
suatu penyakit/wabah. Setelah mengetahui berapa persentase hasil CFR, maka kita
dapat mengambil tindakan cepat seperti pengendalian dan pencegahan suatu
penyakit, sehingga dapat menghindari kerugian ekonomi yang akan dihasilkan
nantinya, Penyakit akibat Septichaemia Epizootica mngakibatkan kerugian ekonomi
yang tidak sedikit. Kerugian ini dapat berupa : kehilangan tenaga kerja, hewan mati,
turunnya berat badan yang akan membuat adanya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
pengobatan dan pengendaliannya (Agustini et al. 2014).

4. Selama rentang waktu setahun seorang dokter hewan mengamati tingkat


insidensi penyakit Z pada dua kelompok peternakan sapi di daerah Cisarua
(katakanlah Farm X dan Farm Y). Populasi sapi perah pada kedua Farm tersebut
masing-masing 10.000 ekor, dan jumlah sapi yang menderita penyakit Z pada Farm
X sebanyak 180 ekor dan Farm Y sebanyak 90 ekor.
a) Diketahui:
 Populasi pada sapi perah pada kedua farm tersebut masing-
masing 10.000 ekor
 Jumlah sapi yang menderita penyakit Z pada Farm X sebanyak
180 ekor dan Farm Y sebanyak 90 ekor
Ditanya: Tingkat insidensi penyakit Z pada Farm X dan Y per-1000 ekor
Jawab:
Jumlah kasus baru selama periode tertentu
𝐼=
Rataan populasi berisiko pada periode waktu tertentu x ITC
180 0,018
𝐼𝑥 = 10.000 = 0,018/ekor-tahun  per 1.000 ekor = 1.000 = 18/1.000 ekor-tahun
90 0,009
𝐼𝑦 = 10.000 = 0,009/ekor-tahun  per 1.000 ekor = 1.000 = 9/1.000 ekor-tahun
b) Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa tingkat insidensi
penyakit Z di Farm X lebih besar (0,018/ekor-tahun atau 18/1.000 ekor-tahun)
dibandingkan dengan di Farm Y (0,009/ekor-tahun atau 9/1.000 ekor-tahun).
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu yang semula sehat menjadi sakit pada
populasi selama penelitian penyakit Z di Farm X lebih banyak dibandingkan Farm
Y.

Data selanjutnya menunjukkan bahwa komposisi umur sapi perah pada


Farm X dan Farm Y adalah sbb : Pada farm X jumlah sapi berumur kurang dari 1
tahun, antara 1 sampai dengan 3 tahun dan lebih dari 3 tahun masing-masing 3000,
3000 dan 4000 ekor, dan jumlah penderita penyakit Z untuk setiap kelompok umur
tersebut adalah 12,48 dan 120 ekor. Sedangkan pada Farm Y jumlah sapi berumur
kurang dari 1 tahun, antara 1 sampai 3 tahun dan lebih dari 3 tahun masing-masing
7000, 2000 dan 1000 ekor dengan jumlah penderita penyakit Z untuk setiap
kelompok umur tersebut masing-masing 28,32 dan 30 ekor.

c) Tabel 1. Jumlah populasi dan jumlah penderita penyakit Z pada farm X


dan Y berdasarkan pengelompokan umur
Farm
Umur X Y
Populasi (ekor) Penyakit Z (ekor) Populasi (ekor) Penyakit Z (ekor)
< 1 tahun 3000 12 7000 28
1 – 3 tahun 3000 48 2000 32
>3 tahun 4000 120 1000 30

d) Tabel 2. Tingkat Insidensi penyakit Z pada farm X dan Y berdasarkan


pengelompokan umur

Farm

Umur X Y
Tingkat Insidensi penyakit Z Tingkat insidensi penyakit Z
(/1000 ekor) (/1000 ekor)
<1 tahun 0,004 0,004
1 – 3 tahun 0,012 0,016
>3 tahun 0,030 0,030

Perhitungan Insidensi :
<1 tahun, Farm X : 4/1000 = 0,004 Farm Y : 4/1000 = 0,004
1 – 3 tahun, Farm X : 12/1000 = 0,012 Farm Y : 16/1000 = 0,016
>3 tahun , Farm X : 30/1000 = 0,030 Farm Y : 30/1000 = 0,030
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa tingkat
insidensi penyakit Z paling tinggi berada pada umur >3 tahun pada Farm X dan
Farm Y. Adapun urutan tingkat insidensi penyakit Z dari yang paling tinggi
berdasarkan pengelompokan umur, yaitu >3 tahun - 1-3 tahun - <1 tahun. Tingkatan
insidensi penyakit Z tersebut berlaku untuk kedua Farm.

a) Jumlah Penderita = Insidence Rate x Populasi


Farm X Kelompok umur < 1 tahun
Penderita = Insidence rate × Populasi
= 0,004 × 10.000
= 40 ekor
Kelompok umur 1-3 tahun
Penderita = Insidence rate × Populasi
= 0,016 × 5.000
= 80 ekor
Kelompok umur > 3 tahun
Penderita = Insidence rate × Populasi
= 0,03 × 5.000
= 150 ekor
Farm Y Kelompok umur < 1 tahun
Penderita = Insidence rate × Populasi
= 0,004 × 10.000
= 40 ekor
Kelompok umur 1-3 tahun
Pende rita = Insidence rate × Populasi
= 0,016 × 5.000
= 80 ekor
Kelompok umur > 3 tahun
Penderita = Insidence rate × Populasi
= 0,03 × 5.000
= 150 ekor
e) Hasil banding tingkat insidensi (adjusted rate) untuk farm x dan farm y
Adjusment/Standardization of Rate = sr1 x (S1/N) + sr2 x (S2/N) + … srn x (Sn/N)
Keterangan :
sr : Nilai spesifik pada populasi yang dipelajari
S : Jumlah kelompok spesifik dalam populasi standar
N : Jumlah total dalam populasi standar (N=S1+S2+…..Sn)

Adjustment rate (Farm X) = sr1 × (S1/N) + sr2 × (S2/N) + sr3 × (S3/N)


= 0,4 × (10000/20000) + 1,6 × (5000/20000) + 3 × (5000/20000)
= 0,2 + 0,4 + 0,75
= 1,35
Adjustment rate (Farm Y) = sr1 × (S1/N) + sr2 × (S2/N) + sr3 × (S3/N)
= 0,4 × (10000/20000) + 1,6 × (5000/20000) + 3 × (5000/20000)
= 0,2 + 0,4 + 0,75
= 1,35
Berdasarkan perhitungan adjusted rate diatas dapat diketahui bahwa tingkat
insidensi penyakit Z untuk kedua farm adalah sama. Sementara itu berdasarkan
perhitungan pada poin (a) diketahui bahwa tingkat insidensi penyakit Z pada farm X
lebih tinggi. Dalam membuat sebuah perbandingan tingkat insidensi suatu penyakit
lebih baik menggunakan populasi standar atau suatu kondisi yang sama, seperti pada
perhitungan menggunakan adjusted rate.

5. Kita akan mengukur Incidence rate penyakit surra pada populasi kerbau (10 ekor)
selama 1 tahun. Setelah satu tahun pengamatan, hasilnya adalah sebagai berikut
:
No. Waktu timbul penyakit Kontribusi sebagai hewan berisiko
Kerbau sejak awal pengamatan (ekor tahun)
1 3 bulan 0,25
2 Tidak sakit 1
3 Tidak sakit 1
4 6 bulan 0,5
5 9 bulan 0,75
6 4 bulan 0,33
7 Tidak sakit 1
8 Tidak sakit 1
9 4 bulan 0,33
10 Tidak sakit 1

a) Hitunglah incidence rate per 100 ekor tahun dengan menggunakan


perhitungan eksak pada penyebutnya!
b) Hitunglah incidence rate per 100 ekor tahun dengan menggunakan
perhitungan perkiraan pada penyebutnya!

Jawab:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
a. IR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
5
= 0,25+1+1+0,5+0,75+0,33+1+1+0,33+1
= 5/7,16 = 0,69 x 100 ekor = 69 kasus per 100 ekor-tahun
b. IR=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛+𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑑𝑖𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛/2

= 5/{[(10+5)/2]x1
= 5/7,5 = 0,67 x 100 ekor = 67 kasus per 100 ekor-tahun
Daftar pustaka :

Agustini NLP, Supartika IKE, Joni Uliantara IGA. 2014. Case report of septicaemia
epizootica on bali cattle in Timor Tengah Utara district, East Nusa Tenggara
Province year 2014. Bule. Vet. BBVet Denpasar. 26(85): 1-11.

Anda mungkin juga menyukai