Anda di halaman 1dari 4

Tugas Praktikum Hari, tanggal : Selasa, 24 November 2020

Epidemiologi dan Ekonomi Kelompok :4


Veteriner Dosen : Dr. Drh. Chaerul Basri, M.Epid

Praktikum 12

Anggota kelompok:

1. Emilna Mega Ningrum B04170050


2. Bella Syafira Sofwan B04170068
3. Muh Kholid Ridwan B04170081
4. Tigrisia Faathira Ahmad B. B04170086
5. Tabitha Audrey Auraroso B04170092

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN


KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN
HEWAN IPB UNIVERSITY
2020
1. Jelaskan mata rantai infeksi dari masing-masing penyakit tersebut yang terdiri atas:
a. Agen : Spesies Trypanosoma sp (Protozoa) seperti; T.evansi , T.lewisi, T. cruzi,
dan T.brucei
b. Sumber : Tikuss golongan Rattus rattus, Rattus norvegicus dan vector lalat
penghisap darah seperti golongan Tabanidae, Stomoxyss, Tsetse-Glossina sp,
serta Kutu Xenopsylla cheopis dan Leptopsylla segnis.
c. Cara keluar : Melalui saliva dan bersamaan dengan darah yang dihisap serta
digigit oleh vector dan reservoir.
d. Cara Transmisi
Lalat berperan besar dalam penularan Trypanosomiasis (Suryanto et al. 2016).
Penularan penyakit surra melalui vector lalat pengisap darah yang termasuk
golongan Tabanidae. Cara penularannya secara mekanik murni, dimana
trypanosoma tidak mengalami siklus hidup dalam lalat tersebut. Di samping lalat
tabanus ternyata lalat penghisap darah yang lain juga mampu menularkan penyakit
surra, antara lain Chrysops, Stomoxys, Hamatopota, Lyperosia, Haematobla.
Kecuali itu arthropoda lain seperti Anopheles, Musca, Pinjal, kutu dan Caplak
dapat pula bertindak sebagai vektor. Hewan-hewan yang mengandung parasit
tanpa menunjukan gejala sakit merupakan sumber penyakit (Hartini et al. 2015).
• Transmisi siklis: terjadi perubahan morfologis sebelum membentuk yg infektif.
• Transmisi secara non siklis pemindahan melalui serangga penggigit (Tabanus,
stomoxys)
• Transmisi klasik (siklis dan non siklis) makan karkas segar atau organ hewan mati
karena trypanosomosis.
e. Cara Masuk
Masuk ke dalam pembuluh darah akibat gigitan lalat penghisap darah.
f. Inang Rentan
Hewan yang rentan terhadap penyakit ini adalah: unta, kuda, kerbau, sapi, kambing,
domba, babi, anjing, kucing, satwa liar.
2. Berdasarkan pengetahuan tentang mata rantai infeksi penyakit tersebut, susunlah
strategi pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit tersebut dengan
format tabel sebagai berikut.
Jawab:
Strategi Intervensi Aktifitas
Pencegahan Kontrol lingkungan atau Edukasi kepada peternak
manajemen Perubahan manajemen
peternakan gembala menjadi
peternakan berbasis kandang
Memberikan pakan dan
minuman dalam keadaan bersih.
Pembersihan tempat
pembuangan kotoran,
pengeringan tanah dan sampah
sisa pakan ternak agar tidak
lembab dan tetap bersih.
Mencegah/mengurangi kontak
antara ternak dengan vektor
mekanik seperti Tabanus sp.,
Stomoxys sp., dan Crysops sp.
Pengurangan kontak Pembatasan lalu lintas ternak
dari daerah endemik
Pemisahan sapi yang diduga
mengalami Trypanosomiasis
Pengendalian Pengobatan Memberikan obat trypanocidal
(contoh: Suramin, Diminazene,
isomedium, dan sebagainya)
Kemoterapi dan kemoprofilaksis
Pengendalian inang Adanya larangan pemasukan dan
pengeluaran ternak,
penyelenggaraan pasar hewan
dan penggembalaan ternak di
siang hari di daerah yang
terinfeksi.
Hewan yang peka terhadap
infeksi diperisa darahnya,
kemudian dikelompokkan sesuai
hasil pemeriksaan: hewan
dengan gejala saraf dibunuh,
hewan positif diobati, hewan
negatif diambil sampel darah
untuk percobaan biologis.
Ternak sepanjang tidak
memperlihatkan gejala klinis
dapat digunakan dalam kegiatan
pertanian dan pengangkutan,
namun harus terlindung dari
lalat.
Malam hari ternak dapat
dilepaskan di padang
penggembalaan dan dimandikan.
Tindakan isolasi Apabila hewan yang sakit
sembuh, maka dokter hewan
berwenang dapat menerbitkan
surat keterangan dan hewan
dapat dibebaskan dari tindakan
isolasi.
Pemberantasan Pembasmian lalat dewasa Melakukan penyemprotan udara
dan caplak (vektor). menggunakan insektisida secara
rutin pada kandang dan
lingkungan sekitar.
Pembasmian hewan Semua ternak yang mati karena
terinfeksi surra harus dibakar atau dikubur.
3. Dengan magacu pada auran dari OIE (www.oie.int), sebutkan persyaratan zona
atau negara bebas untu masing-masing penyakit tersebut!

Untuk keperluan Terrestrial Code, masa inkubasi penyakit ini adalah 6 bulan.
Standar untuk uji diagnostik dijelaskan dalam Manual Terestrial. Sebuah negara
yang sebelumnya terinfeksi Trypanosomiasis dapat dianggap bebas kembali jika:
1. Kebijakan stamping-out telah diterapkan untuk hewan yang terkena
dampak;
2. Tidak ada kasus klinis yang diamati selama 2 tahun terakhir;
3. Kuda-kuda ternak telah menjalani tes diagnostik untuk Trypanosomiasis
dengan hasil negatif yang dilakukan setiap tahun selama periode dua
tahun.

Rekomendasi untuk importasi dari negara bebas selama 6 bulan terakhir untuk
kuda. Otoritas veteriner harus menunjukkan sertifikat veteriner internasional
membuktikan bahwa hewan:
1. Tidak menunjukkan tanda klinis dari dourine pada hari pengiriman;
2. Dipelihara sejak lahir, atau selama 6 bulan sebelum pengiriman, di negara
yang telah bebas dari masa tidak kurang dari 6 bulan terakhir.

DAFTAR PUSTAKA

Hartini R, Santosa B, Winarti S, Awardi , Rubama , Faizal D, Azfirman. 2015. Situasi


penyakit parasit darah (Anaplasmosis, Babesiosis, Trypanosomiasis dan
Theileriosis) di wilayah kerja BVET Bukittinggi tahun 2014. Buletin Informasi
Kesehatan Hewan. 17(91): 24-32.
Suryanto BR, Fatimah, Parmini T. 2016. Status Penyakit Trypanosoma evansi (Surra) Di
Jawa Tengah Tahun 2015. Buletin Laboratorium Veteriner. 16 (2) 2016. Balai
Besar Veteriner Wates.

Anda mungkin juga menyukai