Anda di halaman 1dari 4

Laporan Pratikum Hari/tanggal : Kamis, 29 November 2018

Fisiologi Veteriner I Dosen : drh. Isdoni, M.Biomed


Kelompok :2

OTOT 1

Anggota kelompok :

1. Elsi Nidya Putri Erita B04170083 ............


2. Joan Elviyanti B04170084 ............
3. Selly Glorya* B04170085 ............
4. Tigrisia Faathira A Bahari B04170086 ............
5. Danny BagusWibowo B04170088 ............

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Dasar Teori

Otot merupakan suatu organ/alat yang memungkinkan tubuh dapat


bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena
sitoplasma mengubah bentuk (lihat cara pergerakan amuba). Pada sel-sel,
sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril.
Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata
lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi). Dalam
garis besarnya sel otot dapat kita bagi dalam tiga golongan, yaitu: otot motoritas,
otot otonom, dan otot jantung (Syaifuddin 2006).
Tiga macam otot yang berbeda terdapat pada Vertebrata, yang adalah otot
jantung yaitu otot yang menyusun dinding jantung. Otot polos terdapat pada
dinding semua organ tubuh yang berlubang (kecuali jantung). Kontraksi otot
polos pada umumnya tidak terkendali, memperkecil ukuran struktur-struktur yang
berlubang ini. Pembuluh darah, usus, kandung kemih, dan rahim merupakan
beberapa contoh dari struktur yang dinding sebagian besar terdiri dari otot polos.
Jadi kontraksi otot polos melaksanakan bermacam tugas seperti meneruskan
makanan kita dari mulut ke saluran pencernaan, mengeluarkan urin dan pada
kerangka, otot ini dikendalikan secara sengaja (Kimball 1983).
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks serta terdiri dari
jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus
eksternal diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas atau sensivitas terhadap
stimulus dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons
terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama, yaitu input
sensorik, aktivitas integratif dan output motorik. Sistem saraf menerima stimulus
melalui reseptor yang terletak di tubuh baik eksternal  (somatik) maupun internal
(viseral). Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di
sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang akan menghantarkan
stimulus sehingga respon bisa terjadi. Impuls dari otak dan medulla
spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh yang disebut
sebagai efektor (Sloane 2004).

Tujuan
Mempelajari cara mematikan katak dan membuat sediaan otot saraf,
mengenal jenis dan kerja beberapa alat perangsang, mengenal berbagai macam
rangsangan terhadap sediaan otot saraf, dan menentukan masa laten, masa
kontraksi dan masa relaksasi dari suatu kontraksi sederhana (atau disebut juga
kontraksi tunggal) dari otot skelet.
METODE

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain sonde (jarum
penusuk) otak katak, papan katak, beberapa buah jarum pentul, alat diseksi,
gunting, gelas arloji atau gelas petri, pinset Galvanis, stimulator elektronik
lengkap dengan kabel-kabelnya, gelas pengaduk korek api, kimograf lengkap
dengan drum dan kertas pencatat, alat fiksasi otot (klem otot), alat pencatat
rangsangan dan statif. Bahan yang digunakan antara lain dua ekor katak kodok
sawah (Fejervarya cancrivora) larutan garam faali (NaCl 0.65%) atau larutan
Ringer, kristal garam dapur atau gliserin, cuka glasial dan sediaan otot saraf (n.
ischiadicus dan m. gastrocnemius).

Prosedur

A. Rangsangan Terhadap Sediaan Otot Saraf.


Kegiatan pertama yaitu katak dimatikan untuk keperluan percobaan.
Kepala katak dipegang dengan menempatkan kepala katak tersebut antara
telunjuk dan jari tengah, katak difiksir dengan ketiga jari lainnya. Bengkokkan
kepalanya lalu tusuk otak katak dengan sonde yang tajam pada foramen oksipitale
(pada sudut medial antara garis tulang kepala dengan garis tulang punggung).
Sonde dimasukkan ke ruang tengkorak lalu putar ke kiri, kanan, atas dan ke
bawah. Bila mata katak setengah menutup dan tidak ada reaksi lagi terhadap
sentuhan, hentikan perusakan. Kemudian sumsum punggung katak dirusak dengan
menusukkan sonde ke arah belakang ke dalam kanalis vetebralis dan ditusukkan
sejauh mungkin. Apabila kaki katak meronta-ronta sewaktu sonde ditusukan
berarti medula spinalis tertusuk. Kaki-kaki katak menjadi lemas setelah sonde
dilepaskan.
Kegiatan kedua yaitu membuat sediaan otot saraf atau preparat saraf otot.
Katak yang telah mati diletakkan di atas papan katak, kulit dan otot perut katak
dibuka dan jeroan disingkirkan. Tempat keluarnya n. ischiadicus dari sumsum
tulang belakang diperhatikan lalu masing-masing n. ischiadicus dilihat dan potong
n. ischiadicus pada bagian cranial. Badan katak dibalikkan kemudian tulang ekor
katak diangkat tinggi-tinggi dan dipotong ke arah cranial sejauh mungkin. N.
ischiadicus ditelusuri ke atas sambil menggunting otot-otot disebelah atasnya.
Fasia antara m. Biceps femoris disayat dengan m. Semimembranosus maka n.
ischiadicus dan a. Femoralis terlihat setelah kedua otot tadi dikuakkan. Paha
dipotong di atas seperempat bagian bawah tetapi n. Ischiadicus jangan terpotong
kemudian m. gastrocnemius dilepaskan dari tulangnya lalu tulangnya dibuang.
Tendo Achilles dipotong dan didapatkan preparat otot saraf yaitu sepertiga bagian
bawah paha , n. ischiadicus dan m. gastrocnemius.
Kegiatan ketiga yaitu melakukan berbagai macam rangsngan pada sediaan
otot saraf. Pertama rangsangan mekanis, pangkal n. Ischiadicus dipijit dengan
batang korek api atau gelas pengaduk. Kedua rangsangan Galvanis, kaki-kaki
pinset Galvanis ditempelkan pada saraf. Saraf harus dalam keadaan basah oleh
larutan garam faali, satu kaki pinset ditempelkan pada saraf, kaki satunya pada
medium garam faali. Selanjutnya kaki-kaki pinset ditempelkan pada medium
sementara saraf berada pada diantaranya. Saat satu kaki diangkat dari medium dan
pada saat ditempelkan pada medium diperhatikan apakah ada kontraksi otot pada
keduanya. Ketiga rangsangan osmotis, sejumlah kecil serbuk garam dapur
ditempelkan pada pangkal saraf dengan kertas atau gelas pengaduk, tunggu
beberapa menit kemudian sifat kontraksi diperhatikan. Kalau tidak ada garam
dapur diganti dengan gliserin. Keempat rangsangan kimiawi, sepotong kertas atau
kapas dicelupkan ke dalam cuka glasial dan ditempelkan pada pangkal saraf.
Kelima rangsangan panas, sebatang korek api dinyalakan lalu segera dipadamkan
dan ditempel pada pangkal saraf atau gelas pengaduk direndam dalam air
mendidih, angkat dengan hati-hati dan tempelkan pada pangkal saraf. Keenam
rangsangan Faradis, saraf dirangsang dengan rangsangan tunggal dengan
elektroda dari suatu stimulator kemudian kekuatan rangsangannya diatur
(voltasenya).

B. Kontraksi Sederhana
Kegiatan pertama yaitu memfiksasi otot dengan klem (penjepit otot) atau
jarum pentul besar bila digunakan bak khusus, tendo archiles diikat dengan
benang pada alat pencatat kontraksi, selama perlakuan otot harus basah oleh
larutan garam faali. Listrik dengan alat pencatat rangsangan dihubungkan lalu
saraf atau ototnya disentuhkan elektroda perangsang. Kemudian kunci rangsangan
otomatis ditekan atau diaktifkan, stimulator dinyalakan dan atur untuk rangsangan
tunggal. Putaran kimograf dibuat dengan putaran yang paling cepat, nyalakan dan
tekan kunci rangsangan tunggal sampai tercatat kontraksi otot pada kertas tromol.
Putaran drum dihentikan dengan rem atau tangan sebelum terjadi kontraksi otot
yang kedua. Beri tanda-tanda yang diperlukan untuk masa laten, masa kontraksi
dan masa relaksasi. Pencatat kontraksi digunakan untuk memproyeksikan puncak
kontraksi pada garis dasar. Hitung masa laten, masa kontraksi dan masa relaksasi.
Bila kecepatan kimograf berputar dapat diketahui (kecepatan tersebut tertera pada
kimografnya) maka masa-masa tadi dapat dihitung dengan membagi jarak
masing-masing masa tadi dengan kecepatannya. Hitunglah dengan detik atau
milidetik.

Anda mungkin juga menyukai