Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

(SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS)

Disusun oleh:

NAMA : LASINRANG ADITIA

NIM : 60300112034

KELAS : BIOLOGI A

KELOMPOK : IV (Empat)

LABORATORIUM BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2014

@Copyright Lasinrang Aditia


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf


Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh:

Nama : Lasinrang Aditia


Nim : 60300112034
Kelas : Biologi A
Kelmpok : IV (empat)

Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.

Samata-Gowa, April 2014

Kordinator Asisten Asisten

(Kabah S.Si) (Nabillah Purnawijaya)


60300111038

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

(Aisyah Sijid S.Pd, M.Kes)

@Copyright Lasinrang Aditia


A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui macam-macam refleks yang dikendalikan otak.
2. Untuk mengetahui macam-macam refleks yang dikendalikan oleh medulla
spinalis.
B. Dasar Teori
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang.
Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf
otonom. Pada tingkat yang paling sederhana, organisasi sistem saraf hanya
tersusun atas sebuah neuron dengan dendrit dan akson. Meskipun masih sangat
sederhana, dengan susunan sistem saraf yang demikian ternyata hewan mampu
menanggapi berbagai perubahan di lingkungannya. Neuron tersusun dalam sirkuit
yang terdiri dari dua atau atau lebih jenis fungsional. Sirkuit neuron yang paling
sederhana hanya melibatkan sinapsis antara dua jenis neuron, neuron sensoris dan
neuron motoris. Tiap neuron sensoris mengirimkan sinyal dari reseptor sensoris
ke neuron motoris, yang selanjutnya mengirimkan sinyal ke efektor. Hasilnya
adalah suatu respons otomatis yang sederhana disebut refleks (Isnaeni, 2006).
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas, artinya sel dapat
menanggapi rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih
sangat menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon
apabila padanya diberikan rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot.
Respon yang ditunjukkan oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot,
sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat diamati, sebab berupa proses
pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya
respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya (Hendra, 2011).
Sel saraf bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalarkan impuls.
Impuls dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi juga dapat menjalar ke sel lain
dengan melintasi sinaps. Komunikasi antara satu neuron dengan neuron lainnya

@Copyright Lasinrang Aditia


atau dengan otot dan kelenjar melalui proses transmisi sinaptik. Terdapat dua
jenis transmisi sinaptik: transmisi sinaptik elektrik dan kimiawi. Pada transmisi
sinaptik terjadi hubungan dimana akson dari suatu neuron sel presinaps akan
berhubungan dengan dendrit dan akson neuron postsinaps (Halwatiah, 2009).
Menurut Campbell (2004), fungsi utama sistem saraf adalah :
a. Untuk mendeteksi, menganalisa, menggunakan, dan menghantarkan semua
informasi yang ditimbulkan oleh rangsang sensoris dan perubahan mekanis dan
kimia yang terjadi di dalam lingkungan internal dan eksternal.
b. Untuk mengorganisir dan mengatur, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, sebagian terbesar fungsi tubuh, terutama kegiatan endokrin.
Menurut Tika (2011), ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem
saraf, yaitu:
1. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
2. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus
yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
3. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan
oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot
dan kelenjar.
C. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Hari/tanggal : Senin/28 April 2014
Waktu : 08.00-10.00 WITA
Tempat : Laboraturium Zoologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa

@Copyright Lasinrang Aditia


D. Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Stopwatch, alat
seksi, alat tulis menulis, bak plastik, bunsen, jarum pentul, kaki tiga, korek, dan
termometer.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu katak (Rana
cancarivora).
E. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
a. Katak normal
1. Meletakkan katak dengan posisi normal pada papan. Mengamati kepala,
mata, dan anggota geraknya.
2. Menghitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung
gerakan kulit pada rahang bawah.
3. Mengamati keseimbangan dengan cara:
a. Meletakkan katak dengan posisi telentang pada papan, memutar papan
secara horizontal, mengamati posisi dan gerak kepala, mata, dan anggota
geraknya.
b. Memiringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak sedikit
terangkat, dan melihat apa yang terjadi.
4. Memasukkan katak kedalam bak berisi air, dan mengamati cara
berenangnya.
5. Mengeluarkan katak dari air dan meraba kekenyalan otot kakinya.
6. Meletakkan katak pada posisi normal kembali. Menarik salah satu kakinya,
meraba kekenyalan otot kaki tersebut dan kemudian melepaskan.
7. Mencubit jari kaki dengan pinset, dan melihat apa yang terjadi.
8. Memasukkan salah satu kaki kedalam gelas piala berisi air (suhu kamar),
kemudian memanaskannya. Melihat pada suhu berapa katak bereaksi.

@Copyright Lasinrang Aditia


9. Memasukkan jari kaki yang lain kedalam air panas (80C) dan melihat
perubahan yang terjadi.
b. Katak coba (Single-pithing)
1. Merusak otak katak dengan single-pithing, yaitu dengan cara memegangnya
dengan menggunakan telunjuk pada bagian kepala dan ibu jari bagian
belakang/otaknya.
2. Setelah itu menusuk dengan jarum pentul pada bagian kepala kemudian
menggoyangkan jarum pentul tersebut.
3. Mengistirahatkan katak selama 5-6 menit untuk menghilangkan spinal
shock.
4. Meletakkan katak dengan posisi normal pada papan. Mengamati kepala,
mata, dan anggota geraknya.
5. Menghitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung
gerakan kulit pada rahang bawah.
6. Mengamati keseimbangan dengan cara:
a. Meletakkan katak dengan posisi telentang pada papan, memutar papan
secara horizontal, mengamati posisi dan gerak kepala, mata, dan anggota
geraknya.
b. Memiringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak sedikit
terangkat, dan melihat apa yang terjadi.
7. Memasukkan katak kedalam bak berisi air, dan mengamati cara
berenangnya.
8. Mengeluarkan katak dari air dan meraba kekenyalan otot kakinya.
9. Meletakkan katak pada posisi normal kembali. Menarik salah satu kakinya
ke belakang, meraba kekenyalan otot kaki tersebut dan kemudian
melepaskan.
10. Mencubit jari kaki dengan pinset, dan melihat apa yang terjadi.
11. Memasukkan salah satu kaki kedalam gelas piala berisi air (suhu kamar),
kemudian memanaskannya. Melihat pada suhu berapa katak bereaksi.

@Copyright Lasinrang Aditia


12. Memasukkan jari kaki yang lain kedalam air panas (80C) dan melihat
perubahan yang terjadi.
c. Katak coba (Double-pithing)
1. Merusak otak katak dengan single-pithing, yaitu dengan cara memegangnya
dengan menggunakan telunjuk pada bagian kepala dan ibu jari bagian
belakang/otaknya.
2. Setelah itu menusuk dengan jarum pentul pada bagian kepala kemudian
menggoyangkan jarum pentul tersebut.
3. Mengistirahatkan katak selama 5-6 menit untuk menghilangkan spinal
shock.
4. Meletakkan katak dengan posisi normal pada papan. Mengamati kepala,
mata, dan anggota geraknya.
5. Menghitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung
gerakan kulit pada rahang bawah.
6. Mengamati keseimbangan dengan cara:
a. Meletakkan katak dengan posisi telentang pada papan, memutar papan
secara horizontal, mengamati posisi kepala, mata, dan anggota geraknya.
b. Memiringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak sedikit
terangkat, dan melihat apa yang terjadi.
7. Memasukkan katak kedalam bak berisi air, dan mengamati cara
berenangnya.
8. Mengeluarkan katak dari air dan meraba kekenyalan otot kakinya.
9. Meletakkan katak pada posisi normal kembali. Menarik salah satu kakinya,
meraba kekenyalan otot kaki tersebut dan kemudian melepaskan.
10. Mencubit jari kaki dengan pinset, dan melihat apa yang terjadi.
11. Memasukkan salah satu kaki kedalam gelas piala berisi air (suhu kamar),
kemudian memanaskannya. Melihat pada suhu berapa katak bereaksi.
12. Memasukkan jari kaki yang lain kedalam air panas (80C) dan melihat
perubahan yang terjadi.

@Copyright Lasinrang Aditia


F. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Katak normal
1. Posisi katak
a) Mata = Melotot dan bulat
b) Kepala = Mendongak
c) Alat gerak = Tungkai depan lurus dan tungkai belakang melipat
2. Frekuensi pernapasan = 120 kali per menit
3. Keseimbangan katak
a) Setelah diputar
1) Mata = Melotot dan bulat
2) Kepala = Mendongak
3) Alat gerak = Tungkai depan lurus dan tungkai belakang melipat
b) Ketika dimiringkan
1) Mata = Melotot dan bulat
2) Kepala = Mendongak
3) Alat gerak = Menempel, tungkai depan terangkat, dan tungkai
belakang melipat
4. Cara berenang = Menggunakan 2 kaki dan tangan
5. Kekenyalan otot tungkai = Kenyal
6. Reaksi ketika dicubit = Menarik dan melompat
7. Reaksi ketika kaki dipanaskan: Menarik kakinya pada suhu 450 C
b. Katak coba (Single-pithing)
1. Posisi katak
a) Mata = Melotot dan bulat
b) Kepala = Menunduk
c) Alat gerak = Tungkai depan lurus dan tungkai belakang melipat
2. Frekuensi pernapasan = 99 kali per menit
3. Keseimbangan katak

@Copyright Lasinrang Aditia


a) Setelah diputar
1) Mata = Sayu
2) Kepala = Mendongak
3) Alat gerak = Tungkai depan melipat dan tungkai belakang melipat
b) Ketika dimiringkan
1) Mata = Mengecil
2) Kepala = Menunduk
3) Alat gerak = Menempel, tungkai depan dan belakang melipat
4. Cara berenang = Mengambang
5. Kekenyalan otot tungkai = Kenyal
6. Reaksi ketika dicubit = Tidak bereaksi
7. Reaksi ketika kaki dipanaskan: Menarik kakinya pada suhu 450 C
c. Katak coba (Double-pithing)
1. Posisi katak
a) Mata = Sayu
b) Kepala = Menunduk
c) Alat gerak = Tungkai depan dan tungkai belakang terbuka
2. Frekuensi pernapasan = 50 kali per menit
3. Keseimbangan katak
a) Setelah diputar
1) Mata = Sayu
2) Kepala = Menunduk
3) Alat gerak = Tungkai depan dan belakang terbuka
b) Ketika dimiringkan
1) Mata = Sayu
2) Kepala = Menunduk
3) Alat gerak = Tungai depan dan belakang lurus atau terbuka
4. Cara berenang = Tenggelam
5. Kekenyalan otot tungkai = Kendor

@Copyright Lasinrang Aditia


6. Reaksi ketika dicubit = Tidak bereaksi
7. Reaksi ketika kaki dipanaskan:
Menarik kaki dan tangan pada suhu 500 C dan pada suhu 600 C juga
menarik kakinya.
G. Pembahasan
Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah gerak refleks merupakan
gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan
ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Sistem
saraf pusat sebagai pengendali gerak refleks merupakan sebuah mekanisme yang
terjadi pada makhluk hidup, salah satunya katak sebagai bentuk pertahanan diri
dari berbagai rangsangan yang diberikan. Apabila suatu saraf diberi rangsangan,
maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi
elektrokimia impuls saraf yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf.
Pada pengamatan ini menggunakan katak (Rana cancarivora) sebagai
sampel dalam mengamati berbagai gerak refleks. Pengamatan pertama
menggunakan katak normal, pengamatan kedua dengan katak coba (Single-
pithing), dan pengamatan ketiga dengan katak coba (Double-pithing).
a. Katak normal
Pada pengamatan katak normal, beberapa rangsangan yang diberikan
akan menghasilkan gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan sumsum
tulang belakang. Data-data yang didapatkan adalah saat posisi normalnya, mata
melotot dan bulat, kepala dalam keadaan posisi mendongak, dan alat geraknya
pada tungkai depan dan tungkai belakang melipat. Frekuensi pernapasannya
sangatlah cepat yaitu 120 kali dalam 1 menit hitungan. Pada keseimbangan
katak setelah diputar yaitu mata tetap melotot dan bulat, kepala mendongak,
dan alat geraknya yaitu tungkai depannya dan tungkai belakangnya tetap
melipat, sedangkan ketika dimiringkan matanya menjadi normal, kepala
mendongak, dan pada alat geraknya yaitu tungkai depannya terangkat dan
tungkai belakangnya melipat serta menempel pada papan seksi. Cara berenang

@Copyright Lasinrang Aditia


pada katak normal adalah dengan menggunakan tungkai depan dan tungkai
belakangnya, kekenyalan otot tungkai adalah kenyal. Reaksi yang diberikan
katak normal ketika dicubit adalah refleks melompat. Adapun reaksi ketika
kaki katak dipanaskan pada suhu 450 C yaitu menarik dan terangkat.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa katak normal memiliki
sistem saraf (otak dan sumsum tulang belakang) yang baik dimana saraf-saraf
tersebut dapat menghantarkan stimulus ke otak dan sum-sum tulang belakang
dari resptor ke efektor secara cepat.
b. Katak coba (Single-pithing)
Pada pengamatan ini, beberapa rangsangan yang diberikan pada katak
coba (Single Pithing) menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang
lambat oleh efektornya. Dalam hal ini, data-data yang didapatkan setelah
melakukan single-pithing adalah pada posisi normalnya, matanya melotot dan
bulat, kepalanya menunduk, dan alat geraknya yaitu pada tungkai depan dan
tungkai belakangnya melipat. Frekuensi pernapasan pada katak coba setelah
single-pithing adalah semakin lambat yaitu 99 kali dalam 1 menit hitungan.
Keseimbangan setelah diputar adalah matanya berubah menjadi sayup,
kepalanya mendongak, dan alat geraknya yaitu pada tungkai depan melipat dan
tungkai belakangnya melipat, sedangkan saat dimiringkan adalah matanya
mengecil, kepalanya menunduk, dan alat geraknya yaitu pada tungkai depan
dan belakang melipat. Cara berenang katak coba setelah single-pithing
mengambang. Otot tungkainya masih kenyal dan reaksi tidak bereaksi ketika
dicubit. Adapun reaksi ketika kaki katak dipanaskan pada suhu 450 C yaitu
menarik dan terangkat. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa dari beberapa
perlakuan tersebut katak menanggapi beberapa gerak refleks yang diberikan
dengan lambat. Kurangnya aksi refleks ini dikarenakan sistem saraf pusat
yakni otak telah mengalami kerusakan pada saat melakukan single pithing.
Kerusakan sistem saraf pusat menyebabkan reaksi efektor terhadap beberapa
impuls rangsangan berjalan lambat.

@Copyright Lasinrang Aditia


c. Katak coba (Double-pithing)
Pada pengamatan ini, beberapa rangsangan yang diberikan pada katak
coba (Double-pithing) menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang
sangat lambat dibandingkan saat single-pithing oleh efektornya dan beberapa
respon yang diberikan tidak ditanggapi. Data-data yang didapat setelah
melakukan double-pithing adalah matanya semakin sayup, kepalanya
menunduk, dan alat geraknya yaitu pada tungkai depan dan tungkai
belakangnya lurus atau terbuka. Frekuensi pernapasannya pun lambat setelah di
double-pithing yaitu 50 kali per menit. Keseimbangan setelah diputar adalah
matanya sayup, kepala menunduk, dan alat geraknya yaitu pada tungkai depan
dan tungkai belakang lurus atau terbuka, sedangkan setelah dimiringkan adalah
matanya sayup, kepalanya menunduk, dan alat geraknya yaitu pada tungkai
depan dan belakangnya lurus atau terbuka. Cara berenangnya pun berbeda dari
katak normal dan katak coba saat single-pithing yaitu sudah tidak bereaksi lagi
dan tenggelam. Otot tungkainya juga sudah kendor. Saat dicubit dengan
menggunakan pinset juga tidak ada reaksi yang diberikan. Adapun reaksi
ketika kaki dan tangan katak dipanaskan pada suhu 500 C dan 600 C yaitu
menarik dan terangkat.
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan double-
pithing pada katak coba, gerak refleks yang diberikan oleh katak adalah lemah
atau lambat. Lemahnya respon refeks ini dikarenakan sistem saraf pada otak
dan sumsum tulang belakangnya (medulla spinalis) tidak mampu merespon
dan memberi menghantarkan perintah terhadap impuls saraf ke efektor.
H. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Refleks yang dikendalikan oleh otak adalah refleks cerebellar (melibatkan otak
kecil) yang dimana otak kecil ini berperan sebagai pusat keseimbangan,
koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka. Sebagai contoh
refleks yang dikontrol oleh otak atau saraf kranial katak meliputi frekuensi

@Copyright Lasinrang Aditia


pernapasan, gerakan kepala, kekenyalan otot, cara berenang, dan gerak tungkai
depan dan belakang.
b. Refleks yang dikendalikan oleh sumsum tulang belakang atau saraf spinal pada
katak adalah refleks spinal (pada sumsum tulang belakang) yang mampu
memediasi sejumlah refleks, somatik dan autonomik, dan meliputi reaksi ketika
dicubit, perubahan mata, dan reaksi ketika kaki dipanaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. Biologi Edisi ke 5 Jilid
3. Jakarta: Erlangga, 2004.
Halwatiah. Fisiologi. Makassar: Alauddin Press, 2009.
Hendra. 2011. Blog Hendra. Modul Praktikum Fisiologi Hewan.
http://hendrasusantofaal.blogspot.com/2011/03/modul-praktikum-fisiologi-
hewan-jurusan.html (28 April 2014).
Isnaeni, Wiwi. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Nature. 2012. Blog Nature. Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali.
http://nature.blogspot.com/2012/08/sistem-saraf-pusat-sebagai-pengendali.
html (28 April 2014).
Tika, Hardianti. 2011. Blog Tika. Laporan Anatomi Fisiologi Manusia.
http://tikatikoi.blogspot.com/2011/04/laporan-anatomi-fisiologi-manusia.html
(28 April 2014).

@Copyright Lasinrang Aditia

Anda mungkin juga menyukai