Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK 15 (NEUROLOGI)

FISIOLOGI REFLEX

DISUSUN OLEH :
KHAIRIDO REZEKI (1508260010)
FADHILA AL’IZZA (1508260012)
TISYA AMANAH PRAMESTI (1508260021)
FILZA AMALIA PUTRI (1508260025)
USWATUL KHOIROT (1508260041)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2018
TUJUAN
1. Mengetahui macam-macam refleks yang dikendalikan otak
2. Mengetahui macam-macam refleks yang dikendalikan oleh medulla spinalis

ALAT DAN BAHAN


Bahan :
1. Kodok
2. Air
Alat :
1. Bejana/Tabung Erlenmeyer
2. Alat bedah minor
3. Meja

LANDASAN TEORI
Secara anatomi sistem saraf terbagi atas 2, yaitu sistem saraf pusat (Ensephalon dan
Medula spinalis) dan sistem saraf tepi (Nervus kranialis dan Nervus spinalis). Fungsi utama
sistem saraf adalah :
1. Fungsi kewaspadaan : Untuk mendeteksi, menganalisa, menggunakan, dan menghantarkan
semua informasi yang ditimbulkan oleh rangsang sensoris dan perubahan mekanis dan
kimia yang terjadi di dalam lingkungan internal dan eksternal.
2. Fungsi integrasi dan fungsi koordinasi : Untuk mengorganisir dan mengatur, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung, sebagian terbesar fungsi tubuh, terutama kegiatan
endokrin.
Tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
1. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indera
2. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang
dan meluas. Sel saraf disebut neuron
3. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.
Pada tingkat yang paling sederhana, organisasi sistem saraf hanya tersusun atas sebuah
neuron dengan dendrit dan akson. Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4
bagian:
 Neuron sensorik (neuron aferen) yaitu sel saraf yang bertugas menyampaikan rangsangan
dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron ini memiliki dendrit yang berhubungan
dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang berhubungan dengan sel saraf
lainnya.
 Neuron Motorik (nouronaferen), yaitu sel saraf yang berfungsi untuk menyampaikan
impuls motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor. Dendrit menerima impuls dari
akson neuron lain sedangkan aksonnya berhubungan dengan efektor.
 Neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara neuron yang satu
dengan yang lainnya.
 Neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron sensorik dan neuron
motorik yang terdapat di dalam sumsum tulang belakang atau di otak.
Neuron tersusun dalam sirkuit yang terdiri dari dua atau atau lebih jenis fungsional. Sirkuit
neuron yang paling sederhana hanya melibatkan sinapsis antara dua jenis neuron,neuron sensoris
dan neuron motoris. Tiap neuron sensoris mengirimkan sinyal dari reseptor sensoris ke neuron
motoris, yang selanjutnya mengirimkan sinyal ke efektor. Hasilnya adalah suatu respons
otomatis yang sederhana disebut refleks

CARA KERJA
A. Percobaan 1 : katak dalam keadaan normal (kodok 1)
1. Mengambil 1 ekor katak/kodok yang normal dan memperhatikan keadaannya jika di
letakan pada sebuah meja katak/kodok
2. Merangsang katak/kodok dengan cara memicit (menjepit) salah satu kakinya dengan
menggunakan klem dan memperhatikan reaksinya
3. Meletakan katak/kodok dengan punggungnya ke bawah dan memperhatikan bagaimana
katak/kodok tersebut membalikan badannya
4. Memasukkan katak/kodok kedalam sebuah bak kecil (glass bekker) yang berisi air dan
memperhatikan gerakannya

B. Percobaan 2 : Decerebrate Preparat (kodok 2)


1. Memotong bagian depan kepala katak/kodok yaitu tepat di belakang matanya
2. Setelah beberapa saat katak/kodok akan sadar dari keadaan shock akibat pemotongan tadi
3. Memperhatikan :
a. Postur katak/kodok
b. Reaksi terhadap rangsangan, dengan cara memicit (menjepit) salah satu kakinya dengan
menggunakan klem dan memperhatikan reaksinya
c. Kesanggupan untuk mengangkat tubuhnya, dengan cara meletakkan punggu
katak/kodok ke bawah dan memperhatikan bagaimana katak/kodok tersebut
membalikan badannya
d. Kesanggupan untuk berenang, dengan cara Memasukkan katak/kodok kedalam sebuah
bak kecil (glass bekker) yang berisi air dan memperhatikan gerakannya
C. Percobaan 3 : perusakan canalis semi sirkularis (kodok 3)
1. Membuka mulut katak/kodok dan melihat benjolan kecil pada atap mulut katak/kodok di
depan membrane timpani
2. Dibawah ini terletak canalis semi sirkularis
3. Merusak canalis semi sirkularis kiri yaitu dengan cara menusuk melalui benjolan tadi
dengan ujung gunting yang tertutup
4. Membuka gunting yang telah menusuk tadi beberapa millimeter sambil memutar gunting
tersebut
5. Memperhatikan :
a. Postur katak/kodok
b. Reaksi terhadap rangsangan, dengan cara memicit (menjepit) salah satu kakinya dengan
menggunakan klem dan memperhatikan reaksinya
c. Kesanggupan untuk mengangkat tubuhnya, dengan cara meletakkan punggu
katak/kodok ke bawah dan memperhatikan bagaimana katak/kodok tersebut
membalikan badannya
d. Kesanggupan untuk berenang, dengan cara Memasukkan katak/kodok kedalam sebuah
bak kecil (glass bekker) yang berisi air dan memperhatikan gerakannya

D. Percobaan 4 : spinal animal preparat (kodok 4)


1. Memotong kepala katak di belakang membrane timpani (maka di dapatkan spinal animal)
2. Memperhatikan katak/kodok segera setelah di potong : katak/kodok tidak bereaksi terhadap
rangsangan apapun dan keadaan ini di sebut spinal shock (keadaan ini akan berlalu dalam
beberapa menit)
3. Memperhatikan :
a. Postur katak/kodok
b. Reaksi terhadap rangsangan, dengan cara memicit (menjepit) salah satu kakinya dengan
menggunakan klem dan memperhatikan reaksinya
c. Kesanggupan untuk mengangkat tubuhnya, dengan cara meletakkan punggu katak/kodok
ke bawah dan memperhatikan bagaimana katak/kodok tersebut membalikan badannya
d. Kesanggupan untuk berenang, dengan cara Memasukkan katak/kodok kedalam sebuah bak
kecil (glass bekker) yang berisi air dan memperhatikan gerakannya
4. Menggunting katak/kodok pada rahang bawahnya
5. Memperhatikan :
a. Postur katak/kodok
b. Reaksi terhadap rangsangan, dengan cara memicit (menjepit) salah satu kakinya dengan
menggunakan klem dan memperhatikan reaksinya
c. Kesanggupan untuk mengangkat tubuhnya, dengan cara meletakkan punggu katak/kodok
ke bawah dan memperhatikan bagaimana katak/kodok tersebut membalikan badannya
d. Kesanggupan untuk berenang, dengan cara Memasukkan katak/kodok kedalam sebuah bak
kecil (glass bekker) yang berisi air dan memperhatikan gerakannya
HASIL PENGAMATAN

No. Jenis pemeriksaan Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4


1 Postur tubuh Normal Kepala lebih Sedikit miring ke Normal
rendah kiri
2 Reaksi terhadap Normal Berkurang Normal Normal
rangsangan
3 Kesanggupan untuk Normal Normal Normal Normal
mengankat tubuh
4 Kesanggupan untuk Normal Normal lambat Normal
berenang

Keterangan :
1. Percobaan 1 : katak dalam keadaan normal (kodok 1)
2. Percobaan 2 : Decerebrate Preparat (kodok 2)
3. Percobaan 3 : perusakan canalis semi sirkularis (kodok 3)
4. Percobaan 4 : spinal animal preparat (kodok 4)

KESIMPULAN
 Pada kodok 1 : yang tidak di lakukan tindakan apa apa semua reflex dan reaksinya
normal (baik sensorik dan motoriknya)
 Pada kodok 2 :yang di lakukan pemotongan pada cerebrumnya mengalami gangguan
keseimbangan dimana postur menjadi lebih rendah, reaksinya terhadap sensasi nyeri
berkurang (terjadi gangguan sensorik dan motoriknya)
 Pada kodok 3 : yang di lakukan perusakan canalis semicircularis mengalami gangguan
keseimbangaan, tetapi normal terhadap rangsangan nyeri dan kesanggupan berenang
melambat (terjadi gangguan motorik dan sensorik masih normal)
 Pada kodok 4 : yang di lakukan perusakan pada spinal cord mengalami gangguan
keseimbangan

DAFTAR PUSTAKA
Sherwood,lauralee. 2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta : EGC.
Guyton C. Arthur, Hall. E. Jhon, 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC
Buku panduan praktikum FK UMSU semester 5. 2017

Anda mungkin juga menyukai