Anda di halaman 1dari 18

Tanggal Praktikum

: 8 September 2009

Dosen Pembimbing

: Dr. Damiana R. E., MS

Kelompok Praktikum : II A3

SUSUNAN SYARAF PUSAT


FUNGSI BAGIAN-BAGIAN OTAK KATAK

Anggoota kelompok:
Nama

NIM

Tanda Tangan

1. Dadan Suhendar

D14080088

2. Mega sulistyaningrum

D14080223

3. Guselanes Mondrita Suhendar

D14080259

4. Yoppy Priyo Guntoro

D14080318

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Praktikum kali ini adalah untuk pengamatan susunan saraf pusat yang terdapat
pada katak. Sebelumnya sudah dijelaskan cara untuk mematikan katak yang benar. Kini
akan dilihat lebih dalam lagi tentang susunan saraf yang terdapat pada katak.
Fungsi tertentu dimiliki oleh tiap bagian syaraf. Fungsi bagian-bagian tertentu
dapat diambil melalui kesimpulan ketika bagian-bagian tersebut dirangsang (difasilitasi)
atau dihambat (diinhibisikan) dengan mengacu kepada otak, kemudian reaksi yang
timbul dapat diamati.
Katak decerebrasi adalah katak yang telah dihilangkan Cerebrumnya.
Sedangkan Katak spinal adalah katak yang tinggal punya medulla spinalis, cerebrum,
cerebellum, dan medulla oblongata rusak.
Fungsi dari Cerebrum, yaitu sebagai pusat kemauan dan kesadaran. Fungsi
Cerebellum, yaitu sebagai pusat keseimbangan tubuh. Fungsi Medulla oblongata adalah
sebagai pengatur pernapasan, peredaran darah, dan denyut jantung. Fungsi dari Medulla
spinalis adalah sebagai penerima rangsang. Kortek cerebri berfungsi sebagai pengatur
sensasi rasa.
Ketika katak dihilangkan cerebrumnya melalui proses decerebrasi, pusat
kemauan dan kesadaran yang terdapat pada katak tidak ada lagi, dan terjadi kelakuan
otot yang disebut decerebrate rigidity.
Katak yang sudah mengalami decerebrasi terbukti masih merespon ketika bagian
tubuhnya dicubit atau ditusuk-tusuk.

Tujuan
Fungsi bagian-bagian otak katak dipelajari dengan dihilangkannya bagian-bagian
otak tersebut dan reaksi yang timbul diamati.
Pengamatan ini akan dilakukan terhadap; katak normal, katak deerebrasi, dan
katak spinal.

BAHAN DAN METODE


Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah katak, Alat
diseksi, skalpel, gunting, pinset, baskom yang berisikan air, dan arloji.

Metode
Pengamatan-pengamatan harus dicatat. Data ditulis dalam isian yang disediakan.
Pertama, reaksi-reaksi yang terjadi pada katak normal diamati, yaitu meliputi: sikap
badan (posture), gerakan-gerakan spontan, keseimbangan badan (reflek bangkit),
kemampuan berenang, frekuensi nafas (dapat diamati pada bagian dasar mulut),
frekuensi denyut jantung (dapat diamati gerakan-gerakan pada bagian sentral di sebelah
posterior garis yang menghubungkan kedua kaki depan jika diregangkan). Hasil
pengamatan dicatat pada isian yang telah disediakan
Setelah pencatatan, dilakukan proses deserebrasi dengan menggunakan scalpel
runcing yang tajam, otak katak yang melintang di sepanjang garis penghubung tepi-tepi
anterior dari kedua gendang telinga (membran tympani yang terletak di belakang dan di
bawah kedua mata) dipotong. Agar katak bebas dari keadaan shock, ditunggu selama
10-15 menit, kemudian reaksi-reaksi seperti paragraph pertama dicatat, pemotongan
biasanya anterior dari thalamus.
Serebellum dan medulla oblongata dirusak dengan jarum penusuk yang
ditusukkan ke otak sedalam 1-11/4 cm ke belakang dari tempat pemotongan terakhir.
Kawat perusak tenunan syaraf diputar-putar, kemudian katak diberi waktu untuk kembali
dari keadaan shock dan reaksi-reaksinya dicatat kembali.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Praktikum
Tabel 1. Lembar Kerja
1
Sikap
Badan
Katak
Normal

Katak yang
di
deserebrasi

Katak
Spinal

Badan
tegak,
Posisi
kepala
tegak
Perut
kempes
, badan
kempes
,
Otot
kaku
Lemas,
Badan
lurus

2
Gerakan
Spontan

3
Kemampu
-an
Berenang

4
Keseimbangan (Bangkit)

5
Frekuen
-si nafas

Melompat
dengan
cepat

Cepat

Berbalik posisi
tubuh dengan
cepat

76
kali
/menit

6
Frekunsi
denyut
jantung
68
denyut /
menit

Tidak
dapat
melompat

Lambat
sekali

Keseimbangan
berkurang,
kaki
menyentuh
dasar saat
berenang

72
kali
/menit

64
denyut/
menit

Tidak ada
keseimbangan

Tidak
bernafas
lagi

Tidak
ada
denyut
nadi

Tidak ada Tidak bisa


gerakan
sama
spontan
sekali

Pembahasan
Tujuan praktikum kali ini yaitu untuk dipelajarinya fungsi bagian-bagian otak
katak dengan dihilangkannya bagian-bagian otak dan reaksi yang timbul dapat diamati.
Katak yang digunakan yaitu katak normal, katak decerebrasi, dan katak spinal.
Pengamatan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu pengamatan terhadap: sikap badan,
gerakan spontan, kesimbangan ketika bangkit, kemampuan untuk berenang, frekuensi
nafas, dan frekuensi denyut jantung. Seperti dapat dilihat pada tabel di atas, akan
dibahas dalam pembahasan sebagai berikut.

Katak yang digunakan adalah katak potong yang biasa dikonsumsi oleh manusia.
Katak yang digunakan dalam praktikum kali ini berjenis kelamin betina. Hal tersebut
dapat dilihat dari perutnya yang besar dan berisikan banyak telur. Pada katak normal ini
dapat dilihat sikap badan yang tegak dengan posisi kepala tegak, dan otot yang lemas.
Ketegangan suatu otot dapat ditentukan dengan cara rabaan pada bagian paha katak.
Otot pada katak normal pada percobaan ini lemas, hal ini dikarenakan otot masih dalam
kondisi relaksasi. Gerakan spontan katak normal pada percobaan ini tergolong cepat
meskipun badan dari katak besar dan berat yang dikarenakan banyaknya telur dalam
perut katak. Kemampuan berenang katak normal pada percobaan ini cukup cepat seperti
katak pada umumnya. Kemampuan berenangnya dapat dilihat dengan cara katak
diletakkan pada baskom yang berisikan air, kemudian katak pun akan berenang dengan
sendirinya. Keseimbangan bangkit katak normal pada percobaan ini cukup baik karena
katak berbalik ke posisi semula dengan cepat ketika berenang. Frekuensi nafas dan
frekuensi denyut jantung katak normal pada percobaan ini secara berturut-turut adalah
76 kali/menit dan 68 denyut/menit. Dapat dikatakan frekuensi nafas dan frekuensi
denyut jantung katak normal pada percobaan ini normal.
Katak yang digunakan pada percobaan yang kedua adalah katak yang
dideserebrasi. Katak yang dideserebrasi adalah katak normal yang dihilangkan
cerebrumnya. Cerebrum adalah bagian pada otak yang berfungsi sebagai pengatur
kemauan dan kesadaran. Katak dideserebrasi dengan cara dipotongnya bagian kepala
katak dengan cepat. Bagian yang dipotong adalah bagian otak katak yang melintang di
sepanjang garis penghubung tepi-tepi anterior dari kedua gendang telinga. Dapat diamati
sikap badan pada katak yang dideserebrasi adalah pada bagian perut mulai mengemis,
hal ini dikarenakan udara tidak dapat memasuki lagi bagian tubuh, badan masih tegak
namun otot mulai kaku. Otot yang kaku ini dikarenakan shock pada saraf katak yang
dideserebrasi ini. Gerakan spontan pada katak yang dideserebrasi ini tidak begitu
terlihat, katak tidak dapat meompat dan hanya diam. Kemampuan berenang pada katak
yang dideserebrasi ini lebih lambat dibanding katak normal, hal ini dikarenakan
rusaknya serebrum sehingga sensor kemampuan untuk berenangnya pun mulai hilang.
Keseimbangan pada katak yang dideserebrasi ini berkurang, terlihat ketika sedang

berenang, kaki katak menyentuh permukaan baskom yang berisi air. Frekuensi nafas dan
frekuensi denyut jantung katak yang dideserebrasi ini secara berturut-turut adalah 72
kali/menit dan 64 denyut/menit. Menurun, meskipun tidak banyak.
Katak yang digunakan pada percobaan yang kedua adalah katak deserebrasi yang
telah dirusak sereblum dan medula oblongatanya. Fungsi dari sereblum adalah sebagai
pusat keseimbangan tubuh dan fungsi dari medula oblongata adalah sebagai pengatur
pernapasan, peredaran darah, dan denyut jantung. Pengrusakan dapat dilakukan dengan
jarum penusuk yang ditusukkan ke otak sedalam 1-11/4 cm ke belakang dari tempat
pemotongan terakhir. Kawat perusak tenunan syaraf diputar-putar, hal ini untuk lebih
memastikan bahwa sereblum dan medula oblongatanya sudah rusak. Dapat diamati sikap
badan pada katak spinal, sikap badan lemas, dan lurus. Gerakan spontan pada katak
spinalis tidak terlihat. Kemampuan berenang katak spinalis tidak ada lagi.
Keseimbangan sudah tidak berfungsi lagi. Frekuensi nafas tidak ada lagi dan frekuensi
denyut nadi pun sudah tidak ada. dapat disimpulkan, katak spinal adalah katak yang
sudah kehilangan fungsi semua organnya alias katak yang sudah tidak bernyawa.

KESIMPULAN
Dari percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa katak normal dapat
menjalankan fungsisluruh bagian otaknya dan memberikan rangsangan pada bagianbagian lain yang terdapat di tubuh katak. Katak yang dideserebrasi adalah katak yang
sudah hilang kemampuan serebrumnya dan tidak dapat menjalankan rangsangan ke
beberapa bagia tubuh yang lainnya. Katak spinal adalah katak yang kehilangan semua
kemampuan yang terdapat dalam tubuhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Cuningham, J. G. 2000. Textbook of Veterinary Physiology. 2nd Ed. W. B. Saunders Co.
Philadelphia. 683.
Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Jakarta.
Mc. Donald, P. Edwards, R. A., and Greehalgh, J. F. D. 1990. Animal Nutrition. 4th Ed.
Longman Scientific dan Technical, UK.
Swenson, M. J. and Reece, W. O. 1993. Dukes Physiology of Domestic Animals. 11th Ed.
Comstock Publishing Assciates. London. 962 p.
Vander, A., J., Sherman, J. H. and Luciano, D. S. 1990.Human physiology: The
Mechanism of Body Function. International Edition. 5th Ed. McGraw-Hill
Publishing Company. New York.724p.

Tanggal Praktikum

: 8 September 2009

Dosen Pembimbing

: Dr. Damiana R. E., MS

Kelompok Praktikum : II A3

AKSI INTEGRATIF DARI SUSUNAN SARAF

Anggoota kelompok:
Nama

NIM

Tanda Tangan

1. Dadan Suhendar

D14080088

2. Mega sulistyaningrum

D14080223

3. Guselanes Mondrita Suhendar

D14080259

4. Yoppy Priyo Guntoro

D14080318

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Praktikum kali ini adalah untuk pengamatan aksi integratif dari susunan saraf
yang terdapat pada katak. Sebelumnya sudah dipelajari fungsi bagian-bagian dari otak
katak.
Apabila suatu bagian tubuh katak yang diberikan rangsangan, maka yang
bereaksi terhadap rangsangan tersebut bukan hanya bagian itu saja tetapi dapat juga
bagian-bagian tubuh yang lain. Hal ini terjadi karena bila suatu reseptor dirangsang
cukup kuat, maka rangsangan tersebut diteruskan melalui beberapa saraf asesoris yang
ditujukan ke beberapa saraf eferen dan lebih dari satu efektor. Bila safar eferen
terangsang, efektor-efektor tersebut akan serempak bereaksi.
Busur atau lengkung refleks melibatkan: reseptor (penerima rangsang), saraf
sensoris (saraf perifer yang membawa rangsangan ke saraf pusat), saraf pusat (yaitu otak
dan medula spinalis), saraf motoris (pembawa hasil pengolahan informasi dari saraf
pusat ke efektor), dan efektor (yaitu otot dan kelenjar).

Tujuan
Reaksi-reaksi interaktif beberapa bagian tubuh pada bagian perangsangan suatu
bagian tubuh lainnya diamati.

BAHAN DAN METODE


Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah katak, sonde,
gunting, papn gabus, tali, kawat kuning, induktorium, gunting kertas 1cm2, asam
cuka(H2SO4 0.2% dan H2SO4 0.4%).

Metode
Pada katak normal dapat diamati reaksi-reaksi keseimbangan (letakkan pada
punggung katak), reaksi terhadap pengangkatan tiba-tiba (katak diletakkan pada papan
dan papan diangkat beserta kataknya dengan gerakan tiba-tiba) katak diletakkan di
atasnya, reaksi terhadap pemutaran papan dengan kataknya, kondisi kelopak mata (sinar
mata), sikap badan (posisi tubuh normal), gerakan-gerakan spontan, frekuensi nafas, dan
cara apung dan berenang di air, kemudian hasil-hasilnya dicatat pada isian yang telah
disediakan.
Hambatan terhadap reflek-reflek pada katak normal dapat diamati dengan cara
kedua kaki katak diikat dengan tali erat-erat, kemudian hasil-hasilnya pada paragraf
pertama dicatat dan diterangkan, tali-tali pada kedua kaki katak dilepaskan, katak
dibiarkan kembali ke keadaan normal dan ulangi prosedur pada paragraf pertama.
Katak spinal yang telah dirusak otaknya dan dicatat reaksi-reaksi yang terdapat
pada paragraf pertama.
Reflek-reflek sederhana dapat dilakukan dengan cara digantungnya katak spinal
melalui rahang bagian bawahnya, kemudian cubitat diberikan pada salah satu jari
kakinya pada penjepit, kemudian reaksinya dicatat. Jika katak sudah kembali tenang,
ulangi pencubitan dengan lebih kuat, kemudian hailnya dicatat. Jika reaksi terjadi pada
bagian badan yang sama, disenut homolateral, jika sebelah yang berlawanan disebut
heterolateral atau kontralateral.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Praktikum
Tabel 2. Eksperimen 5
1
Bagian
Keseimeksperim- bangan
en

2
Mengangk
at
papan
Katak
diam,
tidak
ada
reaksi

3
4
Memut- Sikap
ar
badan
papan

5
Gerak
sponta
n

6
Frekuensi
nafas

Kepala
tetap
pada
posisi
semula

Badan
tegak,
kepala
tegak,
otot
lemas

Melom
-pat
dengan
lincah
dan
cepat

76
kali
/menit

A. Katak
Normal

Berbalik
dari posisi
terbalik
dengan
cepat

B. Inhibisi dengan
ikatan
tali-tali

Berbalik
lagi dari
posisi
terbalik

Katak
diam

Melawan arah
putaran
tapi
lambat

Lebih
membungkuk

Jarak
loncatan
lebih
pendek

80
kali
/menit

Berbalik
dari posisi
dengan
cepat

Berputar
berlawanan
arah

Menengok

Tidak
ada
reaksi,
katak
sudah
mati

Tidak
ada
reaksi,
katak
sudah
mati

Lompat
dengan
lincah
dan
cepat
Tidak
ada
gerakan
spontan

76
kali
/menit

Tidak ada
keseimbangan

Badan
tegak,
kepala
tegak,
otak
lemas
Tidak
ada
reaksi,
katak
sudah
mati

Tanpa
ikatan
tali-tali

C. Katak
spinal

Sudah
tidak
bernafas

7
Mengam
-bang
dan
berenang
Keseimbangan
untuk
mengambang
bagus,
berenang
cepat
Keseimbangan
untuk
mengambang
bagus,
kecepata
n
berenang
berkuran
g, lebih
lambat
Keseimbangan
bagus,
berenang
cepat
Tidak
dapat
berenang

D. Respon dari refleks sederhana.


- Cubitan sedang :Gerakannya sedikit
- Cubitan kuat :Gerakan pada bagian tubuh banyak yang bergerak
- H2SO4 0.2%
:Gerak refleks kaki katak pada luka, diangkat pelan dalam waktu
8.12 menit
- H2SO4 0.4%
:Gerak refleks kaki katak pada luka, diangkat pelan dalam waktu
2.24 menit
Pembahasan
Dari pengamatan pada prakikum kali ini dapat dipelajari mengenai aksi integratif
dari susunan saraf pada katak. Katak yang diamati adalah katak yang biasa dikonsumsi
oleh manusia. Katak tersebut diamati dalam berbagai perilaku, yaitu:katak dalam
keadaan normal, inhibisi dengan ikatan tali-tali, tapa ikatan tali-tali, katak spinal, dan
katak ketika merespon cubitan, asam cuka yaitu H2SO4 0.2% dan H2SO4 0.4%. Diamati
reaksi-reaksi yaitu: keseimbangan, reaksi terhadap pengangkatan tiba-tiba (katak
diletakkan pada papan dan papan diangkat beserta kataknya dengan gerakan tiba-tiba)
katak diletakkan di atasnya, reaksi terhadap pemutaran papan dengan kataknya, kondisi
kelopak mata (sinar mata), sikap badan (posisi tubuh normal), gerakan-gerakan spontan,
frekuensi nafas, dan cara apung dan berenang di air, kemudian hasil-hasilnya dicatat
pada isian yang telah disediakan.
Pada katak normal, keseimbangan yang terjadi adalah tubuh katak berbalik dari
posisi terbalik dengan cepat. Pada saat diangkatnya papan, katak diam dan tidak ada
reaksi. Hal ini terlihat cukup aneh dikarenakan katak yang digunakan adalah katak
betina yang di dalam tubuhnya terdapat banyak telur sehingga mengakibatkan jarang
bergerak. Sama seperti pada saat diangkatnya papan, katak normal pada percobaan ini
tidak banyak bergerak, terutama bagian kepala tetap pada posisi semula walaupun papan
diputar. Sikap badan katak normal ini tegak, posisi kepala tegak, dan otot lemas. Otot
lemas dikarenakan katak tersebut berusaha merilekskan dirinya agar tidak stres sehingga
dapat mengakibatkan cacat pada telur.gerakan spontan pada katak ini dapat dilihat dari
cara melompatnya yang lincah dan cepat. Frekuensi nafasnya 76 kali/menit.
Kemampuan katak untuk mengambang dan berenang bagus serta dapat berenang dengan
cepat.

Pada katak yang diinhibisi dengan ikatan tali-tali dapat dilihat keseimbangannya
yaitu berbalik lagi ke posisi semula dengan gerakan lambat. Gerakan lambat ini
diakibatkan berat telur yang dikandung oleh katak betina ini. Pada saat mengangkat
papan, katak hanya diam saja. Keadaan katak pada saat diputarnya papan adalah
melawan arah putar, tapi lambat. Katak yang digunakan sengaja diganti agar tidak terjadi
hal-hal ganjil seperti yang terjadi sebelumnya dengan katak jantan. Sikap badan pada
katak ini lebih membungkuk dibandingkan katak normal. Gerakan spontan pada katak
ini yaitu dilihat dari jarak loncatannya yang lebih pendek. Frekuensi nafas 80 kali/menit,
penambahan dari katak normal. Hal ini terjadi dikarenakan katak sudah tidak dalam
kondisi relaks atau santai. Kemampuan katak untuk mengambang cukup bagus dan
kecepatan berenang berkurang lebih lambat dari katak normal.
Katak tanpa ikatan dengan keseimbangan yaitu berbalik dari posisi semula
dengan cepat. Katak berputar berlawanan arah ketika papan diangkat. Kepala katak
menengok pada saat papan diputar. Sikap badan pada katak yaitu tegak, posisi kepala
tegak, dan otot lemas. Katak sudah mulai relaks lagi karena tanpa ikatan-ikatan tali.
Gerakan spontan pada katak ini yaitu lompatan yang lincah dan cepat. Frekuensi nafa
katak ini mulai menurun ke posisi awal yaitu76 kali/menit. Keadaan mengambang dan
berenang katak bagus dan dapat berenang dengan cepat. Terjadi lagi keganjilan karena
katak yang digunakan berbeda dengan katak yang pertama. Fungsi-fungsi yang hilang
pada saat katak diinhibisi seharusnya kembali semua, namun karena kendala pada katak
yang diujikan terjadi pergantian maka dapat dilihat hasil seperti yang sudah dibahas di
paragraf sebelumnya.
Katak spinal tidak memiliki keseimbangan. Tidak ada reaksi pada saat
pengangkatan papan, hal ini dikarenakan katak sudah mati. Tidak ada reaksi pada saat
pemutaran papan, hal ini dikarenakan katak sudah mati. Sikap badan pada katak spinal
ini lemas dan badan tampak kurus. Gerakan spontan tidak terlihat lagi, hal ini
dikarenakan katak sudah mati. Katak tidak memiliki frekuensi nafas lagi. Keadaan
mengambang dan berenang pada katak tidak dapat terlihat, hal ini dikarenakan katak
sudah mati.

Respon dari reflek sederhana yaitu cubitan sedang dan cubitan kuat. Pada saat
cubitan sedang, gerakan katak hanya sedikit. Pada saat cubitan kuat, bagian tubuh pada
katak banyak bergerak. Pada keadaan homolateral, jika kaki yang dicubit, maka hanya
kaki yang merespon. Pada keadaan heterolateral, jika kaki yang dicubit, maka informasi
rangsangan melewati interneuron ke bagian lain, sehingga tangan ikut merespon.
Gerak refleks kaki katak pada luka, diangkat pelan dalam waktu 8.12 menit pada
saat penggunaan H2SO4 0.2%. Pada saat penggunaan H2SO4 0.4%, gerak refleks kaki
katak pada luka, diangkat pelan dalam waktu 2.24 menit

KESIMPULAN

Dari percobaan ini dapat disimpulkan kaki katak diikat agar informasi yang
diterima reseptor tidak sampai kepada medula spinalis. Katak yang diikat dengan ikatan
yang keras jika dibalik badannya tidak ada respon. Pada ikatan longgar, katak masih bisa
merespon.
Katak merasakan informasi rasa sakit (masih menerima informasi rasa) jika
dicelupkan ke larutan H2SO4 atau dicubit.
Frekuensi masih ada karena sifat otomasi yang dimiliki oleh jantung yang
terdapat pada katak.

DAFTAR PUSTAKA
Cuningham, J. G. 2000. Textbook of Veterinary Physiology. 2nd Ed. W. B. Saunders Co.
Philadelphia. 683.
Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Jakarta.
Mc. Donald, P. Edwards, R. A., and Greehalgh, J. F. D. 1990. Animal Nutrition. 4th Ed.
Longman Scientific dan Technical, UK.
Swenson, M. J. and Reece, W. O. 1993. Dukes Physiology of Domestic Animals. 11th Ed.
Comstock Publishing Assciates. London. 962 p.
Vander, A., J., Sherman, J. H. and Luciano, D. S. 1990.Human physiology: The
Mechanism of Body Function. International Edition. 5th Ed. McGraw-Hill
Publishing Company. New York.724p.

Anda mungkin juga menyukai