Anda di halaman 1dari 23

EUGLENOPHYTA DAN PYRROPHYTA

Mata Kuliah : Planktonologi


Dosen : Heti Herawati,S.Pi.,M.si.

Disusun Oleh:

Kelompok 8/Perikanan C

Arina Turfa Nurhafiah (230110160157)


Muhammad Fathi Dhiaulhaq (230110160165)
Farhan Aziz (230110160179)
Ayu Octrina (230110160182)
Baqir Hakim (230110160194)
Ressa Muhammad Santika (230110160196)
Amirul Solihin (230110160211)

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
DAFTAR ISI

Daftar Isi ..................................................................................................................................... i


Daftar Gambar .......................................................................................................................... ii

BAB I EUGLENOPHYTA ...................................................................................................... 1


1.1 Definisi ........................................................................................................................ 1
1.2 Klasifikasi.................................................................................................................... 2
1.3 Ciri-Ciri Umum ........................................................................................................... 5
1.4 Ciri-Ciri Khusus .......................................................................................................... 6
1.5 Habitat ......................................................................................................................... 6
1.6 Reproduksi .................................................................................................................. 7
1.7 Peranan ........................................................................................................................ 8
BAB II PYRROPHYTA ........................................................................................................ 10
2.1 Definisi ...................................................................................................................... 10
2.2 Klasifikasi.................................................................................................................. 12
2.3 Ciri-Ciri Umum ......................................................................................................... 15
2.4 Ciri-Ciri Khusus ........................................................................................................ 15
2.5 Habitat ....................................................................................................................... 16
2.6 Reproduksi ................................................................................................................ 16
2.7 Peranan ...................................................................................................................... 18

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 20

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Euglena viridis ............................................................... 6


Gambar 2. Eutreptia ....................................................................... 7
Gambar 3. Reproduksi Euglenophyta................................................... 7
Gambar 4. Gonyaulax balechii .............................................................. 13
Gambar 5. Gymnodinium breve ............................................................ 14
Gambar 6. Noctiluca scintillans ........................................................ 15
Gambar 7. Siklus Pembelahan Sel Dynoflagellata ....................................... 17
Gambar 8. Bioluminescense Pyrrophyta di pantai Maldives ................. 18

ii
BAB I
EUGLENOPHYTA

1.1 Definisi
Menurut Sachlan (1980) Euglenophyta berasal dari bahasa Yunani dari kata eu yang
berarti sungguh-sungguh, dan glenous yang berarti mata. Euglenoid adalah alga uniseluler
dengan bintik mata yang berwarna merah (stigma). Filum ini terdiri dari holophytic,
saprophytic dan holozoic type. Holozoic type ini tidak mempunyai pigmen merah atau bintik
mata berwarna merah. Euglenophyta ini juga dapat dibagi-bagi atas dasar bentuk dan anatomi
spesiesnya, diantaranya yaitu euglenacae, astaciacae, dan peranemacae. Euglenophyta adalah
organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidakberdinding sel dan mempunyai alat
gerak berupa flagel sehingga dapat bergerakbebas. Mirip tumbuhan karena memiliki klorofil
dan mampu berfotosintesis. Hidupdi air tawar, dalam tanah dan tempat lembab, contohnya:
Euglena. Euglenophyta merupakan alga yang berbentuk euglenoid, mempunyai pigmen
fotosintetik yang terdiri dari klorofil a dan b sehingga tampak berwarna hijau serta
mempunyai karoten dan xantofil. Perbedaan dengan alga hijau adalah cadangan makanannya
merupakan paramilon. Semua anggota alga ini uniseluler, mempunyai 1-3 flagela dengan
letak apikal atau subapikal dan mempunyai membran plasma dengan struktur fleksibel yang
disebut pelikel.

Euglenophyta kebanyakan hidup di perairan atau tanah. Perkembangbiakannya dengan


membelah diri dan tidak dapat berkembangbiak secara seksual (Wasetiawan, 2010).
Euglenophyceae terdiri dari beberapa ordo diantaranya Euglenales, genus: Euglena, spesies:
Euglena sp. Ordo Euptreptiales, famili: Euptreptiaceae, genus: Euptreptia (Usman, 2004).
Filum ini 90% dalam air tawar dimana terdapat banyak larutan organik matter. Pada
permukaan perairan yang tidak bergerak, beberapa genera dari golongan Euglenacae, dapat
membentuk cysta yang menutupi seluruh permukaan perairan dan berwarna merah, hijau,
kuning atau warna-warna terdiri dari campuran warna-warna tersebut. Contoh dari filum ini
yaitu Euglena viridis.

Ciri-ciri organisme yang termasuk ordo ini adalah memiliki bentuk tubuh
menggelendong dengan ujung berbentuk meruncing, tubuhnya dilapisi dengan pelikel,
memiliki dua buah atau lebih flagel (satu bulu cambuk panjang dan satu bulu cambuk
pendek) yang muncul dari bagian lubang apikal, plastida berbentuk pipih dan seperti pita, dan
memiliki stigma yang tampak jelas (bintik mata berwarna merah) yang berfungsi untuk
membedakan antara gelap dan terang (Roger, 1988). Beberapa contoh dari ordo Euglenoida
yaitu Euglena gracilis, Euglena acus, dan Euglena viridis. Menurut Verda (2010), Euglena
viridis dapat bersifat holofitrik dan holozoik. Bersifat holofitrik karena memiliki kloroplas
yang mengandung klorofil, sehingga dapat membuat makanannya sendiri dengan cara
melakukan fotosintesis. Bersifat holozoik yaitu dengan cara memasukkan makanannnya yang
berupa organisme berukuran lebih kecil melalui sitofaring menuju vakuola dan ditempat
inilah makanan dicerna

1
1.2 Klasifikasi
Menurut Sachlan (1980), Euglenophyta dapat dibagi-bagi dalam holo-phytic, sapro-
phytic dan holozoic type, yang didasarkan atas bagaimana caranya mendapatkan makanan
dari lingkungannya, Euglenophyta ini juga dapat dibagi-bagi atas dasar bentuk dan anatomi
spesies.
a) Euglenacae: Euglenacae dapat hidup holo-phytic dan sapro-phytic; artinya, ada
golongan-golongan dari euglenacae yang holo-phytic saja dan ada golongan-golongan
yang sapro-phytic saja. Jadi tidak ada specimen yang dapat hidup secara holophytic dan
juga sapro-phytic.
b) Astaciacae: Holozoic dan sapro-phytic
c) Paranemacae: Hanya dapat hidup holozoic; specimen ini hidup semua benthal, jika
ada banyak materi organik dan sudah menjadi zoo-flagellat.

Klasifikasi Euglenophyta, kelas Euglenoceae dibagi menjadi 3 ordo, yaitu:


1) Order: Euglenales
Family: Euglenaceae
Genus: Euglena
Genus: Phacus
Genus: Trachelomonas
2) Order: Peranemales/Eutreptiales
Family: Eutreptiaceae
Genus: Astacia
Genus: Peranema
Genus: Hyalophacus
3) Order: Rhabdomonadales
Family: Rhabdomonadaceae
Genus: Colacium
Genus: Petalomonas

Contoh-contoh spesies dari kelompok Euglenophyta adalah sebagai berikut.


a) Euglena (berwarna hijau)
Termasuk semua anggota Euglenophyceae yang selama hidupnya sel selalu
mempunyai flagel dan dapat bergerak.Hidupnya soliter, tidak pernah membentuk
koloni.Kloroplast berbentuk cakram sampai bentuk pita. Spesies tertentu dari Euglena yang
mempunyai khloroplast juga menghasilkan pigmen merah (euglenarhodone), yang jumlahnya

2
dapat demikian banyak sehingga mengaburkan isi selnya.Euglenarhodone adalah suatu keton
karetenoid.
Makanan Euglena sangat bervariasi meliputi segala organisme.hidup. Cytostoma
Euglena dapat digembungkan dengan sangat besar untuk menelan mangsanya yang besar.
Bila Euglena tumbuh di tempat gelap dengan substrat organik yang cocok, warnanya hilang,
tetapi akan berwarna kembali bila ada cahaya. Pada keadaan yang luar biasa, Euglena dapat
menghasilkan suatu varietas/ras yang tidak berwarna (apokhlorotik), ras ini tetap tidak
berwarna meskipun ada cahaya.Ras apokhlorotik ini dapat diperoleh dengan memperlakukan
sel Euglena dengan streptomysin dalam cahaya.
Cadangan makanan Euglena berupa paramylum, yaitu karbohidrat yang tidak larut,
bentuknya dapat berupa cakram cincin, batang atau bulat, yang kadang-kadang ukurannya
relatif besar.Paramylum berupa polysaccharida yang rumus molekulnya menyerupai
tepung/pati, tetapi tidak bereaksi dengan tes pati.Butir paramylum menyerupai butir
pati/amylum, yaitu mempunyai lapisan yang konsentris.
Euglena sering kali dapat memberi warna pada air bila dalam jumlah yang banyak.
Banyak dijumpai di dalam kolam-kolam kecil yang banyak mengandung bahan
organik.Dalam bentuk kehidupan yang saprofit tanpa zat warna, jarang dijumpai dan bila ada
biasanya terdapat pada tempat-tempat dimana terjadi purifikasi (pembusukan). Beberapa jenis
Euglena hidup pada lumpur sepanjang tepi sungai, estuarine, atau payau-payau
bergaram.Pada tempat ini dapat tumbuh subur sehingga cukup memberi warna pada lumpur.
Jika populasinya di kolam sangat banyak, maka menyebabkan permukaan kolam seperti
tertutup lapisan hijau yang dapat berubah warna menjadi merah dalam beberapa jam.
Klasifikasi dari Euglena adalah sebagai berikut
Kingdom : Excavata
Divisi : Eugnelophycota
Class : Euglenoidea
Ordo : Euglenales
Family : Euglenaceae
Genus : Euglena
Species : Euglena viridis

3
b) Astasia (tidak berwarna)
Mempunyai bentuk mirip Euglena, hanya tidak berwarna karena tidak memiliki
kloroplas, sehingga bersifat heterotrof.
Ordo : Peranemales/Eutreptiales
Famili : Eutreptiaceae
Genus : Astacia

c) Phacus
Phacus mirip juga dengan Euglena, tetapi selnya lebih kaku karena memiliki keel,
kloroplast discoid, tanpa pirenoid, paramylum bodi besar berbentuk seperti donat dan terletak
di tengah sel. Partamylum bodi Lepocinclis berbentu cincin tetapi di kedua sisi anterior.
Tubuhnya yang memanjang dengan suatu evaginasi (reservoir) di bagian ujung
anterior.Vakuola kontraktil berupa suatu kantung, dan dua flagella muncul dari dinding
tersebut.Sebuah pigmen berupa suatu bintik atau berupa stigma dan bertempat di area dasar
flagella yang panjang yang berfungsi untuk fotoreseptif.Pada Peranema yang tidak berwarna,
kedua flagella panjang yang muncul dari suatu alur berupa jalan kecil ke arah belakang.
Tubuh tertutup oleh pelicle dan bersifat fleksibel dan punggung yang longitudinal akan
tampak dengan mikroskop elektron.

d) Paranema
Paranema bersifat holozoik. Cara ingesti Peranema telah dipelajari secara
detail.Bagian akhir anterior tubuhnya terdapat dua organ rod paralel dinamakan organ rod
yang letaknya berdekatan dengan reservoir.Bagian anterior organ rod yang disebut cytostoma
yang berhubungan dengan reservoir. Pada proses makannya, organ rod ditonjolkan keluar
untuk berlabuh dengan menyentakkan tubuhnya menangkap mangsanya untuk kemudian
ditelan secara keseluruhan atau organ rod tersebut dapat digunakan untuk memotong
makanan baru kemudian ditelan dan dihancurkan di dalam vacuola makanan.

e) Colacium
Colacium calvum bersifat epizoik pada copepoda, rotifera dan zooplankton air tawar
lainnya. Sel-sel dari Colacium dibungkus oleh selaput lendir yang melekat dengan suatu
tangkai pada inangnya, ujung anterior sel menghadap ke bawah.Tangkai lendir terbentuk
karena bagian anterior sel manghasilkan lebih banyak lendir.Mempunyai banyak khloroplast
berbentuk cakram, dengan atau tanpa pirenoid.

4
Inti tunggal, besar terletak pada bagian posterior (atas) dari sel. Bagian anterior
(bawah) sel/protoplast mengandung gullet yang jelas dan juga ada bintik mata.Pada koloni
bentuk pohon, protoplastnya tidak mempunyai flagella.
Protoplast dari Colacium juga dapat berkembang membentuk stadium telanjang yang
amoeboid, dan berkembang secara vegetatif.Dapat pula berbentuk stadium telanjang yang
amoeboid dengan 4 inti. Pada stadium ini reproduksi dengan membentuk tunas dengan satu
inti dan kemudian mengalami metamorfose menjadi sel kembar dengan satu flagella.
Bila pembelahan sel berlangsung, sel anakan masing-masing akan membentuk tangkai yang
tetap melekat pada tangkai induknya. Pembelahan sel yang berulang-ulang akan
menghasilkan koloni yang berbentuk pohon (dendroid). Sel-sel dari koloni membentuk pohon
berbentuk bulat telur atau lonjong.
Sel dari stadium/bentuk dendroid atau palmelloid, protoplastnya dapat menghasilkan
satu flagellum dan keluar berupa suatu zooid yang berenang bebas.Zooid ini berenang
beberapa saat sebelum menanggalkan flagellanya dan menghasilkan dinding.
Ordo : Rhabdomonadales
Famili : Rhabdomonadaceae
Genus : Colacium

1.3 Ciri-Ciri Umum


Adapun ciri-ciri umum dari filum Euglenophyta, yaitu:

 Organisme yang mirip hewan dan tumbuhan.


 Mempunyai klorofil (klorofil a dan b) serta mengandung karoten dan dapat
melakukan fotosintesis.
 Dapat bergerak bebas.
 Habitat di air tawar atau tempat yang lembab.
 Reproduksi dengan membelah diri (pembelahan biner).
 Mempunya flagel yang agak panjang.
 Memiliki bentuk tubuh menggelendong dengan ujung berbentuk meruncing,
tubuhnya dilapisi dengan pelikel, memiliki dua buah atau lebih flagel (satu bulu
cambuk panjang dan satu bulu cambuk pendek) yang muncul dari bagian lubang
apikal, plastida berbentuk pipih dan seperti pita.

5
1.4 Ciri-Ciri Khusus
Menurut Sachlan (1980) ciri-ciri Euglenophyta yang membedakan dengan plankton
lainnya yaitu:

 Mempunyai titik/bintik merah bagian anterior dalam tubuhnya yang sensitif terhadap
sinar dan dianggap sebagai matanya yang berfungsi untuk membedakan antara gelap
dan terang.
 Warna merah yang ada dalam badannya disebabkan oleh adanya haemoto-chroom.
 Terdiri dari holo-phytic, sapro-phytic dan holo-zoic type.
 Holo-phytic mempunyai cadangan makanan berupa karbohidrat yang disebut
paramylum, protein dalam bentuk pyrenoid dan lemak.
 Apabila ada substrat, beberapa spesies Euglena dapat bergerak maju dengan
memperpanjang dan memperpendek badannya seperti ulat.
 Haemotodes flagelnya lebih panjang daripada flagel sanguineus
 Memiliki dindingnya beraneka ragam. Golongan Euglena spp yang mempunyai
dinding seperti membran tipis, lunak dan bentuk euglena dapat berubah-ubah.

1.5 Habitat
Filum ini 90% dalam air tawar dimana terdapat banyak larutan organik matter.
(Sachlanm, 1980). Makhluk hidup Euglena biasanya hidup pada air tawar atau air payau yang
mengandung banyak bahan organik. Jenis Euglena yang memiliki zat warna hijau dan merah
banyak berkembang di kawasan kolam atau danau. Euglena dapat tumbuh dengan baik
dengan bantuan sinar matahari, air, dan karbondioksida. Euglena dapat bertahan dan tetap
tumbuh pada konsentrasi karbondioksida yang tinggi. Euglena juga banyak dijumpai di
kolam-kolam dan sering memberikan warna hijau pada air kolam. Hal ini disebabkan hewan
tersebut memiliki kloroplas didalam tubuhnya. Sebagian besar kelompok ini hidup di air
tawar, tetapi ada beberapa yang hidup di air laut, contohnya Eutreptia. Euglenophyceae
terutama banyak hidup di tempat yang banyak mengandung bahan organik, hidup bebas
sebagai fitoplankton (Saptasari 2007).

Gambar 1. Euglena viridis

6
Gambar 2. Eutreptia

1.6 Reproduksi
Pada umumnya Eugleno spp membelah diri secara longitudinal, selama masih hidup
sebagai plankton. Serta, dapat membelah diri waktu ada dalam cysrta (reproduktif cysta).
Akhir-akhir ini juga diketahui bahwa beberapa spesies Euglena, dapat berkembangbiak
melalui isogami, tetapi bagaimana prosesnya yang sebenarnya masih memerlukan penelitian
lebih lanjur. Spesimen-spesimen yang protoplasmanya ada tersimpan dalam kotak yang tebal
dindingnya, protoplasma keluar dari kotak, dan membelah diri, tiap protoplasma baru, hasil
dari pembelahan diri, membentuk kotak baru masing-masing. (Sachlan 1980).

Euglenophyta berkembangbiak secara aseksual dengan membelah diri juga ada yang
seksual, namun reproduksi secara seksual jarang terjadi pada Euglenophyta.

a. Reproduksi Aseksual

Pada umumnya Euglena spp membelah diri secara longitudinal, selama hidup sebagai
plankton. Juga genera ini dapat membelah diri waktu ada dalam cysta (reproduktif cysta)
(Sachlan 1980). Reproduktif Cystaialah protoplasma membelah diri dalam 2 atau 4 bagian;
dua tiap bagian nanti menjadi satu individu. Dalam cysta tiap individu dapat bergerak dengan
flagel yang terbentuk.Specimen-specimen yang protoplasmanya ada tersimpan dalam kotak
yang tebal dindingnya, protoplasmanya keluar dari kotak, dan membelah diri; tiap
protoplasma baru, hasil pembelahan diri, membentuk kotak baru masing-masing.

7
Gambar 3. Reproduksi Euglenophyta

Euglena berkembang biak dengan membelah diri dengan pembelahan biner. Mula-mula
intinya membelah, kemudian diikuti pembelahan plasmanya secara memanjang. Lalu
terbentuklah dua sel anak. Setiap sel anak memiliki membran sel, sitoplasma, dan inti. Pada
sel yang bergerak aktif, pembelahan sel memanjang dimulai dari ujung anterior. Pada genera
yang mempunyai satu flagela, mula-mula blepharoplast membelah menjadi dua, satu
membawa flagelnya satu lagi menghasilkan flagella yang baru. Pada yang mempunyai dua
flagella dapat terjadi salah satu sel anakan yang membawa dua flagella baru atay dapat terjadi
masing-masing sel anakan membawa satu flagel dan kemudian masing-masing menghasilkan
satu flagel lagi. Pembelahan sel pada yang tidak bergerak aktif dapat berlangsung dalam
keadaan dibungkus olrh selaput lendir, kadang-kadang protoplast tidak keluar dari selaput
pembungkuusnya sebelum membelah lagi. Dalam kasus seperti ini akan terbentuk koloni
yang tidak permanen, yang pada waktu tertentu selnya akan bergerak aktif kembali.

b. Reproduksi Seksual

Akhir-akhir ini juga diketahui bahwa beberapa species Euglena, dapat berkembangbiak
melalui iso-gami, tetapi bagaimana prosesnya yang sebenarnya masih memerlukan penelitian
lebih lanjut (Sachlan 1980).Isogami adalah peleburan sel gamet yang identik, memiliki
ukuran dan bentuk yang sama sehingga tidak dapat dibedakan mana yang sel gamet betina
atau jantannya.Perkembangbiakkan secara seksual jarang terjadi pada Euglenophyta.

8
1.7 Peranan
Euglenophyta memiliki peranan positif dan negatif, yakni:
a. Peranan Positif:
 Sebagai fioplankton, euglenophyta menjadi sumber makanan bagi biota-biota yang
hidup didalam suatu perairan.
 Euglena sering dijadikan sebagi objek karena plankton ini mudah didapat dan
dibiakkan dan sebagai indikator adanya pencemaran organik.
 Dalam ekosistem perairan, euglenophyta merupakan produsen primer, yaitu sebagai
penyedia bahan organik dan oksigen bagi hewan-hewan air

b. Peranan Negatif:
 Penimbunan endapan tanah pada dasar kolam dan danau
 Mencemari sumber air

9
BAB II
PHYRROPHYTA

2.1 Definisi
Pyrrophyta (Yunani, pyrrhos=api atau ganggang api) adalah alga uniseluler yang
menyebabkan air laut tampak bercahaya (berpendar) di malam hari karena sel-selnya
mengandung fosfor. Pyrrophyta atau Dinophyta disebut juga Dynoflagellata Yunani, dinos=
berputar, flagel= cambuk, karena memiliki flagella. Tubuh Pyrrophyta terdiri atas satu sel,
memiliki dinding sel berupa lempengan selulosa yang berbentuk poligonal dengan alur
membujur dan melintang, memiliki klorofil a, klorofil b, fikobilin, dinoxantin, xantofil, serta
dua flagela yang terletak di bagian samping atau ujung sel sehingga dapat bergerak aktif
(Ahmad, 2014). Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel
yang berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran.
mengandung pigmen (klorofil A,C2 dan pirimidin, sementara yang lain memiliki klorofil A,
C1, C2 dan fukosantin yang dapat berfotosintesis. Hanya Dynoflagellata yang memiliki
kemampuan untuk berfotosintesis (Susyawati, 2011).

Pyrrophyta atau lebih dikenal sebagai Dinophyceae atau Dynoflagellata merupakan


protista yang hidup di laut atau air tawar, dikelompokkan sebagai protista autotrof oleh
adanya klorofil a dan c, tetapi tidak mempunyai klorofil b, pigmen xantophil yang khas yaitu
peridinin, neoperidinin, dinoxanthin dan neodinoxanthin dan karoten yang memberikan
warna coklat atau warna coklat emas. Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak
(Rhariyati, 2008).
Pyrophyta disebut juga Dynoflagellata dimana tubuhnya tersusun atas satu sel,
memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif serta habitat di laut,bersifat fosforesensi yaitu
memiliki fosfor yang memancarkan cahaya, yang kemampuannya disebut bioluminescent
(dapat menghasilkan cahaya sendiri. Nama Dynoflagellata berasal dari gerakan berputar dari
sel swimming. Meskipun kebanyakan Dynoflagellata adalah flagellata uniselular, koloni dari
sel flagellata, sel non flagellata, pengumpulan palmelloid, dan filamen telah
diketahui.Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak (Susyawati, 2011).
Dynoflagellata merupakan komponen penting dari fitoplankton laut dan air tawar.
Terdapat sekitar 8000 spesies, masing-masing memiliki bentuk yang khas. Bentuk dari
masing-masing spesies, ditentukan oleh plat selulosa keras yang terletak di bawah vesikel
membran plasma (Nabors, 2004). Telah diketahui 2000 dari 4000 spesies Dynoflagellata (
filum Dinophyta). Sebagaian besar spesiesnya merupakan organisme uniseluler dan ada yang
10
membentuk koloni. Sel Dynoflagellata ditutupi oleh cangkang dari selulosa, beberapa
diantaranya juga mengandung silika yang memberikan kekuatan terhadap cangkangnya.
Sebagian cangkang. Sebagian besar Dynoflagellata merupakan organisme fotosintetik dan
memiliki pigmen klorofil a, klorofil c, dan karotenoid. Keistimewaannya, karotenoid kuning
coklat, fukoxantin, hanya terdapat pada Dynoflagellata dan beberapa diantaranya pada
beberapa kelompok alga (diatom dan alga coklat). Akan tetapi, Dynoflagellata yang lain ada
yang tidak berwarna (atau bukan Dynoflagellata fotositetik) dan memakan organisme lain
untuk dijadikan makanan. Cadangan makanan pada Dynoflagellata biasanya disimpan dalam
bentuk minyak atau polisakarida (Berg, 2008).
Dinoflagelata memiliki dua cambuk (flagela) yang dapat menghasilkan pergerakan
memutar. Oleh karena itu, filum ini diberi nama Dynoflagellata (Yunani, dino=pusaran air)
(Karmana, 2007). Pyrrophyta atau Dynoflagellata memiliki alat gerak berupa flagel
sebanyak 2 buah, satu buah melingkar sedangkan satu lagi berada dibagian posterior. Ada
juga falgel yang terletak di bagian lateral. Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel
akan berputar dan bila flagel bagian posterior yang bergerak maka selakan maju (Susyawati,
2011). Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang mengandung
pigmen karetinoid.
Tubuh Dynoflagellata primitif pada umumnya berbentuk o'oid tapi
asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh bagian
tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang
lain ke arah trans'ersal dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari
tubuh atau bentuk spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut
girdle, merupakancincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellumtra
versalmenyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan flagellum
longitudinal mengendalikan air ke arah posterior (Muliya, 2012).
Sel Dynoflagellata terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan
hipoteka. Pada peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri: apical dan precingular. Pada
beberpara genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna pada permukaan dorsal dengan
168 pelat interkalar anterior. Hipoteka tersusun atas 2 seri transversal cingular dan
antapikal juga sering terdapat seri yang tidak sempurna yaitu interkalar posterior.
Sel-sel Dinophyta mengandung satu atau lebih kloroplas, sering di mana kloroplas
tidak diduga menjadi endosimbion! berwarna coklat tua warna sebagai konsekuensi dari
sejumlah besar dari pigmen peridinin. Sebuah stigma seringhadir dalam spesies motil dan
zoospora. Inti dari Dynoflagellata yang periculiar dalam mengandung kromosom

11
yang tetap melingkar sepanjang siklus nukleus, seperti pada prokariota yang kekurangan
protein histon ( Bell, 1992).

2.2 Klasifikasi

Pyrrhophyta, Kelas Dinophyceae (Dinoflagellates) dibagi menjadi 4 ordo, yaitu:


• Ordo: Gymnodiniales
Family: Gymnodiniaceae
Genus: Gymnodinium
• Ordo: Peridiniales
Family: Glenodiniaceae
Genus: Glenodinium, Hemidinium
Family: Peridiniaceae
Genus: Peridinium
Family: Ceratiaceae
Genus: Ceartium
 Ordo: Gonyaulacales
Family: Gonyaulacaceae
Genus: Gonyaulacales
• Ordo: Dinococcales
Family: Dinococcaceae
Genus: Cystodinium

Pyrrhophyta, Kelas Noctiluphyceae dibagi menjadi:


 Ordo: Noctilucales
Family: Noctilucaceae
Genus: Noctiluca, Spatulodinium
Family: Kofoidiniaceae
Genus: Cymbodinium, Pomatodinium, Kofoidinium
Family: Leptodiscaceae
Genus: Abedinium, Cachonodinium, Craspedotella, Leptodiscus,
Petalodinium, Scaphodinium

Pyrrhophyta, Kelas Syndinophyceae dibagi menjadi:


 Ordo: Syndiniales
Family: Hematodiniidae
Genus: Hematodinium
Family: Coccidiniaceae
Genus: Coccidinium
Family: Syndiniaceae

12
Genus: Merodinium, Syndinium
Family: Amoebophryaceae
Genus Amoebophrya
Family Sphaeriparaceae
Genus Actinodinium, Caryotoma, Atlanticellodinium, Sphaeripara

Contoh-contoh spesies dari kelompok Pyrrophyta adalah sebagai berikut.


a. Gonyaulax
Gonyaulax merupakan salah satu Dinoflagellata bertanggung jawab untuk
munculnya pasang merah. Selama pasang merah, banyak ikan, ikan paus, manatee,
dan pantai burung telah mati dalam jumlah besar karena kondisi anoxic dihasilkan
oleh Dinoflagellata mekar. Gonyaulax racun dari hewan laut juga dapat langsung
beracun di bagian atas piramida makanan. Mereka adalah salah satu unsur utama dari
komunitas plankton laut, yang bertanggung jawab untuk sebagian besar fiksasi karbon
fotosintesis di laut. Kista Gonyaulax mungkin menunjukkan cadangan minyak bumi.
Plankton mati jatuh ke dasar laut telah dikonversi menjadi senyawa minyak bumi
selama jutaan tahun, akibat peningkatan tekanan lapisan sedimen. Toksin Gonyaulax
memiliki aplikasi medis. Saat ini sedang dilakukan penelitian tentang penggunaan
saxitoxin dimodifikasi secara kimia dalam pengobatan gangguan syaraf dan jantung.
Selain itu, saxitoxin mungkin memiliki kepentingan di masa depan sebagai anestesi
local (Campbell 2005).
Klasifikasi Gonyaulax balechii menurut (Margono 1998):
Filum : Dinophyta
Kelas : Dinoflagellata
Ordo : Gonyaulacales
Famili : Gonyaulacaceae
Genus : Gonyaulacales
Spesies: Gonyaulax balechii

Gambar 4. Gonyaulax balechii

13
b. Gymnodium
Gymnodinium merupakan contoh Dinoflagellata yang tubuhnya tidak tersusun oleh
pelat-pelat. Banyak dijumpai hidup di air tawar dan air laut, merupakan dinoflagellata
yang cingulumnya terletak di tengah-tengah dan melingkari sel dengan sempurna dan
berakhir pada permukaan ventral. Sel berbagai ukuran 20-40 µm lebar 10-15 µm
secara mendalam, dan sedikit lebih lebar dari panjang (Steidinger et al., 1978,
Steidinger, 1983, Taylor et al., 1995, Steidinger dan Tangen, 1996). Gymnodinium
breve menghasilkan neurotoksin. Neurotoksin adalah racun yang menyebabkan
kerusakan sistem saraf yang kematian pada ikan, udang, kepiting, dan burung.
Klasifikasi dari Gymnodinium breve adalah sebagai berikut.
Filum : Dinophyta
Kelas : Dinophyceae
Ordo : Gymnodiniales
Famili : Gymnodiniaceae
Genus : Gymnodinium
Spesies: Gymnodinium breve

Gambar 5. Gymnodinium breve

c. Noctiluca
Tubuhnya berukuran besar dan biasanya hidup di habitat air laut. Noctiluca
miliaris kebanyakan hidup di air laut dengan ciri – ciri memiliki satu pasang flagella
yang berukuran satu panjang dan satu pendek, dapat melakukan simbiosis dengan
jenis ganggang tertentu. Noctiluca miliaris dapat memancarkan sinar
(bioluminensence) apabila tubuhnya terkena rangsangan mekanik. Blooming dari
Noctiluca scintillans ini dikaitkan dengan ikan dan kematian invertebrata laut. Red
tide akibat blooming sering terjadi di musim semi dan musim panas di banyak bagian
dunia sering mengakibatkan perubahan warna merah atau oranye merah muda yang

14
kuat dari air (tomat-sup). Blooming telah dilaporkan dari Australia (Hallegraeff 1991),
Jepang, Hong Kong dan China (Huang & Qi 1997) di mana air berubah warna merah.
Klasifikasi Noctiluca scintillans adalah sebagai berikut
Filum : Dinophyta
Kelas : Dinophyceae
Ordo : Noctilucales
Famili : Noctilucaceae
Genus : Noctiluca
Spesies: Noctiluca scintillans

Gambar 6. Noctiluca scintillans

2.3 Ciri-Ciri Umum


 Sebagaian besar spesiesnya merupakan organisme uniseluler dan ada yang
membentuk koloni.
 Mengandung pigmen (klorofil A,C2 dan pirimidin).
 Memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif
 Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh suhu, kadar garam, dan nutrisi serta
kedalaman air laut.
 Tubuh primitif yang umumnya berbentuk ovoid tapi asimietri

2.4 Ciri-Ciri Khusus


 Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak
 Bersifat fosforesensi yaitu memiliki fosfor yang memancarkan cahaya, yang
kemampuannya disebut bioluminescent (dapat menghasilkan cahaya sendiri).
 Dinoflagelata memiliki dua cambuk (flagela) yang dapat menghasilkan pergerakan
memutar

15
 Bentuk dari masing-masing spesies, ditentukan oleh plat selulosa keras yang terletak
di bawah vesikel membran plasma
 Sel Dynoflagellata ditutupi oleh cangkang dari selulosa, beberapa diantaranya juga
mengandung silika yang memberikan kekuatan terhadap cangkangnya
 Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang mengandung
pigmen karetinoid.
 Inti dari Dynoflagellata yang periculiar dalam mengandung kromosom
yang tetap melingkar sepanjang siklus nukleus, seperti pada prokariota yang
kekurangan protein histon
 Umumnya bersifat beracun
2.5 Habitat
Mayoritas dari dinoflagellata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus spesies yang
lain yang berada di air segar. Pyrrophyta hidup secara fotoautotrof di laut, dan dikenal
sebagai fitoplankton. Namun, beberapa jenis hidup sebagai parasit pada tahap tertentu dalam
siklus hidupnya. Spesies simbiotik (zooxanthellae) hidup pada bunga karang, ubur-ubur,
anemon, terumbu karang, dll.

2.6 Reproduksi
Reproduksi pada Dynoflagellata pada umumnya yang utama adalah secara aseksual,
namun ada beberapa spesies bereproduksi secara seksual. Nukleus Dynoflagellata merupakan
nukleus yang tidak biasa karena kromosom mengalami kondensasi dan selalu terlihat
jelas. Pembelahan meosis dan mitosis pada Dynoflagellata sangat unik karena sisa membran
inti seluruhnya membelah dan benang spindle berada di luar nukleus (Berg, 2008).

Reproduksi pada Dynofagellata biasanya dengan cara pembelahana seksual sederhana


dan mereka memiliki kapasitas untuk mereproduksi sampai beberapa kali per hari, dengan
sel membelah miring untuk membentuk dua sel dengan ukuran yang sama. Techa mungkin
membelah, dengan masing-masing sel baru membentuk setengah baru, atau techa mungkin
hilang sebelum pembagian, dalam hal masing-masing sel baru membentuk dinding sel yang
baru. Kebanyakan Dynoflagellata memperlihatkan reproduksi secara aseksual atau
pembelahan sel mitosis. Proses ini membagi organismee menjadi kembaran identik, theca
mereka mungkin pecah, terbagi pada tiap-tiap kembarannya, jaditiap kembaran menerima
separuh dan meregenerasi separuhnya. Beberapa generasi tumbuh sebagai filamen ketika

16
sel mereka tidak terpisah setelah pembelahan. Dinoflgellata dewasa bersifat haploid, jadi
ketika reproduksi seksualdimulai, gamet mengalami mitosis, mungkin tumbuh dengan atau
tanpa dinding,terlihat sebagai individu tua dalam versi kecil. Gamet jantan dan betina tidak
jelas dibedakan, tetapi dapat berenang bebas. Setelah penggabungan dua gamet, lalu menjadi
zigot yang aktif berenang, pada kondisi yang tidak menguntungkan, selakan membentuk
hystrichosphere, ini adalah dorman kapsul yang melindungi dinoflagelata sampai
keadaan menguntungkan kembali (Alia,dkk, 2013).

Gambar 7. Siklus Pembelahan Sel Dynoflagellata

Pyrrophyta atau Dynoflagellata memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara:


 Vegetatif , yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel memiliki panser, maka
selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas membelah membujur, lalu
keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara yang kemudian masing-masing
membuat panser lagi. Setelah mengalami waktu istirahat zigot yang mempunyai
dinding mengadakan pembelahan reduksi, mengeluarkan sel kembar yang telanjang
(Susyawati, 2011).
 Sexual, dalam sel terbentuk isogamet yang masing-masing dapat mengadakan
perkawinan dengan isogamet dari indi'idu lain Sporik, yaitu dengan
zoospora (contohnya Gloeonidium) dan aplanospora (contohnya Glenodinium)
(Susyawati, 2011). Pada Alexandrium sp, cara perkembangbiakannya yaitu kista-kista
tidur dalam dasar laut, tertimbun oleh sedimen. Bika tak terganggu oleh kekuatan fisik
atau alam, mereka dapat berada di dasar laut dalam kondisi tertidur untuk
waktu bertahun-tahun. Bika terdapat kandungan oksigen dan kondisi
memungkinkan, mereka dapat melakukan proses perkecambahan. Bika suhu hangat dan

17
banyak cahaya yang merangsang perkecambahan ini, kista akan pecah dan
mengeluarkansel yang dapat berenang. Sel ini direproduksi oleh pembelahan sederhana
dalam beberapa hari pengeraman (Banjar, 2014).Bika kondisi tetap optimal, sel akan
terus membelah diri se&ara berlipat,dari dua menjadi empat, empat menjadi delapan,
dan seterusnya. Setiap satu seldapat menghasilkan beberapa ratus sel dalam se minggu.
Pada saat nutrisi telahhabis, pertumbuhan sel berhenti dan terbentuklah sel6sel gamet.
Setiap dua selgamet yang berbeda bersatu membentuk satu sel baru yang berkembang
menjadisebuah zigot dan akhirnya menjadi kista. Kista ini lalu jatuh ke dasar laut
dandapat berbiak pada tahun berikutnya (Banjar, 2014).

2.7 Peranan

Pyrrophyta memiliki peranan positif dan negatif, yakni:


c. Peranan Positif:
 Fenomena yang menarik yang dihasilkan oleh pyrrophyta adalah kemampuan
bioluminescense seperti yang dihasilkan oleh Noctiluca, Gonyaulax, Pyrocystis,
Pyrodinium, dan Peridinium menyebabkan laut tampak bersinar pada malam hari
sehingga menjadi pemandangan yang indah

Gambar 8. Bioluminescense Pyrrophyta di pantai Maldives

d. Peranan Negatif:
 Populasi Pyrrophyta yang melimpah (blooming) dan timbul pasang merah (red
tide) di laut.
 Dinoflagellata menghasilkan racun yang parah dan dapat membunuh ikan dan
kadang-kadang orang.

18
 Gymnodinium breve menghasilkan racun yang menyebabkan kerusakan sistem
saraf (neurotoksin). Neurotoksin dapat menyebabkan kematian pada ikan, udang,
kepiting, dan burung.
 Jika terjadi blooming Gonyaulax, maka terjadi paralytic shellfish poisoning.

19
Daftar Pustaka

Rina Widiana, Abizar, Sri Wahyuni. 2011. JENIS-JENIS ALGA EPILITIK PADA SUMBER
AIR PANAS DAN ALIRANNYA DI KAWASAN CAGAR ALAM RIMBO PANTI
KABUPATEN PASAMAN. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI. Sumatera
Barat

Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Undip. Semarang.

http://tatangsma.com/2015/06/ciri-ciri-euglenophyta.html (diakses pada tanggal 06 April


2017, pada pukul 23.18 WIB)

http://www.academia.edu/16914303/PYRROPHYTA (diakses pada tanggal 07 April 2017,


pada pukul 20.17 WIB)

Berg, Linda. 2008. Introductory Botany Plants, People, and The Environment. USA:
Brooks.stole

http://www.sridianti.com/ciri-ciri-pyrrophyta.html (diakses pada tanggal 08 April 2017, pada


pukul 12.05 WIB)

http://www.kuoni.co.uk/maldives/bioluminescent-plankton (diakses pada tanggal 08 April


2017, pada pukul 12.23 WIB)

Rahayu, Sofia Ery. 2014. Bahan Ajar Protista Mirip Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri
Malang

https://botany.si.edu/references/dinoflag/Taxa/Nscintillans.html (diakses pada tanggal 08


April 2017, pada pukul 13.29 WIB)

20

Anda mungkin juga menyukai