Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH IKTIOLOGI

Oleh :
Nama : Ilyasin Aditya Rahman
NIM : L1B017021
Kelompok :5
Asisten : Nur Fuadi

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

Oleh :

Ilyasin Aditya Rahman


NIM. L1B017021

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Iktiologi
Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Disetujui,
Purwokerto, ............... 2018

Mengetahui :

Koodinator Asisten Asisten

Fadilla Nurma Latifa Nur Fuadi


NIM. H1H014038 NIM. L1C016045
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya yang telah memberikan bayak kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
Iktiologi dengan baik.

Laporan ini disusun guna melengkapi salah satu persyarat dalam menyelesaikan
mata kuliah Iktiologi bagi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi
budidaya perairan, dan bidang perikanan dalam meningkatkan peran serta mahasiswa.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa selesainya


laporan Iktiologi ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta bimbingan dari berbagai
pihak, baik bersifat moril maupun materil, oleh karena-Nya, kami ingin menyampaikan
ucapan terima kasih antara lain kepada :
1. Orang tua yang selalu mensuport meskipun hanya lewat telepon
2. Para asisten yang telah membimbing jalanya praktikum
3. Teman sekelompok yang telah bekerjasama dengan baik

Penyusunan Laporan Praktikum Iktiologi ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun


masih terdapat kekurangan didalam penyusunan laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan, tidak lupa harapan kami
semoa laporan Praktikum Iktiologi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah
ilmu pengetahuan bagi kami.

Purwokerto,………………. 2018

Ilyasin Aditya Rahman


ACARA I
IDENTIFIKASI IKAN

Oleh :

Ilyasin Aditya Rahman


NIM.L1B017021

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam mendukung pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi diperlukan
adanya identifikasi. Dapat dilihat berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh ikan.
Dengan melihat morfologi ikan kita dapat mengelompokkan ikan/hewan air. Sistem atau cara
pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi (Susanto, A. B. 2003).

Sistematika atau taksonomi ada 3 pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu


identifikasi, klasifikasi, dan pengamatan evolusi. Identifikasi merupakan pengenalan dan
deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis/spesies yang selanjutnya diberi nama
ilmiahnya sehingga diakui oleh para ahli diseluruh dunia. Klasifikasi adalah suatu kegiatan
pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara memberi keseragaman
ciri/sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut. Oleh karena
itu dengan morfologi tubuh makhluk hidup yang berbeda satu sama lainnya, kita
memerlukan pengklasifikasian agar kita lebih mudah memahami dan mempelajari
keanekaragaman makhluk hidup tersebut (Robert. 2000).

Sistematika sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu systema. Kata systema biasa
digunakan sebagai salah satu cara atau sistem untuk mengelompokkan tumbuhan dan
binatang. Istilah ini pertama kali digunakan paleh Carolus Linnaeus pada saat menulis
bukunya Systema Naturae pada tahun 1773. Selain istilah sistematika, juga dikenal istilah
“taksonoi” yang berasal dari bahasa yunani, yaitu taxis yang berarti susunan dan nomos yang
berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 yang dimaksudkan
sebagai teori mengklasifikasikan tumbuhan. Salah satu bagian dari ilmu taksonomi adalah
identifikasi ( Robert. 2000).

I.2. Tujuan
Tujuan ini dari praktikum acara adalah mahasiswa dapat mengidentifikasi
suatu spesimen ikan tertentu serta dapat mengtahui klasifikasi ikan yang di amati.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara identifikasi ikan adalah alat bedah, baki
parafin, buku kunci identifikasi, jarum penusuk, kamera, dan pensil.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara identifikasi ikan adalah ikan
gurame,ikan lele, ikan kembung, ikan bandeng, dan ikan tawes.
2.2. Metode

Ikan diambil, lalu diletakkan di baki paraffin. Kemudian amati bagian-bagian ikan
Selanjutnya di amatin ikanya kemudian dicocokkan dengan buku identifikasi.

2.3. Waktu dan Tempat


Praktikum acara identifikasi ikan dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2018 di
Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jendreal
Soedirman.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 1. Hasil identifikasi ikan air tawar, payau dan laut


No Nama Ikan Kunci Identifikasi Klasifikasi
91. Gepeng agak panjang, hidung Kingdom: Animailia.
pendek, mulut kecil, lubang Filum: Chordata.
insang sempit karena bagian Kelas: Pisces.
gabungan daun insang lebar; jari – Ordo: Labyrinthici.
jari keras dari sirip punggung dan Famili: Anabantidae.
sirip dubur berbeda-beda Genus: Osphronemus.
jumlahnya; sirip subur panjang. Spesies: Osphronemus
1193. Permulaan sirip punggung gouramy Lac.
dibelakang dasar sirip dada. Sirip
punggung lebih pendek daripada
1 Ikan Gurame sirip dubur.
1197. Sirip perut dengan satu jari-
jari keras dan lima jari-jari lemah.
Sisik tersusun rata.
1198. Garis rusuk lengkap dengan
tidak terputus-putus
Osphronemuos
1208. D-XII-XII-11-13; A-IX-XI.
19-21. P-2. 13-14; V. 1-5
Garis rusak 30-33 (osphronemus
gouramy Lac).
2 Ikan Lele 1A, 2B, 7B, 18B, 33 Kingdom: Animalia.
1.A. Rangka terdiri dari tulang Filum: Chordata.
benar, bertutup insang Kelas: Pisces.
2. D. Bersisik atau tidak, Ordo: Ostariophysi.
bersungut dikelilingi mulut atau Famili: Claridae.
tidak bersungut, satu jari-jari yang Genus: Clarias.
mengeras atau empat jari-jari Spesies:Clarias
mengeras pada sirip punggung. batrachus.
7.B. Sirip punggung berjari-jari
banyak; sungut empat pasang.
18.A. Tidak bersisip lemak, sirip
punggung hamper mencapai atau
bersambungan dengan sirip ekor.
33. Clarias batrachus.
1.A. Rangka terdiri dari tulang, Kingdom: Animailia.
bertutup insang. Filum: Chordata.
2.D. Bersisik atau tidak, Kelas: Pisces.
bersungut dikelilingi mulut atau Ordo: Ostrariophysi.
tidak bersungut, satu jari -jari tang Famili: Cyprinidae.
mengeras atau empat jari-jari Genus: Puntius.
mengeras pada sirip punggung. Spesies: Puntius sp.
7.C Duri tunggal atau berbelah,
mungkin ada dimuka atau
3 Ikan Tawes dibawah mata; pinggir rongga
mata bebas atau tertutup oleh
kulit; mulut agak kebawah; tidak
pernah lebih dari empat helai
sungut.
19.C Bibir bawah kelak terpisah
dari rahang bawah yang tidak
berkulit tebal, atau terpisah, dari
rahang bawah oleh tirisan pada
permukaan saja; hidung tidak
berbintil-bintil keras.
37. Puntius sp.
1.A. rangka terdiri dari tulang Kingdom: Animalia.
benar, bertutup insang . Filum: Chordata.
2. B. Bersisik, tidak bersungut, Kelas: Pisces.
tidak berjari-jari keras pada sirip Ordo: Malacopterygii.
punggung. Famili: Chanidae.
4 Ikan Bandeng 5.A. Sirip dubur jauh dibelakang Genus: Chanos.
sirip punggung. Spesies: Chanos Chanos.
13. A. Sirip ekor panjang dan
bercagak, keeping sebelah keatas
lebih panjang.
26. Chanos chanos.
5 Ikan Kembung 1.A. Rangka terdiri dari tulang Kingdom: Animalia.
benar, bertutup insang. Filum: Chordata.
2.A. Sirip punggung dan dubur Kelas: Pisces.
tidak panjang. Ordo: Percomorphi.
4.A. Badan berbentuk serata Famili: Scombridae.
V.I.S; Jari-jari lemah sirip ekor Genus: Rastrelliger.
bercabang pada pangkalnya : sirip Spesies: rastrelliger sp.
kecil dibelakang sirip punggung
dan sirip dubur ada.
10.B. Tulang mata banyak dan
langit-langit tidak bergigi. Sirip
subur tidak berjari jari keras.
Tulang saringan insang kelihatan
jika mulut terbuka.
21. Rastrelliger sp.

3.2. Pembahasan
3.2.1. Proses Identifikasi Ikan
Identifikasi ikan didasarkan atas morfometrik dan meristik yang dilakukan sesuai
petunjuk identifikasi. Identifikasi meristik meliputi jumlah jari-jari sisrip dorsal, pectoral,
ventral, caudal, dan anal, ukuran panjang kepala (PK), panjang standar (PS), tinggi badan
(TB), lebar badan (LB), rasio panjang terhadap ukuran badan, pola warna (punggung dan
perut), jumlah sisik sepanjang gurat sisi/linea lateralis (LL). Sedangkan identifikasi
morfometrik yaitu mendeskripsikan berbagai peubah yang secara umum dikelompokkan
sebagai karakteristik morfometrik (Radona et al, 2017). Langkah-langkah penggunaan kunci
identifikasi yaitu pada setiap nomor terdapat lebih dari dua alternatif atau dari dua
pernyataan yang berbeda. Pengidentifikasi diharuskan memilih salah satu alternatif yang
sesuai dengan ciri spesimen ikan. Jika alternatif pertama tidak sesuai maka diharuskan
memilih pada alternatif yang lainnya pada nomor terpilih berikutnya terdapat 2 alternatif.
Seperti apa yang telah dikerjakan pada nomor sebelumnya, pada nomor ini pun kita harus
memilih alternatif yang sesuai dengan ciri spesimen ikan yang sedang diidentifikasi. Jika
identifikasi dimulai dari kunci untuk menetapkan subordo dan seterusnya sampai pada genus
dan spesies (Saanin, 1984).
Pengertian kalsifikasi atau sistem klasifikasi adalah cara yang secara sistematis
mempelajari pengolongan atau pengelompokan makhluk hidup berdasarkan sifat dan ciri
khusus. Cabang ilmu ini disebut taksonomi. Adapun beberapa tahapan antara lain yang
pertama adalah identifikasi atau pencadraan yaitu pendekatan melalui perbedaan ciri,
misalnya: anatomi, morfologi, fisiologi, tingkah laku, dan jumlah kromosom. Lalu tahap
selanjutnya adalah pengelompokan berdasarkan ciri/sifat tertentu,dan tahap terakhir adalah
pemberian nama (Bambang, 2017).
Pentingnya melakukan identifkasi karena setiap organisme pada saat beraktivitas
masing-masing melakukan adaptasi untuk dapat tetap bertahan hidup dalam lingkungannya.
Bentuk adaptasi yang dilakukan organisme pun berbeda. Adaptasi ikan air tawar dapat dilihat
secara morfologi dan secara fisiologi. Kondisiair tawar beebeda secara morfologi dengan air
payau berdasarkan kandungan kadar garamnya. Secara kimia akan mempengaruhi fisiologi
ikan sehingga akan mempengaruhi morfologinya (Mujalifah, 2018).
3.2.2. Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac)

Gambar 1. Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac)


Sumber: Dokumentasi pribadi

Kingdom: Animailia.
Filum: Chordata.
Kelas: Pisces.
Ordo: Labyrinthici.
Famili: Anabantidae.
Genus: Osphronemus.
Spesies: Osphronemus gouramy Lac
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jika klasifikasi ikan
Gurame adalah: Gepeng, agak panjang, hidung pendek, mulut kecil, lubang insang sempit
karena bagian gabungan daun insnag lebar, jari-jari keras dan sirip punggung dari sirip
dubur berbeda-beda jumlahnya, sirip dubur panjang. Permulaan sirip punggung di belakang
dasar sirip dada, sirip punggung lebih pendek daripada sirip dubur. Sirip perut dengan satu
jari-jari keras dan lima jari-jari lemah. Sisik tersusun rata. Garis rusuk lengkap dengan
tidak terputus-putus (Osphronemus).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Robert (2000). Ikan Gurame mempunyai bentuk
badan agak panjang, pipih dan tertutup sisik yang berukuran besar serta terlihat kasar dan
kuat. Punggungnya tinggi dan mempunyai sirip perut dengan jari pertama sudah berubah
menjadi alat peraba.
3.2.3. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Gambar 1. Ikan Lele (Clarias batrachus)


Sumber: Dokumentasi pribadi
Kingdom: Animalia.
Filum: Chordata.
Kelas: Pisces.
Ordo: Ostariophysi.
Famili: Claridae.
Genus: Clarias.
Spesies: Clarias batrachus.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jika klasifikasi ikan
Lele adalah: Rangka terdiri dari tulang benar, bertutup insang. Bersisik atau tidak,
bersungut dikeliling mulut, atau tidak bersungut, satu jari-jari yang mengeras atau 4 jari-
jari mengeras pada sirip punggung. Sirip punggung berjari-jari banyak; sungut 4 pasang.
Tidak bersirip lemak; sirip punggung hampir mencapai atau bersambung dengan sirip ekor.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Soetomo(2009) dalam Armen (2017) ciri ikan
lele antara lain beberapa bagian tubuhnya memanjang dengan kepala pipih, mulut berada
diujung atau terminal dengan 4 pasang sungut yang terdiri dari sungut nasal 2 buah, sungut
mandibula dala 2 buah. Ikan lele mempunyai 5 buah sirip yang terdiri dari sirip ganda,
yang berpasangan adalah sirip dada dan sirip perut, seangkan ang tidak berpasangan adalah
sirip punggung.
3.2.4. Ikan Tawes (Puntius sp)

Gambar 1. Ikan Tawes (Puntius sp)


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kingdom: Animailia.
Filum: Chordata.
Kelas: Pisces.
Ordo: Ostrariophysi.
Famili: Cyprinidae.
Genus: Puntius.
Spesies: Puntius sp.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jika klasifikasi ikan
Tawes adalah: Rangka terdiri dari tulang benar, bertutup insang. Bersisik atau tidak,
bersungut dikeliling mulut, atau tidak bersungut, satu jari-jari yang mengeras atau 4 jari-
jari mengeras pada sirip punggung. Duri tunggal atau berbelah, mungkin ada dimuka atau
bawah mata; pinggir rongga mata bebas atau tertutup kulit; mulut agak kebawah; tidak
pernah lebih dari 4 helai sungut. Bibir bawah tidak terpisah dari rahang bawah yang tidak
berkulit tebal, atau terpisah dari rahang bawah oleh turisan pada permukaan saja; hidung
tidak berbintil-bintil keras.
Hasil pengamatan yang dilakuka sesuai dengan Susanto (2007), Bahwa ikan
memiliki bentuk tubuh. Bentuk tubuh ikan tawes compressed. Mulut berbentuk runcing
dan letaknya ditengah (terminal), Sisik berwana putih keperak-perakan, di bagian
punggungya warna lebih gelap sedangkan dibagian perut berwarna lebih putih , dasar sisik
kelabu sampai gelap. Kami simpulkan bahwa ikan tersebut adalah spesies Puntius sp.
3.2.5. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Gambar 5. Ikan Bandeng (Chanos Chanos)


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Kingdom: Animalia.
Filum: Chordata.
Kelas: Pisces.
Ordo: Malacopterygii.
Famili: Chanidae.
Genus: Chanos.
Spesies: Chanos chanos.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jika klasifikasi ikan
Bandeng adalah : Rangka terdiri dari tulang benar, bertutup insang. Bersisik, tidak
bersungut, tidak berjari-jari keras pada sirip punggung. Chanidae sirip dubur jauh
dibelakang sirip punggung. Chanos sirip ekor panjang dan bercagak keping sebelah keatas
lebih panjang. Chanos chanos.
Hasil pengamatan yang dilakukan sesuai dengan Effendie (1997), bahwa ikan
bandeng memiliki tubuh seperti torpedo ( fusiform ) mulutnya terletak ditengan (terminal )
dan dapat disembulkan. Bentuk sirip ekor bercabang (forked ), dan sisiknya halus
berbentuk cycloid. Ikan bandeng mempunyai kepala yang kecil dibandingkan dengan lebar
dan panjang badannya, matanya tertutup oleh selaput lendir (adipose). Sisik ikan bandeng
yang masih hidup berwarna perak, mengkilap pada seluruh tubuhnya.
3.2.6. Ikan Kembung (Rastrelliger sp)

Gambar 6. Ikan Kembung (Rastrelliger sp)


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kingdom: Animalia.
Filum: Chordata.
Kelas: Pisces.
Ordo: Percomorphi.
Famili: Scombridae.
Genus: Rastrelliger.
Spesies: rastrelliger sp.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jika klasifikasi ikan
Kembung adalah : Teleostei rangka terdiri dari tulang benar, bertutup insang. Perchomorphy
sirip punggung dan dubur tidak panjang. Scomberidae badan berbentuk serutu, V.I.5; jari-jari
lemah sirip ekor bercabang pada pangkalnya; sirip kecil dibelakang sirip punggung dan sirip
dubur ada. Rastrelliger tulang mata bajak dan langit-langit tidak bergigi sirip dubur tidak
berjari-jari keras. Tulang saringan insang kelihatan jika mulut terbuka. Rastrelliger sp.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Gerald, 2003. Bentuk tubuh seperti torpedo dengan
panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong
ikan pelagis yang mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara
bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah
memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacean. Ciri lain dari morfologi ikan
ikan Kembung (Rastrelliger sp.) ini adalah memiliki sirip ekor bercagak dua dan lekukkan
dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Pangkal sirip ekor bentuknya bulat kecil. Jari-
jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya. Di belakang sirip punggung dan dubur,
terdapat sirip-sirp tambahan yang kecil. Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi,
yaitu untuk persembunyian, penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian
meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna,
pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengamatan praktikum identifikasi ikan yang telah dilakukan,

dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Ikan Tawes termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo

Ostariophysi, Famili Cyprinidae, Genus Puntius, Spesies Puntius sp.

2. Ikan Gurame termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo

Labyrinthici, Famili Anabantidae, Genus Oshpronemus, Spesies Oshpronemus gouramy.

3. Ikan Lele termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo

Ostariophysi, Famili Clariidae, Genus Clarias, Spesies Clarias batrachus.

4. Ikan Kembung termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo

Percomorphi, Famili Scomberidae, Genus Rastrelliger, Spesies Rastrelliger sp.

Ikan Bandeng termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo
Malacopterygii, Famili Chanidae, Genus Chanos, Spesies Chanos chanos.
IV.2. Saran

Dianjurkan pada saat melakukan praktikum, seorang praktikan harus berhati-hati dalam
mengklasifikasikan seekor ikan. Praktikan lebih teliti dan jeli dalam menemukan kunci
identifikasi sehingga tidak ada kesalahan dalam membuat klasifikasinya.
DAFTAR PUSTAKA

A. B. Susanto, A. B. 2003. Corporate Social Responsibility. The Jakarta Consulting Group :


Jakarta.
Amri dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia: Jakarta.
Armen., Fifendy, Mades., Ristiono. 2017. MAKING POND AND FEED OF CATFISH BY
FARMER’S WIFE AT NAGARI LIMAU GADANG. Jurnal BioScience. 1 (2): 70-79.
Effendie Msc, Prof. Dr. H. Moch Ichsan. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.
Fish Identificatiin. Perth:New world Publication, Inc.
Gerald. Roger Steene. Paul Humman. Ned Deloach. 2003. Rastrelliger
Fish Identificatiin. Perth:New world Publication, Inc.
Hermanto, Bambang. 2017. Top Update Big Bank Biologi SMA/MA 1, 2, 3. Jakarta : Bintang
Wahyu.
Mujalifah., Santoso, Hari., Laili, Saimul. 2017. Kajian Morfologi ikan Nila (Oreochromis
niloticus) dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau. Jurnal BIOSAINTROPIS. 3 (3): 10-17.
Radona, Deni., Nafiqoh, Nunak., Zaenal, Arifin, Otong. 2017. Studi Biometri Berdasarkan Meristik
dan Morfometrik Ikan Gurame. Berita Biologi. 16 (2) : 121-127.
Robert. 2000. Water quality in Freshwater Aquaculture Ponds. South Australia : Department of
Primary Industries and Resources.
Saanin. 1984. Fortifikasi Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). Fakultas Perikanan dan Ilmu.
Saanin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta Bogor : Bogor.
Susanto. 2007. Ikhtiologi. Medan : Departmen Biologi FMIPA. USU.
LAMPIRAN

Ikan Tawes (Puntius sp) Ikan Gurame (Osphronemus gourami)

Ikan Lele (Clarias sp)

Ikan Kembung (rastrelliger sp)

Ikan Bandeng ( Chanos Chanos)


ACARA II
MORFOLOGI IKAN

Oleh :

Ilyasin Aditya Rahman


NIM. L1B017021

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2018
I.PENDAHULUAN
I.3. Latar Belakang

Morfologi berarti mencakup tentang bentuk tubuh dan organ tubuh bagian luar pada
suatu organisme. Bentuk tubuh ikan dibedakan menjadi dua macam yaitu simetris bilateral
dan non simetris bilateral. Simetris bilateral adalah bila ikan dibelah menjadi dua bagian
yang sama pada bagian tengahnya, kedua sisi letak, bentuk maupun ukurannya sama persis.
Non simetris bilateral adalah kedua sisi lateralnya bentuk yang berbeda atau tidak sama
(Muhammad Riski Ardianto, 2014).
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar
dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam
mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah
bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya
bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan
tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami
metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Namun
demikian pada sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi
perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit. Bentuk tubuh pada mahluk
hidup, termasuk pada hewan air juga erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya
sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan
(morfologi) hewan air tersebut (Ari Sakti, 2008).
Setiap organisme pada saat beraktivitas masing-masing melakukan adaptasi untuk
dapat tetap bertahan hidup dalam lingkungannya. Bentuk adaptasi yang dilakukan organisme
pun berbeda. Adaptasi ikan air tawar dapat dilihat secara morfologi dan secara fisiologi.
Kondisiair tawar beebeda secara morfologi dengan air payau berdasarkan kandungan kadar
garamnya. Secara kimia akan mempengaruhi fisiologi ikan sehingga akan mempengaruhi
morfologinya (Mujalifah, 2018)
I.4. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara morfologi ikan adalah mahasiswa dapat mengenal
bentuk, bagian, ciri-ciri tubuh luar ikan sehingga diharapkan mahasiswa dapat membuat
deskripsi tentang jenis ikan tertentu.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara morfologi ikan adalah baki parafin,
pensil, dan buku gambar.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara morfologi ikan adalah ikan
Gurame, ikan Lele, ikan Tawes, ikan Bandeng, ikan Kembung.
2.2. Metode

Spesimen yang akan digunakan dalam praktikum diletakkan dalam baki

parafin. Lalu, spesimen ikan yang akan diamati diletakkan pada kertas milimeter

blok laminating dengan alas sterofom di mana posisi kepala ikan berada di sebelah

kiri dan punggung di atas. Kemudian, sirip-sirip ikan dibuat dalam posisi renggang

agar tampak jelas dengan bantuan jarum penusuk. Ikan siap difoto dan praktikan

menggambar spesimen ikan di lembar pengamatan. Dalam membuat sketsa, bagian

tubuh ikan diukur dengan memperbesar/memperkecil ukuran tersebut sesuai

keinginan. Gambar ikan dibuat dengan garis yang tegas, bukan arsiran. Setelah itu,

spesimen ikan diberi nama lokal dan nama ilmiahnya. Terakhir, spesimen ikan

diberi keterangan di bawah gambar tentang bentuk tubuh, bentuk mulut, letak

sungut, posisi sirip perut terhadap sirip dada, bentuk-bentuk sirip ekor, dan ciri-ciri

khusus pada ikan.

2.3. Waktu dan Tempat


Praktikum acara morfologi ikan dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2018 di
Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi ikan air tawar, payau dan laut
Letak Sirip
Bentuk
N Bentuk Letak Ciri Perut
Nama Ikan Bentuk Mulut Sirip
o Tubuh Mulut Khusus Terhadap
Ekor
Dada
Ikan Compressed Dapat Terminal Truncate Sisik Jugular
disembulkan ctenoid
Gurame
(Ospronem
1
us guramy
Lac )

Compressed, Dapat Inferior Rounded Memiliki Abdominal


Ikan Lele Depressed, disembulkan sungut
2 (Clarias Fusiform

batrachu )

Compressed Dapat Terminal Forked Sisik Abdominal


disembulkan cycloid
Ikan Tawes
3
(Puntius sp)

4 Ikan Fusiform Dapat Terminal Forked Sisik Abdominal


Bandeng dsembulkan ctenoid
(Chanos
chanos )

Fusiform Dapat Terminal Forked Sisik Thoracic


Ikan
disembulkan cycloid
Kembung
(Rastrellige
5
r sp )

3.2. Pembahasan

3.2.1. Proses Pengamatan Morfologi Ikan

Morfologi berarti mencakup tentang bentuk tubuh dan organ tubuh bagian luar
pada suatu organisme. Bentuk tubuh ikan dibedakan menjadi dua macam yaitu simetris
bilateral dan non simetris bilateral. Simetris bilateral adalah bila ikan dibelah menjadi dua
bagian yang sama pada bagian tengahnya, kedua sisi letak, bentuk maupun ukurannya sama
persis. Non simetris bilateral adalah kedua sisi lateralnya bentuk yang berbeda atau tidak
sama. Ikan yang hidup di dalam lumpur diantara bebatuan, tumbuhan air, misalnya ikan
belut dan ikan sidat akan memiliki bentuk tubuh memanjang seperti ular. Sedangkan pada
ikan perenang cepat seperti tengiri, tongkol dan tuna mempunyai bentuk stream line
(Muhammad Riski Ardianto, 2014).
Mathews, 1998 dalam Fadhil 2016 menjelaskan bahwa variansi morfologi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetik yang diturunkan oleh induknya yang
membatasi atau membedakan dengan spesies yang lain; adaptasi bentuk tubuh, warna dan
sirip pada kondisi lingkunganperairan dimana makhluk tersebut hidup; dan adaptasi bentuk
kepala dalam memprose makanan. Haryono, 2011dalam Fadhil 2016 jga menyatakan
bahwa ikan bertulang sejati (Osteichtyes) menunjukkan adanya variasi karakter merfologis
pada letak geografis yang berbeda.

3.2.2. Ikan Gurame (Ophronemus guorame Lac)


Gambar 1. Ikan Gurame (Ophronemus guorame Lac)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan praktikum pengamatan morfologi ikan, ikan Gurame memiliki bentuk
tubuh pipih (depressed), mulut dapat disembulkan, letak mulut terminal, sirip ekor
berbentuk rounded, sisik ctenoid, dan letak sirip perut terhadap sirip dada adalah jugular.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Robert (2000). Ikan Gurame mempunyai bentuk
badan agak panjang, pipih dan tertutup sisik yang berukuran besar serta terlihat kasar dan
kuat. Punggungnya tinggi dan mempunyai sirip perut dengan jari pertama sudah berubah
menjadi alat peraba. Gurame jantan yang sudah tua terdapat tonjolan seperti cula. Mulutnya
kecil dengan bibir bawah menonjol sedikit dibandingkan bibir atas. Pada jantan bibir
bawah relatif tebal.
3.2.3. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Gambar 2. Ikan Lele (Clarias batrachus)


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Ikan lele memiliki tubuh yang unik, karena memiliki tiga bentuk tubuh yakni,
depressed, fusiform, dan compressed. Dengan tubuh dengan warna hitam dan patil yang
keras dan tajam. Dengan sirip caudal berbentuk rounded dan ada 4 pasang sungut serta
labirin.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Soetomo(2009) dalam Armen (2017) ciri ikan
lele antara lain beberapa bagian tubuhnya memanjang dengan kepala pipih, mulut berada
diujung atau terminal dengan 4 pasang sungut yang terdiri dari sungut nasal 2 buah, sungut
mandibula ada 2 buah. Ikan lele mempunyai 5 buah sirip yang terdiri dari sirip ganda, yang
berpasangan adalah sirip dada dan sirip perut, seangkan ang tidak berpasangan adalah sirip
punggung.
3.2.4. Ikan Tawes (Puntius sp)

Gambar 3. Ikan Tawes (Puntius sp)


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan pengamatan morfologi yang telah dilakukan, ikan Tawes memiliki
bentuk tubuh compressed, mulut dapat disembulkan dan letaknya subterminal, ekor
berbentuk forked, sisik berbentuk cycloid, dan letak sirip perut terhadap sirip dada
termasuk abdominal.
Hasil pengamatan yang dilakuka sesuai dengan Susanto (2007), Bahwa ikan
memiliki bentuk tubuh. Bentuk tubuh ikan tawes compressed. Mulut berbentuk runcing
dan letaknya ditengah (terminal), Sisik berwana putih keperak-perakan, di bagian
punggungya warna lebih gelap sedangkan dibagian perut berwarna lebih putih , dasar sisik
kelabu sampai gelap. Kami simpulkan bahwa ikan tersebut adalah spesies Puntius sp.
3.2.5. Ikan Bandeng (Chanos Chanos)

Gambar 4. Ikan Bandeng (Chanos Chanos)


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, ikan Bandeng memiliki bentuk tubuh
fusiform, mulut dapat disembulkan dengan letak terminal, tipe ekornya forked, sisik bertipe
cycloid, dan letak sirip perut adalah abdominal.
Hasil pengamatan yang dilakukan sesuai dengan Effendie (1997), bahwa ikan
bandeng memiliki tubuh seperti torpedo ( fusiform ) mulutnya terletak ditengan (terminal )
dan dapat disembulkan. Bentuk sirip ekor bercabang (forked ), dan sisiknya halus
berbentuk cycloid. Ikan bandeng mempunyai kepala yang kecil dibandingkan dengan lebar
dan panjang badannya, matanya tertutup oleh selaput lendir (adipose). Sisik ikan bandeng
yang masih hidup berwarna perak, mengkilap pada seluruh tubuhnya.
3.2.6. Ikan Kembung (Rastrelliger sp)

Gambar 5. Ikan Kembung (Rastrelliger sp)


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan praktikum pengamatan morfologi ikan, ikan Kembung memiliki
rahang, bentuk tubuh fusiform, mulutnya terminal, bentuk mulut dapat disembulkan,
bersisik, dan ikan Kembung juga memiliki satu buah sirip punggung, dua buah sirip perut
yang sejajar dengan sirip dada ( Thoracic ), sirip anal dan sirip ekor bercagak (Forked).
Memiliki ciri khusus finnet.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Gerald, 2003. Bentuk tubuh seperti torpedo
dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut,
tergolong ikan pelagis yang mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara
bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah
memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacean. Ciri lain dari morfologi ikan
ikan Kembung (Rastrelliger sp.) ini adalah memiliki sirip ekor bercagak dua dan lekukkan
dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Pangkal sirip ekor bentuknya bulat kecil.
Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya. Di belakang sirip punggung dan
dubur, terdapat sirip-sirp tambahan yang kecil. Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak
fungsi, yaitu untuk persembunyian, penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna
persembunyian meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah,
pemudaran warna, pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.
IV.KESIMPULAN DAN SARAN
IV.3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengamatan praktikum morfologi ikan yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan sebagai berikut.

V. Ikan Tawes mempunyai bentuk tubuh compressed, bentuk mulut dapat

disembulkan, letak mulut subterminal, bentuk sirip ekor forked, ciri khusus

badan ikan berupa sisik cycloid, dan letak sirip perut terhadap dada abdominal.

VI. Ikan Gurame mempunyai bentuk tubuh compressed, bentuk mulut dapat

disembulkan, letak mulut terminal, bentuk sirip ekor rounded, ciri khusus badan

ikan berupa sisik ctenoid, dan letak sirip perut terhadap dada jugular.

VII. Ikan Lele mempunyai bentuk tubuh depressed, fusiform, dan compressed,

bentuk mulut tidak dapat disembulkan, letak mulut inferior, bentuk sirip ekor

rounded, ciri khusus badan ikan berupa sungut, dan letak sirip perut terhadap

dada abdominal.

VIII. Ikan Kembung mempunyai bentuk tubuh fusiform, bentuk mulut dapat

disembulkan, letak mulut terminal, bentuk sirip ekor forked, ciri khusus badan

ikan berupa finlet (sirip tambahan), dan letak sirip perut terhadap dada thoracic.

IX. Ikan Bandeng mempunyai bentuk tubuh fusiform, bentuk mulut dapat

disembulkan, letak mulut terminal, bentuk sirip ekor forked, ciri khusus badan

ikan berupa sisik cycloid, dan letak sirip perut terhadap dada abdominal.

IX.1. Saran

Praktikan diharapkan lebih teliti dalam mengidentifikasi bagian-bagian luar ikan dan ciri-ciri ikan
tersebut agar diperoleh hasil yang sesuai dan mendapatkan deskripsi yang tepat. sehingga
meminimalisir kesalahan dalam mengisi data pengamatan dan sesuai dengan referensi.

DAFTAR PUSTAKA
Armen., Fifendy, Mades., Ristiono. 2017. MAKING POND AND FEED OF CATFISH BY
FARMER’S WIFE AT NAGARI LIMAU GADANG. Jurnal BioScience. 1 (2): 70-79.
edition.McGraw Hill International Edition, New York.
Effendie Msc, Prof. Dr. H. Moch Ichsan. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.
Fish Identificatiin. Perth:New world Publication, Inc.
Fadhil Rahmad., A, Zainal., Muchlisin., Sari, Widya. 2016. Hubungan Panjang – Berat
danMorfometrik Ikan Julung-Julung (Zenarchopterus dispar) dari Perairan Pantai Utara
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1 (1): 146-159.
Gerald. Roger Steene. Paul Humman. Ned Deloach. 2003. Rastrelliger
Fish Identificatiin. Perth:New world Publication, Inc.
Mujalifah., Santoso, Hari., Laili, Saimul. 2017. Kajian Morfologi ikan Nila (Oreochromis
niloticus) dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau. Jurnal BIOSAINTROPIS. 3 (3): 10-17.
Robert. 2000. Water quality in Freshwater Aquaculture Ponds. South Australia : Department of
Primary Industries and Resources.
Susanto. 2007. Ikhtiologi. Medan : Departmen Biologi FMIPA. USU.
Bhagawati, D., M.N. Abulias, & Amuranto. 2012. Karakter mulut dan variasi struktur gigi pada
familia Bagridae yang tertangkap di Sungai Serayu Kabupaten Banyumas. Depik. 1(3):
144-148.
LAMPIRAN

Ikan Tawes (Puntius sp) Ikan Gurame (Osphronemus gourami)

Ikan Lele (Clarias sp)

Ikan Kembung (rastrelliger sp)

Ikan Bandeng ( Chanos Chanos)


ACARA III
SISTEM PENCERNAAN IKAN

Oleh :

Ilyasin Aditya Rahman


NIM. L1B017021

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2018
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan di definisikan sebagai hewan bertulang belakang yang hidup di air dan secara
sistematik ditempatkan pada filum chordata dengan karakteristik memiliki insang yang
berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut dari air dan sirip digunakan untuk berenang.
Ikan dapat ditemukan hampir disetiap perairan di dunia dengan bentuk dan karakter yang
berbeda-beda (Rasyid, 2012).
Proses digesti memerlukan waktu dalam mencerna atau memecah makanannya.
Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dari molekul yang kompleks ke
molekul yang lebih sederhana dan kemudian akan diabsorpsi oleh tubuh dalam bentuk
glukosa, asam lemak, gliserol serta nutrisi-nutrisi lain. Laju digesti yang terjadi didalam
lambung dapat diukur dengan mengetahui laju pengosongan isi lambung (Kimball,2006).
Alat pencernaan ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Pada rongga mulut
terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar
mulut yang tidak dapat digerakkan. Lidah ikan banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut, makanan masuk ke esophagus melalui
faring yang terdapat di daerah sekitar insang kemudian makanan didorong masuk ke
lambung. Lambung ikan pada umumnya membesar dan tidak memiliki batas yang jelas
dengan usus. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-
kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus (Rasyid,2012).
1. 2 Tujuan
Tujuan dari praktikum acara sistem pencernaan ikan adalah mahasiswa dapat
mengenal bagian-bagian dari alat pencernaan makanan dari beberapa jenis ikan yang
termasuk dalam kelompok herbivora, karnivora, dan omnivora.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara sistem pencernaan ikan adalah
gunting bedah, pinset, baki plastik, kertas milimeter blok, penggaris, dan buku gambar.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara sistem pencernaan ikan adalah
beberapa spesies ikan yang termasuk dalam kelompok herbivora, karnivora, dan omnivora.
2.2. Metode

Spesies ikan diletakkan di baki plastik lalu gunting bedah disiapkan.


Pembedahan alat pencernaan dimulai dengan bagian anus ditusukkan bagian yang
runcing dari gunting bedah sehingga terbentuk lubang kecil. Lalu, dengan bagian
tumpul gunting bedah, ikan ditusuk ke arah rongga perut bagian atas.
Pengguntingan dilakukan dengan hati-hati supaya organ dalamnya tidak ikut
tertusuk dan rusak. Setelah mencapai ujung terdepan rongga perut bagian atas
(belakang kepala), gunting diarahkan ke bagian bawah hingga ke dasar perut.
Daging yang telah digunting tadi dibuka sehingga organ dalam terlihat.
Selanjutnya, praktikan menggambar sketsa organ pencernaan ikan di lembar
pengamatan. Lalu, alat pencernaan dapat dikeluarkan dari tubuh. Untuk bagian usus
ikan, usus direnggangkan di atas milimeter blok sampai habis agar dapat diukur
berapa panjangnya. Setelah diukur, ditentukan perbandingan panjang usus dengan
panjang total tubuh ikan. Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies ikan
tergolong ikan herbivora, ikan karnivora, atau ikan omnivora.

2.3. Waktu dan Tempat


Praktikum acara sistem pencernaan ikan dilaksanakan pada hari Minggu, 26 Mei
2018 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 3. Hasil pengamatan spesialisasi sistem pencernaan ikan


Panjang Panjang Spesialisasi
No Nama Ikan Total Tubuh Total Usus Perbandingan Sistem
(cm) (cm) Pencernaan
1 Ikan Lele 25 25 1:1 Karnivora
2 Ikan Nila 15 88 1:6 Omnivora
3 Ikan Nilem 15 154 1:10 Herbivora

Tabel 4. Hasil pengamatan sistem pencernaan ikan


Urutan Organ Sistem Pencernaan
No Nama Ikan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1 Ikan Lele Mulut Faring Esofagus Lambung Usus Anus
2 Ikan Nila Mulut Faring Esofagus Lambung Usus Anus
3 Ikan Nilem Mulut Faring Esofagus Lambung Usus Anus

3.2. Pembahasan

3.2.1. Proses Pengamatan Sistem Pencernaan Ikan

Sifat kebiasaan makan ikan dapat ditentukan dari perbandingan panjang alat
pencernaan dengan panjang total (TL) tubuhnya bahwa ikan herbivora memiliki saluran
pencernaan yang panjangnya bisa berkali-kali lpa dibandingkan panjang total tubuhnya,
ikan omnivora memiliki panjang saluran pencernaan yang hampir sama dengan panjang
total tubuhnya, sedangkan ikan karnivora memiliki panjang saluran pencernaan yang lebih
pendek dibandingkan dengan panjang total tubuhnya (Haloho, 2008 dalam Zuliani, 2016).
Digesti merupakan proses yang diperlukan dalam nutrisi heterotrofik seperti proses
adsorbsi molekul-molekul besar karbohidrat, protein, dan lemak dari bagian-bagian sel.
Jaringan yang dikonsumsi harus dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil, seperti gula
dan asam amino agar dapat diangkat melalui membran sel. Transfer molekul besar melalui
membran,tetapi senyawa organik yang disintesis oleh suatu heterotrof sering kali tidak
sama dengan senyawa yang dikonsumsi sebagai makanan. Oleh karena itu, sebelum
didapatkan perakitan kembali diperlukan digesti (Villee et al, 1984).Pencernaan makanan
adalah proses penyederhanaan makanan yang pada awalnya berupa molekul komplek
menjadi molekul sederhana (Affandi, dkk, 2005).Ikan dianastesikan menggunakan air es
lalu diletakkan pada baki plastik. Ikan dibedah dengan cara anus ditusukkan bagian runcing
dari gunting bedah kemudian dengan bagian yang tumpul gunting bedah ke arah rongga
perut bagian atas. Setelah pengguntingan sampai pada ujung rongga perut bagian atas
kemudian gunting diarahkan ke bagian bawah hingga dasar perut. Daging yang telah
tergunting dibuka sehingga terlihat bagian dalam dan alat pencernaan dapat dikeluarkan
dari tubuh. Bagian alat pencernaan tersebut digambar dan diberi nama organ-organnya.
Menurut Fujaya (2008) pembedahan merupakan suatu perlakuan dimana praktikan dapat
mengamati bagian internal dari ikan. Melalui perlakuan ini, maka akan diketahui anatomi
internal dari ikan. Metode ini dilakukan dengan cara menyisik sisik ikan pada bagian
truncus setelah dibius terlebih dahulu. Bagian truncus yang telah dihilangkan sisiknya
kemudian dibedah. Pembedahan dilakukan mulai dari bagian pinna pectoralis, venter,
sampai dengan bagian pinna analis.
3.2.2. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Gambar 1. Ikan Lele (Clarias batrachus)


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan hasil praktikum, panjang total tubuh ikan sebesar 25 cm, panjang usus
ikan 32 cm dengan perbandingan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan sebesar
1:2. Organ pencernaan ikan Lele secara urut adalah mulut, faring, esofagus, lambung, usus,
dan anus. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ikan lele termasuk
karnivora. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa ikan lele merupakan ikan karnivora
yang cederung omnivora. Tingkat kecernaan ikan lele-lelean pada beberapa bahan baku
dapat lebih baik dibandingkan degan ikan lain (Hertramf dan Felicitas, 2000 dalam Abidin
et al, 2015)
Ikan Lele berdasarkan hasil praktikum termasuk ikan karnivora. Saluran
pencernaan ikan karnivora lebih pendek dari saluran ikan herbivora karena daging yang
dimakan memiliki dinding sel tipis berupa selaput sehingga lebih mudah dicerna. Saluran
pencernaan pada ikan karnivora hanya sepanjang tubuh saja sedangkan pada ikan herbivora
dapat mencapai tiga kali panjang tubuhnya. Lambung ikan karnivora membesar dan
berdinding tebal yang kuat mirip dengan ampel pada ayam (Koharuddin,2003).
Organ sistem pencernaan pada ikan lele memiliki fungsi yang berbeda-beda, tang
pertama mulut berfungsi sebagai alat untuk memasukkan makanan. Faring, faring
berfungsi untuk roses penyaringan makanan. Esophagus, esophagus berfungsi untuk
membantu penelanan makanan. Lambung, berfungsi sebagai penampung makanan. Pada
ikan yang tidak berlambung fungsi penampung makanan digantikan oleh usus depan yang
dimodifikasi menjadi kantong yang membesar. Anus merupakan ujung dari saluran
pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran genital
(Rasyid. 2012).
3.2.3. Ikan Nila (Orechromis niloticus)

Gambar 1. Ikan Nila (Orechromis niloticus)


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan hasil praktikum, panjang total tubuh ikan sebesar 18.5 cm, panjang
usus ikan 172 cm dengan perbandingan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan
sebesar 1:9. Organ pencernaan ikan Nila secara urut adalah mulut, faring, esophagus,
lambung, usus, anus. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ikan nila
termasuk ikan omnivora. Berdasarkan pernyataan bahwa ikan nila mempunyai sifat
omnivora, sehingga dalam budidaya akan sangat efisien, dalam biaya pakan yang rendah
(Yusuf, 2016).
Ikan Nila berdasarkan hasil praktikum termasuk ikan ikan omnivora. Ikan
omnivora memiliki lambung dengan menyerupai bentuk kantung dan usus sedang 5-6 kali
panjang tubuh. Ikan omnivora merupakan golongan ikan yang memakan bahan makanan
yang berasal dari binatang dan tumbuhan. Ikan golongan ini mempunyai sistem pencernaan
antara bentuk herbivora dan karnivora. Menentukan jenis makanan ikan tertentu secara
langsung tidaklah mudah, karena usus ikan kadang-kadang kosong. Namun, pengamatan
terhadap panjang usus dan hubungannya dengan panjang badan dapat membantu untuk
mengetahui jenis bahan makanan yang dimakannya (Herdia,2001).
Fungsi dari organ sistem pencernaan ikan Nila : mulut berfungsi sebagai alat untuk
memasukkan makanan. Faring, faring berfungsi untuk roses penyaringan makanan.
Esophagus, esophagus berfungsi untuk membantu penelanan makanan. Lambung,
berfungsi sebagai penampung makanan. Pada ikan yang tidak berlambung fungsi
penampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantong yang
membesar. Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan (Herdia,2001).

3.2.4. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)

Gambar 1.3. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)


Sumber: Dokumen Pribadi
Berdasarkan hasil praktikum, panjang total tubuh ikan sebesar 15 cm, panjang usus
ikan 206 cm dengan perbandingan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan
sebesar 1:10. Organ pencernaan ikan Nilem secara urut adalah mulut, faring, esophagus,
lambung, usus, anus. Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa ikan nilem
merupakan ikan herbivora. Hal ini sesuai pernyataan bahwa ikan nilem merupakan
herbivora dan merupakan plankton feeder sehingga mampu memanfaatkan keberadaan
perifiton yang menempel pada jaring (Kurnia, 2017).
Ikan Nilem berdasarkan hasil praktikum termasuk ke dalam ikan herbivora. Ikan
herbivora umumnya memiliki usus yang panjangnya 4-10 kali panjang badannya. Ikan
predator memiliki panjang usus yang lebih pendek atau sama panjang dengan badannya
(Herdia,2001). Panjang usus ikan yang berbeda berhubungan erat dengan jenis makanan.
Usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi terhadap kondisi
makanan yang kadar seratnya tinggi dan keadaan villinya yarig relatif rendah. Makanan
ikan herbivora mangandung banyak serat sehingga rnemerlukan pencernaan yang lebih
lama. Pencernaan yang larna membutuhkan tempat pencernaan (saluran pencernaan) yang
panjang. Dengan demikian panjang usus merupakan suatu bukti bahwa dalam usus terjadi
proses pencernaan makanan, jika tidak terjadi proses pencernaan makanan maka panjang
usus ikan herbivora maupun karnivora seharusnya sama (Koharuddin,2003).
Fungsi dari organ sistem pencernaan ikan Nilem : mulut berfungsi sebagai alat
untuk memasukkan makanan. Faring, faring berfungsi untuk roses penyaringan makanan.
Esophagus, esophagus berfungsi untuk membantu penelanan makanan. Lambung,
berfungsi sebagai penampung makanan. Pada ikan yang tidak berlambung fungsi
penampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantong yang
membesar. Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan (Koharuddin,2003).
IV.KESIMPULAN DAN SARAN
IX.2. Kesimpulan

3. Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa sistem


pencernaan dimulai dengan urutan mulut-faring-esofagus-lambung-usus-anus di mana
berdasarkan karakteristik usus yang dimiliki ikan, menyebabkan spesialisasi sistem
pencernaan tertentu. Ikan Herbivora ; mempunyai usus yang panjang di bandingkan
karnivora atau omnivora, dan tidak mempunyai lambung yang benar, ikan Karnivora ;
mempunyai usus yang pendek dan mempunyai lambung sejati, dan ikan Omnivora ;
mempunyai usus yang panjangnya melebihi Omnivora dan kurang dari Karnivora. Ikan
nilem (Osteochilus hasselti) di katakan termasuk herbivora selain karena makananya
adalah karena panjang usus lebih panjang dari panjang total tubuhnya. Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) adalah termasuk dalam Omnivora karena panjang usus ikan Nila
sama dengan panjang total tubuhnya atau lebih panjang sedikit dari panjang total tubuhnya.

IX.3. Saran
Diharapkan mahasiswa berhati-hati ketika menggunting bagian luar ikan agar
bagian dalam ikan tidak rusak sehingga mahasiswa dapat mengenal dengan baik bagian
bagian ikan tersebut yang berkaitan dengan sistem pencernaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal., Junaidi, Muhammad., Paryono., Cokrowati, Nunik., Yuniarti, Salnida. 2015.
Pertumbuhan dan Konsumsi Pakan Ikan Lele (Clarias sp.) yang Diberi Pakan Berbahan
Baku Lokal. Jurnal Depik. 4(1): 33-39.
Affandi, Ridwan; Djaja Subandja Sjafer, MF, Rahardjo Sulistiana. 2005. Fisiologi Ikan.
Bogor: IPB Press.
Effendie, M. I. 2012. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dwi Sri.

Fujaya , Y. 2008 . Fisiologi Ikan . Jakarta: Rineka Cipta.

Herdia, T. 2001. Dunia Ikan. Armico: Bandung.


Kimball. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Koharuddin, M,A. Kartini, S. Wira, 2003. Freshwater Fisher of Western Indonesia and
Kurnia, Adinda, Putri., Zahidah., Alisyahbana, Syawaludin, Harahap. 2017. Peningkatan Produksi
Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Menggunakan Sistem Budidaya Polikultur Bersama Ikan
Nilem (Osteochilus hasseltii) di Waduk Citara, Jawa Barat. Juranal Perikanan Kelautan.
7(1): 146-156.
Rasyid. 2012. Pencernaan Ikan. Sumatera Selatan: Universitas Sriwijaya.
Storer dan Usinger. 1961. Element of Zoology . USA: Mc GrawHill Book Company Inc,.

Sulawesi. Jakarta: Periplus Edition Limited.


Villee, A. Claude; Warent F. Balker, Robert R Barres. 1984. Zoology Umum. Jakarta: Erlangga.

Yusuf, M., Arifin. 2016. Pertumbuhan dan Survival ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain Merah dan
Strain Hitam yang Dipelihara pada Media Bersalinitas. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi. 16(1): 159- 166.
Zuliani, Zuliani., Muchlisin, A., Zainal., Nurfadillah, Nurfadillah. 2016. Kebiasaan Makanan dan
Hubungan Panjang Berat Ikan Julung-Julung (Dermogenys sp.) di Sungai Alur Hitam
Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan
Perikanan Unsyiah. 1(1): 12-24.
LAMPIRAN

Ikan Nila (Osteochilus hasselti)

Ikan Lele (Clarias batrachus)

Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)


ACARA IV
SISTEM UROGENITAL IKAN

Oleh :

Ilyasin Aditya Rahman


NIM. L1B017021

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PURWOKERTO
2018
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik Indonesia yang hidup di
sungai-sungai, danau dan rawa-rawa, tersebar merata di pulau Jawa, Sumatera dan
Kalimantan. Sejalan dengan perkembangan ikan tersebut kemudian dibudidayakan di
kolam-kolam untuk tujuan komersial. Habitat asli dari Ikan Nilem yaitu di daerah beriklim
sedang, dengan suhu berkisar 18-28 ºC dan pH antara 6.0-7.0 dengan kandungan oksigen
terlarut yang cukup tinggi. Ikan Nilem juga banyak dibudidayakan karena memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan dapat dikonsumsi oleh manusia karena mengandung gizi serta
protein yang tinggi. Selain memiliki nilai ekonomis, Ikan Nilem juga berperan dalam
biocleaning agent karena sifatnya yang suka memakan detritus dan perifeton sehingga ikan
ini digunakan untuk membersikan keramba jaring apung (Cholik et al, 2005).
Sistem urogenitalis adalah gabungan dari sistem urinari atau sistem pengeluaran dan
sistem genital atau sistem reproduksi. Sistem urinari mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
berupa ammoniak (NH3) dan yang lainnya dalam bentuk urine melalui ginjal sebagai organ
utamanya. Sistem genitalis ikan dapat membedakan jenis kelaminnya melalui gonadnya, jika
gonadnya berwarna putih maka ikan berjenis kelamin jantan dan jika gonad berwarna
kuning kecoklatan maka ikan berjenis kelamin betina (Cholik et al, 2005).
Praktikum kali ini menggunakan ikan nilem (Osteochilus hasselti) yang sudah
matang gonad. Hal ini dapat memudahkan praktikan dalam melakukan peneliatian. Terutama
untuk membedakan apakah ikan itu jantan atau betina serta dapat mempermudah praktikan
dalam melihat ciri-ciri dari gonad jantan dan betina (Cholik et al, 2005).

1. 2 Tujuan

Tujuan dari praktikum acara sistem urogenital adalah mahasiswa dapat mengetahui
organ-organ yang berperan dalam ekskresi dan reproduksi.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara sistem urogenital ikan adalah gunting
bedah, pinset, baki plastik, kertas milimeter block laminating, buku gambar.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara sistem urogenital ikan adalah ikan
nilem, ikan lele, ikan nila.
2.2. Metode

Ikan nilem jantan dan betina diletakkan di baki plastik lalu gunting bedah
disiapkan. Pembedahan dimulai dengan bagian anus ditusukkan bagian yang runcing dari
gunting bedah sehingga terbentuk lubang kecil. Lalu, dengan bagian tumpul gunting bedah,
ikan ditusuk ke arah rongga perut bagian atas. Pengguntingan dilakukan dengan hati-hati
supaya organ dalamnya tidak ikut tertusuk dan rusak. Setelah mencapai ujung terdepan
rongga perut bagian atas (belakang kepala), gunting diarahkan ke bagian bawah hingga ke
dasar perut. Daging yang telah digunting tadi dibuka sehingga organ dalam terlihat.
Diamati organ-organ ekskresi dan reproduksi. Namun sebelum itu, alat-alat pencernaannya
dikeluarkan terlebih dahulu agar tidak menutupi organ-organ urogenitalnya. Setelah itu,
ikan diamati dan digambar pada lembar pengamatan.
2.3. Waktu dan Tempat
Praktikum acara sistem urogenital ikan dilaksanakan pada hari Minggu, 27 Mei
2018 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 5. Hasil pengamatan ciri khusus ikan Nilem (Osteochilus hasselti) terkait
sistem urogenital
No Jenis Kelamin Ciri Morfologi Ciri Anatomi
- Overculum lebih halus - Telur berwarna kuning
- Ukran lebih besar dari
kecoklatan
jantan
- Warna lebh pucat - Gonad berwarna
1 Betina putih yang
jumlahnya sepasang
- Gonad berupa testes
Mempunyai vas deferens
untuk menyalurkan sperma
- Warna tubuh lebih - testis berwarna puih
terang - Gonad berwarna keku-
- Ukuran tubuh lebih ningan dan cukup besar
besar - Gonad berupa ovarium
2 Jantann
- Bagian operculum Mempunyai oviduk untuk
kasar
menyalurkan sel telur.
- Jika distripping keluar
telur

Tabel 6. Hasil pengamatan sistem urogenital ikan Nilem (Osteochilus hasselti)


Organ Sistem Urogenital
Jenis
No Sistem Urinary Sistem Genital
Kelamin
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Insang Ginjal Anus Gonad Vase Lubang
1 Jantan jantan deferensi genital
(Testes) a
Insang Ginjal Anus Gonad Oviduct Lubang
2 Betina betina genital
(Ovarium)

3.2. Pembahasan

3.2.1. Proses Pengamatan Sistem Urogenital Ikan


Secara umum sistem urinararia berfungsi untuk membuang berbagai zat-zat sisa
metabolisme seperti sisa metabolisme protein, residu obat, sisa hormon dan berbagai zat
toksik (Isnaeni, 2006 dalam Azani et al, 2017). Pada ikan sistem urigenital dibangunoleh
dua sistem, yaitu sistem urinaria ( Sistem uropoetika) dan genitalia. Sistem urinaria biasa
disebut sistem ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan
dan membahayakan bagi kesehatan, dikeluarkan dari tubuh sebagai larutan dalam air
dengan perantara ginjal dan salurannya (Burhanuddin, 2014 dalam Azani et al, 2017).
Sistem urinaria atau ekskresi pada ikan terdiri dari mesonepros (ginjal), ureter, yang terjadi
dari duktus mesoneprodikus, vesika urinaria, dan sinus urogenitalis. Sepasang ginjal yang
memanjang sepanjang dinding dorsal abdomen, kanan dan kiri dari linea mediana
(Radiopoetro, 1977 dalam Azani et al, 2017).
Ikan dianastesikan menggunakan air es lalu diletakkan pada baki plastik. Ikan
dibedah dengan cara anus ditusukkan bagian runcing dari gunting bedah, kemudian dengan
bagian yang tumpul gunting bedah ke arah rongga perut bagian atas. Setelah pengguntingan
sampai pada ujung rongga perut bagian atas kemudian gunting diarahkan ke bagian bawah
hingga dasar perut. Daging yang telah tergunting dibuka sehingga terlihat bagian dalam
tubuh. Untuk melihat organ urogenital ikan, organ pencernaan dibuang dari tubuh ikan.
Menurut Fujaya (2008) pembedahan merupakan suatu perlakuan dimana praktikan dapat
mengamati bagian internal dari ikan. Melalui perlakuan ini, maka akan diketahui anatomi
internal dari ikan. Metode ini dilakukan dengan cara menyisik sisik ikan pada bagian
truncus setelah dibius terlebih dahulu. Bagian truncus yang telah dihilangkan sisiknya
kemudian dibedah. Pembedahan dilakukan mulai dari bagian pinna pectoralis, venter,
sampai dengan bagian pinna analis.
3.2.2. Ikan Nilem Jantan (Osteochilus hasselti)

Gambar 1. Ikan Nilem Jantan (Osteochilus hasselti)


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dari hasil pengamatan, ikan ini memiliki gonad berwarna putih. Hal ini sesuai
dengan referensi yang menyatakan bahwa kebanyakan gonad jantan berwarna putih. Dan
terletak di usus (bersatu dengan usus) hal tersebut sesuai dengan referensi yang
menyatakan bahwa gonad jantan berjumlah sepasang dan digantungkan pada dinding
tengah rongga abdomen. Bertubuh lebih ramping daripada ikan betina, mengeluarkan
cairan putih saat ditekan. Terdapat pula ginjal yang berwarna gelap. Hal ini sesuai dengan
pernyataan bahwa secara umum ikan betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan
(Bhatta et al, 2012 dalam Subagja et al, 2017). Begitu juga dengan sitem ekskresi sesuai
dengan pernyataan sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya untuk
membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan dan membahayakan bagi kesehatan,
dikeluarkan dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantara ginjal dan salurannya
(Burhanuddin, 2014 dalam Azani et al, 2017).
Sistem kelamin ikan jantan menurut Khairuman dan Amril, (2007) :
1. Testes, terletak dibawah gelembung renang dan di atas intestinum. Bentuk testes agak
kompak dan berwarna putih. Didalam testes dihasilkan spermatozoa. Proses pembentukan
spermatozoa disebut spermatogenesis. Bentuk spermatozoa bermacam-macam tergantung
kepada spesies ikan. alat penggantung testes disebut mesorchium.
2. Vasa deferensia, merupakan dua buah saluran sperma yang bergabung pada bagian
belakangnya membentuk suatu ruang genital yang terbuka kearah luar, terletak diantara
ureter atau papila urinaria dan anus.
3. Lubang genital (porus genitalia), merupakan lubang yang terbuka kearah luar dan tempat
pelepasan sperma.
Sistem reproduksi pada ikan nilem terdiri dari gonad dengan saluran kelenjar
asesorisnya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad yang menghasilkan sel kelamin betina
(ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang menghasilkan sel kelamin jantan
(spermatozoa) yang disebut dengan testis. Ovarium selain sebagai gonad, juga sebagai
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Testis terdapat
pada ikan jantan. Testis selain sebagai gonad juga sebagai kelenjar endokrin yang
menghasilkan hormon testosteron. (Pratiwi , 1996).
3.2.3. Ikan Nilem Betina (Osteochilus hasseltii)

Gambar 1. Ikan Nilem Betina (Osteochilus hasseltii)


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dari hasil pengamatan, ikan ini memiliki gonad berwarna kekuningan. Hal ini
sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kebanyakan gonad betina berwarna
kekuningan. Gonad betina tampak bulat dengan warna kekuningan, itu menunjukan gonad
telah masak. Terletak di dekat usus, letak gonad betina mengisi dua pertiga rongga perut
atau hampir menutupi organ-organ tubuh. Bertubuh lebih gemuk daripada ikan betina, tidak
mengeluarkan cairan putih saat ditekan, warna lebih pucat dari ikan Nilem jantan.
(Khairuman dan Amril, 2007). Sepasang ginjal yang berwarna gelap, hal ini sesuai denga
pernyataan bahwa ginjal merupakan unit ekskretoris pada vertebrata tingkat tinggi, tetapi
fungsi utamanya pada hewan tingkat rendah seperti ikan adalah untuk osmoregulasi (Filed
dan Goerge, 2005 dalam Azani et al, 2017)
Sistem Genital pada ikan Nilem betina, sistem kelamin betina disusun oleh :
a. Ovarium, pada ikan umumnya ada dua buah, tampak seperti agar-agar yang jernih,
terdapat bintik-bintik karena berisi sel telur (ovum). Alat penggantung ovarium disebut
mesovarium.
b. Saluran telur (oviduk), merupakan saluran tempat lewatnya ova, sangat pendek dan
bersatu pada bagian belakangnya untuk selanjutnya bermuara pada porus genitalia (Jr. P.B.
Moyle dan J.J. Cech , 1988).
Organ utama dari sistem pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme pada ikan
adalah ginjal (ren) dan insang. Organ-organ yang termasuk dalam sistem urinari adalah :
a) Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ imun pada ikan. Pada seluruh bagian organ ini
mengandung sel-sel imun, terutama ginjal bagian depan. Ginjal bagian depan memiliki
fungsi yang berbedadengan vertebrata tingkat tinggi lainnya, ginjal depan pada ikan
berfungsi sebagai organ imun yang mengatur fagositosis, prosesing anti gen, pembentukan
IgM dan pembentukan imun memori melalui melanomakrofag (Rauta et al, 2012 dalam
Bangkit, 2017)
b) Ureter
Ureter (Ductus mesonephridicus sama dengan saluran Wolffian) merupakan tempat
mengalirnya urine (air seni) yang berasal dari ginjal, terdapat di pinggiran dorsal rongga
badan dan menuju ke belakang (Achmad ridwan, 2014).
c) Kantong urine (Vesica urinaria)
Kantong urine merupakan lanjutan dari ureter kiri dan kanan, serta merupakan
tempat penampungan urine sebelum dikeluarkan (Achmad ridwan, 2014).
d) Uretra
Uretra merupakan saluran yang pendek, berasal dari kantong urine dan menuju ke
porus urogenitalia, merupakan jalan keluar urine dari dalam tubuh (Achmad ridwan, 2014).
.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan praktikum sistem urogenital ikan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa organ-organ ekskresi pada ikan adalah insang dan ginjal. Sedangkan, organ-organ
reproduksi pada ikan berupa gonad di mana jika individu jantan gonadnya berupa testes
yang jumlahnya sepasang dan individu betina gonadnya berupa ovarium. Sistem urinary
ikan nilem jantan terdiri dari insang, ginjal, dan saluran urinari. Sistem kelamin ikan
nilem jantan disusun oleh testes, vasa deferensia, lubang genital (porus genitalia).Sistem
urinary ikan nilem betina terdiri dari insang, ginjal, dan saluran urinari. Sistem kelamin
ikan nilem betina disusun oleh ovarium dan saluran telur .

4.2. Saran

Sebaiknya saat membedah ikan menggunakan ketelitian dan kesabaran agar organ
dalam pada ikan tidak rusak saat praktikan membedahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Azani, Wahyu., Zainuddin., Rahmi, Erdiansyah. 2017. Gambaran Histologis sistem Urinaria Ikan
Gabus (Channa striata). JIMVET. 1(4): 709-714.

Bangkit, Ibnu, Boshina, Suryadi., Sukenda., Nuryati, Sri. 2017. Fraksinasi dan Uji Toksisitas ECP
(Extracellular Product) Streptococcus agalactiae Isolat NK1 pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 8(1): 122-129.
Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P., & Jauzi, A. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa
Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara kerjasama dengan Taman Akuarium Air
Tawar. Jakarta 415 hlm.

Khairuman dan Amri. 2007. Budidaya Nilem Lokal Secara Intensif. Jakarta: Agro Media.

Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition.
Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Pratiwi. 1996. Dunia Ikan. Bandung: Armico.

Ridwan, Achmad. 2014. Makalah Sistem Urogenitalia dan Reproduksi Ikhtiologi Perikanan.

Subagja, Jojo., Radona, Deni., Hari, Anang, Kristanto. 2017. Perkembangan Gonad dan
Pertumbuhan Ikan Nilem Betina All Female Hasil Fertilisasi Jantan Neomale. Jurnal Riset
Akuakultur. 12(2): 139-146.
LAMPIRAN

Ikan Nilem Jantan (Osteochilus hasseltii)

Ikan Nilem Betina (Osteochilus hasseltii)

Anda mungkin juga menyukai