Oleh :
Nama : Ilyasin Aditya Rahman
NIM : L1B017021
Kelompok :5
Asisten : Nur Fuadi
Oleh :
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Iktiologi
Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Disetujui,
Purwokerto, ............... 2018
Mengetahui :
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya yang telah memberikan bayak kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
Iktiologi dengan baik.
Laporan ini disusun guna melengkapi salah satu persyarat dalam menyelesaikan
mata kuliah Iktiologi bagi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi
budidaya perairan, dan bidang perikanan dalam meningkatkan peran serta mahasiswa.
Purwokerto,………………. 2018
Oleh :
Sistematika sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu systema. Kata systema biasa
digunakan sebagai salah satu cara atau sistem untuk mengelompokkan tumbuhan dan
binatang. Istilah ini pertama kali digunakan paleh Carolus Linnaeus pada saat menulis
bukunya Systema Naturae pada tahun 1773. Selain istilah sistematika, juga dikenal istilah
“taksonoi” yang berasal dari bahasa yunani, yaitu taxis yang berarti susunan dan nomos yang
berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 yang dimaksudkan
sebagai teori mengklasifikasikan tumbuhan. Salah satu bagian dari ilmu taksonomi adalah
identifikasi ( Robert. 2000).
I.2. Tujuan
Tujuan ini dari praktikum acara adalah mahasiswa dapat mengidentifikasi
suatu spesimen ikan tertentu serta dapat mengtahui klasifikasi ikan yang di amati.
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara identifikasi ikan adalah alat bedah, baki
parafin, buku kunci identifikasi, jarum penusuk, kamera, dan pensil.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara identifikasi ikan adalah ikan
gurame,ikan lele, ikan kembung, ikan bandeng, dan ikan tawes.
2.2. Metode
Ikan diambil, lalu diletakkan di baki paraffin. Kemudian amati bagian-bagian ikan
Selanjutnya di amatin ikanya kemudian dicocokkan dengan buku identifikasi.
3.1. Hasil
3.2. Pembahasan
3.2.1. Proses Identifikasi Ikan
Identifikasi ikan didasarkan atas morfometrik dan meristik yang dilakukan sesuai
petunjuk identifikasi. Identifikasi meristik meliputi jumlah jari-jari sisrip dorsal, pectoral,
ventral, caudal, dan anal, ukuran panjang kepala (PK), panjang standar (PS), tinggi badan
(TB), lebar badan (LB), rasio panjang terhadap ukuran badan, pola warna (punggung dan
perut), jumlah sisik sepanjang gurat sisi/linea lateralis (LL). Sedangkan identifikasi
morfometrik yaitu mendeskripsikan berbagai peubah yang secara umum dikelompokkan
sebagai karakteristik morfometrik (Radona et al, 2017). Langkah-langkah penggunaan kunci
identifikasi yaitu pada setiap nomor terdapat lebih dari dua alternatif atau dari dua
pernyataan yang berbeda. Pengidentifikasi diharuskan memilih salah satu alternatif yang
sesuai dengan ciri spesimen ikan. Jika alternatif pertama tidak sesuai maka diharuskan
memilih pada alternatif yang lainnya pada nomor terpilih berikutnya terdapat 2 alternatif.
Seperti apa yang telah dikerjakan pada nomor sebelumnya, pada nomor ini pun kita harus
memilih alternatif yang sesuai dengan ciri spesimen ikan yang sedang diidentifikasi. Jika
identifikasi dimulai dari kunci untuk menetapkan subordo dan seterusnya sampai pada genus
dan spesies (Saanin, 1984).
Pengertian kalsifikasi atau sistem klasifikasi adalah cara yang secara sistematis
mempelajari pengolongan atau pengelompokan makhluk hidup berdasarkan sifat dan ciri
khusus. Cabang ilmu ini disebut taksonomi. Adapun beberapa tahapan antara lain yang
pertama adalah identifikasi atau pencadraan yaitu pendekatan melalui perbedaan ciri,
misalnya: anatomi, morfologi, fisiologi, tingkah laku, dan jumlah kromosom. Lalu tahap
selanjutnya adalah pengelompokan berdasarkan ciri/sifat tertentu,dan tahap terakhir adalah
pemberian nama (Bambang, 2017).
Pentingnya melakukan identifkasi karena setiap organisme pada saat beraktivitas
masing-masing melakukan adaptasi untuk dapat tetap bertahan hidup dalam lingkungannya.
Bentuk adaptasi yang dilakukan organisme pun berbeda. Adaptasi ikan air tawar dapat dilihat
secara morfologi dan secara fisiologi. Kondisiair tawar beebeda secara morfologi dengan air
payau berdasarkan kandungan kadar garamnya. Secara kimia akan mempengaruhi fisiologi
ikan sehingga akan mempengaruhi morfologinya (Mujalifah, 2018).
3.2.2. Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac)
Kingdom: Animailia.
Filum: Chordata.
Kelas: Pisces.
Ordo: Labyrinthici.
Famili: Anabantidae.
Genus: Osphronemus.
Spesies: Osphronemus gouramy Lac
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jika klasifikasi ikan
Gurame adalah: Gepeng, agak panjang, hidung pendek, mulut kecil, lubang insang sempit
karena bagian gabungan daun insnag lebar, jari-jari keras dan sirip punggung dari sirip
dubur berbeda-beda jumlahnya, sirip dubur panjang. Permulaan sirip punggung di belakang
dasar sirip dada, sirip punggung lebih pendek daripada sirip dubur. Sirip perut dengan satu
jari-jari keras dan lima jari-jari lemah. Sisik tersusun rata. Garis rusuk lengkap dengan
tidak terputus-putus (Osphronemus).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Robert (2000). Ikan Gurame mempunyai bentuk
badan agak panjang, pipih dan tertutup sisik yang berukuran besar serta terlihat kasar dan
kuat. Punggungnya tinggi dan mempunyai sirip perut dengan jari pertama sudah berubah
menjadi alat peraba.
3.2.3. Ikan Lele (Clarias batrachus)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jika klasifikasi ikan
Lele adalah: Rangka terdiri dari tulang benar, bertutup insang. Bersisik atau tidak,
bersungut dikeliling mulut, atau tidak bersungut, satu jari-jari yang mengeras atau 4 jari-
jari mengeras pada sirip punggung. Sirip punggung berjari-jari banyak; sungut 4 pasang.
Tidak bersirip lemak; sirip punggung hampir mencapai atau bersambung dengan sirip ekor.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Soetomo(2009) dalam Armen (2017) ciri ikan
lele antara lain beberapa bagian tubuhnya memanjang dengan kepala pipih, mulut berada
diujung atau terminal dengan 4 pasang sungut yang terdiri dari sungut nasal 2 buah, sungut
mandibula dala 2 buah. Ikan lele mempunyai 5 buah sirip yang terdiri dari sirip ganda,
yang berpasangan adalah sirip dada dan sirip perut, seangkan ang tidak berpasangan adalah
sirip punggung.
3.2.4. Ikan Tawes (Puntius sp)
Kingdom: Animailia.
Filum: Chordata.
Kelas: Pisces.
Ordo: Ostrariophysi.
Famili: Cyprinidae.
Genus: Puntius.
Spesies: Puntius sp.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jika klasifikasi ikan
Tawes adalah: Rangka terdiri dari tulang benar, bertutup insang. Bersisik atau tidak,
bersungut dikeliling mulut, atau tidak bersungut, satu jari-jari yang mengeras atau 4 jari-
jari mengeras pada sirip punggung. Duri tunggal atau berbelah, mungkin ada dimuka atau
bawah mata; pinggir rongga mata bebas atau tertutup kulit; mulut agak kebawah; tidak
pernah lebih dari 4 helai sungut. Bibir bawah tidak terpisah dari rahang bawah yang tidak
berkulit tebal, atau terpisah dari rahang bawah oleh turisan pada permukaan saja; hidung
tidak berbintil-bintil keras.
Hasil pengamatan yang dilakuka sesuai dengan Susanto (2007), Bahwa ikan
memiliki bentuk tubuh. Bentuk tubuh ikan tawes compressed. Mulut berbentuk runcing
dan letaknya ditengah (terminal), Sisik berwana putih keperak-perakan, di bagian
punggungya warna lebih gelap sedangkan dibagian perut berwarna lebih putih , dasar sisik
kelabu sampai gelap. Kami simpulkan bahwa ikan tersebut adalah spesies Puntius sp.
3.2.5. Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Kingdom: Animalia.
Filum: Chordata.
Kelas: Pisces.
Ordo: Percomorphi.
Famili: Scombridae.
Genus: Rastrelliger.
Spesies: rastrelliger sp.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jika klasifikasi ikan
Kembung adalah : Teleostei rangka terdiri dari tulang benar, bertutup insang. Perchomorphy
sirip punggung dan dubur tidak panjang. Scomberidae badan berbentuk serutu, V.I.5; jari-jari
lemah sirip ekor bercabang pada pangkalnya; sirip kecil dibelakang sirip punggung dan sirip
dubur ada. Rastrelliger tulang mata bajak dan langit-langit tidak bergigi sirip dubur tidak
berjari-jari keras. Tulang saringan insang kelihatan jika mulut terbuka. Rastrelliger sp.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Gerald, 2003. Bentuk tubuh seperti torpedo dengan
panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong
ikan pelagis yang mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara
bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah
memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacean. Ciri lain dari morfologi ikan
ikan Kembung (Rastrelliger sp.) ini adalah memiliki sirip ekor bercagak dua dan lekukkan
dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Pangkal sirip ekor bentuknya bulat kecil. Jari-
jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya. Di belakang sirip punggung dan dubur,
terdapat sirip-sirp tambahan yang kecil. Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi,
yaitu untuk persembunyian, penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian
meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna,
pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengamatan praktikum identifikasi ikan yang telah dilakukan,
1. Ikan Tawes termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo
2. Ikan Gurame termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo
3. Ikan Lele termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo
4. Ikan Kembung termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo
Ikan Bandeng termasuk ke dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo
Malacopterygii, Famili Chanidae, Genus Chanos, Spesies Chanos chanos.
IV.2. Saran
Dianjurkan pada saat melakukan praktikum, seorang praktikan harus berhati-hati dalam
mengklasifikasikan seekor ikan. Praktikan lebih teliti dan jeli dalam menemukan kunci
identifikasi sehingga tidak ada kesalahan dalam membuat klasifikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Morfologi berarti mencakup tentang bentuk tubuh dan organ tubuh bagian luar pada
suatu organisme. Bentuk tubuh ikan dibedakan menjadi dua macam yaitu simetris bilateral
dan non simetris bilateral. Simetris bilateral adalah bila ikan dibelah menjadi dua bagian
yang sama pada bagian tengahnya, kedua sisi letak, bentuk maupun ukurannya sama persis.
Non simetris bilateral adalah kedua sisi lateralnya bentuk yang berbeda atau tidak sama
(Muhammad Riski Ardianto, 2014).
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar
dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam
mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah
bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya
bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan
tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami
metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Namun
demikian pada sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi
perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit. Bentuk tubuh pada mahluk
hidup, termasuk pada hewan air juga erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya
sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan
(morfologi) hewan air tersebut (Ari Sakti, 2008).
Setiap organisme pada saat beraktivitas masing-masing melakukan adaptasi untuk
dapat tetap bertahan hidup dalam lingkungannya. Bentuk adaptasi yang dilakukan organisme
pun berbeda. Adaptasi ikan air tawar dapat dilihat secara morfologi dan secara fisiologi.
Kondisiair tawar beebeda secara morfologi dengan air payau berdasarkan kandungan kadar
garamnya. Secara kimia akan mempengaruhi fisiologi ikan sehingga akan mempengaruhi
morfologinya (Mujalifah, 2018)
I.4. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara morfologi ikan adalah mahasiswa dapat mengenal
bentuk, bagian, ciri-ciri tubuh luar ikan sehingga diharapkan mahasiswa dapat membuat
deskripsi tentang jenis ikan tertentu.
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara morfologi ikan adalah baki parafin,
pensil, dan buku gambar.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara morfologi ikan adalah ikan
Gurame, ikan Lele, ikan Tawes, ikan Bandeng, ikan Kembung.
2.2. Metode
parafin. Lalu, spesimen ikan yang akan diamati diletakkan pada kertas milimeter
blok laminating dengan alas sterofom di mana posisi kepala ikan berada di sebelah
kiri dan punggung di atas. Kemudian, sirip-sirip ikan dibuat dalam posisi renggang
agar tampak jelas dengan bantuan jarum penusuk. Ikan siap difoto dan praktikan
keinginan. Gambar ikan dibuat dengan garis yang tegas, bukan arsiran. Setelah itu,
spesimen ikan diberi nama lokal dan nama ilmiahnya. Terakhir, spesimen ikan
diberi keterangan di bawah gambar tentang bentuk tubuh, bentuk mulut, letak
sungut, posisi sirip perut terhadap sirip dada, bentuk-bentuk sirip ekor, dan ciri-ciri
3.1. Hasil
Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi ikan air tawar, payau dan laut
Letak Sirip
Bentuk
N Bentuk Letak Ciri Perut
Nama Ikan Bentuk Mulut Sirip
o Tubuh Mulut Khusus Terhadap
Ekor
Dada
Ikan Compressed Dapat Terminal Truncate Sisik Jugular
disembulkan ctenoid
Gurame
(Ospronem
1
us guramy
Lac )
batrachu )
3.2. Pembahasan
Morfologi berarti mencakup tentang bentuk tubuh dan organ tubuh bagian luar
pada suatu organisme. Bentuk tubuh ikan dibedakan menjadi dua macam yaitu simetris
bilateral dan non simetris bilateral. Simetris bilateral adalah bila ikan dibelah menjadi dua
bagian yang sama pada bagian tengahnya, kedua sisi letak, bentuk maupun ukurannya sama
persis. Non simetris bilateral adalah kedua sisi lateralnya bentuk yang berbeda atau tidak
sama. Ikan yang hidup di dalam lumpur diantara bebatuan, tumbuhan air, misalnya ikan
belut dan ikan sidat akan memiliki bentuk tubuh memanjang seperti ular. Sedangkan pada
ikan perenang cepat seperti tengiri, tongkol dan tuna mempunyai bentuk stream line
(Muhammad Riski Ardianto, 2014).
Mathews, 1998 dalam Fadhil 2016 menjelaskan bahwa variansi morfologi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetik yang diturunkan oleh induknya yang
membatasi atau membedakan dengan spesies yang lain; adaptasi bentuk tubuh, warna dan
sirip pada kondisi lingkunganperairan dimana makhluk tersebut hidup; dan adaptasi bentuk
kepala dalam memprose makanan. Haryono, 2011dalam Fadhil 2016 jga menyatakan
bahwa ikan bertulang sejati (Osteichtyes) menunjukkan adanya variasi karakter merfologis
pada letak geografis yang berbeda.
Berdasarkan hasil dari pengamatan praktikum morfologi ikan yang telah dilakukan, dapat
disembulkan, letak mulut subterminal, bentuk sirip ekor forked, ciri khusus
badan ikan berupa sisik cycloid, dan letak sirip perut terhadap dada abdominal.
VI. Ikan Gurame mempunyai bentuk tubuh compressed, bentuk mulut dapat
disembulkan, letak mulut terminal, bentuk sirip ekor rounded, ciri khusus badan
ikan berupa sisik ctenoid, dan letak sirip perut terhadap dada jugular.
VII. Ikan Lele mempunyai bentuk tubuh depressed, fusiform, dan compressed,
bentuk mulut tidak dapat disembulkan, letak mulut inferior, bentuk sirip ekor
rounded, ciri khusus badan ikan berupa sungut, dan letak sirip perut terhadap
dada abdominal.
VIII. Ikan Kembung mempunyai bentuk tubuh fusiform, bentuk mulut dapat
disembulkan, letak mulut terminal, bentuk sirip ekor forked, ciri khusus badan
ikan berupa finlet (sirip tambahan), dan letak sirip perut terhadap dada thoracic.
IX. Ikan Bandeng mempunyai bentuk tubuh fusiform, bentuk mulut dapat
disembulkan, letak mulut terminal, bentuk sirip ekor forked, ciri khusus badan
ikan berupa sisik cycloid, dan letak sirip perut terhadap dada abdominal.
IX.1. Saran
Praktikan diharapkan lebih teliti dalam mengidentifikasi bagian-bagian luar ikan dan ciri-ciri ikan
tersebut agar diperoleh hasil yang sesuai dan mendapatkan deskripsi yang tepat. sehingga
meminimalisir kesalahan dalam mengisi data pengamatan dan sesuai dengan referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Armen., Fifendy, Mades., Ristiono. 2017. MAKING POND AND FEED OF CATFISH BY
FARMER’S WIFE AT NAGARI LIMAU GADANG. Jurnal BioScience. 1 (2): 70-79.
edition.McGraw Hill International Edition, New York.
Effendie Msc, Prof. Dr. H. Moch Ichsan. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.
Fish Identificatiin. Perth:New world Publication, Inc.
Fadhil Rahmad., A, Zainal., Muchlisin., Sari, Widya. 2016. Hubungan Panjang – Berat
danMorfometrik Ikan Julung-Julung (Zenarchopterus dispar) dari Perairan Pantai Utara
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1 (1): 146-159.
Gerald. Roger Steene. Paul Humman. Ned Deloach. 2003. Rastrelliger
Fish Identificatiin. Perth:New world Publication, Inc.
Mujalifah., Santoso, Hari., Laili, Saimul. 2017. Kajian Morfologi ikan Nila (Oreochromis
niloticus) dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau. Jurnal BIOSAINTROPIS. 3 (3): 10-17.
Robert. 2000. Water quality in Freshwater Aquaculture Ponds. South Australia : Department of
Primary Industries and Resources.
Susanto. 2007. Ikhtiologi. Medan : Departmen Biologi FMIPA. USU.
Bhagawati, D., M.N. Abulias, & Amuranto. 2012. Karakter mulut dan variasi struktur gigi pada
familia Bagridae yang tertangkap di Sungai Serayu Kabupaten Banyumas. Depik. 1(3):
144-148.
LAMPIRAN
Oleh :
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara sistem pencernaan ikan adalah
gunting bedah, pinset, baki plastik, kertas milimeter blok, penggaris, dan buku gambar.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara sistem pencernaan ikan adalah
beberapa spesies ikan yang termasuk dalam kelompok herbivora, karnivora, dan omnivora.
2.2. Metode
3.1. Hasil
3.2. Pembahasan
Sifat kebiasaan makan ikan dapat ditentukan dari perbandingan panjang alat
pencernaan dengan panjang total (TL) tubuhnya bahwa ikan herbivora memiliki saluran
pencernaan yang panjangnya bisa berkali-kali lpa dibandingkan panjang total tubuhnya,
ikan omnivora memiliki panjang saluran pencernaan yang hampir sama dengan panjang
total tubuhnya, sedangkan ikan karnivora memiliki panjang saluran pencernaan yang lebih
pendek dibandingkan dengan panjang total tubuhnya (Haloho, 2008 dalam Zuliani, 2016).
Digesti merupakan proses yang diperlukan dalam nutrisi heterotrofik seperti proses
adsorbsi molekul-molekul besar karbohidrat, protein, dan lemak dari bagian-bagian sel.
Jaringan yang dikonsumsi harus dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil, seperti gula
dan asam amino agar dapat diangkat melalui membran sel. Transfer molekul besar melalui
membran,tetapi senyawa organik yang disintesis oleh suatu heterotrof sering kali tidak
sama dengan senyawa yang dikonsumsi sebagai makanan. Oleh karena itu, sebelum
didapatkan perakitan kembali diperlukan digesti (Villee et al, 1984).Pencernaan makanan
adalah proses penyederhanaan makanan yang pada awalnya berupa molekul komplek
menjadi molekul sederhana (Affandi, dkk, 2005).Ikan dianastesikan menggunakan air es
lalu diletakkan pada baki plastik. Ikan dibedah dengan cara anus ditusukkan bagian runcing
dari gunting bedah kemudian dengan bagian yang tumpul gunting bedah ke arah rongga
perut bagian atas. Setelah pengguntingan sampai pada ujung rongga perut bagian atas
kemudian gunting diarahkan ke bagian bawah hingga dasar perut. Daging yang telah
tergunting dibuka sehingga terlihat bagian dalam dan alat pencernaan dapat dikeluarkan
dari tubuh. Bagian alat pencernaan tersebut digambar dan diberi nama organ-organnya.
Menurut Fujaya (2008) pembedahan merupakan suatu perlakuan dimana praktikan dapat
mengamati bagian internal dari ikan. Melalui perlakuan ini, maka akan diketahui anatomi
internal dari ikan. Metode ini dilakukan dengan cara menyisik sisik ikan pada bagian
truncus setelah dibius terlebih dahulu. Bagian truncus yang telah dihilangkan sisiknya
kemudian dibedah. Pembedahan dilakukan mulai dari bagian pinna pectoralis, venter,
sampai dengan bagian pinna analis.
3.2.2. Ikan Lele (Clarias batrachus)
IX.3. Saran
Diharapkan mahasiswa berhati-hati ketika menggunting bagian luar ikan agar
bagian dalam ikan tidak rusak sehingga mahasiswa dapat mengenal dengan baik bagian
bagian ikan tersebut yang berkaitan dengan sistem pencernaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal., Junaidi, Muhammad., Paryono., Cokrowati, Nunik., Yuniarti, Salnida. 2015.
Pertumbuhan dan Konsumsi Pakan Ikan Lele (Clarias sp.) yang Diberi Pakan Berbahan
Baku Lokal. Jurnal Depik. 4(1): 33-39.
Affandi, Ridwan; Djaja Subandja Sjafer, MF, Rahardjo Sulistiana. 2005. Fisiologi Ikan.
Bogor: IPB Press.
Effendie, M. I. 2012. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dwi Sri.
Yusuf, M., Arifin. 2016. Pertumbuhan dan Survival ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain Merah dan
Strain Hitam yang Dipelihara pada Media Bersalinitas. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi. 16(1): 159- 166.
Zuliani, Zuliani., Muchlisin, A., Zainal., Nurfadillah, Nurfadillah. 2016. Kebiasaan Makanan dan
Hubungan Panjang Berat Ikan Julung-Julung (Dermogenys sp.) di Sungai Alur Hitam
Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan
Perikanan Unsyiah. 1(1): 12-24.
LAMPIRAN
Oleh :
1. 2 Tujuan
Tujuan dari praktikum acara sistem urogenital adalah mahasiswa dapat mengetahui
organ-organ yang berperan dalam ekskresi dan reproduksi.
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara sistem urogenital ikan adalah gunting
bedah, pinset, baki plastik, kertas milimeter block laminating, buku gambar.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara sistem urogenital ikan adalah ikan
nilem, ikan lele, ikan nila.
2.2. Metode
Ikan nilem jantan dan betina diletakkan di baki plastik lalu gunting bedah
disiapkan. Pembedahan dimulai dengan bagian anus ditusukkan bagian yang runcing dari
gunting bedah sehingga terbentuk lubang kecil. Lalu, dengan bagian tumpul gunting bedah,
ikan ditusuk ke arah rongga perut bagian atas. Pengguntingan dilakukan dengan hati-hati
supaya organ dalamnya tidak ikut tertusuk dan rusak. Setelah mencapai ujung terdepan
rongga perut bagian atas (belakang kepala), gunting diarahkan ke bagian bawah hingga ke
dasar perut. Daging yang telah digunting tadi dibuka sehingga organ dalam terlihat.
Diamati organ-organ ekskresi dan reproduksi. Namun sebelum itu, alat-alat pencernaannya
dikeluarkan terlebih dahulu agar tidak menutupi organ-organ urogenitalnya. Setelah itu,
ikan diamati dan digambar pada lembar pengamatan.
2.3. Waktu dan Tempat
Praktikum acara sistem urogenital ikan dilaksanakan pada hari Minggu, 27 Mei
2018 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Tabel 5. Hasil pengamatan ciri khusus ikan Nilem (Osteochilus hasselti) terkait
sistem urogenital
No Jenis Kelamin Ciri Morfologi Ciri Anatomi
- Overculum lebih halus - Telur berwarna kuning
- Ukran lebih besar dari
kecoklatan
jantan
- Warna lebh pucat - Gonad berwarna
1 Betina putih yang
jumlahnya sepasang
- Gonad berupa testes
Mempunyai vas deferens
untuk menyalurkan sperma
- Warna tubuh lebih - testis berwarna puih
terang - Gonad berwarna keku-
- Ukuran tubuh lebih ningan dan cukup besar
besar - Gonad berupa ovarium
2 Jantann
- Bagian operculum Mempunyai oviduk untuk
kasar
menyalurkan sel telur.
- Jika distripping keluar
telur
3.2. Pembahasan
4.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan praktikum sistem urogenital ikan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa organ-organ ekskresi pada ikan adalah insang dan ginjal. Sedangkan, organ-organ
reproduksi pada ikan berupa gonad di mana jika individu jantan gonadnya berupa testes
yang jumlahnya sepasang dan individu betina gonadnya berupa ovarium. Sistem urinary
ikan nilem jantan terdiri dari insang, ginjal, dan saluran urinari. Sistem kelamin ikan
nilem jantan disusun oleh testes, vasa deferensia, lubang genital (porus genitalia).Sistem
urinary ikan nilem betina terdiri dari insang, ginjal, dan saluran urinari. Sistem kelamin
ikan nilem betina disusun oleh ovarium dan saluran telur .
4.2. Saran
Sebaiknya saat membedah ikan menggunakan ketelitian dan kesabaran agar organ
dalam pada ikan tidak rusak saat praktikan membedahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azani, Wahyu., Zainuddin., Rahmi, Erdiansyah. 2017. Gambaran Histologis sistem Urinaria Ikan
Gabus (Channa striata). JIMVET. 1(4): 709-714.
Bangkit, Ibnu, Boshina, Suryadi., Sukenda., Nuryati, Sri. 2017. Fraksinasi dan Uji Toksisitas ECP
(Extracellular Product) Streptococcus agalactiae Isolat NK1 pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 8(1): 122-129.
Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P., & Jauzi, A. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa
Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara kerjasama dengan Taman Akuarium Air
Tawar. Jakarta 415 hlm.
Khairuman dan Amri. 2007. Budidaya Nilem Lokal Secara Intensif. Jakarta: Agro Media.
Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition.
Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Ridwan, Achmad. 2014. Makalah Sistem Urogenitalia dan Reproduksi Ikhtiologi Perikanan.
Subagja, Jojo., Radona, Deni., Hari, Anang, Kristanto. 2017. Perkembangan Gonad dan
Pertumbuhan Ikan Nilem Betina All Female Hasil Fertilisasi Jantan Neomale. Jurnal Riset
Akuakultur. 12(2): 139-146.
LAMPIRAN