Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN


REGENERASI PLANARIA

Oleh Kelompok 4

Anggota:

Farkhatul Azizah (210210103036)


Yurika Nur Sabella (210210103052)
Rokhimatul Mardiyah (210210103054)
Dinda Rizky Amalia (210210103103)
Nur Kholifah Rakhmadani (210210103127)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................
I. Judul........................................................................................................................................
II. Tujuan....................................................................................................................................
III. Tinjauan Pustaka..................................................................................................................
IV. Metode Penelitian................................................................................................................
V. Hasil Pengamatan..................................................................................................................
VI. Pembahasan..........................................................................................................................
VII. Penutup.............................................................................................................................
7.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
7.2 Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................................

2
I. Judul
Regenerasi Planaria

II. Tujuan
2.1 Membuktikan bahwa pada hewan-hewan tertentu tumbuh dan
diferensiasi berlangsung sampai dewasa.
2.2 Mengamati kecepatan regenerasi potongan-potongan tubuh yang
berbeda dari planaria.

III. Tinjauan Pustaka


Planaria (dari bahasa Yunani “Platy” yang berarti pipih dan
“helminth” berarti cacing) merupakan invertebrata yang tergolong ke
dalam filum Platyhelminthes kelas Turbellaria. Planaria telah termasuk ke
dalam organisme tingkat tinggi, sebab tubuhnya telah terdiri atas tiga
lapisan yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Susunan tubuh planaria
terdiri dari jaringan saraf sederhana yang mengatur perilaku planaria,
seperti photo-avoidance, pergerakan otot, dan usus. Planaria hidup sebagai
filter-feeder yaitu dengan memakan hewan-hewan kecil atau kotoran
hewan yang ada di air. Umumnya planaria bereproduksi secara seksual dan
aseksual. Reproduksi aseksual pada planaria yaitu dengan membelah diri
dan membentuk individu baru yang identik dengan indukannya.
Sedangkan, secara seksual reproduksi planaria dilakukan dengan fertilisasi
yang dapat dilakukan sendiri atau dari dua individu. Beberapa spesies
planaria dapat berganti-ganti cara dalam bereproduksi, tergantung pada
kondisi lingkungan habitatnya (Issigonis dan Newmark, 2019: 4).
Pergantian antara strategi reproduksi ini memungkinkan planaria
mendapat keuntungan, misal ketika pasangan kawin langka dapat
dilakukan reproduksi secara aseksual, sedangkan dari reproduksi seksual
dapat menghasilkan keturunan yang beragam secara genetik.
Planaria merupakan cacing pipih yang hidup di air tawar yang
jernih, dan belum mengalami pencemaran, biasanya planaria berlindung di
bawah bebatuan sungai. Tubuh planaria dapat tumbuh mencapai 2-3 cm,
tubuhnya ditutupi oleh lapisan epidermis dengan bagian ventral ditutupi
oleh silia untuk membantu pergerakan (Ismail, 2019: 38). Tubuh planaria
terdiri atas 3 bagian utama yaitu cranial (kepala), truncus (badan), dan
caudal (ekor). Bagian kepala planaria tampak seperti segitiga, dan terdapat
dua bintik mata yang berfungsi untuk mendeteksi cahaya (fotoreseptor)
dan sepasang auricle yang terletak pada lateral tubuh bagian cranial.
Planaria merupakan hewan yang sangat sensitif terhadap cahaya kuat,

3
temperatur, dan pH. Umumnya planaria hidup pada daerah dengan
temperatur 18-24°C dengan ketinggian antara 500–1500 mdpl (Attika et
al., 2021: 6).
Planaria dikenal karena kemampuan regenerasinya yang luar biasa
dan dapat meregenerasi seluruh bagian tubuhnya bahkan dari jaringan
yang sangat kecil. Kemampuan regenerasi planaria ini menjadi dasar
penelitian ilmuwan selama bertahun-tahun. Berbagai percobaan untuk
menguji kemampuan regenerasi planaria telah berhasil mengembangkan
teori-teori baru, hingga saat ini planaria dipilih sebagai organisme model
untuk menguji mekanisme regenerasi. Saat ini planaria merupakan hewan
model yang paling sering digunakan untuk mempelajari mekanisme
regenerasi. Pada planaria ketika bagian tubuhnya dipotong menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil mampu membentuk blastema dan
meregenerasi seluruh tubuhnya dengan sistem organ yang lengkap
(Meneely, 2014: 85). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk
menguji kemampuan regenerasi planaria ini menjadi sumber untuk
mempelajari regenerasi baik tingkat sel, molekuler, dan transkriptomik.
Regenerasi merupakan proses perbaikan pada jaringan-jaringan
tubuh yang rusak, melalui perkembangan dan diferensiasi sel. Secara
umum terdapat dua jenis regenerasi, yaitu regenerasi morfalaksis dan
epimorfis. Regenerasi morfalaksis merupakan proses regenerasi yang
melibatkan reorganisasi pada bagian tubuh yang masih tersisa untuk
menggantikan bagian tubuh yang rusak atau hilang, contohnya pada
regenerasi planaria (Purba, 2019: 3). Sedangkan, regenerasi secara
epimorfis merupakan pembentukan kembali bagian-bagian yang hilang
melalui proses proliferasi dan diferensiasi dari jaringan yang rusak.
Regenerasi epimorfik melibatkan diferensiasi struktur dewasa untuk
membentuk sel yang belum terdiferensiasi yang lebih dikenal dengan
istilah blastema (Setiawan dan Arifin, 2017: 6). Tiap spesies memiliki
kemampuan regenerasi yang berbeda-beda, proses regenerasi juga dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti suhu, nutrisi, dan sistem saraf.
Selain itu, regenerasi membutuhkan metabolit dan energi untuk melakukan
proses proliferasi, diferensiasi, migrasi, dan pertumbuhan. Aktivasi stem
cell, proliferasi, dan diferensiasi merupakan pusat dari proses regenerasi,
ketika proses-proses ini terganggu, maka proses dari regenerasi juga akan
terhambat (Wong et al., 2022: 2).
Praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap proses regenerasi
planaria dari bagian-bagian tubuh yang berbeda. Planaria dengan ukuran
besar mula-mula dipotong menjadi 3 bagian, yaitu kepala, badan, dan
ekor. Potongan-potongan tubuh tersebut kemudian diletakkan pada gelas

4
yang telah diisi air sungai yang merupakan habitat asli planaria, dan air
dalam gelas tersebut diganti setiap hari selama 7 hari berturut-turut. Total
kegiatan pengamatan dilakukan selama 7 hari dengan mengamati dan
mengukur potongan-potongan tubuh planaria, kemudian mengidentifikasi
apakah bagian tersebut mengalami pertambahan panjang atau tidak.
Tujuan dari percobaan ini yaitu membuktikan bahwa pada hewan-hewan
tertentu tumbuh dan diferensiasi berlangsung sampai dewasa, serta
mengamati kecepatan regenerasi potongan-potongan tubuh yang berbeda
dari planaria.

IV. Metode Penelitian


4.1 Alat dan Bahan
a. Cup plastik dengan ukuran yang sama
b. Kertas karbon
c. Kertas milimeter blok
d. Cawan petri
e. Cacing planaria
f. Kertas label
g. Air sungai yang merupakan medium asal cacing planaria
h. Pisau silet
i. Kuas dan karet
j. Gabus putih

4.2 Skema Kerja

Ambilah 3 ekor planaria berukuran besar, taruh mereka di


cawan petri. Masing-masing bagilah tubuhnya menjadi 3 bagian,
yaitu kepala, badan, dan ekor menggunakan pisau silet yang
tajam beralaskan papan gabus.

5
Amati dan hitung panjang dari masing-masing bagian tubuh
planaria yang telah dipotong dengan menggunakan kertas
milimeter blok. Masukkan masing-masing jenis potongan ke
dalam cup plastik yang berbeda, yang telah diisi oleh medium
asal planaria.

Bungkus dinding cup plastik menggunakan kertas karbon,


jangan lupa beri keterangan pada masing-masing cup
menggunakan kertas label (A: kepala, B: Badan, dan C: ekor),
butuh sekitar 9 cup plastik.

Simpan di tempat yang minim cahaya, cukup sirkulasi udara


dan sejuk. Amati regenerasi pada ketiga potongan tubuh
planaria selama seminggu dan catat hasilnya pada tabel
pengamatan.

V. Hasil Pengamatan

Sampel Hari ke- Panjang Kepala Panjang Panjang ekor


Planaria (mm) Badan (mm) (mm)

1 1 (9/5/23) 1 mm 1 mm 1 mm

2 2 mm 2 mm 4 mm

3 3 mm 3 mm 3 mm

1 2 2 mm 1,5 mm 2 mm
(10/5/23)
2 3 mm 3 mm 3 mm

6
3 3 mm 3 mm 3 mm

1 3 2,5 mm 2 mm 2 mm
(11/5/23)
2 3 mm 3 mm 3,5 mm

3 3 mm 3 mm 3 mm

1 4 2,5 mm 2 mm 2 mm
(12/5/23)
2 3,5 mm 3 mm 4 mm

3 3,2 mm 3,2 mm 2 mm

1 5
(13/5/23)
2

1 6 3 mm 2,2 mm 2,2 mm
(14/5/23)
2 3 mm 3 mm 4 mm

3 3 mm 3,2 mm 2 mm

1 7 3 mm 2 mm 2,5 mm
(15/5/23)

2 3 mm 3,5 mm 4,5 mm

3 3,3 mm 4,2 mm 2 mm

VI. Pembahasan
Hasil pengamatan kelompok kami pada praktikum kali ini yaitu
pada hari pertama pengamatan, sampel planaria 1 memiliki panjang kepala
1 mm, panjang badan 1 mm, dan panjang ekor 1 mm. Sedangkan sampel

7
planaria 2 memiliki panjang kepala 2 mm, panjang badan 2 mm, dan
panjang ekor 4 mm. Pada sampel planaria 3 memiliki panjang kepala 3
mm, panjang badan 3 mm, dan panjang ekor 3 mm. Pada hari kedua
pengamatan, terdapat sampel planaria yang mengalami perubahan yaitu
pada sampel planaria 1 dan sampel planaria 2, dan terdapat juga sampel
planaria yang tidak mengalami perubahan yaitu sampel planaria 3 yang
memiliki panjang tetap 3 mm.. Sampel planaria 1 mengalami perubahan
pada panjang kepala menjadi 2 mm, panjang badan menjadi 1,5 mm, dan
panjang ekor menjadi 2 mm. Sedangkan pada sampel planaria 2
mengalami perubahan pada panjang kepala menjadi 3 mm, panjang badan
menjadi 3 mm, sedangkan pada panjang ekor mengalami penurunan yaitu
menjadi 3 mm.
Hari ketiga pengamatan pada praktikum ini yaitu pada sampel
planaria 1 dan 2 mengalami perubahan. Sedangkan, pada sampel planaria
3 tidak mengalami perubahan yaitu memiliki panjang yang tetap seperti
sebelumnya yaitu 3 mm. Sampel planaria 1 mengalami perubahan pada
panjang kepala menjadi 2,5 mm, panjang badan menjadi 2 mm, dan
panjang ekor tidak mengalami perubahan, yaitu panjang ekornya tetap 2
mm. Pada sampel planaria 2 hanya mengalami perubahan pada panjang
ekornya saja, yaitu menjadi 3,5 mm. Hari keempat pengamatan, sampel
planaria 1 tidak mengalami perubahan, sedangkan pada sampel planaria 2
mengalami perubahan pada panjang kepala dan ekornya saja, yaitu
panjang kepala menjadi 3,5 mm dan panjang ekor menjadi 4 mm. Pada
sampel planaria 3 mengalami perubahan pada panjang kepala menjadi 3,2
mm dan panjang badan menjadi 3,2 mm, sedangkan pada panjang ekor
mengalami penurunan panjang menjadi 2 mm. Pada hari kelima
pengamatan, praktikan tidak melaksanakan pengamatan dikarenakan ada
kegiatan studi lapang.
Hasil pengamatan pada hari keenam yaitu sampel planaria 1
mengalami perubahan pada panjang kepala menjadi 3 mm, panjang badan
menjadi 2,2 mm, dan panjang ekor menjadi 2,2 mm. Pada sampel planaria
2 mengalami penurunan panjang pada panjang kepala yaitu menjadi 3 mm.
Sedangkan pada panjang badan dan panjang ekor tidak mengalami
perubahan. Pada sampel planaria 3 mengalami penurunan pada bagian
panjang kepala yaitu menjadi 3 mm, sedangkan pada bagian badan dan
ekor tidak mengalami perubahan. Hal tersebut dapat saja terjadi karena
tidak diganti air mediumnya selama 2 hari. Sedangkan pada hari ketujuh
pengamatan, sampel planaria 1 tidak mengalami perubahan panjang pada
bagian kepala, mengalami penurunan panjang pada bagian badan menjadi
2 mm, dan mengalami kenaikan panjang menjadi 2,5 mm pada bagian

8
ekor. Pada sampel planaria 2 bagian kepala tidak mengalami perubahan,
dan mengalami perubahan pada bagian badan menjadi 3,5 mm dan bagian
ekor menjadi 4,5 mm. Sedangkan pada sampel planaria 3 mengalami
perubahan pada bagian kepala menjadi 3,3 mm, bagian badan mengalami
pertambahan panjang yang drastis yaitu menjadi 4,2 mm, dan bagian ekor
tidak mengalami perubahan yaitu dengan panjang tetap 2 mm.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami dapat disimpulkan
bahwa bagian tubuh dari planaria yang memiliki daya regenerasi tercepat
adalah bagian kepala. Hal ini sesuai dengan pernyataan Attika et al. (2021:
6) bahwa bagian tengah tubuh planaria yang dipotong-potong dan
diperoleh hasil bahwa pada bagian-bagian ujung anterior akan terbentuk
kepala dan pada bagian-bagian posterior akan terbentuk cauda. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa potongan anterior regenerasinya lebih
cepat dari pada bagian posterior, yang artinya bagian kepala lebih cepat
dalam proses regenerasinya karena metabolisme tubuh planaria pada
bagian anterior lebih tinggi dari metabolisme tubuh bagian posterior
(Kastawi, 2005).
Regenerasi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk
memperbaiki bagian tubuhnya yang hilang atau mengalami kerusakan.
Kemampuan dan proses regenerasi pada setiap makhluk hidup berbeda-
beda. Planaria dikenal sebagai organisme model yang paling sering
digunakan untuk mengamati mekanisme regenerasi, hal ini berkaitan
dengan kemampuan regenerasi planaria yang sangat luar biasa. Regenerasi
pada planaria termasuk dalam jenis regenerasi morfalaksis yaitu proses
regenerasi yang melibatkan reorganisasi pada bagian tubuh yang masih
tersisa untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak atau hilang. Bagian
tubuh planaria yang terpotong tetap pendek dengan diameter yang tetap,
sedangkan ruas baru yang tumbuh memiliki diameter yang lebih kecil atau
lebih ramping. Kemampuan regenerasi dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain suhu, nutrisi, dan sistem saraf. Suhu atau temperatur
dapat berpengaruh terhadap kemampuan regenerasi, semakin tinggi suhu
lingkungan maka semakin cepat proses regenerasi. Nutrisi juga dapat
mempengaruhi proses regenerasi, ketersediaan nutrisi pada lingkungan
sangat penting dalam mendukung proses regenerasi. Jika pada lingkungan
memiliki ketersediaan nutrisi yang memadai maka tingkat regenerasi juga
akan tinggi. Sistem saraf juga dapat mempengaruhi proses regenerasi. Sel-
sel yang membentuk jaringan baru berasal dari sel-sel yang berada di
sekitar luka, maka proses regenerasi dan organ-organ yang akan
diregenerasi sangat bergantung pada sel-sel tersebut.

9
Praktikum ini terdapat beberapa faktor kegagalan yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan, seperti hilangnya sampel planaria pada
gelas plastik. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ketidak telitian
praktikan ketika mengganti air untuk medium planaria, sehingga planaria
ikut terbuang ketika proses penggantian air. Selain itu, faktor kegagalan
yang lain yaitu matinya sampel planaria, hal ini dapat disebabkan karena
ketidaksesuaian lingkungan tempat hidup planaria. Meskipun air sudah
diganti setiap hari, sampel planaria bisa saja mengalami kematian karena
perubahan suhu atau sirkulasi udara yang kurang bagus.

VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Hewan tertentu seperti Planaria sp. mempunyai kemampuan
regenerasi yang tinggi. Hal tersebut dapat terjadi ketika bagian
tubuhnya dipotong menjadi beberapa bagian, maka setiap bagian dari
potongan tersebut mampu membentuk blastema dan meregenerasi
seluruh tubuhnya dengan sistem organ yang lengkap.
7.1.2 Kecepatan regenerasi pada Planaria sp. yang telah diamati,
bahwa setiap potongan tubuh mengalami kecepatan yang berbeda.
Dan bagian yang paling cepat regenerasinya yaitu pada bagian kepala
dikarenakan adanya metabolisme yang tinggi daripada bagian badan
dan ekor.

7.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan arahan langkah kerja
praktikum dari asisten laboratorium supaya meminimalisir adanya
faktor-faktor kegagalan pada saat pelaksanaan praktikum.

10
DAFTAR PUSTAKA

Attika, C., Catherine, S. Z., Yusni, A., dan Afifatul, A. 2021. Pengaruh Bagian
Potong Tubuh Terhadap Pertumbuhan dan Kecepatan Daya Regenerasi
pada Euplanaria sp. (Planaria). Prosiding SEMNAS BIO Universitas
Negeri Padang. Vol 1: 5-10.

Issigonis, M., and Newmark, P. A. 2019. From Worm to Germ: Germ Cell
Development and Regeneration in Planarians. Current Topics in
Developmental Biology. 4(17): 1-27.

Kastawi, Y. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang: Penerbit Universitas Negeri


Malang

Meneely, P. 2014. Genetic Analysis. United Kingdom: Oxford University Press.

Setiawan, D. C., dan Arifin, A. S. 2017. Proses Regenerasi dan Pigmentasi Sirip
Kaudal Ikan Zebra (Danio rerio). Malang: Penerbit Gunung Samudera.

Wong, L. L., Bruxvoort, C. G., Cejda, N. I., Otero, J. R., and Forsthoefel, D. J.
2022. Intestine-enriched Apoliprotein b Orthologs are Required for Stem
Cell Progeny Differentiation Regeneration in Planarians. Nature
Communication. 13(38): 1-19.

Purba, S. T. 2019. Proses Regenerasi Sirip Ekor pada Ikan Kerapu di Labuhan
Batu. Jurnal Ilmiah Maksitek. 4(2): 1-4.

Ismail, S. 2019. Mikrobiologi Parasitologi. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

11
LAMPIRAN
A. Lembar ACC

12
13
14
15
16
B. Barcode Video Pelaksanaan Pengamatan

17

Anda mungkin juga menyukai