Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI PLANARIA

DISUSUN OLEH

NAMA : DEA NIRMALA FITRI

NIM : E1A020014

KELAS : V/A

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan bagi saya sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Fisiologi Hewan,
yang mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh
dari materi yang diberikan dosen pengampu.

Makalah yang berjudul “Sistem Reproduksi Planaria ”. Mengenai


penjelasan lebih lanjut saya memaparkannya dalam bagian pembahasan makalah
ini.

Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka saya sebagai penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
menyelesaikan makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka
saya terima demi untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

Mataram, 29 September 2022.

Dea Nirmala Fitri

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKAG.............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
C. TUJUAN...............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Planaria dan Klasifikasinya.................................................................................3
B. Sistem Reproduksi Planaria................................................................................4
BAB III.............................................................................................................................7
PENUTUP.........................................................................................................................7
A. KESIMPULAN.....................................................................................................7
B. SARAN..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKAG
Pada umumnya, reproduksi terjadi melalui proses fertilisasi (peleburan)
antara sel kelamin jantan (spermatozoa) dan sel kelamin betina (ovum), yang
akhirnya dapat menghasilkan generasi/ individu baru. Namun, dapat pula
terbentuknya generasi baru tanpa melalui peleburan sel kelamin (spermatozoa
dan ovum). Seperti reproduksi yang terjadi pada planaria dimana planaria
dapat berkembangbiak baik dengan cara seksual maupun aseksual. Secara
seksual dilakukan dengan cara dua planaria dewasa saling melekat pada sisi
ventral-posterior tubuhnya dan terjadi kopulasi (cross fertilisasi). dan secara
aseksual yaitu dengan fragmentasi terjadi melalui proses pemisahan tubuh
induk menjadi beberapa bagian yang masing-masing bagiannya tersebut dapat
tumbuh menjadi individu baru (Susetyarini dkk, 2020:2-3).

Planaria adalah hewan invertebrata yang masuk dalam Filum


Platyhelminthes alias Cacing Pipih. Dikatakan pipih karena bentuknya yang
pipih/gepeng. Hewan ini tidak parasit dan hidup bebas diperairan air tawar
seperti salah satu contoh spesiesnya yakni Dugesia sp. Hewan ini berperan
sebagai bioindikator adanya air yang tercemar. Jika air yang masih dijumpai
hewan ini, maka bisa dipastikan bahwa air tersebut masih tergolong bersih
dan belum tercemar. Namun sebaliknya jika keberadaan hewan ini tidak ada,
maka air sudah mengalami pencemaran. Menurut para ahli, Planaria mampu
melakukan regenerasi walaupun bagian tubuhnya terpotong hingga 1/279
bagian (Tamam, 2014).

Planaria memiliki sistem sel induk yang luar biasa. Jenis sel induk
dewasa tunggal yang berpotensi majemuk ("neoblas") memunculkan seluruh
jajaran jenis sel dan organ dalam rencana tubuh planaria, termasuk otak,
sistem pencernaan, ekskresi, sensorik, dan reproduksi. Neoblas berlimpah
hadir di seluruh mesenkim dan membelah terus menerus. Aliran progenitor

1
yang dihasilkan dan pergantian sel yang terdiferensiasi mendorong
pembaruan diri yang cepat dari seluruh hewan dalam hitungan minggu.
Planaria tumbuh dan tumbuh secara harfiah (“menyusut”) dengan
penyesuaian tingkat pergantian organisme yang bergantung pada pasokan
makanan, menskalakan proporsi tubuh hingga kisaran ukuran 50 kali lipat.
Arsitektur tubuh dinamis mereka lebih lanjut memungkinkan kemampuan
regeneratif yang menakjubkan, termasuk regenerasi hewan yang lengkap dan
proporsional bahkan dari sisa-sisa jaringan kecil (Rink, 3013:67).

Planaria memiliki bentuk tubuh pipih dan simetri bilateral. Planaria


berhabitat di daerah bertemperatur 18–24°C dengan ketinggian antara 500–
1500 m dpl. Tubuh planaria tersusun dari bagian cranial, trunchus dan caudal.
Bagian cranial terdapat kepala dengan sepasang eye spot yang berfungsi
sebagai fotoreseptor dan sepasang auricle yang terletak dibagian lateral tubuh
pada bagian cranial. Planaria merupakan hewan triploblastik aselomata
dengan tubuh planaria tersusun solid tanpa adanya coelom. Semua ruangan
yang terletak di antara organ viseral tersusun oleh mesenkim, yang lebih
dikenal dengan sebutan parenkim. Planaria banyak digunakan sebagai
indikator kualitas perairan terutama perairan tawar. Perairan yang terdapat
planaria hampir dapat dipastikan belum tercemar (Palupi, 2015:40).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Planaria?
2. Bagaimana sistem reproduksi pada Planaria?

C. TUJUAN
1. Untuk megetahui apa itu Planaria.
2. Untuk mengetahui sistem reproduksi pada Planaria.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Planaria dan Klasifikasinya
Planaria merupakan salah satu cacing pipih yang hidup bebas,
kebanyakan hidup di dalam air tawar atau air laut, atau tempat yang lembab
di daratan (Anonim, 2012). Klasifikasi Planaria menurut Barnes (1987)
adalah sebagai berikut:
 Kingdom : Animalia
 Philum : Platyhelminthes
 Kelas : Turbellaria
 Ordo : Tricladida
 Familia : Paludicola
 Genus : Euplanaria
 Spesies : Euplanaria sp
Planaria merupakan cacing pipih, yang hidup bebas di perairan yang
jernih dengan ukuran tubuhnya yang kecil. Planaria tubuhnya selain pipih
juga lonjong, dan lunak dengan panjang tubuh kira-kira antara 0,5-
75mmBagian anterior (kepala) berbentuk segi tiga memiliki dua buah bintik
mata Bintik mata Planaria hanya berfungsi untuk membedakan intensitas
cahaya dan belum merupakan alat penglihatan yang dapat menghasilkan
bayangan.
Planaria tubuhnya pipih, lonjong dan lunak dengan panjang tubuh kira-
kira antara 5-25 mm. Bagian anterior (kepala) berbentuk segitiga tumpul,
berpigmen gelap kearah belakang, mempunyai 2 titik mata di mid dorsal.
Titik mata hanya berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya dan belum
merupakan alat penglihat yang dapat menghasilkan bayangan (Anonim,
2012).
Lubang mulut berada di ventral tubuh agak kearah ekor, berhubungan
dengan pharink (proboscis) berbentuk tubuler dengan dinding berotot, dapat
ditarik dan dijulurkan untuk menangkap makanan. Di bagian kepala, yaitu

3
bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan menyerupai telinga disebut
aurikel. Tepat di bawah bagian kepala terdapat tubuh menyempit,
menghubungkan bagian badan dan bagian kepala, disebut bagian leher. Di
sepanjang tubuh bagian ventral diketemukan zona adesif. Zona adesif
menghasilkan lendir liat yang berfungsi untuk melekatkan tubuh planaria ke
permukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral tubuh planaria
ditutupi oleh rambut-rambut getar halus, berfungsi dalam pergerakan
(Anonim, 2012).

B. Sistem Reproduksi Planaria


Reproduksi planaria terjadi melalui dua cara, yaitu reproduksi aseksual
(transverse fission) dan reproduksi seksual dengan pembentukan gamet. Pada
reproduksi seksualnya, planaria dikenal sebagai hewan hermafrodit. Individu
planaria yang bereproduksi secara seksual (sexual strain) mampu membentuk
organ reproduksi yang berkembang pasca masa embrional, sedangkan
individu yang bereproduksi secara aseksual (asexual strain) gagal membentuk
organ reproduksi sehingga mutlak bereproduksi melalui pembelahan
transversal (Palupi, 2015:40).
1. Reproduksi secara seksual
Cacing Planaria yang sudah mencapai dewasa, mempunyai sistem
reproduksi jantan dan betina, jadi bersifat monoecous (hermaprodit).
Testis dan ovarium Planaria berkembang dari sel-sel formatif dari
parenchym. Perkembangbiakan Planaria secara aseksual terjadi dengan
pembelahan arah transversal. Seekor cacing Planaria dapat mengalami
kontriksi (penyempitan) biasanya di belakang faring, kemudian membelah
dan masing-masing potongan melengkapi bagian tubuhnya menjadi
individu-individu baru.
Reproduksi secara seksual, dua Planaria saling melekat pada sisi
ventral-posterior tubuhnya dan terjadi kopulasi, penis masing-masing
dimasukkan kedalam atrium genitalis. Sperma dari vesikula seminalis
pada sistem reproduksi jantan masing-masing masuk ke seminal
reseptacle cacing pasangannya, saling bertukaran produk sex antara dua

4
individu yang berbeda di sebut cross fertilisasi, dan transfer langsung
sperma dari jantan ke organ kelamin betina di sebut fertilisasi internal.
Setelah perkawinan selesai, 2 cacing tersebut memisah, dan sperma
mengadakan migrasi di dalam oviduck, untuk membuahi telur-telur.
Beberapa zygot dan banyak sel-sel yolk kemudian bersatu didalam kapsul
yang terpisah (di dalam kulit telur, di buat oleh dinding atrium kemudian
keluar). Planaria melakukan reproduksi seksual setiap tahun di bulan
Februari-Maret. Setelah masa reproduksi seksual, alat reproduksi
mengalami degenerasi dan planaria kemudian mengalami masa
reproduksi aseksual.
2. Reproduksi secara aseksual
Fragmentasi merupakan proses reproduksi aseksual pada planaria,
dengan membelah diri secara transversal, masing-masing belahan
mengembangkan bagian-bagian yang hilang dan berkembang menjadi
satu organisme utuh. Meskipun jumlah individu yang dihasilkan dengan
reproduksi aseksual itu sangat besar, tetapi proses ini mempunyai batasan
yang serius, yaitu bahwa tiap turunan identik dengan induknya.
Kemampuan planaria mengembangkan bagian-bagian tubuh yang hilang,
hingga terbentuk planaria baru yang lengkap pada reproduksi aseksual,
menyebabkan planaria dikatakan mempunyai daya regenerasi yang tinggi.
Ketika planaria beregenerasi, induknya akan menyempit di bagian
tengah, masing-masing paruhan bergenerasi untuk mengganti ujung yang
hilang. Planaria menunjukan daya regenerasi yang kuat, bila cacing
tersebut mengalami luka baik secara alami maupun secara buatan, bagian
tubuh manapun yang mengalami kerusakan akan diganti dengan yang
baru. Individu cacing yang di potong-potong akan menghasilkan cacing-
cacing kecil yang utuh, Setiap potongan dapat tumbuh kembali
(regenerasi) menjadi individu-individu baru yang lengkap bagian-
bagiannya seperti induknya.
Sepotong potongan membujur dari bagian samping akan beregenerasi
dengan normal, jika potongan itu tetap lurus. Jika potongan itu

5
membengkok atau melengkung, maka kepala akan tumbuh pada bagian
samping dalam. Jika kepala Planaria dibelah akan dapat terbentuk seekor
planaria yang berkepala dua, kemudian jika pembelahan ini dilanjutkan ke
posterior sampai terjadi dua buah belahan, maka tiap belahan akan dapat
tumbuh menjadi seekor cacing yang lengkap bagian-bagiannya seperti
induknya. Tahapan regenerasi planaria dimulai dengan adanya neoblast
yang akan tampak terhimpun pada permukaan luka bagian sebelah bawah
epithelium sehingga terbentuknya suatu blastema yang kemudian struktur
sel mengalami diferensiasi dalam pertumbuhan blastema dan dibawah
kondisi yang optimal mengalami regenerasi berpoliferasi 12 membentuk
bagian-bagian yang hilang.

6
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Planaria adalah hewan invertebrata yang masuk dalam Filum
Platyhelminthes alias Cacing Pipih. Dikatakan pipih karena bentuknya
yang pipih/gepeng. Planaria memiliki bentuk tubuh pipih dan simetri
bilateral. Planaria berhabitat di daerah bertemperatur 18–24°C dengan
ketinggian antara 500–1500 m dpl. Tubuh planaria tersusun dari bagian
cranial, trunchus dan caudal.
2. Reproduksi planaria terjadi melalui dua cara, yaitu reproduksi aseksual
(transverse fission) dan reproduksi seksual dengan pembentukan gamet.
Pada reproduksi seksualnya, planaria dikenal sebagai hewan hermafrodit.
Individu planaria yang bereproduksi secara seksual (sexual strain) mampu
membentuk organ reproduksi yang berkembang pasca masa embrional,
sedangkan individu yang bereproduksi secara aseksual (asexual strain)
gagal membentuk organ reproduksi sehingga mutlak bereproduksi melalui
pembelahan transversal. Arsitektur tubuh dinamis planaria lebih lanjut
memungkinkan kemampuan regeneratif yang menakjubkan, termasuk
regenerasi hewan yang lengkap dan proporsional bahkan dari sisa-sisa
jaringan kecil.

B. SARAN
Pebulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu, Saran dan kritik yang membangun
dengan terbuka saya terima demi untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA
Palupi, E. S., Sari, I. A. A. R. P., & Wibowo, E. S. (2015). Tahapan
Perkembangan Organ Reproduksi Seksual Planaria dari Perairan Lereng
Gunung Slamet, Baturraden, Banyumas. Sains & Matematika, 3(2).

Susetyarini, R. E., Latifa, R., Zaenab, S., & Nurrohman, E. (2020). Embriologi
dan reproduksi hewan (Bahasan Reproduksi Hewan) (Vol. 1). Malang:
UMMPress.

Rink, JC (2013). Sistem sel induk dan regenerasi di planaria. Gen perkembangan
dan evolusi , 223 (1), 67-84.

Purnama, M. F., & Pi, S. (2022). Buku ajar “avertebrata air” (Vol. 1). Sumatera
Barat: Yayasan Pendidikan Cendekia Muslim.

Anonim. “Cacing Planaria (Euplanaria sp).” Rakyat Biologi,


https://andre4088.blogspot.com/2012/05/cacing-planaria.html. Accessed
29 September 2022.

Tamam. “Planaria Si Cacing Pipih Pemakan Daging.” Generasi Biologi, 13


November 2014, https://generasibiologi.com/2014/11/planaria-si-cacing-
pipih-pemakan-daging.html. Accessed 29 September 2022.

Anda mungkin juga menyukai