Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

(hewan tingkatan rendah planaria)

Di susun oleh :

Nama : Putri Wahyu Riska

Npm : 2211010032

Jurusan : Pendidikan Biologi

Dosen pembimbing : Dr.Ibrahim s.pd M.pd

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

BANDA ACEH

2022
KATA PENGANTAR

      Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt, yang hingga saat ini masih
melimpahkan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “
HEWAN TINGKATAN RENDAH PLANARIA”.

Saya sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan atau kesalahan ,oleh
karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
lagi.

Akhir kata dari saya ucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Ibrahim s.pd M.pd yang telah
membimbing saya dalam pembuatan makalah ini. Semoga  makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita, Amin.

Banda Aceh, Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………. i

Daftar Isi.....…………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang…….....…………………………………………………………………. 1

1.2  Tujuan Makalah………………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Reproduksi Seksual ....................................……………………....……………………. 3

2.2 Reproduksi Aseksual ........................................................................................................ 4

2.2  Kemampuan Regenerasi ...............…………………………………………….....…….. 5

2.3  Stem Cell Planaria sp ............................................……………………….........……….. 7

BAB III PENUTUP

3.1  Kesimpulan…………………………………………….…………………….…………. 12

3.1  Saran……………………………………………………………...…………………….. 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Planaria termasuk dalam Filum Platyhelminthes yang memiliki bentuk tubuh pipih dan


simetri bilateral. Planaria berhabitat di daerah bertemperatur 18–24 °C dengan ketinggian
antara 500–1500 m dpl. Tubuh planaria tersusun dari bagian cranial, trunchus dan caudal.
Bagian cranial terdapat kepala dengan sepasang eye spot yang berfungsi sebagai fotoreseptor
(Dasheiff & Dasheiff, 2002) dan sepasang auricle yang terletak dibagian lateral tubuh pada
bagian cranial.
Planaria merupakan hewan triploblastik aselomata dengan tubuh planaria tersusun solid
tanpa adanya coelom. Semua ruangan yang terletak di antara organ viseral tersusun oleh
mesenkim, yang lebih dikenal dengan sebutan parenkim (Kenk, 1972; Hyman, 1951 dalam
Reddien & Alvarado, 2004). Planaria banyak digunakan sebagai indikator kualitas perairan
terutama perairan tawar. Perairan yang terdapat planaria hampir dapat dipastikan belum
tercemar. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Zhang et al., (2010) yang menunjukkan
bahwa Dugesia japonica dapat berperan sebagai spesies bioindikator untuk deteksi dan
evaluasi efek logam kadmium pada perairan tawar. Selain sebagai bioindikator pencemaran,
planaria juga banyak diteliti karena kemampuan regenerasi yang tinggi melalui pembentukan
blastema (Baguna et al., 1989; Salo & Baguna, 1989; Newmark & Alvarado, 2001).
Reproduksi planaria terjadi melalui dua moda, yaitu reproduksi aseksual (transverse
fission) dan reproduksi seksual dengan pembentukan gamet.

1.2  Tujuan Makalah

Bertujuan untuk menambah wawasan ataupun penunjang dalam proses pembelajaran


dalam segi:

1. Mengetahui reproduksi seksual planaria.

2. Mengetahui reproduksi aseksual planaria.

3. Mengetahui kemampuan regenerasi planaria.


4. Mengetahui Stem Cell Planaria sp.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Reproduksi Seksual

Pada reproduksi seksualnya, planaria dikenal sebagai hewan hermafrodit. Individu planaria
yang bereproduksi secara seksual (sexual strain) mampu membentuk organ reproduksi yang
berkembang pasca masa embrional, sedangkan individu yang bereproduksi secara aseksual
(asexual strain) gagal membentuk organ reproduksi sehingga mutlak bereproduksi melalui
pembelahan transversal (Chong et al., 2011a).

Planaria yang sudah dewasa mempunyai sistem reproduksi jantan dan betina, jadi bersifat
monoecious (hermafrodit). Testis dan ovarium berkembang dari sel-sel formatif. Reproduksi
seksual planaria dilakukan dengan cara dua planaria saling melekat pada sisi ventral-posterior
tubuhnya dan terjadi kopulasi (cross fertilisasi), saling pertukaran produk seks antara dua
planaria yang berbeda. Planaria melakukan reproduksi seksual setiap tahun di bulan Februari-
Maret. Setelah masa reproduksi seksual, alat reproduksi mengalami degenerasi dan planaria
kemudian mengalami masa reproduksi aseksual (Kastawi, dkk. 2001).

2.2  Reproduksi Aseksual

Fragmentasi merupakan proses reproduksi aseksual pada planaria, dengan membelah diri
secara transversal, masing-masing belahan mengembangkan bagian-bagian yang hilang dan
berkembang menjadi satu organisme utuh. Meskipun jumlah individu yang dihasilkan dengan
reproduksi aseksual itu sangat besar, tetapi proses ini mempunyai batasan yang serius, yaitu
bahwa tiap turunan identik dengan induknya (Barnes, dkk. 1999).
2.3  Kemampuan regenerasi

Planaria umum digunakan sebagai hewan uji, khususnya pada eksperimen regenerasi.
Kemampuan regenerasinya sangat tinggi, terutama bagi anggota yang hidup di air tawar.
Kemampuan regenerasi pada Planaria sudah lama menjadi sorotan yang menarik (lebih dari
230 tahun). Planaria mampu melakukan regenerasi walaupun bagian tubuhnya terpotong
hingga 1/279 bagian (Morgan, 1901 dalam Newmark & Alvarado, 2001). Penyembuhan luka
merupakan proses yang sangat cepat bagi Planaria. Penyembuhan luka membutuhkan waktu
sekitar 30 menit setelah pelukaan dilakukan (Newmark & Alvarado, 2001; Reddien &
Alvarado, 2004; Estéves & Saló, 2010). Regenerasi Planaria Reganerasi adalah kemampuan
untuk memproduksi sel, jaringan atau bagian tubuh yang rusak, hilang atau mati. Planaria
menunjukan daya regenerasi yang kuat, bila cacing tersebut mengalami luka baik secara
alami maupun secara buatan, bagian tubuh manapun yang mengalami kerusakan akan diganti
dengan yang baru. Individu cacing yang di potong-potong akan menghasilkan cacing-cacing
kecil yang utuh, Setiap potongan dapat tumbuh kembali (regenerasi) menjadi individu-
individu baru yang lengkap bagian-bagiannya seperti induknya (Sutikno,1994 ).

Sepotong potongan membujur dari bagian samping akan beregenerasi dengan normal, jika
potongan itu tetap lurus. Jika potongan itu membengkok atau melengkung, maka kepala akan
tumbuh pada bagian samping dalam. Jika kepala Planaria dibelah akan dapat terbentuk seekor
Planaria yang berkepala dua, kemudian jika pembelahan ini dilanjutkan ke posterior sampai
terjadi dua buah belahan, maka tiap belahan akan dapat tumbuh menjadi seekor cacing yang
lengkap bagian-bagiannya seperti induknya. Tahapan Regenerasi Planaria dimulai dengan
adanya neoblast yang akan tampak terhimpun pada permukaan luka bagian sebelah bawah
epithelium sehingga terbentuknya suatu blastema yang kemudian struktur sel mengalami
diferensiasi dalam pertumbuhan blastema dan dibawah kondisi yang optimal mengalami
regenerasi berpoliferasi 12 membentuk bagian-bagian yang hilang. Tahapan regenerasinya
sebagai berikut dediferensiasi blastema-rediferensiasi (Radiopoetra,1990).

2.4  Stem Cell Planaria sp

Agar dapat disebut sebagai stem cell, terdapat karakteristik yang mesti dipenuhi yaitu belum
berdiferensiasi, mampu memperbanyak diri, dan dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu
jenis sel (multipoten/pluripotent). Sel tersebut tidak hanya berasal dari embrio maupun fetus,
tetapi dapat berasal dari berbagai bagian tubuh. Stem cell diklasifikasikan berdasarkan
asalnya, jenis organ/jaringan asal, penanda permukaan, dan hasil akhir diferensiasi.

Manusia sudah sejak lama tertarik dengan kemampuan regenerasi sel tubuh dari makhluk
hidup seperti cacing pipih Planaria sp maupun Hydra. Kedua invertebrata tersebut memiliki
kemampuan regenerasi yang sangat cepat dan akurat. Kemampuan itu tidak dimiliki sebagian
besar vertebrata dengan kelas yang lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut, manusia mulai
memikirkan pengembangan kemampuan regenerasi sebagai bagian erapi berbagai macam
penyakit.1 Sejak tahun 1950-an, stem cell mulai menarik minat peneliti di seluruh dunia,
yaitu sejak ditemukannya sel yang menyusun sumsum tulang yang dapat membentuk semua
jenis sel darah pada manusia yang selanjutnya disebut stem cell hematopoietic. Stem cell
itulah yang berperan sebagai awal mula pertumbuhan sel dalam menyusun tubuh manusia
secara keseluruhan.2 Stem cell dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi sel punca
yang berarti awal mula. Stem cell menjadi secercah harapan sebagai terapi mutakhir dari
berbagai macam penyakit degeneratif yang merupakan penyebab kematian sekaligus
menurunkan kualitas hidup manusia seperti diabetes melitus, aterosklerosis, stroke, dan
infark miokard akut. Penyakit degeneratif mengakibatkan kerusakan di tingkat sel yang
bersifat irreversible, sehingga terapi konvensional tidak dapat mengatasinya secara sempurna.
Selama ini terapi hanya berperan dalam memperlambat maupun mencegah kerusakan
jaringan/organ yang lebih luas.

Dengan demikian melalui aplikasi stem cell secara klinis, diharapkan dapat menjadi jawaban
dalam mengatasi kerusakan sel yang irreversible

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Planaria akan melakukan fragmentasi  yaitu dengan cara mematahkan tubuhnya menjadi
beberapa potongan tubuh, kemudian masing-masing potongan tubuh tersebut akan
melengkapi bagian tubuh yang hilang sehingga terbentuk individu baru yang utuh. Cara
reproduksi Planaria secara vegetatif ini sangat menguntungkan saat Planaria tidak dapat
melakukan reproduksi secara generatif karena keadaan tertentu.

Dari proses fragmentasi tersebut maka regenerasi cacing planaria membentuk individu baru
atau menghasilkan keturunan menjadi lebih cepat karena tidak memerlukan individu lain
untuk melakukan reproduksi.

3.2  Saran
Tiada kesempurnaan di dunia ini,kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari
makalah ini tujuan nya demi kesempurnaan. Dan semoga makalah yang telah kami susun
bermanfaat bagi kita semua, Amien.

DAFTAR PUSTAKA

 Endah Sri Palupi, I.G.A. Ayu Ratna Puspita Sari, Atang, Eko Setio Wibowo.
2017. Kemampuan Regenerasi Planaria Dari Perairan Lereng Gunung Slamet,
Baturraden, Banyumas Pada Berbagai Perbedaan Ukuran Tubuh. Semnas
Biodiversitas. 6(3): 44 – 47
 Umi Wardani. 2011. Pengaruh Derajat Keasaman Dan Bagian Potongan Tubuh
Planaria (Euplanaria Sp.) Terhadap Kecepatan Regenerasi Sebagai Alternatif
Praktikum [skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember.
 Susintowati. 2012. Regenerasi dan Respons Gerak Planaria. Jurnal Saintek. 9(2):
110–114
 Hilman Zulkifli Amin. 2013. Terapi Stem cell untuk Infark Miokard Akut. Jurnal
Kedokteran: Vol. 1, No. 2

Anda mungkin juga menyukai