Makalah
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian IPA-Biologi
disusun oleh:
Aldeva Ilhami (1605586)
Nurhayati (1605590)
Suci Rahmi Ananda (1605620)
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia kepada peradaban yang berakhlak mulia. Tim penulis
telah dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Sistem Reproduksi” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kajian IPA-Biologi.
Penulis
DAFTAR ISI
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar utamanya
yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu :
metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma mencapai
serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian
atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8% kehamilan.
Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak
dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan jelly,
aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi
lain seperti kondom dan diafragma.
2) Kontrasepsi Hormonal
Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi
gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari
hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk
mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir mulut
rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan
endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat tinggi,
angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil.
Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3 bulan
(DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi
gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian jangka
panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.
Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya dilengan
atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel. Keuntungan
dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali
segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu),
dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya hanya berisi
hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran telur sehingga pada
waktu blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap menerima nidasi,
menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang
melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.
Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.
3) Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)
Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara mengikat
atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke rahim),
efektivitasnya mencapai 99 %.
Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya
sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga
sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%. (Suratun, 2008)
b.Faktor faktor memilih kontrasepsi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suami dalam memilih kontrasepsi,
antara lain:
Umur
Kesehatan pasangan usia subur sangat mempengaruhi kebahagiaan dan
kesejahteraan keluarga waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak
yang dimiliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu
faktor seseorang untuk menjadi akseptor kontap, sebab umur berhubungan dengan
potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan
vasektomi dan tubektomi sebagai cara kontrasepsi.
Umur calon akseptor tidak kurang dari 30 tahun. Pada umur tersebut
kemungkinan calon peserta sudah memiliki jumlah anak yang cukup dan tidak
menginginkan anak lagi. Apabila umur calon akseptor kurang dari 30 tahun,
ditakutkan nantinya akan mengalami penyesalan seandainya masih menginginkan
anak lagi. Umur isteri tidak kurang dari 20 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun. Pada
umur istri antara 20-45 tahun bisa dikatakan istri dalam usia reproduktif sehingga
masih bisa hamil. Sehingga suami bisa mengikuti kontarsepsi mantap (Handayani,
2010).
Sosial ekonomi
Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk Indonesia akan
mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan
program KB, tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan
dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh:
keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari
pada keluarga yang tidak mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB
bukan merupakan kebutuhan pokok. Dengan suksesnya program KB maka
perekonomiaan suatu negara akan lebih baik karena dengan anggota keluarga yang
sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin.
Jumlah anak
Di daerah pedesaan anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat
memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya selain itu akan merupakan jaminan di
hari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga. Banyak masyarakat di desa di
Indonesia yang berpandangan bahwa banyak anak, banyak rejeki. Dari Penelitian
Mohamad Koesnoe tahun 2001 di daerah Tengger, petani yang mempunyai tanah luas
akan mencari anak angkat sebagai tambahan tenaga kerja. Studi lain yang dilakukan
oleh proyek VOC (Value Of Children) menemukan bahwa keluarga-keluarga yang
tinggal di pedesaan Taiwan, Philipina, Thailand mempunyai anak yang banyak
dengan alasan bahwa anak memberikan keuntungan ekonomi dan rasa aman bagi
keluarganya (Radita, 2009).
Mayoritas budaya masyarakat di dunia ini memang menunjukkan kecenderungan
untuk lebih menyenangi kelahiran anak laki laki, dibandingkan kelahiran anak
perempuan. Preferensi jenis kelamin laki-laki terutama terjadi di kalangan budaya
orang-orang Islam, Cina, India, dan di Indonesia, budaya ini ditemukan di masyarakat
Batak, dan Bali. Preferensi anak laki-laki, nampaknya menjadi hambatan untuk
mewujudkan cita-cita dua anak harus dianggap ideal dan juga untuk mengurangi
tingkat fertilitas di China modern.
Kebiasaan atau adat dari suatu masyarakat yang memberikan nilai anak laki-laki
lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan satu
keluarga mempunyai anak banyak. Bagaimana kalau keinginan untuk mendapatkan
anak laki-laki atau perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan istrinya
dan kawin lagi agar terpenuhi keinginan memiliki anak laki-laki ataupun anak
perempuan. Disinilah norma adat istiadat perlu diluruskan karena tidak banyak
menguntungkan bahkan banyak bertentangan dengan kemanusiaan (Radita, 2009).
Pendidikan
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan Keluarga
Berencana tetapi juga pemilihan suatu metode. Beberapa studi memperlihatkan
bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang berpendidikan.
Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga berencana
yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan sebagai
metode kontrasepsi.
Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku masyarakat
memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan. Peningkatan
tingkat pendidikan akan menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah karena
pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan
menekan adanya keluarga besar.
Purwoko (2000) dalam Notoadmojo (2010), mengemukakan pendidikan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap
tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan
respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif
dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun
tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana (KB). Karena pengetahuan KB secara
umum diajarkan pada pendidikan formal di sekolah dalam mata pelajaran kesehatan,
pendidikan kesejahteraan keluarga dan kependudukan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan suami istri memandang
anaknya sebagai alasan penting untuk melakukan KB, sehingga semakin
meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan
menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya.
Agama
Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam
memilih metode. Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan
kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin islam pengklaim bahwa
sterilisasi dilarang sedangkan sebagaian lainnya mengijinkan. Walaupun agama islam
tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita berpendapat
bahwa pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan sebagian metode
hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang sembahyang.
Dan sebagian masyarakat wanita hindu dilarang mempersiapkan makanan selama
haid sehingga pola haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah. KB bukan hanya
masalah demografi dan klinis tetapi juga mempunyai dimensi sosial, budaya dan
agama, khususnya perubahan sistem nilai dan norma masyarakat (Handayani, 2010).
Program KB juga telah memperoleh dukungan dari Departemen Agama
Republik Indonesia. Hal ini terlihat dengan penandatanganan bersama Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Memorandum of Understanding
(MoU) Nomor 1 Tahun 2007 dan Nomor: 36/HK.101/F1/2007 tentang Advokasi,
Komunikasi, Informasi dan Edukasi Program KB Nasional melalui Peran Lembaga
Keagamaan, pada 9 Februari 2007, yang berlaku sampai dengan 31 Desember 2009.
Dalam Islam tetap ada orang atau kelompok yang tidak mendukung KB .
Alasanya yang dikemukakan, antara lain al-Quran tidak membolehkan pemakaian
alat kontrasepsi yang dianggap sebagai membunuh bayi atau agama Islam
menginginkan agar Islam mempunyai umat yang besar dan kuat. Para ulama yang
membolehkan KB sepakat bahwa KB yang dibolehkan syariat adalah usaha
pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara
atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
(maslahat) keluarga. Jadi jelas bahwa Islam membolehkan KB karena penting untuk
menjaga kesehatan ibu dan anak, menunjang program pembangunan kependudukan
lainnya dan menjadi bagian dari hak asasi manusia.
Sementara itu, agama-agama lain di Indonesia umumnya mendukung KB. Agama
Hindu memandang bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat. Untuk itu
kelahiran harus diatur jaraknya dengan ber KB. Agama Buddha, yang memandang
setiap manusia pada dasarnya baik, tidak melarang umatnya berKB demi
kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak melarang umatnya ber-KB.
Namun sedikit berbeda dengan agama Katolik yang memandang kesejahteraan
keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman holistik sesuai dengan
kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran anak, suami-istri harus tetap menghormati
dan menaati moral Katolik. Gereja Katolik hanya menerima abstinensia dan pantang
berkala (hubungan seksual hanya dilakukan pada masa tidak subur dalam siklus
bulanan seorang wanita) sebagai metode keluarga berencana yang sesuai dengan
pandangan gereja dan menolak secara tegas metode KB lainnya (Proverawati, 2009).
Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat
dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2010). Tingkat
pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau menolak inovasi.
Roger (1974) dalam Notoadmodjo 2010 mengungkapkan bahwa sebelum seseorang
mengadopsi prilaku baru, dalam diri seseorang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu
kesadaran, interest, evaluation, trial, adopsi
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik
secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan materi yang ingin diukur
dari objek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin diketahui
(Notoatmodjo, 2010).
Sikap .
Sikap-sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam
suatu tindakan nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2007) bahwa
sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang stimulus atau
obyek. Karena itulah adalah logis untuk mengharapkan bahwa seseorang akan
dicerminkannya dalam bentuk tendesi perilaku terhadap obyek. Sikap seseorang
terhadap obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak
mendukung pada obyek tertentu. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rani
Susanti (2007) yang menyatakan bahwa sikap dari pasangan usia subur
mempengaruhi menggunakan dan memilih alat kontrasepsi.
Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode
kontrasepsi. Faktor -faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai
berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi
mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia layanan harus menyadari
bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pemilihan metode di daerah mereka
dan harus memantau perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan
metode. Sosial Budaya adalah suatu keadaan/kondisi yang diciptakan untuk mengatur
tatanan kehidupan bermasyarakat, yang mencakup semua bidang (Proverawati,
2009).
Akses pelayanan KB
Menurut Wijono (1999) dalam Manuaba 2008, bahwa akses berarti bahwa
pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, budaya,
organisasi atau hambatan bahasa. Keterjangkauan ini dimaksudkan agar pria dapat
memperoleh informasi yang memadai dan pelayanan KB yang memuaskan.
Kualitas pelayanan KB
Bruce (1990) dalam Manuaba (2008) menjelaskan bahwa terdapat enam
komponen dalam kualitas pelayanan, yaitu pilihan kontrasepsi, informasi yang
diberikan, kemampuan tehnikal, hubungan interpersonal, tidak lanjut atau
kesinambungan, kemudahan pelayanan. Dalam kerangka teorinya disebutkan pula
bahwa dampak dari kualitas pelayanan adalah pengetahuan klien, kepuasan klien,
kesehatan klien, penggunaan kontrasepsi penerimaan dan kelangsungannya. Enam
elemen kualitas pelayanan di atas saling berkaitan antara yang satu dengan unsur
yang lainnya. Keterkaitan ini dipengaruhi oleh faktor latar belakang yang sama, yaitu
kebijaksanaan politis, sumber alokasi, managemen program.
Dari ketiga unsur yaitu pengelola, pelaksana, dan klien dapat diidentifikasi untuk
dapat memberikan penilaian pada setiap elemen tersebut dapat membahas untuk
konsep dan indikator kualitas pelayanan KB. Kualitas yang diterima oleh klien
menjadi fokus pokok untuk menilai kualitas pelayanan.
Suatu tempat pelayanan agar menyediakan pelayanan kontrasepsi yang beragam
baik untuk pelayanan pria maupun wanita. Hal ini dimaksudkan agar klien
mempunyai pilihan metode kontrasepsi yang tersedia untuk pria dan wanita.
Peraturan dan sistem logistik perlu diperkuat untuk menjamin ketersediaan
kontrasepsi yang terus menerus. Keanekaragaman metode yang tersedia merupakan
jaminan bahwa program tidak hanya mempromosikan suatu metode tertentu bagi
klien. Pilihan kontrasepsi meliputi tersedianya pelbagai metoda kontrasepsi yang
sesuai untuk pelbagai golongan klien menurut umur, paritas, status laktasi, keadaan
kesehatan, keadaan ekonomi, kebutuhan, jumlah anak yang diinginkan dan lain - lain.
Penyiapan berbagai ragam kontrasepsi sehingga klien dapat memilih cara atau
alat atau metode yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan klien merupakan hal
yang sangat menjadi perhatian pemerintah dalam rangka mewujudkan pelayanan KB
yang berkualitas. Dengan pertimbangan itu, pemerintah melalui program KB
Nasional menentukan kebijakan pelayanan kontrasepsi yang ditujukan kepada istri
dapat dikatakan sudah memenuhi kafetaria sistem karena telah tersedia berbagai
macam metode KB. Tetapi untuk kontrasepsi pria ternyata tidak demikian, jenis
kontrasepsi pria yang tersedia hanya ada dua macam, yaitu kondom dan
vasektomi(MOP). Meskipun dari dua metode KB pria ini telah tersedia berbagai
merek kondom dan telah dikembangkan beberapa teknik vasektomi yang relatif lebih
baik, namun belum dapat dikatakan sudah menganut sistem kafetaria (Proverawati,
2009).
Dukungan dari suami dan keluarga
Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang dipandang oleh anggota
sebagai suatu yang dapat bermanfaat. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasi
sebagai bagian dari keluarga (Friedmen,1998).
Menurut Friedmen(1998) dalam Notoadmodjo (2008) dukungan keluarga
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif. Peran
dukungan keluarga sendiri terbagi menjadi peran formal yaitu peran yang tampak
jelas, bersifat eksplisit misalnya peran suami dan peran informasi seperti bantuan
langsung dari keluarga.
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan sosial yang dipandang oleh anggota
keluarga. Dukungan keluarga (suami/ istri) memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Baik
kelurga ini maupun keluarga besar berfungsi sebagai system pendukung bagi anggota
anggotanya.
2.1.8 Aborsi
Aborsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah terpencarnya embrio
yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan keempat dari kehamilan).
Pengertian aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia adalah
Pengeluaran hasil konsepsi pada stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat
kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).
Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 15 (1)
UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan
medis tertentu. Maksud dari tindakan medis tertentu, yaitu aborsi. Sementara aborsi
atau abortus menurut dunia kedokteran adalah kehamilan berhenti sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir
selamat sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, disebut kelahiran prematur.
Wanita dan pasangannya yang menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan
biasanya mempertimbangkan aborsi. Alasan untuk memilih aborsi berbeda-beda,
termasuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan atau ketika mengetahui janin
memiliki kelainan (Perry&Potter,2010).
Jenis-jenis Aborsi
Klasifikasi abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu:
1. Abortus spontanea, merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan.
Aborsi ini dibedakan menjadi 4 yaitu :
1) Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi
perdarahan dari uterus atau rahim, dimana janin masih didalam rahim,
serta leher rahim belum melebar (tanpa dilatasi serviks).
2) Abortus insipiens, istilah ini kebalikan dari abortus imminens, yakni
pada kehamilan kurang dari 20 minggu,terjadi pendarahan,dimana
janin masih didalam rahim, dan ikuti dengan melebarnya leher
rahim(dengan dilatasi serviks).
3) Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia
sebelum 20 minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam
rahim.
4) Abortus kompletus, semua hasil konsepsi(pembuahan) sudah di
keluarkan.
2. Abortus Provokatus
Berbeda dengan abortus spontanea yang prosesnya tiba-tiba dan
tidak diharapkan tapi tindakan abortus harus dilakukan. Maka pengertian
aborsi atau abortus jenis provokatus adalah jenis abortus yang sengaja
dibuat atau dilakukan, yakni dengan cara menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu atau kira-kira sebelum berat
janin mencapai setengah kilogram. Abortus provakatus dibagi menjadi 2
jenis:
1) Abortus provokatus medisinalis/artificialis/therapeuticus. Abortus
yang dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di Indonesia yang
dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa
ibu. Indikasi medis yang dimaksud misalnya: calon ibu yang sedang
hamil tapi punya penyakit yang berbahaya seperti penyakit jantung,
bila kehamilan diteruskan akan membahayakan nyawa ibu serta janin,
sekali lagi keputusan menggugurkan akan sangat dipikirkan secara
matang.
2) Abortus provokatus kriminalis, istilah ini adalah kebalikan dari
abortus provokatus medisinalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa
adanya indikasi medik (ilegal). Dalam proses menggugurkan janin pun
kurang mempertimbangkan segala kemungkinan apa yang akan terjadi
kepada wanita/ calon ibu yang melakukan tindakan aborsi ilegal.
Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau
obat-obat tertentu.
3. Abortus habitualis, termasuk abortus spontan namun habit ( kebiasaan)
yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih.
4. Missed abortion, kematian janin yang berusia sebelum 20 minggu, namun
janin tersebut tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih, dan terpaksa
harus dikeluarkan. Missed abortion digolongkan kepada abortus
imminens.
5. Abortus septik, tindakan menghentikan kehamilan karena tindakan abortus
yang disengaja (dilakukan dukun atau bukan ahli ) lalu menimbulkan
infeksi. Perlu diwaspadai adalah tindakan abortus yang semacam bisa
membahayakan hidup dan kehidupan.
Penyebab Melakukan Aborsi
Setiap tindakan pasti ada yang menyebabkannya. Berikut beberapa penyebab
aborsi dilakukan :
1) Umur
Umur menjadi pertimbangan seseorang wanita memilih abortus. Apalagi untuk
calon ibu yang merasa masih terlalu muda secara emosional, fisik belum matang,
tingkat pendidikan rendah dan masih terlalu tergantung pada orang lain masalah
umur yang terlalu tua untuk mengandungpun menjadi penyebab abortus.
2) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
Jarak kehamilan yang terlalu rapat menjadi alasan abortus, karena jika tidak
dilakukan abortus akan menyebabkan pertumbuhan janin kurang baik, bahkan
menimbulkan pendarahan hal itu disebabkan karena keadaan rahim yang belum
pulih benar.
3) Paritas ibu
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup (anak) yang dimiliki wanita. Resiko
paritas tinggi , banyak wanita melakukan abortus.
4) Riwayat kehamilan yang lalu
Wanita yang sebelumnya pernah abortus, kemungkinan besar akan dilakukan
abortus lagi . penyebabnya yang lainnya masih banyak, seperti calon ibu yang
memiliki penyakit berat hingga takut bila ia melahirkan anaknya, anaknya
akan tertular penyak it pula, ada juga masalah ekonomi banyak anak banyak
pengeluaran dan lain sebagainya.
5) Dari ketidaksiapan sang ibu
Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir atau
sekolahnya.
Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak.
Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah.
Selain penyebab di atas, aborsi juga dapat terjadi karena beberapa sebab,
yaitu:
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
ialah :
Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Pengaruh teratogen akibat radiasi, firus, obat-obatan, tembakau dan
alkohol
2) Kelainan pada plasenta, misalnya enderteritis vili korialis karena hipotensi
menahun. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan,
toksoplasmosis.
3) Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, dan kelainan bawaan uterus.
Dampak dari Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia
“tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang
sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan
karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko
kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1) Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts
of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd., yaitu:
Kematian mendadak karena pendarahan hebat
Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
Kanker hati (Liver Cancer)
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya.
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
2) Resiko gangguan psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari
segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga
memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion
Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
“Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The
Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami
hal-hal seperti berikut ini:
Kehilangan harga diri (82%)
Berteriak-teriak histeris (51%)
Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
Ingin melakukan bunuh diri (28%)
Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam
hidupnya. Rasa bersalah tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau
emosional, yaitu stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis
(Hidayat, 2007).
Hukum Melakukan Aborsi
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran
janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus
Criminalis. Yang menerima hukuman adalah:
Ibu yang melakukan aborsi.
Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi.
Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Beberapa pasal yang terkait adalah:
1) Pasal 229
a. Ayat 1
Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
b. Ayat 2
Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. Jika
yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
2) Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
3) Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
4) Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.
5) Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
2.1.9 Gangguan dan Kelainan Organ Reproduksi
Berdasarkan hasil konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan
(1994), kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai suatu kondisi sehat secara fisik,
mental, dan sosial dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi dan proses
reproduksi. Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mempunyai
kesehatan reproduksi yang sehat di antaranya sebagai berikut:
a. Pengenalan mengenai sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi.
b. Perlunya mendewasakan usia perkawinan serta mengadakan perencanaan dan
pengaturan kehamilan.
c. Pengenalan bahaya narkoba dan minuman keras pada organ reproduksi.
d. Pengenalan pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual dan kekerasan
seksual serta cara menghindarinya.
e. Meningkatkan pemahaman agama serta terbuka dalam berkomunikasi mengenai
masalah kesehatan reproduksi.
f. Pengenalan berbagai macam Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV-AIDS
serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi.
PMS merupakan suatu infeksi atau penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. PMS juga diartikan sebagai panyakit kelamin, atau infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. PMS menyerang sekitar alat kelamin tetapi
gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak,
dan organ tubuh lainnya. Berikut akan dibahas satu persatu jenis-jenis PMS.
Seperti halnya organ lain, organ reproduksi manusia juga dapat mengalami
gangguan atau kelainan. Gangguan atau kelainan pada organ reproduksi dapat
mempengaruhi kesuburan (fertilitas) seseorang.Apabila gangguan kesuburan
seseorang menyebabkan terjadinya ketidakhamilan walau tanpa alat kontrasepsi
selama satu tahun, maka kondisi ini dapat disebut sebagai kemandulan (sterilitas).
Selain sterilitas, gangguan maupun kelainan organ reproduksi dapat juga
ditunjukkan dengan terjadinya keguguran yang berulang kali.Apabila kedua hal
tersebut terjadi, maka seorang pria dan wanita perlu melakukan pemeriksaan ACA
dan infeksi TORCH. Pemeriksaan ACA yaitu pemeriksaan kadar antikardiolipin
antibodi dalam darah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar ACA, karena kadar
ACA yang tinggi dapat menyulitkan perlekatan hasil pembuahan sel telur di dinding
rahim serta mengganggu perkembangan janin sehingga sering terjadi keguguran.
Sementara itu, infeksi TORCH merupakan infeksi multiorganisme parasite
Toxoplasma gondii, virus Rubella, Sitomegalo, Herpes simplex, dan bakteri
Clamidia.Infeksi ini bisa menyebabkan kematian janin maupun cacat bawaan pada
bayi.Melihat berbagai gangguan dan kelainan yang sering terjadi pada sistem
reproduksi, maka para ahli bidang biologi dan kedokteran mencetuskan suatu
teknologi dalam system reproduksi.Sistem reproduksi manusia dapat mengalami
gangguan, baik disebabkan oleh kelainan maupun penyakit.Gangguan sistem
reproduksi dapat terjadi baik pada wanita maupun pria.
a. Gangguan pada Sistem Reproduksi Laki-laki
1) Hipogonadisme
Hipogonadisme merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh
gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan estrogen.
Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi, dan tidak adanya tanda-
tanda kepriaan.Penanganannya dapat dilakukan dengan terapi hormon.
2) Kriptorkidisme
Kriptorkidisme merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun
dari rongga abdomen ke dalam scrotum pada waktu bayi. Penangannya
dapat dilakukan dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin
untuk merangsang testoteron.
3) Uretritis
Peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air
kecil. Penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum,
atau virus herpes.
4) Prostatitis
Prostatitis merupakan peradangan prostat. Penyebabnya adalah bakteri
Escherichia coli ataupun bukan bakteri.
5) Epididimitis
Epididimitis merupakan infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi
pria. Penyebabnya adalah E. coli dan Chlamydia.Penyakit ini menyerang
pria. Epididimitis adalah peradangan pada saluran epididimis yang
disebabkan oleh infeksi atau karena terkena penyakit menular seksual
(PMS). Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri disertai pembengkakan pada
salah satu testis.
6) Orkitis
Orkitis merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus
parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
7) Priapisme
Priapisme adalah kejadian ereksi tanpa dikehendaki yang berlangsung
dalam rentang waktu abnormal dan secara medik tergolong sebagai kejadian
darurat. Ereksi priapistik juga dapat terjadi pada orang yang mati secara
mendadak (misalnya karena tergantung). Ketidakmampuan penis untuk
ereksi secara penuh disebut dengan impotensi.
8) Impotensi
Impotensi (disfungsi ereksi) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
kelainan pembuluh darah, kelainan persyarafan, obat-obatan, kelainan
pada penis, serta masalah psikis yang memengaruhi gairah seksual.
Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia,
sedangkan masalah psikis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda.
Semakin bertambah umur seorang pria, maka impotensi semakin sering
terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan bagian dari proses penuaan
tetapi merupakan akibat dari penyakit yang sering ditemukan pada usia
lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun
mengalami impotensi.
9) Sifilis (Raja Singa)
Penyakit ini disebabkan oleh Treponema pallidium, yaitu sebuah spirochet
(bakteri yang berbentuk spiral). Penularan terjadi melalui kontak langsung
antara luka (yang bernanah atau yang membengkak) di kulit dengan selaput
lendir atau cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina) selama
berhubungan seksual. Penularan bisa terjadi melalui transfusi darah bila
donor berada dalam tahap awal infeksi tersebut.Infeksi bisa ditularkan dari
seorang ibu hamil yang terinfeksi kepada bayi yang dikandungnya.
10) Herpes Genitalis
Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes simplex tipe 2 (HSV-2).Gejala
yang paling umum adalah bintil-bintil berisi cairan dan terasa
sakit.Walaupun infeksi herpes di kemaluan tidak bisa diobati,
perkembangan klinisnya bisa dikurangi dengan pengobatan.
11) Gonorhoe (Kencing Nanah)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoea. Bakteri tersebut
dapat menyerang pria maupun wanita. Gejala seseorang yang terkena
penyakit ini di antaranya akan terasa sakit sewaktu kencing karena dari
saluran kencing keluar cairan kental berupa nanah.
12) Klamidia
Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan dapat menjangkiti
pria maupun wanita. Gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan
gonorhoe ditambah dengan terjadinya radang leher rahim pada wanita.
13) Kutil Kelamin
Penyakit ini disebabkan virus Papilloma manusia (HPV: Human Papilloma
Virus). Kutil-kutil ini tumbuh di daerah kemaluan, tetapi dapat juga tumbuh
di sekitar dubur.
14) Kanker Prostat
Kanker prostat adalah kanker yang berkembang di bagian kelenjar prostat
pada pria. Sel kanker prostat dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya
terutama pada tulang dan lymph node. Ciri-ciri kanker prostat adalah
kesulitan buang air kecil, rasa sakit di bagian prostat, impotensi, dan
lainnya.
15) Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS)
AIDS merupakan sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena
menurunnya kekebalan tubuh.AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) di dalam tubuh. Secara umum tanda-tanda utama
yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah:
berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat,
demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan),
diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan),
batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan),
kelainan kulit dan iritasi (gatal),
infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan,
pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah
telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha.
b. Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita
1) Kanker Vagina
Penyakit ini menyerang wanita. Kanker vagina sampai saat ini tidak
diketahui penyebabnya dan kemungkinan disebabkan oleh virus yang
menyebabkan iritasi. Upaya pengobatannya dapat dilakukan dengan
kemoterapi dan bedah laser.
2) Gangguan Menstruasi
Penyakit ini menyerang wanita. Gangguan atau penyakit ini bisa berupa
amenore primer dan juga amenore sekunder. Amenore primer merupakan
gejala dimana menstruasi tidak terjadi hingga usia 17 tahun dan unsur
seksual sekunder juga tidak berkembang. Sementara itu, amenore
sekunder adalah tidak proses menstruasi selama 3 hingga 6 bulan pada
wanita yang telah mengalami siklus menstruasi sebelumnya.
3) Kanker Serviks
Penyakit ini menyerang wanita. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi
pada serviks (leher rahim) yang hampir semuanya disebabkan oleh virus
HPV (Human papilloma virus). Gejala awal berupa pendarahan pada
vagina yang baru muncul saat memasuki stadium lebih jauh. Kanker
serviks tidak menular. Penanganannya adalah dengan pengangkatan
uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina, dan kelenjar limfa
panggul.
4) Kanker genitalia
Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks, dan
ovarium.Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya, mungkin karena
iritasi yang disebabkan oleh virus.Pengobatannya dengan kemoterapi dan
bedah laser.Kanker serviks terjadi bila pertumbuhan sel-sel yang abnormal
di seluruh lapisan epitel serviks.Penanganannya dengan pengangkatan
uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina, dan kelenjar limfa
panggul.Kanker ovarium gejalanya tidak jelas.Biasanya dapat berupa rasa
pegal pada panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan, atau
mengalami pendarahan vagina abnormal.Penanganannya dengan
kemoterapi dan pembedahan.
5) Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan di mana jaringan endometrium terdapat di
luar rahim, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk, atau jalur di
luar rahim.Gejalanya berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit, dan nyeri
pada saat menstruasi. Jika tidak ditangani akan menyebabkan sulit
terjadinya kehamilan. Penanganannya dengan pemberian obat-obatan,
laparoskopi, atau bedah laser.
6) Infeksi vagina
Gejalanya berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi ini menyerang
wanita usia produktif terutama yang menikah. Penyebabnya adalah akibat
hubungan kelamin.
7) Keputihan
Ada 2 macam keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak normal.
Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak
gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti
keputihan tersebut dikatakan tidak normal.
8) Infeksi Trikomonas
Sebuah infeksi umum yang terjadi terus-menerus di saluran kencing
perempuan.Infeksi ini disebabkan oleh Protozoa Trichomonas
vaginalis.Banyak terjadi di seluruh dunia dan terutama didiagnosis pada
wanita berusia 16–35 tahun. Pada wanita, infeksi ini menyebabkan
peradangan di vagina sehingga banyak mengeluarkan cairan yang
berwarna kuning dan berbau tidak enak.Gejala penyakit ini berupa
peradangan saluran kencing.Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopik dari cairan serta perlu diadakan identifikasi mengenai ada
tidaknya parasit.
2.2 Sistem Reproduksi Tumbuhan
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya tumbuhan melakukan reproduksi. Secara umum
tumbuhan dibagi dua. Yakni tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi.
Adapun reproduksi tumbuhan terbagi dua yakni reproduksi secara seksual (generatif)
dan aseksual (vegetatif). Namun reproduksi pada tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat
rendah memiliki cara dan siklus yang berbeda.
2.2.1 Reproduksi Tumbuhan Tingkat Rendah
a. Reproduksi lumut
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi
aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan
reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet – gamet, baik gamet jantan maupun
gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.
Ada 2 macam gametangium , yaitu sebagai berikut:
1) Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol
dengan bagian lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher.
2) Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti
gada. Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan
didalamnya terdapat sejumlah sel induk spermatozoid.
Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu
pergiliran keturunan yang disebut metagenesis. Pada tumbuhan lumut, proses
reproduksi baik secara seksual dan aseksual berlangsung melalui suatu proses yang
disebut sebagai metagenesis. Dalam metagenesis, terjadi pergiliran keturunan antara
generasi sporofit (2n) dan generasi gametofit (n). Ketika ada spora yang jatuh pada
tempat yang sesuai, maka spora tadi akan tumbuh menjadi protonema. Protonema
tadi akan segera tumbuh menjadi tumbuhan lumut dewasa yang akan menghasilkan
gamet jantan, yaitu anteridium yang akan menghasilkan spermatozoid dan
juga menghasilkan gamet betina, yaitu arkegonium yang akan menghasilkan ovum.
Apabila terjadi fertilisasi antara spermatozoid dengan ovum maka akan terbentuk
zigot, zigot tadi akan segera berkembang menjadi sporogonium yang akan
menghasilkan spora. Spora yang dihasilkan sporogonium akan membelah dan akan
keluar serta tumbuh lagi menjadi protonema. Siklus akan berjalan seperti
semula. Lumut dapat melakukan reproduksi seksual dengan membentuk kuncup
atau fragmentasi.
Gambar 2.9 Siklus hidup lumut
Sumber: http://buatbelajarbiologi.blogspot.co.id/
b. Reproduksi paku-pakuan
Perkembangbiakan Tumbuhan Paku/ Pteridophyta. Sama dengan tumbuhan
lumut, tumbuhan paku pada perkembangbiakannya menunjukkan pergiliran
keturunan, yaitu fase sporofit dan fase gametofit. Gametofitnya memiliki beberapa
perbedaan dengan gametofit lumut, yaitu gametofit pada tumbuhan paku dinamakan
dengan protalium tetapi sama-sama bersifat haploid. Protalium ini hanya berumur
beberapa minggu saja. Bentuk dari protalium ini seperti jantung, warnanya hijau, dan
melekat pada substratnya. Protalium ini terdapat pada anteridium yang terdapat pada
bagian paling sempit dan arkegonium yang terdapat pada lekukan bagian yang lebar.
Jadi, keduanya berada pada sisi bawah protalium di antara rizoidnya.
Sporofit pada paku sangat berbeda dengan sporofit pada lumut, yaitu jika
terjadi pembuahan, maka protalium akan segera binasa, tetapi jika tidak terjadi
pembuahan, maka protalium dapat bertahan hidup sampai lama. Sporofit inilah yang
akan tumbuh menjadi tumbuhan paku.
Gambar 2.10. Siklus hidup paku
Sumber : Hartini,2005
Gambar 2. 11 Tunas
Sumber : http://maslatip.com/perkembangbiakan-tumbuhan-secara-vegetatif-
alami.html
Umbi akar
Umbi akar berguna untuk menyimpan cadangan makanan. Umbi akar tidak
berkuncup, tidak berdaun, tidak bermata tunas, dan tidak berbuku-buku. Tumbuhan
yang berkembang biak dengan umbi akar adalah bunga dahlia dan wortel. Sisa batang
pada pangkal umbi dapat memunculkan tunas. Akar tunas baru akan tumbuh dari
bagian sisa batang jika umbi akar tersebut ditanam.
Rhizoma adalah batang yang tebal dan tumbuh mendatar di dalam tanah. Pernahkah
kamu melihat tumbuhan jahe? Jahe berkembang biak dengan akar tinggal atau
rhizoma. Rhizoma berfungsi sebagai cadangan makanan bagi tumbuhan. Rhizoma
dapat mempunyai ciri-ciri berikut:
a) Bentuknya berbulu-bulu seperti batang dan terdapat kuncup di bagian
ujungnya.
b) Bersisik, di setiap sisik ketiak terdapat tunas.
Stek
Stek adalah cara pengembangbiakan tanaman dari potongan-potongan batang atau
cabang yang kemuddian ditancapkan ke tanah. Contohnya yaitu pada tumbuhan
ketela pohon, melati, atau mawar
Okulasi
Menempel (Okulasi), adalah menggabungkan bagian tubuh dari dua tanaman yang
mempunyai sifat berbeda. Masing-masing tanaman pada umumnya mempunyai
kelebihan tersendiri. Misalnya dengan menempelkan mata tunas tumbuhan
yang buahnya banyak dan pada tumbuhan yang system perakarannya baik. Contoh,
jeruk, kopi, karet.
1) Struktur Bunga
Angiospermae merupakan tumbuhan dengan biji tertutup. Siklus hidup
angiospermae dimulai dengan pembuahan pada bunga. Setelah terjadi pembuahan
terjadilah zigot atau bakal biji. Kemudian berkembang menjadi buah dan biji. Biji
dewasa menjadi biji yang mengandung embrio. Biji tersebut akan menjadi kecambah
dan akhirnya menjdai tumbuhan.
Proses reproduksi terjadi pada bunga. Bunga berkembang dari tunas yang
dimampatkan dengan empat lingkaran daun yang telah termodifikasi yang dipisahkan
oleh ruas-ruas yang sangat pendek. Keempat organ bunga ini, secara berurutan dari
bagian luar ke bagian dalam bunga adalah kolopak bunga (sepal), makhkota bunga
(petal) benang sari (stamen) dan putik (carpel). Struktur dan bagian-bagian bunga
lengkap ditunjukkan pada gambar berikut:
2) Perkembangan Gametofit
Perkembangan gametofit jantan
Didalam sporangia (kantung polen) kepala sari, sel-sel diploid yang disebut
mikrosporofit mengalami meiosis. Masing-masing sel membentuk empat mikrospora
haploid. Masing-masing mikrospora akhirnya membelah sekali lagi melalui mitosis
dan menghasilkan dua sel yaitu sel generatif dan sel tabung. Struktur bersel dua ini
terbungkus dalam sel yang tebal dan resisten yang terpahat pola rumit yang unik bagi
spesies tumbuhan tertentu. kedua sel tersebut dan dindingnya membentuk sebuah
butiran serbuk sari atau gametofit jantan yang belum dewasa.
3) Penyerbukan.
Supaya sel terus dapat dibuahi, gametofit jantan dan betina harus dan
menyatukan gametnya. Agar sel kelamin jantan dan betina bertemu tumbuhan
melakukan penyerbukan. Penyerbukan adalah proses bertemunya serbuk sari dengan
kepala putik dengan berbagai bantuan alam.
a) Penyerbukan berdasarkan asal serbuk sari.
Berdasarkan asal serbuk sari, penyerbukan pada tumbuhan dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut :
Autogami (penyerbukan sendiri)
Autogami merupakan proses penyerbukan oleh serbuk sari yang berasal dari bunga
yang sama (satu bunga). Pada saat otogami, dapat saja terjadi beberapa gangguan
yang menghalangi pertemuan antara serbuk sari dan putik. Berikut ini beberapa
istilah atau bentuk gangguan yang menghalangi penyerbukan, diantaranya:
Protandri, yaitu peristiwa serbuk sari yang matang lebih dulu dari pada
putik
Protagini, yaitu peristiwa putik yang matang lebih dulu daripada
serbuk sari
Serbuk sari tidak dapat sampai di kepala putik
Kleistogami
Kleistogami merupakan bagian dari otogami yang terjadi pada saat bunga belum
mekar.
Geistonogami (penyerbukan tetangga).
Geistonogami merupakan proses penyerbukan oleh serbuk sari yang berasal dari
bunga lain, tetapi masih dalam satu individu. Geistonogami disebut juga penyerbukan
tetangga.
Alogami (penyerbukan silang).
Alogami atau xenogami merupakan proses penyerbukan oleh serbuk sari yang berasal
dari individu lain, namun masih dalam satu jenis. Alogami disebut juga penyerbukan
silang.
Hibridogami (penyerbukan bastar).
Penyerbukan bastar terjadi jika serbuk sari berasal dari bunga pada tumbuhan lain
yang berbeda jenisnya, atau sekurang-kurangnya mempunyai satu sifat berbeda.
Bastar terdiri dari beberapa macam, diantaranya :
Bastar antar kultivar (varietas). Contohnya antara mangga golek dengan
mangga gadung.
Bastar antar jenis (spesies). Contoh antara mangga dengan kweni. Bastar
antar mangga (genus). Contoh cabai dengan terong
Campbell, A Neil, dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan jilid 3 (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Campbell, A Neil, dkk. 2010. Biology Ninth edition. San Fransisco: Benjamin
Cummings.
RumahBelajar.https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=12
&idmateri=20&lvl1=3&lvl2=2&lvl3=0&kl=9
LAMPIRAN SOAL DAN PEMBAHASAN