Anda di halaman 1dari 81

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas rahmat
dan hidayah-Nya makalah ini dapat terselesaikan. makalah ini berjudul
“FISIOLOGI JANIN ”.

Dengan tersusunnya makalah ini kami harapkan dapat menjadi pegangan


dan pedoman mahasiswa khususnya untuk mahasiswa kebidanan program profesi
dalam pembelajaran penguatan keilmuan mengenai fetomaternal.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat


kekurangan dan belum mencapai kesempurnaan pada isinya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritikan dan saran agar laporan ini dapat menjadi lebih baik. Dan
akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
para pembacanya.

Malang, 1 Agustus 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I

1.1Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2


1.3 Tujuan ....................................................................................... 3

1.4 Manfaat ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Genetika Reproduksi ................................................................. 4


2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan janin ..................................... 22
2.3 Sistem Pernapasan Janin ........................................................... 28
2.4 Fisiologi Kardiovaskuler Janin ................................................. 33
2.5 Neurologi janin.......................................................................... 36
2.6 Nefrologi janin .......................................................................... 40
2.7 Sistem Digestif Janin ................................................................ 44
2.8 Respon Antibodi Janin .............................................................. 64
2.9 Endokrinologi janin ................................................................... 67

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................................... 76
B. Saran ............................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan manusia pada tahap embrio terjadi di dalam rahim


(uterus) selama masa kehamilan. Masa kehamilan terjadi karena
pembuahan yaitu pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang
menyebabkan kehamilan dan membentuk zigot. Zigot (yang masih 1 sel)
akan membelah secara berkali-kali secara mitosis dan membentuk morula
(membelah menjadi 2 sel,4 sel,8 sel,dst..) dan blastula (sel berbentuk bola).
Pada tahap blastula, embrio akan masuk ke dalam rahim dan menempel
pada dinding rahim (proses implantasi). Setelah menempel pada dinding
rahim, embrio akan mengalami pembentukan organ-organ tubuh.

Dalam demografi, istilah tingkat kelahiran atau crude birth rate


(CBR) dari suatu populasi adalah jumlah kelahiran per 1.000 orang tiap
tahun. Secara matematika, angka ini bisa dihitung dengan rumus CBR =
n/((p)(1000)); dimana n adalah jumlah kelahiran pada tahun tersebut dan p
adalah jumlah populasi saat penghitungan. Hasil penghitungan ini
digabungkan dengan tingkat kematian untuk menghasilkan angka tingkat
pertumbuhan penduduk alami (alami maksudnya tidak melibatkan angka
perpindahan penduduk (migrasi). Indikator lain untuk mengukur tingkat
kehamilan yang sering dipakai: tingkat kehamilan total - rata-rata jumlah
anak yang terlahir bagi tiap wanita dalam hidupnya. Secara umum, tingkat
kehamilan total adalah indikator yang lebih baik untuk tingkat kehamilan
daripada CBR, karena tidak terpengaruh oleh distribusi usia dari populasi.

Tingkat kehamilan cenderung lebih tinggi di negara yang


ekonominya kurang berkembang dan lebih rendah di negara yang
pertumbuhan ekonominya tinggi.Kehamilan terjadi melalui beberapa aspek
diantaranya: Ovum, yakni suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri

1
dari suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona
pellusida oleh kromosom radiata. Spermatozoa, berbentuk seperti
kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti,
leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang
dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat. Konsepsi, suatu
peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba fallopi. Nidasi,
masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
Plasentasi, alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk
pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya. Kehamilan dibagi
menjadi 3 triwulan : triwulan I antara 0-12 minggu, triwulan II antara 12-28
minggu, triwulan III antara 28-40 minggu.
Dari penjelasan diatas maka penulis akan membahas tentang
bagaimana proses kehamilan dan apa saja yang terjadi pada saat masa
kehamilan itu terjadi baik yang terjadi pada ibu maupun yang terjadi pada
janin itu sendiri sampai partus mencakup fisiologi pertumbuhan dan
perkembangan bayi.

1.2 Rumusan Masalah


1 Bagaimana proses genetika reproduksi?
2 Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan janin dan embrio?
3 Bagaimana sistem pernapasan janin?
4 Bagaimana fisiologi sistem kardiovaskuler janin?
5 Bagaimana sistem neurologi janin?
6 Bagaimana sistem nefrologi janin?
7 Bagaimana sistem digestif janin?
8 Bagaimana respon antibodi janin?
9 Bagaimana sistem endokrinologi janin?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menguraikan bagaimana proses fisiologi janin dan embrio

2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan proses genetika reproduksi
2. Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan janin dan embrio
3. Menjelaskan sistem pernapasan janin
4. Menjelaskan fisiologi sistem kardiovaskuler janin
5. Menjelaskan sistem neurologi janin
6. Menjelaskan sistem nefrologi janin
7. Menjelaskan sistem digestif janin
8. Menjelaskan respon antibodi janin
9. Menjelaskan sistem endokrinologi janin

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Pembaca
Dapat mengerti dan memahami fisiologi kehamilan dan fisiologi
pertumbuhan serta perkembangan janin dan embrio agar dapat lebih
menjaga kehamilannya sehingga meminimalkan adanya risiko
kejadian yang tidak diinginkan.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti
Dapat menjadikan sebagai salah satu bahan acuan atau literatur
dalam pemenuhan ilmu pengetahuan guna mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan dan pengadaan dalam kegiatan penelitian
terkait

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Genetika Reproduksi

2.1.1 Reproduksi Sel

Reproduksi adalah suatu proses biologis suatu individu organisme baru


diproduksi. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri yang
dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu organisme
untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Cara reproduksi secara umum
dibagi menjadi dua jenis, yakni seksual dan aseksual.
a. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu yang
biasanya dilakukam jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi pada manusia
normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme
yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan
organisme yang lebih sederhana seperti makhluk bersel satu melakukan
reproduksi secara aseksual.
b. Reproduksi Aseksual
Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi
tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan pada
sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual.
Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme
bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk
melakukan reproduksi aseksual.

4
2.1.2 REPRODUKSI SEL

Ada tiga jenis reproduksi sel, yaitu Amitosis, Mitosis dan Meiosis
(pembelahan reduksi). Amitosis adalah reproduksi sel di mana sel membelah
diri secara langsung tanpa melalui tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan
cara ini banyak dijumpai pada sel-sel yang bersifat prokariotik, misalnya pada
bakteri, ganggang biru.

1. Mitosis
Mitosis adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah melalui tahap
tahap yang teratur, yaitu Profase Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap
telofase ke tahap profase berikutnya terdapat masa istirahat sel yang
dinarnakan Interfase (tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan sel). Pada
tahap interfase inti sel melakukan sintesis bahan-bahan inti. Mitosis terjadi pada
sel somatis. Tiap sel mengandung 2 Y genom/diploid/2n, dan pembelahan
menghasilkan 2 sel dengan sifat genetik yang sama.

Menghasilkan 2 sel dengan sifat genetik yang sama.

Gambar 13.Diagram pembelahan mitosis

5
2. Meiosis

Proses dalam meiosis

Meiosis adalah salah satu cara sel untuk mengalami pembelahan. Ciri
pembelahan secara meiosis adalah:
a. Terjadi di sel kelamin
b. Jumlah sel anaknya 4
c. Jumlah kromosen 1/2 induknya
d. Pembelahan terjadi 2 kali

Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada jaringan
nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog serta
terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak.

Di samping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel,
yaitu:
a. Pembelahan I (meiosis I).
b. Pembelahan II (meiosis II).
Pada proses Meiosis I pada tahap Profase I DNA dikemas dalam
kromosom.
Pada akhir Profase I terbentuk kromosom homolog yang berpasangan
membentuk tetrad. Tahap Profase I dibagi menjadi 5 subfase, yaitu:

6
a. Leptonema : Benang-benang kromatin memendek dan menebal, serta mudah
menyerap zat warna dan membentuk kromosom mengalami Kondensasi.
b. Zigonema : Sentromer membelah menjadi dua dan bergerak kearah kutub yang
berlawanan,sementara itu kromosom homolog saling berpasangan ( Sinapsis).
c. Pakinema : Terjadi duplikasi kromosom.
d. Diplonema : Kromosom homolog saling menjauhi, terjadi pelekatan
berbentuk X yang disebut Kiasma dan merupakan tempat terjadinya 'Crossing
Over'.
e. Diakenesis : Terbentuk benang-benang spindel, dua sentriol sampai pada kutub
yang berlawanan, membran inti dan nukleus menghilang.
Pada tahap Metafase I yaitu pasangan kromosom homolog berderet di
daerah ekuator. Sentromer menuju kutub dan mengeluarkan benang-benang
spindel.
Sedangkan tahap Anafase I yaitu Kromosom homolog berpisah dan bergerak
ke kutub yang berlawanan. Benang spindel dan seluruh isi sel memanjang ke
arah kutub.
Pada manusia dan hewan, meiosis terjadi di dalam gonad dan
menghasilkan sel gamet seperti spermatosit atau sel telur. Pada tumbuhan,
meiosis terjadi pada anthers dan ovaries dan menghasiklan meiospor yang
perlahan terdiferensiasi menjadi sel gamet juga. Pembelahan meiosis berguna
untuk menghasilkan gamet atau sel-sel kelamin, sehingga lazim dikenal
sebagai gametogenesis. Pada pembelahan jenis ini dihasilkan sel yang
mengandung 1 genom/haploid/n. Gametogenesis pada pria menghasilkan 4
spermatozoa dan pada wanita menghasilkan 1 ovum disertai 2 atau 3 badan
polar. Gametogenesis pada pria dinamakan spermatogenesis sedangkan
gametogenesis pada wanita dinamakan oogenesis.
a. Spermatogenesis
Proses terjadinya spermatogenesis (Gambar 14) dirinci sebagai berikut:
1) Spermatogonium yang bersifat diploid/2n membelah diri secara mitosis.
Hasil pembelahan ini adalah sel anak tipe A dan sel anak tipe B, yang masing-
masing masih bersifat diploid/2n.

7
2) Sel anak tipe B selanjutnya tumbuh dan berdiferensiasi (mengalami perubahan
bentuk) menjadi spermatosit primer yang masih diploid/2n.
3) Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I menjadi 2 spermatosit
sekunder yang bersifat haploid/n.
4) Masing-masing spermatosit sekunder mengalami pembelahan meiosisII menjadi 2
spermatid, sehingga dihasilkan 4 spermatid yang masing- masing bersifat
haploid/n.
5) Keempat spermatid berkembang melalui proses spermiogenesis menjadi
spermatozoa yang bersifat haploid/n.

Gambar 14. Diagram Spermatogenesis


b. Oogenesis
Proses terjadinya oogenesis (Gambar 15) dirinci sebagai berikut:
1) Oogonium yang bersifat diploid/2n membelah diri secara mitosis. Hasil
pembelahan ini adalah beberapa oogonia, yang masing- masing masih bersifat
diploid/2n.
2) Salah satu oogonia tumbuh dan berdiferensias (mengalami perubahan
bentuk) menjadi oosit primer yang masih diploid/2n.
3) Oosit primer mengalami pembelahan meiosis I menjadi 1 oosit sekunder dan 1
badan polar pertama yang masing-masing bersifat haploid/n. Oosit sekunder
ini selanjutnya akan dikeluarkan dari folikel pada ovarium pada saat ovulasi.
4) Jika tidak ada spermatozoa yang masuk (tidak terjadi fertilisasi), maka oosit

8
sekunder tidak dapat berkembang lebih lanjut dan terjadilah menstruasi. Tetapi,
jika ada spermatozoa yang masuk sehingga terjadi fertilisasi, maka
terjadilah pembelahan meiosis II. Pada tahap ini, oosit sekunder mengalami
pembelahan menjadi 1 ootid (haploid/n) dan 1 badan polar. Sementara itu,
badan polar yang pertama kadang-kadang dapat juga membelah menjadi 2
badan polar.
5) Selanjutnya ootid berkembang menjadi ovum.

Gambar 15. Diagram Oogenesis

3. Amitosis

Pembelahan sel amitosis adalah proses pembelahan dari sel 1


menjadi 2 sel tanpa melalui fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel.
Proses pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan amitosis atau
pembelahan binner. Pembelahan secara amitosis berlangsung spontan tanpa
melalui tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan binner banyak dilakukan

9
organisme uniseluler (bersel satu), seperti bakter, protozoa dan mikrolga
(alga bersel satu yang bersifat mikroskopis). Setiap terjadi pembelahan
biner, satu sel akan membelah menjadi dua sel yang identik (sama satu
sama yang lain). Dua sel ini akan membelah lagi menjadi empat, begitu
seterusnya.

Pembelahan binner di mulai dengan pembelahan inti sel menjadi


dua, kemudian diikuti pembelahan sitoplasma. Akhirnya, sel terbelah
manjadi dua sel anakan. Pembelahan biner dapat organisme prokariotik
atau eukariotik tertentu. Perbedaan antar organisme prokariotik dan
eukariotik, terutama berdasarkan pada ada tidaknya memberan inti selnya.
Membera inti sel tersebut membatasi cairan pada inti sel (nukleuplasma)
dengan cairan di luar inti sel, tempat terdapatnya organel sel (sitoplasma).
Organisme prokariotik tidak mempunyai memberan inti sel, sedangkan
organisme eukariotik mempunyai memberan inti sel. Oleh karena itu,
eukariotik dikatakan mempunyai inti sel (nukleus) sejati.

Pembelahan biner pada organisme prokariotik terjadi pada bakteri,


DNA bakteri terdapat pada daerah yang disebit nukleoid. DNA pada
bakteri relatif lebih kecil dibandingkan dengan DNA pada sel eukariotuik.
DNA pada baktei berbentuk tunggal, panjang dan sirkuler sehingga tidak
perlu di kemas menjadi kromosom sebelum pembelahan. Proses
pembelahan sel pada bakteri dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

10
2.1.2 Genetika

2.1.2.1 Definisi Genetika

Secara etimologi kata ‘genetika’ berasal dari kata ‘genos’ dalam Bahasa
Latin, yang berarti asal mula kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu tentang
asal mula kejadian meskipun pada batas-batas tertentu memang ada kaitannya
juga dengan hal itu. Berikut beberapa pengertian tentang genetika:
1.Genetika adalah ilmu yang mempelajari hal-hal tertentu tentang keturunan
(Hendra TL, 2005).
2.Genetika adalah ilmu tentang pewarisan informasi pada organisme (Bresnick,
2003).
Nama “genetika” diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat
pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannnya pada Konferensi
Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906.
Ilmu genetika bersifat reduksionis. Ilmu ini berfokus pada biokimia inti sel
dan bagaimana interaksi ini menghasilkan morfologi organisme individual yang
unik melalui sintesis protein. Determinisme biologis adalah kepercayaan bahwa
setiap aspek kehidupan manusia dapat dijelaskan berdasarkan biologi manusia,
terutama genetika. Sifat diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya
dalam bentuk gen. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, gen disusun
dan dikemas menjadi garnet. Variasi anatara gen mempengaruhi kelangsungan
hidup sehingga individu dengan sifat yang memiliki kemampuan adaptasi
terbaik untuk mengatasi keadaan lingkungan memiliki keunggulan. Hal ini
disebut sebagai Seleksi Alamiah (Natural selection).
Ilmu genetika berfokus pada sifat atau ciri yang diwariskan, terutama yang
dianggap abnormal, bagaimana hal tersebut muncul, dan efek mereka pada
fisiologi dan perilaku individu. Juga dibahas efek evolusi pada genetika yang
mungkin menentukan penetrasi gangguan genetika resesif, misalnya fibrosis
kistik menjadi genepools. Dampak genetika pada pemeriksaan penyaring
antenatal sangat relevan bagi bidan (Rahmaningtyas & Rahayu, 2012).
2.1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Genetika
Jauh sebelum genetika dapat dianggap sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan, bebagai kegiatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
11
hidupnya tanpa disadari telah menerapkan prinsip-prinsip genetika. Sejarah
perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir
abad ke-19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor Johan Mendel
berhasil melakukan analisis yang cermat dengan nterprestasi yang tepat atas
hasil-hasil percobaan persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum
sativum). Sebenarnya, Mendel bukanlah orang pertama yang melakukan
percobaan-percobaan persilangan. Akan tetapi, berbeda dengan para
pendahulunya yang melihat setiap individu dengan keseluruhan sifat yang
kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga lebih
mudah untuk diikuti. Dedukasinya mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian
menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang
ilmu pengetahuan, dan Mendel pun diakui sebagai Bapak Genetika.
Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikaiskan pada
tahun 1866 di Proceedings of the Brunn Society fot Natural History. Namun,
selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada penelitian lain yang
memperhatikannya. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli botani secara
terpisah, yakni Hugo de Vries di Belanda, Carl correns di Jerman, dan Eric von
Tschermak-Seysenegg di Austria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip
Mendel pada penelitian mereka masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih
kurang pertengahan abad ke-20 berbagai percobaan persilangan atas dasar
prinsip-prinsip Mendel sangat mendominasi penelitian di bidang genetika. Hal
ini menandai berlangsungnya suatu era yang dinamakan genetika klasik.
Selanjutnya, pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang
sebagai cabang ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang hakekat meteri genetic, khususnya mengenai
sifat biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan kemudian tahun 1940-an,
terungkap bahwa senyawa kimia materi genetic adalah asam deoksiribonukleat
(DNA). Dengan ditemukannnya model struktur molekul DNA pada tahun 1953
oleh J.D. Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu
genetika molekuler.
Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya.
Jika ilmu pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat
(doubling time) dalam satu dasawarsa, maka hal itu pada genetika molekuler
hanyalah 2 tahun. Bahkan, perkembangan yang lebih revolusioner dapat
12
disaksikan semenjak tahun1970-an, yaitu pada saat dikenalnya teknologi
manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan atau dengan istilah
yang lebih popular disebut sebagai rekayasa genetika.
Saat ini sudah menjadi berita biasa apabila organisme-organisme seperti
domba, babi, dan kera didapatkan melalui teknik rekayasa genetika yang
disebut cloning. Sementara itu, pada manusia telah dilakukan pemetaan seluruh
genom atau dikenal sebagai projek genom manusia (Human genom project),
yang diluncurkan pada tahun 1990 dan diharapkan selesai pada tahun 2005.
Ternyata pelaksanaan proyek ini berjalan justru lebih cepat dua tahun daripada
jadwal yang telah ditentukan (Rahmaningtyas & Rahayu, 2012).

2.1.3 GEN dan KROMOSOM

Gen adalah satu, pewarisan. Setiap gen adalah sepotong DNA pada suatu
kromosomyang mengandung informasi terkode untuk mengarahkan sintesis
rantai protein tertentu. Ada juga yang mengartikan bahwa gen merupakan
faktor yang menentukan fungsi atau sifat biologis yabg spesifik. Gen terdiri
dari ekson" yang tertranslasi ditambah dengan intron-trantron yang
mengganggu.

Kromosom merupakan strumtur makromolekul besar yang memuat DNA


yang membawa imformasi genetik dalam sel. DNA terbalut dalam satu atau
lebih kromosom. Sebuah kromosom (dalam bahasa yunani chroma= warna dan
soma= badan) adalah seberkas DNA yang sangat panjang dan berkelanjutan,
yang terdapat banyak gen unsur regulator dan sekuens nukleotida lainnya.

13
Setiap kromosom memiliki dua lengan, yang pendek disebut lengan p (dari
bahasa Perancis petit yang berarti kecil) dan lengan yang panjang lengan q (q
mengikuti p dalam alfabet).

Kromosom terletak di dalam nukleus (inti sel). Inti sel tubuh dan inti sel kelamin
suatu organisme mempunyai jumlah yang berbeda. Kromosom yang terletak di
dalam inti sel tubuh bersifat haploid (2n), sedangkan yang terletak di dalam inti
sel kelamin (gamet) bersifat haploid (n). Jumlah kromosom pada sel tubuh manusia
sebanyak 46 (23 pasang), sedangkan pada sel kelaminnya (sperma atau ovum)
sebanyak 23. Dalam setiap kromosom manusia terdapat ribuan gen.

Kromosom adalah struktur benang dalam inti sel yang bertanggung jawab
dalam hal sifat keturunan (hereditas). Kromosom adalah khas bagi makhluk hidup.
Didalam inti sel terdapat kromosom. Didalam kromosom terdapat gen atau faktor
pembawa sifat keturunan. Dengan demikian, individu baru hasil perkembangbiakan
generatife membawa kedua sifat induknya. Sepasang kromosom adalah "Homolog"
sesamanya, artinya mengandung lokus gen-gen yang bersesuaian yang disebut alela.

Kromosom penting dalam replikasi sel dan pewarisan pesan genetika dan
satu generasi ke generasi berikutnya. Biasanya DNA, sekitar 180 cm per
nukleus, terdapat sebagai massa berbentuk beta, tidak terstruktur didalam inti
sel. Namun, saat sel mengalami pembelahan DNA menjadi tertata dan memadat
membentik kromosom, yang dapat dilihat dengam mikroskop. Organisasi
kromosomal ini memungkinkan para ahlu biologi mengidentifikasi gen dan

14
melokalisasi mereka ke kromosom tertentu untuk mengikuti pola pewarisan.
Setiap sel memiliki informasi genetik yang sama di dalam nukleusnya seperti
zigot semula (ovum yang dibuahi) dan semua sel yang berasal darinya. Sel
yang berbeda tingkah laku, berbeda mengekspresikan sub sel informasi yang
berbeda dari DNA.

Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan bersifat
herediter pada seluruh sistem kehidupan. Genom adalah sel lengkap materi
genetil (DNA) yang dimiliki suatu organisme dan terorganisasi menjadi
kromosom (Human Genome Project, 2005).

Lokus adalah lokasi yang diperuntukkan bagi gen dalam


kromosom. alel ganda (multiple alleles) adalah adanya lebih dari satu alel pada
lokus yang sama. Dikenal dua macam kromosom yaitu:
1. Kromosom badan (Autosom)
Kromosom tubuh atau autosom adalah kromosom yang tidak menentukan
jenis kelamin, berjumlah 2n-2. pada manusia jumlah autosom pada setiap sel tubuh
sebanyak 44 (22pasang).
2. Kromosom kelamin / kromosom seks (Gonosom)
Kromosom kelamin (seks) atau gonosom adalah kromosom yang menentukan
jenis kelamin, berjumlah sepasang. Kromosom kelamin pada wanita XX,
sedangkan laki-laki XY.

15
2.1.4 DNA (DEOXYRIBONUCLEIC ACID)

Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan singkatan DNA (bahasa


Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah asam nukleat yang mengandung materi
genetic dan berfungsi untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk
kehidupan secara seluler. DNA terdapat nukleus, mitokondria dan kloroplas.
Perbedaan diantara ketiganya adalah : DNA nukleus berbentuk linear dan
berasosiasi sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA mitokondria dan
kloroplas berbentuk sirkular dan tidak berasosiasi dengan protein histon. Selain
itu, DNA mitokondria dan kloroplas memiliki ciri khas, yaitu : hanya
mewariskan sifat-sifat yang berasal dari garis ibu. Hal ini sangat berbeda
dengan DNA nucleus yang memiliki pola pewarisan sifat dari kedua orangtua.
Dilihat dari organismenya, struktur DNA prokariot berbeda dengan struktur
DNA eukariot. DNA prokariot tidak memiliki protein histon dan berbentuk
sirkular, sedangkan DNA eukariot berbentuk linear dan memiliki protein histon
(Klug & Cummings 1994;Raven & Johnson 2002).

16
2.1.4.1 Struktur DNA

DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
gugus fosfat, gula pentose (deoksiribosa), dan basanitrogen. Pasangan basa
pada DNA terdiri pada dua macam, yaitu basa purin dan pirimidin. ‘Basa purin
terdiri dari adenine (A) dan guanin (G) yang memilikistruktur cincin ganda,
sedangkan basa pirimidin teridiri atas sitosin (C) dan timin (T) yang memiliki
struktur cincin ttunggal.

DNA terdiri atas dua untai yang terpilin membentuk struktur heliks ganda.
Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai
berlawanan dengan orientasi nukleotida untain lainnya. Hal ini disebut sebagai
antipararel. Masing-masing untai terdiri dari rantai utama, sebagai struktur
utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada
heliks. Kedua untai pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hydrogen
antara basa-basa yang terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa yang
ditemukan pada DNA adalah adenine (A), sitosin (C, dari cytosine), guanin
(G), dan timin (T). Adenin berikatan hydrogen dengan timin, sedangkan
guanine berikan dengan sitosin.

Satu komponen pembangun (building block) DNA terdiri atas satu gula
pentosa, satu gugus fosfat dan satu pasang basa yang disebut nukleotida
(Lewis, 2003). Sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida karena terdiri
dari berbagai rangkaina nukleotida.

17
Gambar 2.1.4.1 Struktur untai Komplementer DNA menunjukkan
pasangan basa (adenine dengan timin dan guanine dengan sitosin) yang
membentuk DNA beruntai ganda.

2.1.5 RNA (RIBONUCLEIC ACID)

Asam ribonukleat (bahasa Inggris:ribonucleic acid, RNA) merupakan


makromolekul yang berfungsi sebagai penyimpanan dan penyalur informasi
genetik. RNA, sebagai penyimpanan informasi genetik misalnya pada materi
genetik virus, terutama golongan retrovirus. RNA sebagai penyalur informasi
genetik misalnya pada proses translasi untuk sintesis protein. RNA juga dapat
berfungsi sebagai enzim (ribozom) yang dapat mengkalis formasi RNA-nya
sendiri atau molekul RNA lain.

18
2.1.5.1 Struktur RNA

RNA merupakan rantai tunggal polinukleotida atau RNA merupakan polimer


yang tersusun dari sejumlah nukleotida. Setiap nukleotida memiliki satu gugus
fosfat, satu gugus gula ribosa, dan satu gugus basanitrogen (basa N), basa
nitrogen yang terdiri dari golongan purin (yang sama dengan DNA) dan golongan
pirimidin yang berbeda yaitu sitosin (C) dan Urasil (U). Polimer tersusun dari
ikatan berselang-seling antara gugus fosfat dari satu nukleotida dengan gugus gula
ribosa dari nukleotida yang lain. Purin dan pirimidin yang berkaitan dengan ribosa
membentuk suatu molekul yang dinamakan nukleosida atau ribonukleosida, yang
merupakan prekursor dasar untuk sintesis DNA. Ribonukleosida yang berkaitan
dengan gugus fosfat membentuk suatu nukleotida atau ribonukleotida. RNA
merupakan hasil transkripsi dari suatu fragmen DNA, sehingga RNA merupakan
polimer yang jauh lebih pendek dibandingkan DNA.

19
2.1.5.2 Jenis-Jenis RNA

a. mRNA ( messeger RNA ) atau RNAd (RNA duta)

RNAd merupakan baham pembawa informasi gemetik dari gen ke ribosom.


Selain itu, RNAd adalah RNA yang urutan basanya komplementer dengan salah
sati urutan basa rantai DNA. RNAd membawa pesan atau kode genetik (kodon)
dari kromosom (di dalam inti sel) ke ribosom (di sitoplasma). Kode genetik
RNAd tersebut kemudian menjadi cetakan untuk menentukan spesifitas urutan
asam amino pada rantai polipeptida. RNAd ini sendiri berfungsi sebagai
cetakan dalam sintesis protein, dan hanya RNAd yang akan diterjemahkan
dalam protein, selain itu RNAd jugamemiliki umur yang sangat pendek yaitu
akan seger terdegredasi setelah sintesis. RNAd berupa rantai tunggal yang
relatif panjang.

b. tRNA (transfer RNA) atau RNAt (RNA transfer)

RNAt merupakan RNA yang membawa asam amino satu per satu ke
ribosom. Pada salah satu ujung RNAt terdapat tiga rangkaian basa pendek
(disebut antikodon). Suatu asam amino akan melekat pada ujung RNAt yang
berseberangan dengan ujung antikodon. Pelekatan ini merupakan cara
berfungsinya RNAt, yaitu membawa asam amino spesifik yang nantinya

20
berguna dalam sintesis protein gaitu pengurutan asam amino sesuai urutan
kodonnya pada RNAd.

c. rRNA ( ribosomal RNA ) atau RNAr (RNA ribosomal)

RNAr merupakan komponen struktural yang utama didalam ribospm.


Setiap sub unit ribosom terdiri dari 30-46% molekul RNArdan 70-90%
protein. Dan merupakan tipe RNA yang jumlahnya paling melimpah dalam
sel serta menyusun sekitar 80% dai total RNA pada bakteri yang sedang
aktif membelah. Molekul ini merupakan struktur tempat berlangsungnya
sintesis protein.

d. Smallnuclear Rd. Small nuvlear RNA (snRNA)

Disebut juga U-RNA karena kaya akan nukleotida uridin yang terlibat dalam
pemprosesab mRNA.

e. Small nuclear RNA (snoRNA)

Berperan penting dalam pemprosesan molekul RNA

f. Small cytoplasmic RNA (scRNA)

Merupakan kelompok molekul yang sebagian fungsinya sudah diketahui dan


sebagian lagi masih misteri.

2.1.6 MUTASI

Mutasi adalah perubhan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun
RNA), baik pad taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf
kromosom an bersifat menurun. Atau secara singkat, mutasi adalah perubhan
pada susunan nukleotida DNA.

Penyalinan DNA harus akurat. Apabila terjadi kesalaham di suatu regio


DNA yang diekspresikan sebagai protein, terjadi perubahan urutan asam amino
yang dapat mengubah struktur protein. Perubahan pada sakuens has. DNA ini
disebut sebagai mutasi. Diperkirakan bahwa mutasi terjadi setiap setengah ham

21
pada setiap orang, tetapi mutasi pada sebiah gen fungsional hanya terjadi sekali
dalam lima generasi. Mutasi dapat disebut sebagai "descent with modifiation".
Pada mitosis, terjadi akumulasi kesalahan dalam penyalinan pesan genetika.
Setiap kromosom memiliki DNA dengan panjang khusus di ujungnya, yang
menjadi semakin pendek setiap kali pembelahan. Setiap kali pembelahan sel
akan menghilangkan sekitar 4 basa.

Satu pasangan basa kadang-kadang dapat secara sepontan diganti oleh


pasangan basa yang berbeda sehingga kodon berubah dan akhirnya sekuens
asam amino juga beribah. Usia, pengaruh lingkungan, radiasi, dan zat kimia
meningkatkan angka mutasi. Mutasi juga dapat terjadi melalui insersi lengkap
kodon baru atau melalui delesi kodon secara total, sehingga struktur protein
berubah dengan memasukkan atau menghilangkan asam-asam amino di
protein. Hal ini menjadi rumit apabila kodon mengalami duplikasi san diulang
terus-menerus misalnya pada sindrom X rapuh (fragile X syndrome).

2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Janin


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JANIN

Pertumbuhan dan perkembangan janin dimulai sejak terjadinya konsepsi.


Kehamilan akan berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan atau 40 minggu terhitung
dari hari pertama haid terakhir. Perubahan-perubahan dan organogenesis terjadi pada
berbagai periode kehamilan. Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi 3
tahapan penting yaitu:
22
1. tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak
terbentuk dalam pertumbuhan

2. embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah tampak rancangan bentuk
alat-alat tubuh

3. janin (fetus) di atas usia 5 minggu dan sudah berbentuk manusia (Sulistyawati,
2013)

Menurut Williams (2013) , Pertumbuhan dan perkembangan janin yaitu

a) Ovum, Zigot, dan Blastokista

Selama 2 minggu pertama pascaovulasi, fase perkembangan meliputi fertilisasi,


pembentukan blastokista dan implantasi plastokista.
b) Periode Embrionik

Periode embrionik dimulai pada permulaan minggu ketiga setelah ovulasi dan
fertilisasi yang terjadi bersamaan dengan perkiraan permulaan periode
menstruasi berikutnya. Pada minggu keempat, sistem kardiovaskuler telah
terbentuk sehingga terbentuklah sirkulasi sejati dalam embrio. Pada akhir
minggu keempat, sakus karionik berdiameter 2 hingga 3 mm, dan embrio
memiliki panjang 4-5 mm, bakal lengan dan tungkai telah terbentuk dan
selubung amnion mulai terlepas dari body stalk, yang selanjutnya menjadi tali
pusat. Pada akhir minggu keenam embrio memiliki panjang 22 hingga 24 mm
serta kepala berukuran relatif besar dibandingkan badan, jantung telah terbentuk
sempurna, jari-jari tangan dan kaki telah ditemukan dan lengan menekuk pada
siku. Bibir atas telah sempurna dan telinga luar membentuk peninggian definitif
pada masing-masing sisi kepala.

23
c) Periode Janin

1. Minggu ke-12 Gestasi

Uterus biasanya teraba tepat di atas simfisis pubis, dan panjang kepala-bokong
janin adalah 6 hingga 7 cm. Pusat penulangan telah timbul pada sebagian besar
tulang janin, jari tangan dan kaki juga telah berdiferensiasi. Kulit dan kuku telah
berkembang dan muncul tunas-tunas rambut yang tersebar. Genetalia eksterna
mulai memperlihatkan tanda pasti jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Janin
mulai melakukan pergerakan spontan.

2. Minggu ke-16 Gestasi


Panjang kepala-bokong janin adalah 12 cm, dan berat janin 110 g. Jenis kelamin
telah dapat ditentukan oleh pengamat yang berpengalaman dengan cara inspeksi
24
genitalia eksterna pada minggu ke-14.
3. Minggu ke-20 Gestasi

Merupakan titik pertengahan kehamilan menurut usia yang diperkirakan


dari awal menstruasi terakhir. Janin sekarang memiliki berat lebih dari 300 g, dan
berat ini mulai bertambah secara linear. Sejak titik ini, janin bergerak kurang lebih
setiap menit, dan aktif sekitar 10-30 persen total waktu. Kulit janin telah menjadi
kurang transparan, lanugo seperti beledu menutupi seluruh tubuh janin, dan telah
terbentuk sebagian rambut di kulit kepala.
4. Minggu ke-24 Gestasi
Janin sekarang memiliki berat sekitar 630 g. Kulit secara khas tampak keriput, dan
penimbunan lemak dimulai. Kepala masih relatif besar, alis mata dan bulu mata
biasanya dapat dikenali. Periode kanalikular perkembangan paru-paru, saat
membesarnya bronkus dan bronkiolus serta berkembangnya duktus alveolaris,
hampir selesai. Janin yang dilahirkan pada periode ini akan berusaha bernapas,
tetapi yang pada akhirnya meninggal karena sakus terminalis yang diperlukan
untuk pertukaran gas belum terbentuk.
5. Minggu ke-28 Gestasi

25
Panjang kepala-bokong sekitar 25 cm, dan berat janin sekitar 1100. Kulit
janin yang tipis berwarna merah dan ditutupi oleh verniks kaseosa. Membran
pupil baru saja mengilang dari mata. Neonatus normal yang dilahirkan pada usia
ini memiliki 90% kemungkinan untuk bertahan hidup tanpa hendaya fisik atau
neurologis.
6. Minggu ke-32 Gestasi
Janin telah mencapai panjang kepala-bokong 28 dan berat badan seekitar 1800 g.
Kulit permukaan masih merah dan keriput.
7. Minggu ke-36 Gestasi
Panjang rerata kepala bokong pada janin usia ini adalah sekitar 32 cm, dan berat
reratanya sekitar 2500 g. Karena penimbunan lemak subkutan, tubuh menjadi
bulat, serta gambaran keriput pada wajah telah menghilang.
8. Minggu ke-40 Gestasi
Merupakan periode saat janin dianggap aterm menurut usia yang dihitung dari
awitan periode mestruasi terakhir. Janin telah berkembang sempurna. Panjang
rerata kepala-bokong adalah sekitar 36 cm dan berat kira-kira 3400 g.
Umur Panjang Berat Pembentukan Organ
Kehamilan Badan Badan

8 minggu 2,5 cm 5 gr Merupakan perkembangan cepat, jantung


mulai memompa darah, anggota badan
hidung, kuping, jari jemari mulai dibentuk,
kepala fleksi.

26
12 minggu 9 cm 15 gr Embrio menjadi janin. Denyut jantung
dapat terlihat dengan ultrasound.
Diperkirakan lebih berbentuk manusia
karena tubuh berkembang. Jenis kelamin
dapat diketahui dan ginjal sudah mulai
memproduksi urin.

Daun kuping lebih jelas, kelopak mata


melekat, leher mulai terbentuk, alat
kandungan luar terbentuk namun belum
berdiferensiasi.

16 minggu 16 cm 120 gr Sistem muskuloskeletal sudah matang,


sistem saraf mulai melakukan kontrol
pembuluh darah berkembang dengan
cepat,tangan janin dapat menggenggam,
kaki menendang dengan aktif, jantung janin
dapat didengarkan dengan funandoskop,
kelopak mata alis, mata dan kuku telah
tumbuh dengan sempurna. Kelenjar minyak
telah aktif dan vernik kaseosa telah
melapisi tubuh fetus

20 minggu 25 cm 280 gr Verniks melindungi tubuh, kulit sangat


keriput karena lemak subkutan terlalu
sedikit. Alis, bulu mata dan rambut
terbentuk. Janin mulai menjawab
rangsangan dari luar, janin akan tenang
apabila ibu mendengarkan musik yang
tenang.

24 minggu 30 cm 600 gr Kerangka berkembang dengan cepat,


rambut menutupi kepala, deposit lemak
subkutan lebih banyak yang menyebabkan
kerutan kulit mulai berkurang.
Perkembangan pernapasan dimulai. Bila
lahir dapat bernapas tapi hanya bertahan
hidup beberapa jam saja.

28 minggu 35 cm 1000 gr Janin dapat bernapas, menelan dan


mengatur suhu. Surfaktan terbentuk
didalam paru-paru. Lanugo berkurang. Bila
lahir dapat bernapas, menangis pelan dan

27
lemah.

32 minggu 40 cm 1800 gr Simpanan lemak berkembang dibawah


kulit, lanugo mulai berkurang tetapi masih
tertutup verniks kaseosa, bila lahir kelihatan
seperti orang tua kecil atau little old man.

36 minggu 45 cm 2900 gr Penulangan (oksipikasi) tulang tengkorak


masih belum sempurna, muka berseri tidak
keriput, jaringan lemak terus bertambah.

40 minggu 50 cm 3000 gr Bayi cukup bulan, kulit licin, fetus gemuk


dan merah sedikit lanugo dan sedikit
verniks kaseosa.

2.3 Sistem Pernapasan Janin


1. Rongga pleura dan perkembangan paru
Perkembangan paru berasal dari tabung usus embrional dan merupakan evolusi
dari pharyngeal gut. Melalui pemisahan cakram mudigah dari yolk sac dan melalui
pembentukan mesenkim terjadi pembentukan tubuh embrio dengan tabung yang
dibuntu dibagian depan dan belakang, yaitu tabung usus endodermal yang
berhubungan dengan cairan amnion yag mengelilinginya setelah terjadinya regresi
membrana buccopharyngealis (depan) dan membrana cloacalis (belakang).
Perkembangan paru terjadi dalam empat fase sebagai berikut :
a. Fase embrional dini, terjadi pada minggu ke-4 sampai minggu ke-6 dan dimulai
dengan pelipatan bakal paru dari usus depan (bakal esofagus) melalui alur
laringotrakea pada sisi ventral usus depan. Pertama-tama membentuk tunas (bud),
yang dengan cepat terinduksi oleh mesenkim yang mengelilinginya dan terjadi
dikotomi, yaitu pembagian dalam dua tunas, yang dari awal dapat diketahui adanya
susunan asimetri. Tunas sebelah kanan tidak saja lebih kuat dan bergerak lebih
kearah kaudal, namun juga terbagi lebih awal daripada di tunas kiri. Oleh karena
itu, asimetri paru kanan dan kiri yang belakangan terjadi dengan pembentukan
lobus dan segmen sudah ditentukan dari awal. Dengan cara pembagian dikotomi
yang tidak sama ini, pertama-tama terbentuk bronkus utama, lalu bronkus lobaris

28
(kanan tiga, kiri dua), dan pada akhir fase embrional dini, juga terbentuk bronkus
segmental (kanan 10, kiri 9).
b. Fase pseudoglandus, yang berlangsung samapi minggu ke-16 membentuk beberpa
lobulus kecil (asini) da mirip dengan kelenjar tubuloaveolar. Dengan pertumbuhan
dan pembelahan lebih lanjut, akhirnya bagian percabangan bronkus yang dialiri
udara berkembag terus sampai membentuk bronkiolus terminalis (sedikitnya 15-20
generasi percabangan).
c. Fase kanalikuler, terjadi pada minggu ke 16 sampai ke-28 lalu mencakup
pembentukan bagian respiratorik pada percabangan bronkus yag berasala dari
struktur kecil berbentuk saluran.
d. Fase alveolar, sudah dimulai dari minggu ke-26 sampai ke-28 mula-mula dengan
pembentukan alveoli yang masih primitif. Sampai pada tahap ini, epitel kanalikuli
yag berbentuk kubus perlahan-lahan mulai menipis (diferensiasi pneomosit tipe I)
dan berkontak dengan kapiler yang berdekatan. Kapiler tersebut bertambah bayak
dalam waktu cepat dan membentuk anyaman yang tebal di sekitar sacus alveolaris
(Widjaja,2012).

Untuk lebih memahami mengenai perkembagan paru janin, pembahasan dibedakan


berdasarkan perkembangan susunan respirasi sebagai berikut :
a. Hidung
Selama minggu keenam. Fovea nasalis menjadi semakin dalam, sebagian karena
pertumbuhan prominensia nasalis sekitar dan sebagian karena penetrasi ke mesenkim
di bawahnya. Mula-mula membrana oronasalis memisahkan kedua lekukan dari
rongga mulut primitif melalui foramen yang baru terbentuk, koana primitif. Kedua
koana ini terletak di kedua sisi garis tengah dan tepat di belakang palatum primer.
Kemudian, dengan terbentuknya palatum sekunder dan perkembangan lebih lanjut
rongga hidung primitif, terbentuk koana definitif di taut antara rongga hidung dan
faring. Sinus udara paranasal berkembang sebagai divertikulum dinding hidung lateral
dan meluas ke dalam maksila, os etmoidale, os frontale, dan os sfenoidale. Sinus-
sinus ini mencapai ukurannya yang maksimal selama pubertas dan ikut membentuk
wajah definitif.

29
b. Laring
Lapisan dalam laring berasal dari endoderm, tetapi kartilago dan otot berasal dari
mesenkim arkus faring (pharyngeal arches) keempat dan keenam. Akibat proliferasi
yang cepat mesenkim ini, penampakan aditus laringis berubah dari celah sagital
menjadi lubang berbentuk T. Selanjutnya, bentuk aditus laringis seperti orang dewasa
sudah dapat dikenali ketika mesenkim dari kedua arkus berubah menjadi kartilago
tiroidea, krikoidea dan aritenoidea.
Pada saat kartilago terbentuk, epitel laring juga berproliferasi dengan cepat sehingga
terjadi oklusi lumen untuk sementara. Kemudian terjadi vakuolisasi dan rekanalisasi
yang menghasilkan sepasang resesus lateral, ventrikulus laringis. Cekungan ini
dibatasi oleh lipatan-lipatan jaringan yang berdiferensiasi menjadi pita suara sejati dan
palsu. Karena perototan laring berasal dari mesenkim arkus faring keempat dan
keenam, semua otot laring dipersarafi oleh cabang-cabang saraf kranial ke sepuluh,
nervus vagus. Nervus laringeus superiormenyarafi turunan arkus faring keempat, dan
nervus laringeus rekurens menyarafi turunan arkus faring keenam.

30
c. Trakea, Bronkus, dan Paru

Sewaktu terpisah dari


usus depan, tunas paru membentuk trakea dan dua kantong luar lateral, tunas bronkus.
Pada awal minggu kelima, masing-masing tunas ini membesar untuk membentuk
bronkus utama kanan dan kiri. Tunas sebelah kanan kemudian membentuk 3 bronkus
sekunder, sedangkan kiri 2 bronkus, 3 lobus di sisi kanan dan 2 di sisi kiri.
Seiring dengan perkembangan selanjutnya dalam arah kaudal dan lateral, tunas
paru kemudian berkembang ke dalam rongga tubuh. Ruang untuk paru, kanalis
perikardioperitonealis, cukup sempit. Saluran-saluran ini terletak di kedua sisi usus
depan dan secara bertahap diisi oleh tunas paru yang terus membesar. Akhirnya
lipatan pleuroperitoneum dan pleuroperikardium memisahkan kanalis
perikardioperitonealis masing-masing dari rongga peritoneum dan rongga
perikardium, dan ruang sisanya membentuk rongga pleura primitif. Mesoderm yang
menutupi bagian luar paru, berkembang menjadi pleura viseralis. Lapisan mesoderm
somatik, yang menutupi dinding tubuh dari bagian dalam menjadi pleura parietalis
Ruang antara pleura parietalis dan viseralis adalah rongga pleura.

31
Selama perkembangan selanjutnya, bronkus sekunder membelah berulang-ulang
secara dikotomis, membentuk sepuluh bronkus tersier (segmentalis) di paru kanan dan
delapan di kiri, menciptakan segmentum bronkopulmonale pada paru dewasa. Pada
akhir bulan keenam telah terbentuk sekitar 17 generasi anak cabang. Namun, sebelum
percabangan bronkus mencapai bentuk akhirnya, terbentuk enam cabang tambahan
selama masa pascanatal. Pembentukan cabang-cabang diatur oleh interaksi epitel-
mesenkim antara endoderm tunas paru dan mesoderm spalnknik yang
mengelilinginya.
2. Pematangan Paru
Sampai bulan ketujuh pranatal, bronkiolus terus bercabang-cabang menjadi
saluran yang semakin banyak dan semakin kecil (periode kanalikular), dan jumlah
pembuluh darah terus meningkat. Pernapasan sudah dapat berlangsung ketika
sebagian dari sel bronkiolus respiratorius yang berbentuk kuboid berubah menjadi sel
gepeng tipis. Sel-sel ini menempel erat dengan sejumlah besar kapiler darah dan
limfe, dan ruang di sekitarnya sekarang dikenal sebagai sakus terminalis atau alveolus
primitif. Selama bulan ketujuh, jumlah kapiler sudah memadai untuk menjamin
pertukaran gas yang adekuat, dan bayi prematur sudah dapat bertahan hidup.

Selama 2 bulan terakhir kehidupan pranatal dan selama beberapa tahun


selanjutnya, jumlah sakus terminalis terus meningkat. Selain itu, sel-sel yang melapisi
sakus yang dikenal dengan sel epitel alveolus tipe I, menjadi lebih tipis sehingga
kapiler di sekitarnya menonjol ke dalam sakulus alveolaris. Hubungan erat antara sel
epitel dan endotel ini membentuk sawar darah-udara. Alveolus matur belum ada
sebelum lahir. Selain sel endotel dan epitel gepeng alveolus, pada akhir bulan keenam
terbentuk jenis sel lain. Sel ini, sel epitel alveolus tipe II menghasilkan surfaktan,
suatu cairan kaya fosfolipid yang dapat menurunkan tegangan permukaan
dipertemuan udara-alveolus.

Sebelum lahir, paru dipenuhi oleh cairan yang banyak mengandung klorida,
sedikit protein, sebagian mukus dari kelenjar bronkus, dan surfaktan dari sel epitel
alveolus tipe II. Jumlah surfaktan dalam cairan meningkat, terutama selama 2 minggu
terakhir sebelum lahir.

Gerakan bernapas janin dimulai sebelum lahir dan menyebabkan aspirasi cairan
amnion. Gerakan ini penting untuk merangsang perkembangan paru-paru dan
32
mengkondisikan otot pernapasan. Ketika pernapasan mulai saat lahir, sebagian besar
cairan paru cepat diserap oleh kapiler darah dan limfe, dan sejumlah kecil mungkin
dikeluarkan melalui trakea dan bronkus selama proses kelahiran. Ketika cairan diserap
dari sakulus alveolaris, surfaktan tetap mengendap sebagai lapisan fosfolipid tipis di
membaran sel alveolus. Saat udara masuk ke alveolus ketika bayi pertama kali
bernapas, lapisan surfaktan mencegah terbentuknya pertemuan antara udara dan air
(darah) yang memiliki tegangan permukaan tinggi. Tanpa lapisan surfaktan yang
mengandung lemak ini alveolus akan kolaps sewaktu ekspirasi (atelektasis).

Gerakan bernapas setelah lahir mambawa udara masuk ke dalam paru yang
mengembangkan dan mengisi rongga pleura. Meskipun ukuran alveolus agak
bertambah, pertumbuhan paru setelah lahir terutama disebabkan oleh meningkatnya
jumlah bronkiolus respiratorius dan alveolus. Diperkirakan bahwa saat lahir terdapat
hanya 1/6 dari jumlah alveolus dewasa. Alveolus sisanya terbentuk selama 10 tahun
pertama kehidupan paskanatal melalui pembentukan alveolus primitif baru yang
berlangsung terus menerus.(Suyono,2012)

2.4 Fisiologi Kardiovaskular pada Janin

Sistem Kardiovaskuler khususnya milik janin merupakan sistem yang memberi


fasilitas proses pengangkutan berbagai substasi. Sistem ini terdiri dari organ-organ
33
penggerak yang disebut Jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang
mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.
Jantung Janin mulai aktif pada bulan keempat. Pada janin, proses peredaran darah
melalui plasenta.Pada Janin terdapat Foramen Ovale lubang antara atrium kiri dan
atrium kanan sehingga darah pada atrium kanan dan kiri bercampur. Foramen ovale
akan menutup setelah bayi lahir/tali pusat dipotong .

Sistem peredaran darah janin berbeda dengan sistem peredaran darah orang
dewasa, karena paru-paru janin belum berkembang sehingga oksigen diambil melalui
plasenta.

 Sistem peredaran darah janin ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Foramen Ovale Merupakan lubang sementara di antara serambi kiri dan serambi
kanan yang memungkinkan sebagian darah masuk dari vena cava inferior
menyeberang ke serambi kiri. Alasan pengalihan ini adalah darah tidak perlu lagi
melewati paru-paru karena telah teroksigenisasi

2. Duktus Arteriosus Bothalli Merupakan saluran yang terdapat antara arteri


pulmonalis dan aorta.

3. Duktus Venosus Arantii Menghubungkan antara vena umbilikal dengan vena cava
inferior. Pada titik ini darah bercampur dengan darah yang telah diambil oksigennya
yang kembali dari tubuh bagian bawah.

4. Arteri hypogastrica Dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke
plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di
dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica. 5. Vena Umbilikal
Memanjang dari tali pusar menuju ke bagian bawah hati dan membawa darah yang
mengandung oksigen dan sari makanan. Ia memiliki cabang yang bertemu dengan vena
porta dan masuk ke hati.

 ORGAN YANG TERLIBAT DALAM PEMBULUH DARAH JANIN


1. Plasenta Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan yang kotor.
2. Umbilikalis Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke plasenta.
3. Hati Terdapatnya percabangan antara vena porta dengan duktus venosus arantii.

34
4. Jantung Terdapatnya foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari atrium
dekstra ke atrium sinistra.
5. Paru-paru Terdapatnya duktus arteriosus bothalli

Ø Sistem sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan
dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena
cava inferior

b). Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan
sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior

c). Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas
inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan
membawanya ke atrium dextrum

d). Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami
oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah
melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk
kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas
superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang
mengalami oksigenasi

e). Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke
atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior
melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter

f). Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang


nonfungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit

g). Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter
ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan
ekstremitas inferior h). Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca
interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen
dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal

Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilikal adalah sebagai berikut :

35
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat
dalam tali pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb
per menit atau sekitar 500 ml per menit.

Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cava
inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan
di mana aliran darah dari vena cava inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium
kiri, kemudian ke ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.

Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki


ventrikel kanan melalui vena cava superior. Kemudian melalui arteri pulmonalis besar
meninggalkan ventrikel kanan menuju aorta melewati ductus arteriosus. Darah ini
kembali ke plasentamelaui aorta, arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk
mengadakan pertukaran gas selanjutnya.

Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang
memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali
ke plasenta tanpa melalui paru-paru.

Setelah bayi lahir, semua pembuluh umbilikal, duktus venosus, dan duktus
arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana
terjadi pengembangan paru dan penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan kadar
oksigen pada sirkulasi paru dan vena pulmonalis, duktus arteriosus akan menutup
dalam 3 hari dan total apada minggu kedua. Pada situasi dimana kadar oksigen kurang
yaitu pada gagal napas, duktus akan relative membuka (paten).

2.5 Sistem neurologi janin

Perkembangan sistem syaraf janin termasuk unik dan penting karena dari awal
yang terbentuk ialah ektoderm yang akan membentuk tabung syaraf dan kemudian
dengan organogenesis yang kompleks akan membentuk jaringan yang penting bagi
perkembangan sampai dewasa. Setiap kesalahan dalam organogenesis ternayata akan
mempunyai dampak pada penyakitatau kecacatan.

Perkembangan tabung syaraf merupakan awal dari perkembangan janin, pada


usia janin 23 hari tabung syaraf sudah hampir sempurna. Setelah kelainan jantung,
kelainan tabung syaraf (NTD-neural tube defect) merupakan cacat yang sering
dijumpai di Barat, namun kelainan tabung syaraf agaknya lebih dominan di Indonesia.
Dalam hal ini patut dipahami adanya faktor kekurangan asam folat dan genetik.

Perkembangan otak

36
Otak janin akan berkembang dalam bentuk dan fungsi. Dari bentuk girus dapat
diperkirakan usia janin. Kepala janin merupakan bentuk yang unik dimana muka hanya
sebagian kecil sementara tempurung kepala lebih dominan dibanding dengan bentuk
pada dewasa, ini berarti sebagian besar ditempati oleh otak. Besar lingkaran
oksipitofrontal rata rata ialah 33 cm dan lingkaran melalui suboksipitobregmatika
ialah 32 cm. Oleh karena itu penting untuk mengukur lingkaran kepala bayi dalam
rangka identifikasi kelainan syaraf.

Menurut Deswani dkk tahun 2018 mengatakan bahwa Perkembangan otak janin
merupakan salah satu fase yang sangat penting pada pertumbuhan janin dalam
kandungan. Tidak hanya berlangsung saat janin masih dalam kandungan, pertumbuhan
otak juga berlangsung sampai ia sudah tumbuh besar. Tahap-tahap perkembangan otak
janin selama kehamilan:

a. Pada trimester pertama perkembangan otak janin sudah dimulai sekitar 16 hari
setelah pembuahan (sperma membuahi telur), dasar dari pembentukan sumsum
tulang belakang dan otak janin (neural plate) mulai terbentuk. Neural plate terus terus
bertumbuh dan kemudian berubah menjadi tabung saraf (neural tube). Selanjutnya,
tabung saraf menutup pada usia kehamilan sekitar 5-8 minggu, dan terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak belakang ini
kemudian akan membentuk sumsum tulang belakang. Sekitar minggu ke-5 usia
kehamilan, otak, sumsum tulang belakang, dan jantung janin mulai berkembang, sel-
sel janin mulai bertambah dan mulai membentuk fungsi-fungsi tertentu. Sekitar usia
kehamilan 6-7 minggu, otak janin akan terus bertumbuh sampai membentuk otak
besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), batang otak, kelenjar hipofisis, dan
hipotalamus. Kelima bagian otak ini mempunyai fungsi masing-masing yang sangat
penting untuk fungsi seluruh tubuh. Pada minggu ke-8 usia kehamilan, otak janin
terus bertumbuh. Selanjutnya, pada minggu ke-10, otak janin sudah mulai berfungsi.
Selain itu, organ lain juga sudah mulai berfungsi pada minggu ini, seperti ginjal,
usus, dan hati. Pada minggu ke-10 usia kehamilan, calon janin tidak lagi disebut
embrio, tetapi sudah menjadi janin.
b. Pada trimester kedua perkembangan otak janin di usia kehamilan minggu ke-18,
saraf janin sudah mulai diselubungi oleh myelin. Myelin akan melindungi saraf
janin dan berfungsi untuk mempercepat pengantaran pesan antar sel saraf.

37
Perkembangan myelin ini akan terus berlanjut sampai usia bayi 1 tahun. Jadi,
perkembangan otak masih akan terjadi setelah bayi lahir. Pada akhir trimester
kedua, batang otak janin berperan dalam fungsi dasar kehidupan, seperti denyut
jantung, tekanan darah, dan pernapasan, menunjukkan perkembangannya hampir
matang.
c. Perkembangan otak janin di trimester ketiga berada pada perkembangannya yang
paling pesat, terutama perkembangan neutron. Ukuran otak janin juga membesar
pada masa ini dan mempunyai berat 3 kali lipat selama 1 minggu terakhir usia
kehamilan. Dari sekitar 100 gram pada akhir trimester kedua menjadi 300 gram
pada trimester ketiga. Bentuk otak janin juga sudah mulai berubah, dari yang
tadinya memiliki permukaan yang halus semakin berlekuk seperti bentuk otak
orang dewasa. Pertumbuhan otak janin berjalan lebih cepat pada minggu 27-30
usia kehamilan. Pada saat ini, sistem saraf sudah cukup berkembang untuk
mengontrol beberapa fungsi tubuh. Janin juga sudah mulai bisa mendengar suara
dari luar rahim. Pada minggu ke-28, aktivitas gelombang otak janin mulai
mempunyai siklus tidur, seperti tahap REM (di mana bisa bermimpi pada tahap
ini). Pada trimester ketiga, otak kecil (yang mengontrol pergerakan) berkembang
lebih cepat. Korteks otak besar yang berperan dalam fungsi berpikir, mengingat,
dan merasakan juga mengalami banyak perkembangan pada masa ini. Pada
trimester ketiga banyak yang terjadi perkembangan otak selama kehamilan,
namun otak mulai berfungsi sekitar waktu bayi akan lahir pada usia kehamilan
penuh. Tidak hanya sampai waktu ini, otak akan terus berkembang secara
bertahap dalam beberapa tahun kehidupan bayi setelah lahir. pada saat otak
berkembang, baik masih dalam kandungan maupun saat lahir, pemenuhan asupan
yang bergizi kepada bayi berguna untuk mendukung perkembangan otak.

38
Perkembangan fungsi syaraf

Fungsi sinaptik ternyata telah bekerja pada usia gestasi 8 minggu, terbukti dari
fleksi leher dan tubuh. Pada akhir trimester pertama sudah dapat dilihat pergerakan janin
secara ultrasonografi dan ternyata pada stimulasi in vitro dapat terlihat mulut membuka,
penutupan tangan, fleksi plantar, sedangkan pengepalan dapat dilihat pada usia gestasi 16
minggu, menelan pada 14-16 minggu dan menghisap pada 24 minggu.

Pada trimester ketiga integrasi otot dan syaraf makin cepat terbentuk, sehingga
janin bila lahir setelah saat itu akan dapat hidup lebih mudah. Pada usia gestasi 28
minggu, mata janin sudah dapat menerima rangsang cahaya, namun persepsi bentuk dan
warna baru beberapa saat setelah lahir. Janin agaknya sudah dapat mendengar pada 16
minggu. Sedangkan ujung syaraf perasa pada lidah dapat ditemukan pada usia 3 bulan,
barulah pada 28 minggu diperkirakan janin dapat mengecap rasa.

Menurut Deswani dkk tahun 2018 mengatakan bahwa Sistem saraf dapat dibagi
menjadi dua bagian, sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), dan sistem
saraf perifer. Sistem saraf adalah sistem organ yang paling kompleks dalam tubuh,
dengan sebagian besar kompleksitas yang berada di otak. Perkembangan dan
pertumbuhan system saraf dimulai sejak janin dalam kandungan minggu kedua
kehamilan. Masa penting pertumbuhan otak janin adalah sejak hari ke-8 sampai akhir
minggu ke-7 kehamilan, dan terus disempurnakan hingga lahir. Pada minggu ke-10

39
kehamilan, sel saraf otak telah tumbuh cepat hingga mencapai 250.000 sel saraf baru per-
menitnya. Perkembangan sistem syaraf janin :
1. Periode 0-8 Minggu Kehamilan

Masa kritis pembentukan otak janin adalah sejak hari ke-8 sampai akhir minggu ke-
7 kehamilan. Sel-sel otak janin yang mulai terbentuk pada akhir minggu ke-8 akan
terus mengalami penyempurnaan sampai saat kelahiran.
2. Periode 10-25 Minggu Kehamilan

Pada minggu ke-10 terjadi pertumbuhan sel-sel saraf otak dengan cepat hingga
mencapai 250.000 sel saraf baru per-menitnya. Otak sudah bisa menerima dan
mengirim pesan, dan janin sudah mulai melakukan gerak refleks. Pada minggu ke-19,
otak janin sudah terdapat jutaan saraf. Pada minggu ke-25 otak janin mulai memiliki
tekstur yang berkerut-kerut. Percepatan perkembangan otak janin terjadi pada trimester
ketiga hingga anak lahir sampai usia 5 tahun.

2. 6 Nefrologi Janin

Ginjal adalah organ ekskresi penting manusia yang akan menyaring air kotoran-
kotoran dalam darah untuk dibuang dalam bentuk urin. Ginjal adalah organ yang sangat
penting, kerusakan pada organ ini dapat mengakibatkan kematian karena akumulasi
racun-racun dalam tubuh manusia. Sejak jaman Hippocrates, telah diketahui bahwa janin
memproduksi urin. Secara umum diketahui bahwa, paling tidak pada akhir kehamilan,
sebagian besar cairan ketuban diatur oleh produksi urin ginjal janin. Walaupun plasenta
merupakan organ utama pengatur janin, ginjal janin juga berperan dalam pengaturan
tekanan arteri, homeostasis cairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa dan sintesa
hormonal janin.

Ginjal manusia berkembang dari jaringan intermediate mesoderm dan mengalami


tiga tahapan perkembangan sebelum menjadi ginjal yang sempurna. Tahapan-tahapan
tersebut adalah pronefros, mesonefros, dan metanefros. Mesonefros merupakan tahapan
awal dari perkembangan ginjal yang akan mereduksi digantikan mesonefros, dan
mereduksi lagi digantikan metanefros. Penjelasan untuk masing-masing tahapan adalah
sebagai berikut :

40
a. Pronefros
Sistem ekskresi ginjal pada manusia melewati 3 tahap perkembangan morfogenik.
Tahap pertama ditandai dengan munculnya sepasang tubulus yang membentuk
pronefros, suatu organ nonfungsional yang muncul sekitar minggu ketiga kehamilan
dan mengalami involusi sempurna dalam waktu 2 minggu.

b. Mesonefros
Mesonefros yang timbul lebih distal sepanjang nefrotom dan mengandung sekitar
20 pasang glomerulus dan dinding tubulus yang tebal. Pada minggu kelima
kehamilan, ginjal mesonefrik sudah dapat membentuk urin. Mesonefros mengalami
degenerasi pada minggu ke 11 hingga minggu ke 12 kehamilan yang diikuti
pembentukan tunas ureterik. Tahap ketiga dan fase terakhir perkembangan ginjal
adalah timbulnya

c. Metanefros

Metanefros atau ginjal metanefrik yang matang. Perkembangan tahap terakhir ini
tergantung pada interaksi antara tunas ureterik dengan massa sel mesenkim yang
tidak berdiferensiasi yang mengandung blastema nefrogenik.

Sumber : https://www.edubio.info/2015/04/tiga-tahap-perkembangan-ginjal.html, di akses tanggal


29 Juli 2019. 09.00 WIB

Fungsi tubulus ginjal dimulai pada ginjal metanefrik manusia antara minggu ke 9
dan 12 kehamilan, dan pada minggu ke 14, saluran Henle berfungsi dan terjadi reabsorpsi
tubulus. Nefron-nefron baru dibentuk sampai minggu ke tiga puluh enam kehamilan pada
janin manusia. Nefrogenesis telah terbentuk secara sempurna pada saat kelahiran bayi
cukup bulan, tetapi pembentukan nefron terus berlanjut setelah kelahiran pada bayi
41
kurang bulan. Keadaan ini juga terjadi pada perkembangan nefron, dimana terjadi
perpanjangan saluran Henle dan pembentukan lekukan pada tubulus proksimal.
2.6.2 Fisiologi ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi. Fungsi utama ginjal adalah menjaga keseimbangan
internal dengan jalan menjaga komposisi cairan ektraselular. Untuk melaksanakan hal itu
sejumlah besar cairan difiltrasi di glomerulus dan kemudian diresorbsi dan disekresikan
sepanjang nefron sehingga zat-zat yang berguna diserap kembali dan sisa-sisa
metabolisme dikeluarkan sebagai urin, sedang air ditahan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

2.6.3. Fungsi Ginjal

1. Fungsi ekskresi

a. Ekskresi sisa metabolisme protein


Sisa metabolisme protein yaitu ureum, kalium, fosfat, sulfat organik dan
asam urat dikeluarkan melalui ginjal. Sedang sisa metabolisme karbohidrat dan
lemak yaitu CO2 dan H2O dikeluarkan melalui kulit dan paru.

b. Regulasi volume cairan tubuh


Mekanisme ini diperantarai oleh hormon anti diuretik (ADH). Bila tubuh
kelebihan cairan maka terjadi rangsang melalui arteri karotis interna ke
osmoreseptor di hipotalamus anterior, kemudian diteruskan ke hipofisis posteroir
sehingga produksi ADH berkurang. Begitu juga sebaliknya bila kekurangan cairan
maka produksi ADH meningkat.

c. Menjaga keseimbangan asam basa


Keseimbangan asam basa diatur oleh paru dan ginjal. Paru menjaga jumlah
H2CO3 dengan mengatur kadar pCO2 dan ginjal menjaga konsentrasi NaHCO3.

2. Fungsi endokrin

a. Eritropoesis
Pada pembentukan sel darah merah diperlukan eritropoetin yang berasal
dari proeritropoetin. Proeritropoetin dibentuk oleh hati dengan perantaraan zat
yang dibentuk oleh ginjal yaitu faktor eritropoetik ginjal

42
b. Pengatur tekanan darah
Bila terjadi iskemia ginjal karena stenosis arteri renalis maka renin akan
mengubah angiotensinogen dalam tubuh menjadi angiotension I, kemudian diubah
oleh enzim konvertase di paru menjadi angiotension II, sehingga terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan merangsang kelenjar adrenal
memproduksi aldosteron. Aldosteron bersifat meretensi air dan natrium sehingga
volume darah bertambah. Kombinasi dari keduanya akan menyebabkan hipertensi.

c. Keseimbangan kalsium dan posfor


Ginjal mempunyai peranan dalam metabolisme vitamin D (kolekalsiferol).
Di hati kolekasiferol akan diubah menjadi 25 OH-kolekasiferol/D3 yang
kemudian oleh ginjal diubah lagi menjadi metabolit aktif yaitu 1.25 (OH)2 D3
yang dapat menyerap kalsium di usus.

2.6.1 Aliran darah ginjal

Ginjal pada bayi baru lahir mendapat darah sekitar 15 sampai 18 % dari cardiac
output, sedangkan ginjal janin hanya mendapat 2 sampai 4 % dari output darah ventrikel
selama trimester terakhir kehamilan. Ginjal menempati persentase berat badan lebih besar
pada janin dibanding dengan masa kehidupan selanjutnya. Ginjal janin telah dapat
membentuk urine pada minggu ke 12 dan minggu ke 18 urin yang berjumlah sekitar 7-14
ml/hari dan menjelang aterm sekitar 27cc/hari.

2.6.2 Kapasitas konsentrasi ginjal janin

Urin janin biasanya hipoosmotik dibanding dengan plasma. Ginjal janin mampu
menghasilkan urin yang pekat maupun encer, tergantung pada keadaan hidrasi maternal
dan janin. Pemberian manitol hipertonik pada domba betina hamil atau kekurangan cairan
maternal menyebabkan penurunan aliran urin janin dan penurunan klirens air bebas.
Penurunan klirens air bebas yang sama juga tampak setelah pemberian AVP langsung
pada janin. Juga terdapat korelasi langsung antara klirens air bebas janin dengan jumlah
cairan yang melewati plasenta. Dengan demikian, penurunan perpindahan cairan
transplasental pada janin menyebabkan penurunan produksi urin janin dan pada
pengamatan diketahui bahwa peningkatan osmolalitas urin dan penurunan aliran urin
dalam uterus menunjukkan adanya 'stres' pada janin. Keadaan ini didukung dengan
43
adanya temuan bahwa restriksi cairan maternal lebih dari 10 hari dapat menyebabkan
anuria dan kematian janin.

Kemampuan ginjal untuk memekatkan urin hingga pada kadar orang dewasa
belum tercapai pada saat setelah kelahiran. Keterbatasan kemampuan ginjal janin untuk
memekatkan urin mungkin disebabkan oleh :

1. Penurunan sensitifitas duktus kolektifus terhadap hormon antidiuretik arginin


vasopresin yang bersirkulasi (AVP)
2. Imaturitas struktur medulla atau imaturitas sistem transpor untuk transpor urea atau
keduanya, atau keterbatasan reabsorpsi natrium dan klorida pada kelebihan cairan
sepanjang bagian ascending dari loops of Henle yang relatif pendek
3. Perfusi ginjal yang relatif rendah dibanding orang dewasa; (4) pembagian distribusi
aliran pada korteks bagian dalam menghasilkan aliran yang tinggi melalui vasa rekta,
yang mencegah pembentukan gradasi medulla.

Penurunan kemampuan ginjal janin untuk memekatkan urin bukan akibat


ketidakmampuan janin untuk mensitesis maupun mensekresi AVP, yang terdapat pada
bagian posterior hipofisis janin binatang dan manusia. Kontrol volume maupun
osmoreseptor terhadap sekresi AVP berfungsi secara penuh pada trimester terakhir
kehamilan pada janin

2.7 SISTEM DIGESTIF JANIN

Pada kehamilan 11 minggu usus halus janin menunjukkan peristaltik dan mampu
menyerap glukosa (Kolldovsky dkk 1965). Fungsi gastrointestinal lebih berkembang pada
kehamilan 16 minggu, sehingga janin dapat menelan cairan amnion, menyerapnya dan
mengeluarkan yang tak dipakai melalui colon. Ditemukan asam hidrokhlorat dan
beberapa enzym dalam jumlah kecil. Oleh karena itu pada bayi prematur mungkin
ditemukan defisiensi, tergantung usia kehamilan. Janin aterm menelan banyak cairan
amnion, jumlahnya mencapai 450 ml dalam 24 jam. Gitlin dkk (1972) mengukur dengan
cara radioaktif albumin dan mendapat hasil yang hampir sama. Namun agaknya jumlah
yang sebenarnya lebih sedikit dengan perhitungan sebagian dihisap ke saluran nafas. Pada
kehamilan muda jumlah yang diminum sangat sedikit, dibandingkan dengan jumlah yang
ada. Pada kehamilan tua volume yang diminum relatif penting, karena bila tidak, akan
menumpuk seperti pada hidramnion.
44
Cairan amnion yang melalui saluran digestif mungkin bermanfaat bagi
perkembangan dan pertumbuhan saluran makanan, namun pada janin anensefalus dimana
minum sangat sedikit, ditemukan saluran digestif yang relatif normal. Pada kehamilan
tua, mekanisme minum berguna pula untuk membersihkan kotoran yang tak larut. Hal ini
dapat ditemukan pada pada mekonium yang diperiksa setelah kelahiran. Cairan amnion
yang diminum mengandung kalori sedikit sekali, namun mungkin mengandung nutrisi
yang penting. Gitlin (1974) menemukan adanya 0,8 g protein yang larut diperoleh dari
minum cairan amnion.

Mekonium tidak hanya mengandung debris dari cairan amnion, juga terdapat sisa
sekresi, eksresi dan deskuamasi traktus gastrointestinal. Warna hijau pekat disebabkan
pigmen, umumnya biliverdin. Pada hipoksia akan mengakibatkan defekasi dimana
mekonium keluar, hal ini dirangsang oleh arginine vasopresin (AVP) yang keluar dari
kelenjar hipofisis. Zat ini merangsang otot polos kolon untuk berkontraksi sehingga
timbul defekasi. Pada obstruksi, dapat terjadi janin muntah in utero (shrand, 1972).

a. Pankreas dan Hati

Fungsi hati janin berbeda dengan hati dewasa; hanya ada beberapa enzim. Hati
hanya mempunyai kemampuan terbatas mengubah bilirubin bebas menjadi bilirubin
diglukuronoside. Semakin muda semakin imatur sistem konjugasi tersebut. Karena usia
eritrosit janin lebih pandek dari orang dewasa, produksi bilirubin relatif lebih banyak.
Hanya sebagian kecil di konjugasi oleh hati janin dan di ekskresi melalui traktus bilier
ke usus dan teroksidasi menjadi biliverdin. Bashore dkk (1964) melaporkan bilirubin
indirek yang diberi label radioaktif dapat segera disalurkan dari sirkulasi ke plasenta,
lalu ke hati ibu di mana dikonjugasi dan diekskresi melalui empedu ibu.

Transfer bilirubin indirek melalui plasenta sebenarnya 2 arah. Hal initerbukti


bahwa hampir tak ada kasus dengan bilirubin indirek di dalam plasma ibu. Bilirubin
direk tidak di transfer antara ibu dan janin.

Kebanyakan kolesterol diproduksi oleh hati janin jadi kebutuhan LDL bagi
adrenal janin dipenuhi oleh sintesis hati.

45
Glikogen ada dalam konsentrasi kecil di hati janin pada trimeser kedua, namun
pada trimeser ketiga akan meningkat menjadi 2-3 kali kadar orang dewasa. Setelah lahir
kadar glikogen akan turun segera.

Patut diingat bahwa temuan insulin oleh Benting dan Best (1922) berasal dari
janin sapi. Granul yang mengandung insulin dapat ditemukan dalam pankreas janin
pada 9-10 minggu, dan insulin dapat ditemukan plasma pada 12 minggu (Adam dkk,
1969). Peran insulin pada janin belum jelas, namun pertumbuhan janin ditentukan oleh
nutrisi dari ibu dan anabolisme di dalam janin. Insulin pada bayi ibu dengan diabetes
ternyata tinggi, demikian juga pada bayi besar, sebaliknya sedikit pada bayi kecil masa
kehamilan (Brismead dan liggins, 1979).

Glukagon dapat di identifikasi pada pankreas janin usia 8 minggu kehamilan.


Dengan infus alanin dan hipoglikemia dapat meningkatkan glukagon monyet, namun
tidak pada janin manusia. Dalam 12 jam pasca kelahiran reaksi glukagon janin dapat
ditemukan (Chez dkk, 1977).

Fungsi eksokrin pankreas janin dapat dibuktikan namun terbatas, buktinya


percobaan penyuntikan albumin berlabel radio-iodine pada cairan amnion ditelan janin
dan dapat ditemukan segera pada urin ibu (Pritchard, 1965).

b. Perkembangan embriologi sistem pencernaan

Susunan pencernaan manusia mulai terbentuk pada kehidupan mudigah hari ke-
22 sebagai akibat dari pelipatan mudigah kearah sefalokaudal dan lateral. Sebagian dari
rongga kuning telur yang dilapisi endoderm bergabung ke dalam mudigah dan
membentuk usus primitif. Perkembangan embriologi sistem pencernaan dan turunannya
biasanya dibahas dalam 3 bagian yaitu :

a) Usus depan (foregut), yang terletak di sebelah kaudal tabung faring dan membentang
hingga ke tunas hati
b) Usus tengah (midgut), mulai dari sebelah kaudal tunas hati dan berjalan ke suatu
tempat kedudukan, yang pada orang dewasa membentuk pertemuan dua pertiga
kanan dan sepertiga kiri kolon tranversum; dan
c) Usus belakang (hindgut), yang membentang dari sepertiga kiri kolon tranversum
hingga ke membran kloakalis.
46
Diagram pembentukan saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan (hati& pankreas)

Sedangkan mesoderm akan membentuk jaringan ikat, komponen otot, dan


komponen peritoneum pada sistem pencernaan. Tabung usus disanggah pada bagian
dorsal oleh mesenterium (mesenterium dorsal yang menggantung dari bagian bawah
esofagus ke daerah kloaka usus belakang, mesogastrium dorsal/omentum mayus yang
menggantung lambung, mesoduodenum dorsalis menggantung bagian duodenum, dan
mesenterium proprius yang menggantung illeum dan jejunum) yang akan menjadi jalur
pembuluh darah, saraf, dan getah bening ke bagian abdomen viseral. Sedangkan
mesenterium ventral yang terdapat pada bagian esofagus terminal, lambung, bag ian atas
duodenum dari septum trensversum (mesenterium ventral: omentum minus, dari bawah
esofagus , lambung, bagian atas duodenum hati, ligamentum falsiformis, dari hati ke
dinding ventral tubuh.

Gambar 2.1 Gambaran skematik mesenterium

2.1. Usus Depan


47
2.1.1 Esofagus

Pada minggu ke-4, dinding ventral usus depan terdapat divertikulum


respiratorium (tunas paru) yang berbatasan dengan faring sehingga disebut pharyngeal
gut / lengkung faring. Diventrikulum berangsur-angsur terpisah dari bagian dorsal usus
depan melalui sebuah pembatas, yaitu septum esofagotrakealis sehingga usus depan
terbagi menjadi bagian ventral yaitu primodium pernapasan dan bagian dorsal yaitu
esofagus.

Pada mulanya esofagus sangat pendek, akan tetapi dengan gerak turun jantung dan
paruparu esafagus kemudian memanjang dengan cepat. Lapisan otot yang terbentuk
oleh mesenterium sekitarnya. 2/3 bagian kranial berupa otot lurik yang

dipersarafi oleh nervus vagus, sedangkan 1/3 bagian kaudal sisanya berupa otot polos
yang dipersarafi pleksus splangnikus.

48
2.1.2. Lambung

Pada minggu ke-4, lambung merupakan hasil pelebaran/dilatasi usus depan


berbentuk fusiformis. Pada minggu-minggu berikutnya, bentuk kedudukannya banyak
berubah akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan pada berbagai bagian dindingnya dan
perubahan kedudukan organ-organ di sekitarnya. Perubahan kedudukan lambung paling
mudah dijelaskan dengan menganggap bahwa organ ini berputar mengelilingi sumbu
panjang dan sumbu anteroposterior.

Pada sumbu memanjangnya, lambung melakukan perputaran 90° searah jarum jam,
sehingga sisi kirinya menjadi permukaan anterior dan sisi kanannya menjadi permukaan
posterior. Oleh karena itu, nervus vagus kiri yang tadinya mempersarafi dinding kiri,
menjadi mempersarafi dinding depan; demikian pula yang terjadi pada dinding lambung
belakang yang dipersarafi oleh nervus vagus kanan. Selama perputaran ini, bagian
belakang lambung tumbuh lebih cepat dari bagian depan sehingga terbentuklah kurvatura
mayor dan kurvatura minor. Ujung pylorus pindah ke kanan dan ujung kardiak pindah ke
kiri.

Gambar 2.4. Perputaran Lambung 90o serta Pembentukan Kurvatura Mayor dan Kurvatura Minor

Ujung sefalik dan kaudal lambung yang tadinya terletak pada garis tengah akan
bergerak memutari sumbu anteroposterior sehingga badan kaudalnya (pilorus) bergerak
ke kanan atas dan badan sefaliknya (kardia) bergerak ke arah kiri bawah. Dengan

49
demikian lambung mencapai kedudukannya yang terakhir, dan sumbu panjangnya
berjalan dari kiri atas ke kanan bawah

Gambar 2.5 Perkembangan Lambung

Lambung menempel pada dinding tubuh dorsal melalui mesogastrium dorsal dan
ke dinding tubuh ventral melalui mesogastrium ventral, rotasi dan pertumbuhan yang
tidak proporsional mengubah kedudukan mesenterium-mesentrium ini. Rotasi
mengelilingi sumbu longitudinal menarik mesentrium dorsal ke kiri, sehingga
menciptakan sebuah ruang yang disebut bursa omentalis (sakus peritonealis minor).

Gambar 2.5. Pembentukan Bursa Omentalis pada Mesentrium Dorsal

Pada minggu ke-5 primordium limpa terbentuk sebagai proliferasi mesoderm di


antara kedua lembaran mesogastrium dorsal. Dengan berlanjutnya rotasi lambung,
mesogastrium dorsal memanjang dan bagian yang berada di antara limpa dan garis tengah
bagian yang berada di antara limpa dan garis tengah bagian dorsal membelok ke kiri dan
menyatu dengan peritoneum dinding abdomen posterior, dan bagian yang menyatu ini
akan berdegenerasi. Limpa yang berkedudukan intraperitoneal kemudian dihubungkan

50
dengan dinding tubu h di daerah ginjal kiri oleh ligamentum lienorenalis dan ke lambung
oleh gastrolienalis.

Pemanjangan dan bersatunya mesogastrium dorsal ke dinding posterior tubuh juga


menentukan posisi akhir pankreas. Mula-mula, organ ini tumbuh ke dalam
mesoduodenum dorsal, namun akhirnya pada kauda memanjang ke mesograstrium dorsal.
Karena bagian mesogastrium dorsal ini menyatu dengan dinding tubuh dorsal, kauda
pankreas terletak di daerah ini. Begitu lembaran posterior mesogastrium dorsal dan
peritoneum dinding tubuh posterior berdegenerasi di sepanjang garis penyatuan ini, kauda
pankreas dibungkus oleh peritoneum hanya pada permukaan anteriornya dan karena itu
terletak di posisi retroperitoneal (organ-organ semacam pankreas yang mula-mula
dibungkus oleh peritoneum tetapi kemudian menyatu dengan dinding tubuh posterior
sehingga menjadi retroperitoneal disebut sebagai retroperitoneal sekunder)

Gambar 2.6. Perubahan Letak Limped dan Pankreas Selama Minggu ke-5

Hasil dari rotasi lambung di sekeliling aksis anteroposteriornya, mesogastrium


dorsal menonjol ke arah bawah. Pertumbuhannya kemudian terus berlanjut ke arah bawah
dan membentuk sakus berlapis ganda, memanjang sampai kolon tranversum dan gelung
usus kecil, struktur ini dikenal sebagai omentum mayus.

51
Gambar 2.7. Perkembangan Omentum Mayus yang Berasal dari Mesogastrium Dorsal pada Akhir Bulan
ke-3

Sakus berlapis ganda, kemudian menyatu membentuk lembaran tungg al yang


tergantung dari kurvatura mayor lambung. Lapisan posterior dari omentum mayus juga
bersatu dengan mesenterium kolon transversum.

Gambar
2.8. Penyatuan Sakus Berlapis Ganda Omentum Mayus pada

(A) Bulan ke-4 dan (B) Saat Kelahiran

Omentum minus dan ligamentum falsiformis yang berasal dari dari mesogastrium
ventral. Korda hepatik tumbuh ke dalam septum sehingga korda ini menjadi menipis
untuk membentuk:

a. Peritoneum hati

52
b. Ligamen falsiformis (memanjang dari hati ke ventral dinding tubuh) – tepi bebas
berisi vena umbilikalis yang setelah lahir berobliterasi untuk membentuk
ligamentum rotundum dari hati (ligamentum teres hepatis).
c. Omentum minus (memanjang dari lambung dan duodenum atas ke hati) – Tepi
bebasnya menghubungkan duodenum dan hati (ligamentum hepatoduodenalis)
berisi duktus biliaris, vena porta, dan artei hepatika (triad porta).

Gambar 2.9. Perkembangan Mesogastrium Ventral pada Akhir Minggu ke-5

2.1.3. Duodenum

Bagian saluran usus ini dibentuk dari bagan akhir usus depan dan bagian sefalik
usus tengah. Titik pertemuan kedua bagian ini terletak tepat di sebelah distal pangkal
tunas hati. Karena duodenum terbentuk dari gabungan usus depan dan usus tengah,
sehingga duodenum juga diperdarahi oleh cabang-cabang dari arteri Seliaka yang juga
memperdarahi usus depan dan arteri Mesentrika Superior yang juga memperdarahi usus
tengah.

53
Gambar 2.10. Letak duodenum pada minggu ke-4

Ketika lambung berputar, duodenum melengkung seperti huruf C dan memutar ke


kanan. Bersamaan dengan tumbuhnya kaput pankreas, menyebabkan duodenum
membelok dari posisi tengahnya yang semula ke arah sisi kiri rongga abdomen.
Duodenum dan kaput pankreas ditekan ke dinding dorsal badan, dan permukaan kanan
mesoduodenum dorsal menyatu dengan peritoneum kemudian keuda lapisan menghilang
dan duodenum serta kaput pankreas menjadi terfiksasi di posisi retroperitoneal.
Mesoduodenum dorsal menghilang sama sekali kecuali didaerah pilorus lambung, dimana
sebagian kecil duodenum (tutup duodenum) tetap intraperitoneal.

Gambar 2.12. Kedudukan Duodenum Ketika Terjadi Perputaran Lambung

2.1.3. Hati dan Kandung Empedu

Pada pertengahan minggu ke-3, primodium hati tampak sebagai pertumbuhan epitel
endoderm pada ujung distal usus depan. Pertumbuhan ini dikenal sebagai divertikulum
54
hepatis atau tunas hati, terbentuk dari sel-sel yang berproliferasi dengan cepat dan
menembus septum transversum, yaitu lempeng mesoderm antara rongga perikardium dan
tangkai kantung kuning telur.

Gambar 2.13. Perkembangan Divertikulum Hepatis Menembus Septum Tranversum

Sementara sel hati terus menembus septum trasnsversum, hubungan antara


diverticulum hepatis dan usus depan (duodenum) menyempit, sehingga membentuk
saluran empedu. Sebuah tonjolan kecil ke arah ventral terbentuk dari saluran empedu ini,
dan pertumbuhan ini menghasilkan kantung empedu dan duktus sistikus. Pada
perkembangan selanjutnya, epitel korda hati saling berbelit dengan vena vitellina dan
vena umbilikalis, membentuk sinusoid-sinusoid hati. Korda hati berdiferensiasi menjadi
parenkim dan membentuk jaringan yang melapisi duktus biliaris. Sel-sel hemopoetik, sel
Kupffer, dan sel-sel jaringan penyambung berasal dari mesoderm septum transversum.

Ketika hati sudah menginvasi seluruh septum transversum sehingga organ ini
menonjol ke arah kaudal ke dalam rongga abdomen, mesoderm septum transversum yang
terletak di antara hati dan usus depan, serta hati dan dinding ventral perut menjadi
membran, sehingga masing-masing membentuk omentum minus dan ligamentum
falsiformis. Bersama-sama mereka membentuk hubungan peritoneal antara usus depan
dan dinding abdomen ventral dan dikenal sebagai mesograstrium ventral. Mesoderm pada
permukaan hati berdiferensiasi menjadi peritoneum viseral kecuali pada permukaan
kranialnya yang disebut dengan pars afiksa hepatis, di mana hati tetap berhubungan

55
dengan sisa septum transversum asli, bagian sekat ini terdiri atas gumpalan mesoderm
yang padat dan akan membentuk pars tendinosa diafragma.

Gambar 2.14. Perkembangan Hati pada Minggu ke-5

Pada minggu ke-10, berat hati kurang lebih 10% dari berat badan seluruhnya.
Fungsi hemopoietik-nya: Sarang-sarang besar sel berproliferasi, yang menghasilkan sel
darah merah dan putih, ditemukan di antara sel-sel hati dan pada dinding pembuluh d
arah. Kegiatan ini berangsur-angsur berkurang pada dua bulan terakhir kehidupan dalam
rahim, dan hanya tersisa pulau-pulau kecil pembentuk darah pada saat lahir. Berat hati
pada saat itu hanya 5% dari berat badan seluruhnya.

Pada minggu ke-12, empedu dibentuk oleh sel-sel hati. Sementara itu, oleh karena
kandung empedu dan duktus sistikus telah berkembang dan duktus sistikus telah bersatu
dengan ductus saluran pencernaan. Sebagai akibatnya, isinya menjadi berwarna hijau
gelap. Karena perubahan kedudukan duodenum, muara duktus koledokus berangsur-
angsur bergeser dari posisinya semula di depan menjadi di belakang, dan sebagai
akibatnya, duktus koledokus didapati berjalan menyilang di belakang duodenum.

56
Gambar 2.15. Pergeseran Duktus Koledokus Seiring Perubahan Kedudukan Duodenum

2.1.4. Pankreas

Pankreas dibentuk oleh dua tunas yang berasal dari lapisan endoderm duodenum:

1. Tunas pankreas dorsal terletak di dalam mesenterium dorsal


2. Tunas pankreas ventral terletak di dekat duktus koledokus.

Ketika duodenum berputar ke kanan dan membentuk huruf C, tunas pankreas


ventral bermigrasi ke dorsal dengan cara serupa d engan bergesernya muara duktus ko
ledokus. Akhirnya, tunas pankreas ventral tepat berada di bawah dan di belakang tunas
pankreas dorsal. Parenkim dan susunan saluran dalam tunas pankreas dorsal dan ventral
bersatu.

Gambar 2.16. Pergeseran Tunas Pankreas Ventral ke Arah Dorsal

57
Tunas ventral membentuk prosesus unsinatus dan bagian bawah kaput pancreas,
sedangkan bagian kelenjar lainnya berasal dari tunas dorsal. Duktus pankreatikus mayor
(Wirsungi) terbentuk dari bagian distal saluran pankreas dorsal dan seluruh saluran
pankreas ventral. Bagian proksimal saluran pankreas dorsal menutup atau tetap
dipertahankan sebagai saluran kecil, yaitu ductus pankreatikus asesorius (Santorini).
Duktus pankreatikus mayor, bersama duktus koledous, bermuara dalam duodenum di
papila mayor; muara duktus asesorius (bila ada) terletak pada papilla minor.

Gambar 2.17. Kedudukan dan Perkembangan Akhir Pankreas

Pada bulan ke-3, Pulau Langerhans berkembang dari jaringan parenkim pankreas
dan tersebar di seluruh kelenjar tersebut. [pada bulan ke-5] Sekresi insulin dimulai kurang
lebih. Sel-sel yang mengeluarkan glukagon dan somatostatin juga berkembang dari sel
parenkim. Mesoderm splangnik yang mengelilingi tunas pankreas membentuk jaringan
penyambung kelenjar tersebut.

2.2. Usus Tengah

Pada minggu ke-5, usus tengah menggantung pada dinding dorsal abdomen dorsal
oleh sebuah mesentrium pendek dan berhubungan dengan kantung kuning telur melalui
duktus vitelinus atau tangkai kuning telur. Pada orang dewasa, usus tengah dimulai tepat
di sebelah distal muara duktus biliaris ke dalam duodenum dan berakhir di antara dua
pertiga proksimal kolon transversum dan sepertiga distalnya. Seluruh panjang usus tengah
diperdarahi oleh arteri mesentrika superior.

58
Gambar 2.18. Lokasi Usus Tengah

Perkembangan usus tengah ditandai dengan pemanjangan cepat usus dan


mesentriumnya sehingga terbentuk gelung usus primer. Di bagian puncaknya, saluran
usus ini tetap berhubungan langsung dengan kanong kuning telur melalui duktus vitelinus
yang sempit. Bagian kranial dari lengkung berkembang menjadi bagian distal
duodenum,jejunum,dan sebagian ileum. Sedangkan bagian kaudal menjadi bagian bawah
ileum,sekum,apendiks, kolon ascendens,dan dua pertiga proksimal kolon transversum.

Gambar 2.19. Pembentukan Gelung Usus Primer pada Usus Tengah

Perkembangan gelung usus primer ditandai oleh pemanjangan yang pesat,


terutama dibagian kranial. Sebagai akibat pertumbuhan yang cepat ini dan membesarnya
hati yang terjadi secara serentak, rongga abdomen untuk sementara menjadi terlalu kecil
untuk menampung semua usus,dan gelung tersebut masuk ke rongga selom
ekstraembrional di dalam tali pusat selama minggu ke-6 (hernia umbilikalis fisiologis).

59
Bersamaan dengan pertumbuhan panjangnya, gelung usus primer berputar melalui sebuah
poros yang di bentuk oleh arteri mesentrika superior. Apabila diihat dari depan,
perputaran ini berlawanan arah dengan jarum jam. Perputaran yang terjadi selama proses
herniasi kira-kira 90o.

Gambar 2.20. Herniasi Umbilikalis Fisiologis dan Rotasi Gelung Usus Primer

Pada minggu ke-10, menghilangnya mesonefros, berkurangnya pertumbuhan hati,


dan bertambah luasnya rongga abdomen membuat gelung usus yang mengalami herniasi
kembali ke dalam rongga abdomen. Kembalinya gelung usus ke dalam rongga abdomen
juga diikuti dengan perputaran gelung usus sebesar 180o. Sehingga total rotasi yang
terjadi pada gelung usus selama proses herniasi umbilikalis dan kembali lagi ke dalam
rongga abdomen adalah sebesar 270o.

60
Bagian proksimal jejunum, merupakan bagian pertama yang masuk kembali ke
dalam rongga abdomen,kemudian mengambil tempat di disisi kiri. Gelung usus yang
masuk berikutnya secara bertahap semakin ke sisi kanan. Tunas sekum yang muncul pada
minggu ke-6 sebagai suatu pelebaran kecil berbentuk kerucut pada bagian kaudal gelung
usus primer adalah bagian terakhir usus yang masuk ke dalam rongga abdomen. Untuk
sementara bagian ini berada pada kuadaran kanan atas tepat dibawah lobus kanan hati.
Dari sini, bagian tersebut bergerak turun ke dalam fosa iliaka kanan, sehingga membuat
kolon asendens dan fleksura hepatika menjadi terletak di sebelah kanan rongga abdomen
.Selama proses ini ujung distal tunas sekum membentuk sebuah divertikulum yang
sempit, yang disebut Appendiks primitif.

Gambar 2.21. Pandangan Anterior Gelung-Gelung Usus yang Masuk Kembali ke Dalam Rongga
Perut setelah Proses Herniasi Umbilikalis Fisiologis

Mesentrium pada gelung usus primer, mesentrium proprius, mengalami perubahan


yang banyak sekali bersama dengan peristiwa rotasi dan pemutaran gelung usus. Ketika
bagian kaudal usus tersebut bergerak ke sisi kanan rongga perut, mesentrium dorsal
melilit di sekitar pangkal arteri mesentrika superior. Kemudian ketika bagian asendens
dan desendens mulai menapatkan kedudukan yang sebenarnya, mesentriumnya didesak
menempel ke peritoneum di dinding abdomen posterior. Setelah penyatuan lapisan-
lapisan ini, kolon asendens dan desendens tertambat permanen di sisi retroperitonium.
Sedangkan apendiks ujung bawah sekum dan kolon sigmoid tetap mempertahankan ujung
bebasnya.

Pada mesokolon tranversum, usus ini menyatu dengan dinding posterior omentum
mayus tetapi tetap mempertahankan mobilitasnya garis perlekatannya membentang dari
fleksura hepatica kolon asendens sampai ke fleksura lienalis kolon desendens. Sedangkan
61
mesentrium gelung usus jejunoileal mula-mula bersambungan dengan mesentrium kolon
asendens. Ketika mesentrium mesokolon asendens menyatu dengan dinding abdomen
posterior, mesentrium gelung jejunoileal mendapatkan garis perlekatan baru, yang
berjalan dari daerah dimana duodenum terletak intraperitoneum sampai ke persambungn
ileosekalis.

Gambar 2.22. Kedudukan Akhir Gelung-Gelung Usus Dalam Rongga Abdomen

2.3. Usus Belakang

Usus belakang membentuk 1/3 distal kolon transversum, kolon desendens,


sigmoid, rektum, bagian atas kanalis ani. Selain itu endoderm usus belakang ini juga
membentuk lapisan dalam kandung kemih dan uretra. Bagian akhir usus belakang
bermuara ke dalam kloaka yaitu suatu rongga yang dilapisi oleh endoderm yang bertemu
langsung dengan ektoderm permukaan. Daerah pertemuan ini disebut membran kloaka.

Pada perkembangan selanjutnya, timbul suatu rigi melintang, yaitu Septum


urorektal, pada sudut antara allantois dengan usus belakang. Sekat ini tumbuh ke arah
kaudal membagi kloaka menjadi: sinus urogenitalis primitif pada bagian anterior dan
kanalis anorektalis pada bagian posterior. Pada minggu ke-7 septum urorektal mencapai
membran kloaka dan membentuk korpus perinealis. Membran kloaka kemudian terbagi
menjadi:

1. Membrana Urogenitalis (pada bagian depan).


2. Membrana analis (pada bagian belakang)

62
Gambar 2.23. Perkembangan Bagian Akhir Usus Belakang

Sementara itu, membrana analis ini dikelilingi tonjolan-tonjolan mesenkim, dan


pada minggu ke-8 selaput ini terletak di dasar cekungan ektoderm, membentuk celah anus
atau proktodeum. Pada minggu ke-9 membrana analis koyak sehingga rektum
berhubungan dengan dunia luar. Bagian atas kanalis analis berasal dari endoderm yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang juga memperdarahi usus belakang, yaitu Arteri
mesenterika inferior. Sedangkan sepertiga bagian bawah kanalis analis berasal dari
ectoderm dan divaskularisasi oleh Aa. Rektales yang merupakan cabang dari arteri
pudenda interna. Bagian pertemuan endoderm dan ektoderm, disebut linea pektinata.
Pada linea pektinata terjadi perubahan epitel dari epitel torak menjadi epitel berlapis
gepeng.

Gambar 2.24. Perkembangan dan Pembentukan Celah Anus

63
2.8 Respon Antibodi Janin
a. Sistem Imunitas Antenatal
Pada kehamilan dimana antibodi yang dihasilkan janin jauh sangat kurang
untuk merespon invasi antigen ibu atau invasi bakteri. Dari minggu ke 20
kehamilan, respon imun janin terhadap antigen mulai meningkat. Respon janin
dibantu oleh pemindahan molekul antibodi dari ibu (asalkan ukurannya tidak terlalu
besar) ke janin sehingga memberikan perlindungan pasif yang menetap sampai
beberapa minggu. Proses kelahiran sendiri, mulai dari pecahnya kantong amnion
yang tersegel dan seterusnya akan membuat janin terpajan dengan mikroorganisme
baru. Candida alicans, gonococcus dan herpes virus dapat dijumpai pada vagina.
Pada kasus infeksi herpes yang diketahui, pelahiran pervaginam tidak
diperbolehkan. Begitu lahir, bayi cenderung akan bertemu dengan Staphylococcus
aureus, suatu mikroorganisme dimana resisten bayi tehadapnya sangat kecil.
Untuk mengimbangi status imunologi yang belum berkembang dengan baik
pada bayi baru lahir, maka pengawasan antenatal yang cermat, pemeriksaan untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi atau terapi untuk mengatasi infeksi, teknik-
teknik melahirkan yang aseptik tanpa memasukkan mikroorganisme dan perawatan
yang cermat dengan memperhatikan segala aspek dalam penanganan bayi baru lahir,
semuanya ini merupakan tindakan yang sangat penting.
b. Sistem Imunitas Intrauterin
Dalam perkembangannya, janin dapat terlindung dari lingkungan yang
berbahaya selama dalam kandungan. Umumnya kuman patogen atau bibit penyakit
tidak dapat menembus barier placenta. Bayi yang baru lahir, tanpa adanya antibodi,
akan sangat mudah terinfeksi. Bayi yang mature telah memperoleh antigen dan
imunitas pasif dari ibu terhadap jenis-jenis tertentu dalam waktu 6 minggu atau
lebih sebelum dilahirkan. Namun demikian, bayi yang meninggalkan lingkungan
yang steril untuk kemudian secara tiba-tiba bertemu dengan banyak mikroorganisme
dan antigen lainnya. Diperlukan waktu beberapa minggu sebelum imunitas aktif
terbentuk.
Sistem imun janin diperkuat oleh penyaluran imunoglobulin menembus
plasenta dari ibu kepada janinnya melalui aliran darah yang membawa antibodi serta
penyaluran melalui air susu. Profil imunoglobulin yang disalurkan melalui plasenta
dan disekresikan melalui air susu bergantung pada mekanisme transportasi spesifik
untuk berbagai kelas imunoglobulin. .
64
Kapasitas imunologis aktif janin dan neonatus lebih lemah daripada yang
dimiliki oleh anak yang lebih tua dan orang dewasa. Menurut Stirrat (1991),
imunitas selular dan humoral janin mulai berkembang pada 9 sampai15 minggu.
Respons primer janin terhadap infeksi adalah pembentukan immunoglobulin M
(IgM). IgG ibu menembus plasenta ke dalam sirkulasi janin melalui mekanisme
aktif spesifik, yang efektif dari sekitar usia gestasi 20 minggu, tetapi aktivitasnya
meningkat pesat sejak usia gestasi 34 minggu. Ibu akan menghasilkan respons imun
terhadap antigen yang ia temui dengan menghasilkan IgG, yang dapat melewati
plasenta. Bahkan kadar IgG ibu rendah, IgG akan tetap di salurkan melalui plasenta.
Hal ini berarti janin akan mendapat imunisasi pasif terhadap patogen yang besar
ditemukan di lingkungan setelah lahir. Imunitas pasif ini memberikan perlindungan
temporer penting pascanatal sampai sistem bayi sendiri matang dan menghasilkan
sendiri antibody. Pada 26 minggu, konsentrasi di janin sama dengan konsentrasi di
ibunya. (World Health Organization Collaborative Study Team, 2000)
Respon IgM dominan pada janin dan hal ini terus berlangung selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan pada neonatus. IgM tidak dipindahkan dari ibu ke
janin, dengan demikian semua IgM di janin atau neonatus dibentuk oleh janin atau
neonatus tersebut. Hanya sedikit IgM yang diproduksi oleh janin normal sehat dan
IgM yang diproduksi tersebut mungkin mencakup antibodi terhadap limfosit T ibu.
Meningkatnya kadar IgM juga dijumpai pada neonatus dengan infeksi kongenital
misalnya rubella, sitomegalovirus, atau toksoplasmosis. Pengukuran kadar IgM
serum dalam darah tali pusat dan identifikasi antibodi spesifik mungkin bermanfaat
dalam diagnosis infeksi intrauterus.kadar IgM seperti dewasa biasanya dicapai pada
usia 9 bulan (Norman F Gant, 2011).
Transmisi vertikal infeksi merujuk kepada penularan suatu infeksi dari ibu
ke janin melalui plasenta, selama persalinan atau proses kelahiran, atau sewaktu
menyusui. Ketuban pecah dini, partus lama, dan manipulasi obstetrik dapat
meningkatkan risiko infeksi neonatus. Infeksi yang terjadi sebelum 72 jam setelah
persalinan biasanya disebabkan oleh bakteri yang berjangkit in utero atau sewaktu
persalinan, sementara infeksi setelah waktu tersebut kemungkinan besar berjangkit
penyakitnya. (Cunningham, 2013)

65
c. Sistem Imunitas Pasca Uterin
Setelah persalinan, air susu bersifat protektif terhadap sebagian infeksi,
meskipun proteksi ini mulai menurun pada usia 2 bulan. Perubahan sistem imun
bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap infeksi dan alergi.
Infeksi neonatus, khususnya pada tahap-tahap awal mungkin sulit di
diagnosis karena neonatus sering tidak memperlihatkan tanda-tanda klasik penyakit.
Jika janin terinfeksi in utero, mungkin terjadi depresi dan asidosis saat lahir tanpa
sebab yang jelas. Neonatus mungkin tidak mau makan, muntah, atau mengalami
distensi abdomen. Dapat terjadi insufisiensi pernapasan, yang mungkin memberikan
gambaran serupa dengan sindrom distress pernapasan idiopatik. Bayi tersebut
mungkin idiopatik dan mudah terangsang. (Cunningham, 2013)
Infeksi yang diperoleh di rumah sakit berbahaya bagi neonatus kurang bulan
dan orang yang merawat mereka adalah sumber utama infeksi. Sistem ventilasi dan
kateter vena dan arteri umbilikalis dapat menyebabkan infeksi yang mengancam
nyawa. Bayi dengan berat badan lahir rendah yang bertahan hidup selama beberapa
hari pertama tetap berisiko tinggi meninggal akibat infeksi yang berjangkit di ruang
perawatan intensif. (Cunningham, 2013)
Infeksi ascendens, yang disebabkan oleh bakteri misalnya, Escherichia coli,
Streptococcus B, adalah penyebab tersering mortalitas perinatal akibat infeksi.
(Cunningham, 2013)
Sel-sel tubuh memberikan fungsi imunitas yang terdapat pada saat lahir guna
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tiga sel yang
berfungsi dalam fagositosis (menelan dan membunuh) mikroorganisme yang
menyerang tubuh ketiga sel darah ini adalah:
1) Neutrofil polimorfonuklear
2) Monosit
3) Makrofag
Sedangkan sel-sel lain yang disebut sel pembunuh alami (natural killer). Akhirnya
neutrofil polimorfonuklear akan menjadi fagosit primer dalam pertahanan penjamu (host),
tetapi pada neonatus neutrofil polimorfonuklear ini mengalami gangguan baik pada
kemampuan untuk bergerak pada arah yang benar dan dalam kemampuannya untuk
melekat pada tempat-tempat peradangan. Kerkurangan fungsi ini menyebabkan suatu

66
kelemahan utama sistem imunitas neonatus yang tidak mempunyai kemampuan mencari
dan membatasi lokasi infeksi.
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus yang berasal dari
ibunya, janin mendapatkan imunitas ini melalui berbagai IgG yang melintas melalui
transplasenta. Neonatus tidak memiliki imunitas pasif terhadap penyakit.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap infeksi mikroba seperti praktik persalinan
yang aman dan menyusui ASI dini serta deteksi dini terhadap peyakit infeksi perlu
dilakukan.

2.9 Endokrinologi janin


2.9.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang
mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari
deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus
yang banyak mengandung pembuluh kapiler. Sistem endokrin, dalam
kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh.Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan
kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika
keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini
sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Kelenjar endokrin tidak memiliki
saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui saluran, tapi dari selsel endokrin
langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke
sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon. Sedangkan
ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran khusus, seperti
uretra dan saluran kelenjar ludah.Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar
endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ
endokrin murni artinya hormon tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya
kelenjar pineal, kelenjar hipofisis / pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar
paratiroid, kelenjar adrenal suprarenalis, dan kelenjar timus. Selain itu ada
beberapa organ endokrin yang menghasilkan zat lain selain hormon yakni:
2.9.2 Fungsi Sistem Endokrin :
Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
67
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang
2. Menstimulasi urutan perkembangan
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif
4. Memelihara lingkungan internal optimal
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darur

Klasifikasi Dalam hal struktur Kimianya


Hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau
yang larut dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida
(mis, insulin, glukagon, hormone adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan
katekolamin (mis.,dopamin,norepinefrin,epinefrin). Hormon yang larut dalam
lemak termasuk steroid (mis,estrogen, progesteron, testosteron,glukokortikoid,
aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin). Hormon yang larut dalam air bekerja
melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat menembus
membran seldengan bebas.

Karakteristik Sistem Endokrin :


Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan
struktur tersendiri, namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.
Hormon disekresi dalam salah satu dari tiga pola berikut: sekresi
diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortiso l
adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan
menurun pada malamhari.
Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu
tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan
lembahnya menyebabkan siklusmenstruasi.
Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada
kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap
kadar kalsium serum. Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang
memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal.
Hormon mengontrol laju aktivitas selular. Hormon tidak mengawali
perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung
reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik. Hormon mempunyai
fungsi

68
dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering
merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara kons tandi
reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.

2.9.3 Pengendalian Endokrin


Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalamdarah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon
harus diatur dalam batas- batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu
ke waktu apakah diperlukan lebih banyak ataulebih sedikit hormon.
Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka
merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk
merangsang aktivitas dikelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target
dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar Hipofisa mengetahui
bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan
hormon.Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa
memiliki fungsi yangmemiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus
menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar
hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur
juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya. Mekanisme pasti dari
pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa terhadap bioritmi kini masih
belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat bahwa organ memberikan respon
terhadap semacam jam biologis

2.9.4 Endokrinologi Janin


Pengertian tentang endokrinologi janin meningkat sangat cepat selama
dekade lalu. Sebelum ditemukan metode pengambilan sampel darah janin,
dahulu pengetahuan tentang endokrinologi janin sangat tergantung pada
informasi yang didapat dari jaringan abortus, janin anensefal, dan sampel dari

69
ibu saat persalinan preterm atau aterm. Dengan tehnik kordosintesis sekarang
ini telah memungkinkan melakukan pemeriksaan endokrinologi janin dengan
kondisi fisiologis.
Secara garis besar sistim endokrin janin terdiri dari s istim hipotalamus-
hipofisis dan target organnya, sistim hormon paratiroid-kalsitonin, dan sistim
endokrin pankreas.

2.9.10 Sistem hipotalamus- hipofisis


Aksis neuroendokrin janin terdiri dari hipotalamus, eminensia
mediana, pembuluh darah portal hipotalamus- hipofisis, dan hipofisis.
Perkembangan sistim neural hipotalamus dimulai pada minggu. Hipotalamus
menghasilkan hormon pelepas (releasing hormone) seperti: gonadotropin
releasing hormone (GnRH); thyrotropin (TRH); corticotropin relesing
hormone (CRH); dan growth hormone releasing hormone (GHRH), dan
hormon penghambat (inhibitory hormone) seperti prolactin inhibiting factor
(PIF) untuk mengontrol pelepasan hormon hipofisis. Perkembangan
emenensia mediana terjadi pada umur kehamilan 9 minggu, sedangkan
perkembangan pembuluh darah portal hipofisis- hipotalamus terjadi pada
umur kehamilan 12 minggu. Pada kehamilan minggu ke 8 sampai 13,
hipotalamus dan hipofisis janin secara in vitro mulai merespon rangsangan
stimulus maupun inhibisi. Pada pertengahan umur kehamilan, aksis
hipotalamus-hipofisis janin sudah merupakan suatu unit fungsional dan
autonom untuk mengadakan mekanisme kontrol umpan balik2.
2.9.11 Hormon hipofisis anterior
Sel-sel hipofisis anterior telah berdiferensiasi mulai minggu ke 7- 16
kehamilan membentuk sel gonadotrof yang mengsekresi gonadotropin yang
terdiri dari luitenising hormone (LH) dan folicle-stimulating hormone (FSH);
sel tirotrof mengsekresi thyroid-stimulating hormone (TSH); sel laktotrof
mengsekresi prolaktin; sel somatotrof mengsekresi growth hormone (GH);
dan sel kortikotrof mengsekresi adrenocorticotrophine (ACTH).

70
2.9.12 Gonadotropin
Gonadotropin (FSH dan LH) telah ditemukan pada hipofisis sejak
kehamilan minggu ke sembilan. Terdapat perbedaan profil gonadotropin
antara janin perempuan dan laki laki. Pada janin perempuan gonadotropin
hipofisis meningkat sampai pertengahan kehamilan, kemudian terjadi
penurunan setelah itu. Sedangkan pada janin laki laki, gonadotropin hipofisis
meningkat sepanjang kehamilan.

Hormon testosteron diproduksi oleh sel Leydig yang dimulai pada


trimester pertama kehamilan, dan mencapai maksimal pada minggu ke 17- 21
kehamilan. Selain itu testis juga menghasilkan hormon e stradiol dalam
jumlah sangat minimal. Fungsi sel Leydig testis diatur oleh LH janin1,
walaupun demikian produksi testosteron janin meningkat maksimal seiring
dengan produksi hCG maksimal oleh plasenta. Pada ovarium janin
perempuan, bakal sel primordial berdiferensiasi menjadi ova sepanjang
trimester pertama dan kedua kehamilan. Janin bulan ke empat kehamilan
telah menghasilkan folikel, bahkan pada bulan ke enam kehamilan banyak
folikel preantral telah berkembang. Aksis hipotalamus- hipofisis-ovarium
pada fetus telah terbentuk utuh pada akhir trimester ke dua kehamilan dan
mempunyai kemampuan untuk memproduksi hormon. Namun demikian
produksi hormon estrogen dan progesteron dari plasenta ibu pada trimester ke
tiga kehamilan lebih lanjut akan menekan pematangan aksis hipotalamus-
hipofisis ovarium pada janin.
2.9.13 TSH (tirotropin)
TSH (tirotropin) plasma janin meningkat sesuai umur kehamilan
dimana kadarnya rendah pada umur kehamilan 16-18 minggu dan maksimal
pada umur kehamilan 35-40 minggu1. Kadar TSH janin didapatkan lebih
tinggi dibandingkan kadar TSH orang dewasa. Sebaliknya kadar tiroxin (T4)
total janin didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa3. Hal
ini diduga disebabkan oleh nilai ambang untuk terjadinya umpan balik negatif
lebih tinggi pada fase prenatal dibandingkan periode postnatal3. Tidak ada
hubungan antara nilai hormon tiroid serum janin dan ibu dengan kadar TSH,

71
dan keadaan ini menunjukkan bahwa aksis hipofisis-tiroid janin berkembang
secara tersendiri dan tidak dipengaruhi oleh sistim tiroid ibu5. Respon TSH
hipofisis terhadap TRH hipotalamus terjadi pada awal trimester tiga
kehamilan. Demikian juga injeksi T4 kedalam cairan amnion 24 jam sebelum
seksio sesar elektif akan meningkatkan kadar T4 janin dan sebaliknya terjadi
penurunan kadar TSH janin. Hal ini menunjukkan bahwa pada janin tejadi
mekanisme umpan balik negatif dari TSH3.
2.9.14 Hormon Prolaktin dan Hormon pertumbuhan
Hormon prolaktin dan hormon pertumbuhan (growth hormone)
merupakan hormon polipeptida. Prolaktin sudah bisa terde teksi di hipofisis
janin pada minggu ke 8-10 kehamilan1. Kadar prolaktin tetap rendah sampai
umur kehamilan 25-30 minggu kemudian meningkat sesuai peningkatan umur
kehamilan dan mencapai puncak sekitar 11 nmol/L saat janin aterm3. Hal ini
disebabkan karena estrogen menstimulasi sintesis dan pelepasan prolaktin
oleh sel laktotrof hipofisis, sehingga peningkatan kadar prolaktin plasma janin
paralel dengan peningkatan kadar estrogen plasma janin pada trimester akhir
kehamilan1. Peningkatan kadar prolaktin janin juga dipengaruhi TRH dan
dihambat oleh dopamin1. Tidak ada hubungan antara kadar prolaktin plasma
janin dan kadar prolaktin plasma ibu3. Fungsi hormon prolaktin pada janin
diduga berperan pada pematangan paru, osmoregulasi, dan pertumbuhan kelenjar
adrenal3.
Hormon pertumbuhan mulai disintesis dan disekresi oleh hipofisis
janin pada minggu ke 8-10 kehamilan, dan terdeteksi pada plasma janin mulai
minggu ke 12 kehamilan3. Kadar hormon pertumbuhan pada plasma janin
yang dideteksi di tali pusat adalah 1-4 nmol selama trimester pertama
kehamilan, dan meningkat mencapai puncak sekitar 6 nmol pada pertengahan
kehamilan1. Kadarnya kemudian menurun progresif pada paruh kedua
kehamilan sampai mencapai kadar sekitar 1,5 nmol pada kehamilan aterm1.
Sintesis dan sekresi hormon pertumbuhan janin diatur

72
oleh GHRH dan somatostatin yang dihasilkan oleh hipotalamus janin. Sel
somatotrof dihipofisis respon terhadap somatostatin pada minggu ke 12
kehamilan, sedangkan terhadap GHRH pada minggu ke 18-22 kehamilan3.
Penurunan kadar hormon pertumbuhan pada kehamilan lanjut terjadi mungkin
karena peningkatan pelepasan somatostatin atau penurunan sekresi GHRH.
Peranan hormon pertmbuhan pada janin belum jelah diketahui karena janin
anensefal dengan gangguan perkembangan organ otak dan hipotalamus tetap
mempunyai berat badan janin normal3.
2.9.15 Adrenocotricotropin (ACTH)
ACTH terdeteksi dengan tehnik imunohistokimia pada hipofisis janin
pada minggu ke 10 kehamilan3. Penelitian menunjukkan bahwa hipofisis
janin manusia respon terhadap CRH dari hipotalamus yaitu pada minggu ke
14 kehamilan, respon ini cenderung tidak mengalami peningkatan sesuia
peningkatan umur kehamilan3. Kadar CRH pada plasma janin aterm berkisar
0,03 nmol/L, sedangkan kadar ACTH plasma janin pada pertengahan
kehamilan berkisar 55 pmol/L yang merupakan kadar maksimal untuk
menstimulasi pembentukan steroid adrenal1. Pada umur kehamilan lanjut,
kelenjar adrenal janin menghasilkan 100-200 mg steroid termasuk
dehydroepiandrosterone (DHEA) dan pregnenolone6. Selain itu kelenjar
adrenal janin juga menghasilkan kortisol dan aldosteron. Kortisol adrenal
merupakan 2/3 dari seluruh kortisol janin, sedangkan 1/3 lainnya berasal dari
transfer kortisol plasenta1. Sistim kontrol umpan balik ACTH matang selama
paruh kedua keha milan dan periode neonatal dini. Deksametason dapat
menekan aksis hipofisis- adrenal janin aterm tetapi tidak pada minggu ke18-
20 kehamilan1. Fungsi kortisol adalah untuk mempersiapkan janin
menghadapi kehidupan ekstra uterina1.

2.9.16 Hormon hipofisis posterior


Hipofisis posterior disebut juga neurohipofis telah tebentuk
sempurna pada janin minggu ke 10-12 kehamilan1. Ada 3 hormon peptida
dari hipofisis posterior janin yang diidentifikasi selama kehidupan janin.

73
Ketiga hormon tersebut adalah arginine vasopress in (AVP), oksitosin,
dan arginine vasotocin (AVT), namun yang paling penting adalah
AVP dan oksitosin. Hormon hipofisis posterior disintesis dari molekul
prekursor menjadi hormon non peptida melalui konversi enzimatik
dan selanjutnya terikat dengan suatu protein pengangkut yang disebut
neurophysin dalam bentuk granula pada neklei paraventrikular,
supraoptikus, dan suprakiasmatikus3.

2.9.17 Arginine vasopressin


Arginine vasopressin disebut juga hormon antidiuretik (ADH)
telah ditemukan sejak minggu ke 12 kehamilan3. Kadar vasopressin
pada janin manusiasebelum persalinan belum diketahui dengan jelas,
namun pada janin hewan aterm didapatkan kadar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hewan dewasa6. Fungsi vasopressin antara lain
untuk memelihara kondisi kardiovaskular janin saat terjadi stres. Hal
ini dibuktikan dengan kadar yang meningkat saat terjadi hipoksia janin
dan perdarahan3,6. Pada kasus resus isoimunisasi, kadar vasopressin
janin bisa digunakan sebagai petunjuk adanya distres janin3.

2.9.18 Oksitosin
Oksitosin ditemukan di hipofisis janin pada trimester kedua
kehamilan3. Kadar oksitosin meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur kehamilan. Persalinan secara bermakna menstimulasi
peningkatan kadar oksitosin janin, sedangkan pada saat yang sama
kadar oksitosin ibu tetap atau hanya meningkat sedikit3,6. Tidak
diketahui dengan jelas saat kapan pelepasan oksitosin janin terjadi,
demikian juga mekanisme pelepasannya. Diduga oksitosin janin
berperan terhadap aktivasi sistim endokrin lain dari janin yang
memainkan peranan penting dalam terjadinya persalinan.
2.9.19 Sistim hormon paratiroid-kalsitonin

74
Kelenjar paratiroid janin berkembang antara minggu ke 5-12
kehamilan, dan diameternya bertambah mulai 0,1 mm pada minggu ke
14 kehamilan menjadi 1-2 mm saat kelahiran1. Kelenkar paratiroid
menghasilkan hormon paratiroid sedangkan sel-sel C parafolikuler
tiroid

menghasilkan kalsitonin1,6,7. Kedua kelenjar ini akan berfungsi


selama kehamilan trimester ke dua dan tiga1. Walaupun demikian
kadar hormon paratiroid janin tetap lebih rendah dibandingkan kadar
pada ibu, hal ini untuk mengadaptasi kebutuhan kalsium janin yang
diperlukan untuk pertumbuhan tulang6. Sebaliknya kadar kalsitonin
janin lebih tinggi dibandingkan kadar pada ibu, hal ini mungkin
disebabkan oleh stimulasi hiperkalsemia kronik pada janin1.

2.9.20 Sistim endokrin pancreas


Pankreas janin sudah dapat teridentifikasi pada minggu ke 4
kehamilan, dan sel alfa dan beta sudah berdiferensiasi pada minggu ke
8-9 kehamilan1. Pankreas menghasilkan antara lain insulin dan
glukagon. Sel sel beta pankreas telah berfungsi dari minggu ke 14-20
kehamilan1, namun pankreas belum sensistif untuk melepaskan insulin
sebelum minggu ke 28 kehamilan3. Bahkan peneliti lain menunjukkan
bahwa infus glukose pada wanita hamil sebelum dimulainya persalinan
gagal menyebabkan peningkatan sekresi insulin1. Kadar insulin
pankreas meningkat dari < 0,5 U/g pada minggu ke 7-10 menjadi 4
U/g pada minggu ke 16-25 kehamilan, dan pada umur kehamilan
mendekati aterm meningkat menjadi 13 U/g. Kadar ini lebih tinggi
dibandingkan kadar insulin pankreas orang dewasa yang berkisar 2
U/g1. Hal yang sama untuk kadar glukagon pankreas yang juga
meningkat sesuai peningkatan umur kehamilan, dimana kadarnya
berkisar 6 ug/g pada pertengahan umur kehamilan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

75
Reproduksi adalahsuatu proses biologis suatu individu organisme
baru diproduksi.Terbagi atas repoduksi seksual dan reproduksi aseksual.
Pertumbuhan dan perkembangan janin pada kehamilan tiap minggunya
berbeda-beda. Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi tiga
tahapan yaitu, tingakatan ovum (telur) usia 0-2 minggu, embrio (mudigah)
antara usia 3-5 minggu dan janin (fetus) diatas usia 5 minggu.
Perkembangan paru pada janin terdiri dari empat fase yaitu fase
embrional dini, fase pseudoglandus, fase kanalikuler dan fase alveolar.
Fisiologi kardiovaskuler pada janin merupakan system yang memberi
fasilitas proses pengangkutan berbagai subtansi. Sistem ini terdiri dari
organ-organ penggerak yang disebut jantung, dan system saluran yang
terdiri dari arteri yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang
mengalirkan darah menuju jantung.
Sistem neurologi syaraf janin, terjadi perkembangan tabung saraf
merupakan awal dari perkembangan janin pada usia kehamilan 23 hari
tabung saraf sudah hampir sempurna. Sistem nefrologi pada akhir
kehamilan sebagian besar cairan ketuban diatur oleh produksi urin ginjal
janin. Ginjal janin juga berperan pengaturan tekanan arteri, hemeostatis
cairan, elektrolit, keseimbangan asam basa dan sintesis hormonal janin.
Fungsi gastrointestinal pada janin berkembang pada usia
kehamilan 16 minggu. Pada system imunitas janin respon imun janin
terhadap antigen mulai aktif pada usi kehamiln 20 minggu. Sistem
endokrin pada janin terdiri dari sistim hipotalamus-hipofisis dan target
organnya, system hormone paratiroid-kalsiotonin, dan system endorkrin
pancreas

B. Saran
1) Bagi pembaca
Diharapkan kepada para pembaca agar lebih mengetahui dan memahami
secara detail mengenai proses pertumbuhan dan perkembangan janin,
proses, fase-fase disetiap minggu perkembangan janin.

76
2) Tenaga Kesehatan
Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih memahami mengenai
pertumbuhan dan perkembangan janin, serta perubahan yang ada di setiap
masing masing system tubuh, sehingga dapat menjelasakan secara detail
pada masyarakat.
3) Bagi Masyarakat
Dalam proses dan masa kehamilan diperlukan perhatian yang cukup
intensif guna meminimalisirkan kejadian yang tidak diiginkan selama masa
kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S., Bankier, A.T., Barrell, B.G., de Bruijn, M.H., Coulson, A.R.,
Drouin, J., Eperon, I.C., Nierlich, D.P., Roe, B.A., dan Sanger, P. 1981. Sequence
and Organization of the Human Mitochondrial Genome. Nature.(290): 457 – 465.

77
Coad, Jane, Melyn Dunstall. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta :
EGC

Dwidjoseputro, D. 1981. Pengantar Genetika. Jakarta : PT Bhatara Aksara Jakarta

Hendra, N.W. Suryaningtyas, Y. , Riyanto, C., dan Heryanto, A.F.2005. Ekstraksi


DNA Collocalia fuchiphagadengan Metode Phenol Chloroform
Extraction dari Berbagai Material Sumber Genetik. PKMP. Fakultas
Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Hariadi. R. 2004. Ilmu kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan


Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia,
Hal 53.

Juwono dan Achmad Zulfa Juniarto. 2000. Biologi Sel. Jakarta :EGC.

Keijzer-Veen, MG, Van der Heijden, AJ. 2012. The Effect of Preterm Birth on
Kidney Development and Kidney Function over Time, Available from:
http://www.intechopen.com/books/preterm-birth-mother-and-child/the-
effect-of- preterm-birth-on-kidney-development-and-kidney-function-
over-time (diakses tanggal 29 juli 2019).

Keijzer-Veen MG, Schrevel M, Finken MJJ. 2005. Microalbuminuria and lower


glomerular filtration rate at young adult age in subject very premature
and after intrauterine growth retardation. J Am Soc Nephrol;16: pp.2762-
2768

M.D. Bresnick, Stephen. 2003. Intisari Biologi. Jakarta : Hipokrates


Rahmaningtyas I & Sri Rahayu. 2012. Biologi Reproduksi untuk Mahasiswa
Kebidanan. Taman Sidoarjo : Zitama Publishing

Raven, P.H. and Johnson, G.B. 2002. Biology. 6th ed. The McGraw-Hills

Syaifudin, B. Ac. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.

Syaifudin, B. Ac.1997. Anatomi Fisiologis Untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta


: EGC.

78
Cunningham, F.G et al. 2015. Obstetri William Edisi 23 Volume 1. Jakarta: EGC.
http://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi
http://id.wikipedia.org/wiki/Genetika
http://id.wikipedia.org/wiki/Meiosis
http://id.wikipedia.org/wiki/Meiosis
http://agussambeng.blogspot.com/2010/10/makalah-genetika.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_ribonukleat
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_deoksiribonukleat

https://www.edubio.info/2015/04/tiga-tahap-perkembangan-ginjal.html,

79

Anda mungkin juga menyukai