Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN NEONATUS, BAYI, BALITA


DAN ANAK SEKOLAH

“Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus,


Bayi, Balita dan Prasekolah”

Dosen Pembimbing :
Herawati Mansyur., SST., M.Pd., M.Psi.

Disusun Oleh :
Anisa Fitria Ardiansyah (P17311191001)
Kamila Fauzia R. (P17311191002)
Farah Nabila Maharani (P17311191003)
Kharismah Ulumiyah (P17311191004)
Nur Alfiani Umami (P17311191005)
Ranindya Dwi Noviyanti (P17311191006)
Maulida Khofifah Meiriyantika (P17311191007)
Maylinda Rahmawati (P17311191009)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmatnya,


inayahnya, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Prasekolah”. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca
dan juga semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi untuk
penyelesaian makalah ini meskipun sangat jauh dari kesempurnaan. Kami akui
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan di dalamnya karena pengetahuan
dan pengalaman kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan
kepada pembaca agar terus memberikan saran yang bersifat membangun.

Malang, 04 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan.......................................................................................................3
BAB II TINJAUN TEORI...............................................................................4

2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan............................................4


2.2 Teori Perkembangan..................................................................................4
2.3 Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan.................................................7
2.4 Tahapan pertumbuhan dan perkembangan.................................................8
2.5 Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan..................................15
2.6 Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan...................................................19
2.7. Gangguan pada tumbuh kembang.............................................................19

BAB III TELAAH JURNAL............................................................................21


3.1 Telaah jurnal 1............................................................................................21
3.2 Telaah jurnal 2............................................................................................24
3.3 Telaah jurnal 3............................................................................................27
3.4 Telaah jurnal 4............................................................................................31
3.5 Telaah jurnal 5............................................................................................35

BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................39
4.1 Pembahasan teori jurnal 1..........................................................................39
4.2 Pembahasan teori jurnal 2..........................................................................40
4.3 Pembahasan teori jurnal 3..........................................................................42
4.4 Pembahasan teori jurnal 4..........................................................................43
4.5 Pembahasan teori jurnal 5..........................................................................45

BAB V PENUTUP.............................................................................................46
5.1 Kesimpulan..............................................................................................46
5.2 Saran.........................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................47
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuh kembang pada bayi merupakan tumbuh kembang dasar yang


akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh kembang selanjutnya,
sehingga diperlukan keterampilan dan peranan ibu dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan anak secara keseluruhan. Pada masa bayi
ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,
emosional, intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar kepribadian
juga dibentuk pada masa itu, sehingga setiap kelainan penyimpangan
sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik
akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari
(Soetjiningsih, 2012).

Masa bayi merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat
pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang
anak pada masa balita merupakan pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa,
kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Supartini,
2010). Keterampilan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses
perkembangan dan pertumbuhan anak secara keseluruhan karena orang tua
dapat segera mengenali kelebihan proses perkembangan anaknya dan
sedini mungkin memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak yang
menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Stimulasi adalah
rangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak.
Perkembangan dan pertumbuhan bayi penting dijadikan perhatian khusus
bagi orang tua, khususnya ibu. Jika tumbuh kembang anak tanpa arahan
dan pendampingan serta perhatian orang tua, maka tumbuh kembang anak
tidak dapat maksimal.

1
Masa bayi adalah masa yang paling baik untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan bayi karena berpengaruh pada periode
selanjutnya. Sehingga perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan rutin
pada pertumbuhan bayi sehingga dapat terdeteksi apabila ada
penyimpangan pertumbuhan dan dapat dilakukan penanggulangan sedini
mungkin. Deteksi dini tumbuh kembang merupakan kegiatan atau
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang agar lebih mudah dilakukan penanganan selanjutnya atau
diintervensi (Arief, 2010).
Bayi sampai anak usia 5 tahun (balita) dalam ilmu gizi
dikelompokkan sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap
kekurangan gizi termasuk KEP. Periode penting dalam tumbuh kembang
anak adalah masa balita. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral dan dasar - dasar kepribadian juga dibentuk pada
masa balita ini. Tiga tahun pertama masa kehidupan anak merupakan masa
paling rawan sebab gangguan yang terjadi pada masa ini dapat
menyebabkan efek yang menetap. Usia 0-2 tahun adalah periode emas
sebab dalam periode ini terjadi perkembangan saraf otak tercepat
khususnya mielinisasi. Berdasarkan penelitian para ahli kecepatan
pertumbuhan otak manusia mencapai puncaknya 2 kali yaitu pada masa
janin di usia kehamilan minggu ke 15-20 dan usia kehamilan minggu ke
30 sampai bayi berusia 18 bulan.
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah
umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Saat usia balita, anak masih bergantung penuh kepada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pertumbuhan dan Perkembangan?
2. Apa Saja Teori dari Perkembangan?
3. Apa Ciri-ciri dari Pertumbuhan dan Perkembangan?
4. Apa Saja Tahapan dari Pertumbuhan dan Perkembangan?
5. Bagaimana Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan?
6. Apa Saja Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan?
7. Apa Saja Gangguan tumbuh-kembang yang sering ditemukan?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan.
2. Untuk Mengetahui Teori Perkembangan.
3. Untuk Mengetahui Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan.
4. Untuk Mengetahui Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan.
5. Untuk Mengetahui Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan
Perkembangan.
6. Untuk Mengetahui Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan.
7. Untuk Mengetahui Gangguan tumbuh-kembang yang sering
ditemukan
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan
anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Pertumbuhan
adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih


kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara simultan
dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,- perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan
bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting
dalam kehidupan manusia yang utuh.

2.2 Teori Perkembangan

1. Teori Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif Teori ini digagas Jean Piaget (1896-1980) yang
menyatakan bahwa tahapan berpikir manusia sejalan dengan tahapan umur
seseorang. Piaget mencatat bahwa seorang anak berperan aktif dalam
memperoleh pengetahuan tentang dunia. Tahap berpikir manusia menurut
Piaget bersifat biologis. Melalui penelitiannya Piaget menemukan bahwa
anak-anak melewati tahap-tahap perkembangan kognitif dengan urutan
yang tidak pernah berubah dengan keteraturan yang sama (Crain, 2007:
171)
2. Teori Perkembangan Perilaku dan Belajar Sosial
Teori belajar sosial menyatakan bahwa anak berkembang melalui
proses mengamati perilaku orang lain serta belajar dari efek perilaku
orang lain. Tokoh teori ini adalah Albert Bandura, menyatakan belajar
didapat dari perilaku orang lain yang dijadikan model. Karena itu teori
ini dinamakan juga sebagai teori belajar model.
Perilaku anak diperoleh melalui proses imitasi terhadap perilaku orang-
orang disekitarnya (Bandura, 1977), sehingga teori juga dikenal dengan
teori imitasi. Model yang dijadikan objek imitasi bisa berupa
model hidup maupun model mati. Model hidup yang dicontoh anak
antara lain, perilaku dan sikap orang tua, guru, teman
sebayanya serta orang di sekitar anak lainnya. Sementara model
mati bisa berupa tokoh dalam cerita, dongeng, komik serta tokoh fiktif
lainnya.

3. Teori Perkembangan Ekologi


Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang
fokus utamanya adalah pada konteks sosial di mana anak tinggal dan
orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak. lima sistem
lingkungan teori ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem
lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal sampai ke
pengaruh kultur yang lebih luas. Bronfenbrenner (1995, 2000);
Bronfenbrenner & Morris, makrosistem, dan kronosistem.
Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak
waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga,
teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu
berinteraksi langsung dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang
lain. Menurut Bronfenbrenner, murid bukan penerima pengalaman secara
pasif di dalam setting ini, tetapi murid adalah orang yang berinteraksi
secara timbal balik dengan orang lain dan membantu mengkonstruksi
setting tersebut.
Mesosistem adalah kaitan antara-mikrosistem. Contoh adalah
hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di
sekolah, dan antara keluarga dan teman sebaya. Misalnya, salah satu
mesosistem penting adalah hubungan antara sekolah dan keluarga. Dalam
sebuah studi terhadap seribu anak kelas delapan (atau setingkat kelas 3
SMP ke awal SMA (Epstein, 1983).

4. Teori Perkembangan Environmentalisme


Teori environmentalisme menyatakan perkembangan ditentukan oleh
lingkungan. Teori ini dikemukakan filsuf Inggris John Locke (1632-1704).
Locke terkenal dengan istilah tabularasa (meja lilin putih). Locke
mengakui kalau individu memiliki temperamen yang berbeda, namun
secara keseluruhan, lingkunganlah yang membentuk jiwa (Crain, 2007: 6-
7). Pada saat jiwa dalam kondisi lunak yaitu pada usia dini, anak-anak
mudah dididik menurut kemauan pendidiknya. Lingkungan membentuk
jiwa anak-anak melalui proses asosiasi (dua gagasan selalu muncul
bersama-sama), repetisi (melakukan sesuatu berkali-kali), imitasi
(peniruan), dan reward and punishment (penghargaan dan hukuman).

5. Teori Perkembangan Psikososial


Teori ini digagas Erik Erikson (1902) yang menyatakan bahwa
perkembangan terjadi sepanjang kehidupan manusia. Erikson meyakini
bahwa setiap tahap perkembangan berfokus pada upaya penanggulangan
konflik. Kesuksesan atau kegagalan menangani konflik dapat berpengaruh
pada setiap tahap perkembangan.

6. Teori Perkembangan Naturalisme


Teori naturalisme memandang anak berkembang dengan caranya
sendiri melihat, berpikir, dan merasa. Alam seperti guru yang mendorong
anak mengembangkan kemampuan berbeda-beda di tingkat pertumbuhan
yang berbeda. Teori ini dikemukakan Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
dalam bukunya yang berjudul Emile. Belajar dari alam anak-anak
mungkin berubah mungkin tidak, tetapi anak tetap saja sebagai pribadi
yang utuh dan kuat. (Crain, 2007: 15-17)

2.3 Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan

1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan


dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan
fungsi. Misalnya perkembangan intelegensi pada seorang anak akan
menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai
contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri.
Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian
tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan
mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah
umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ
tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,
kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola
sefalokaudal).
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal
(gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-
jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).

6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan


seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu
membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak
mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

2.4 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang paling memerlukan


perhatian dan menentukan kualitas seseorang di masa mendatang adalah pada
masa anak, karena pada emas ini merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak dimulai sejak dalam
kandungan sampai usia 18 tahun. Pada dasarnya dalam kehidupan manusia
mengalami berbagai tahapan dalam tumbuh kembangnya dan setiap tahap
mempunyai ciri tertentu.

Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak.


Menurut pedoman SDIDTK Depkes (2012) tahapan tersebut sebagai berikut :

1. Masa Prenatal atau masa Intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa
prenatal dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Masa zigot/ mudigah: sejak konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu
b. Masa embrio : umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu
c. Masa janin/ fetus : umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Pada masa janin ada 2 periode:
1) Masa fetus dini sejak usia kehamilan 9 minggu sampai
trimester ke 2 kehamilan,
2) Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan.
2. Masa Bayi/ Infancy (umur 0-12 bulan). Masa bayi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Masa neonatal usia 0-28 hari, terbagi menjadi: Neonatal dini
(perinatal) usia 0-7 hari, dan Neonatal lanjut usia 8-28 hari.
b. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 12 bulan.
3. Masa Balita dan prasekolah usia 1-6 tahun. Masa balita dan prasekolah
terbagi menjadi:
a. Masa balita, usia 12-60 bulan
b. Masa pra sekolah, usia 60-72 bulan.
Setiap anak akan melewati tahapan tersebut secara flexible dan
berkesinambungan. Misalnya pencapaian kemampuan tumbuh
kembang pada masa bayi, tidak selalu dicapai pada usia 1 tahun
secara persis, tetapi dapat dicapai lebih awal atau lebih dari satu
tahun. Masing-masing tahap memiliki ciri khas dalam anatomi,
fisiologi, biokimia dan karakternya.
Hampir sepertiga masa kehidupan manusia dipakai
mempersiapkan diri untuk menghadapi dua pertiga masa kehidupan
berikutnya. Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan tumbuh
kembang pada awal-awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat
penting. Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak berbeda-
beda, tetapi ada patokan umur tertentu untuk mencapai kemampuan
tersebut yang sering disebut dengan istilah milestone. Tumbuh
kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan
beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah
sebagai berikut:
 Masa Prenatal
Periode terpenting pada masa prenatal adalah trimester I kehamilan. Pada
periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh
lingkungan janin. Kehidupan bayi pada masa pranatal dikelompokkan tiga
periode, yaitu
1) Masa Zigot/ mudigah
Sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
2) Masa Embrio
Masa embrio dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan delapan
minggu. Pada masa ini, ovum yang telah dibuahi dengan cepat
menjadi suatu organisme yang berdiferensiasi dengan cepat untuk
membentuk berbagai sistem organ tubuh.
3) Masa Fetus
Masa fetus yaitu sejak kehamilan 9 minggu sampai kelahiran.
Masa fetus ini terbagi dua yaitu masa fetus dini (usia 9 minggu
sampai trimester dua), dimana terjadi percepatan pertumbuhan dan
pembentukan manusia sempurna dan alat tubuh mulai berfungsi.
Berikutnya adalah masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai
dengan pertumbuhan tetap berlangsung cepat disertai
perkembangan fungsi-fungsi. Pada 9 bulan masa kehamilan,
kebutuhan bayi bergantung sepenuhnya pada ibu. Oleh karena itu
kesehatan ibu sangat penting dijaga dan perlu dihindari faktor-
faktor risiko terjadinya kelainan bawaan / gangguan penyakit pada
janin yang dapat berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangannya. Agar janin dalam kandungan tumbuh dan
berkembang menjadi anak sehat, maka selama masa intra uterin,
seorang ibu diharapkan:
 Menjaga kesehatannya dengan baik.
 Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
 Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang
dikandungnya.
 Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana
kesehatan.
 Memberi stimulasi dini terhadap janin.
 Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan
keluarganya.
 Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
 Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi
kehamilannya.
 Masa Neonatal
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah serta organ-organ tubuh mulai berfungsi. Saat
lahir berat badan normal dari ibu yang sehat berkisar 3000 gr - 3500 gr,
tinggi badan sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari
pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sepuluh persen dari berat
badan lahir, kemudian berangsur-angsur mengalami kenaikan. Pada masa
neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan muncul.
a. Refleks moro yaitu reflek merangkul, yang akan menghilang pada
usia 3--5 bulan
b. Refleks menghisap (sucking refleks)
c. Refleks menoleh (rooting refleks)
d. Refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck refleks)
e. Refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang
pada usia 6--8 tahun.
Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris, dan seiring
bertambahnya usia, refleks-refleks itu akan menghilang. Pada masa
neonatal ini, fungsi pendengaran dan penglihatan juga sudah mulai
berkembang. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
a) Masa Neonatal dini, umur 0-7 hari
b) Masa Neonatal lanjut, umur 8-28 hari.
Hal yang penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang sehat adalah ;
 Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di
sarana kesehatan yang memadai
 Untuk mengantisipasi resiko buruk pada saat bayi
dilahirkan, jangan terlambat pergi ke sarana kesehatan bila
dirasakan sudah saatnya untuk melahirkan
 Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang
dapat menenangkan perasaan ibu.
 Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita
dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini dapat
membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya
 Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks
menghisap, karena berhubungan dengan masalah
pemberian nutrisi pada bayi.

 Masa bayi (1-12 bulan)


Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat.
Umur 4-5 bulan berat badan bayi sudah 2x berat badan lahir dan umur 1
tahun sudah 3x berat badan saat lahir. Sedangkan untuk panjang badannya
pada 1 tahun sudah satu setengah kali panjang badan saat lahir.
Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama,
pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh karena itu perlu pemberian
gizi yang baik yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola
mata untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda,
senyum naluri, dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang
yang cukup mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada
posisi telungkup, anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang,
anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke samping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh
ke kiri-kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu
membalikkan badan dari posisi telentang ke telungkup dan sebaliknya,
berusaha meraih benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut.
Anak mampu tertawa lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya
diajak bercanda, sebaliknya akan cerewet/menangis pada suasana tidak
menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi
telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia
sembilan bulan anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk
sendiri tanpa bantuan. Bila dibantu berdiri, anak berusaha untuk
melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih
sempurna sehingga anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya.
Kehadiran orang asing akan membuat cemas (stranger anxiety) demikian
juga perpisahan dengan ibunya.
Pada usia 9 bulan 1 tahun, anak mampu melambaikan tangan, bermain
bola, memukul-mukul mainan, dan memberikan benda yang dipegang bila
diminta. Anak suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada masa bayi terjadi
perkembangan interaksi dengan lingkungan yang menjadi dasar persiapan
untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan memperoleh
perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya
kelainan emosional dan masalah sosialisasi pada masa mendatang. Oleh
karena itu, diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orang tua) dan
anak.

 Masa Toddler (1 – 3 tahun)


Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada masa
bayi tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot,
dan anak mulai belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku,
kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia enam belas bulan,
anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku.
Oleh karena itu, anak perlu diawasi karena dalam beraktivitas, anak tidak
memperhatikan bahaya.
Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding
masa sebelumnya yang lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya.
Anak lebih banyak menyelidiki benda di sekitarnya dan meniru apa yang
diperbuat orang. Mungkin ia akan mengaduk-aduk tempat sampah, laci,
lemari pakaian, membongkar mainan, dan lain-lain. Benda-benda yang
membahayakan hendaknya disimpan di tempat yang lebih aman. Anak
juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata dan
mengulang kata-kata baru.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan
yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap miliknya.
Bila anak menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering ia akan
merebutnya karena dianggap miliknya. Teman dianggap sebagai benda
mati yang dapat dipukul, dicubit atau ditarik rambutnya apabila
menjengkelkan hatinya. Anak kadang-kadang juga berperilaku menolak
apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya (self defense), misalnya
menolak mengenakan baju yang sudah disediakan orang tuanya dan akan
memilih sendiri pakaian yang disukainya Pada masa ini anak waktunya
dilatih untuk buang air besar dan buang air kecil pada tempatnya (toilet
training). Orang tua perlu memberikan bimbingan dengan akrab, penuh
kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami
kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka anak akan
berkembang perasaan otonominya sehingga dapat mengontrol otot-otot
dan rangsangan lingkungan.

Teori mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pada anak


perempuan memiliki kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan dengan anak
laki-laki. Kemajuan tersebut ada sejak dari periode kelahiran hingga periode
pubertas berakhir. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dan diberikan dengan
baik sesuai dengan usia anak karena akan berpengaruh besar terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan anak
Usia ini merupakan masa keemasan pada anak karena pada masa ini anak
akan sangat cepat mempelajari hal-hal baru. Keberhasilan menguasai tugas-tugas
perkembangan pada usia toddler membutuhkan dasar yang kuat selama masa
pertumbuhan dan memerlukan bimbingan dari orang lain terutama orang tua

 Masa Prasekolah
Pada usia 5 tahun, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Anak
kelihatan lebih langsing. Pertumbuhan fisik juga relatif pelan. Anak
mampu naik turun tangga tanpa bantuan, demikian juga berdiri dengan
satu kaki secara bergantian atau melompat sudah mampu dilakukan. Anak
mulai berkembang superegonya (suara hati) yaitu merasa bersalah bila ada
tindakannya yang keliru.
Pada masa ini anak berkembang rasa ingin tahu (curious) dan daya
imajinasinya, sehingga anak banyak bertanya tentang segala hal di
sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan
inisiatif anak, akan membuat anak merasa bersalah. Anak belum mampu
membedakan hal yang abstrak dan konkret sehingga orang tua sering
menganggap anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud demikian.
Anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-
laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua
sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang
dewasa disekitarnya. Pada akhir tahap ini, anak mulai mengenal cita-cita,
belajar menggambar, menulis, dan mengenal angka serta bentuk/warna
benda. Orang tua perlu mulai mempersiapkan anak untuk masuk sekolah.
Bimbingan, pengawasan, pengaturan yang bijaksana, perawatan kesehatan
dan kasih sayang dari orang tua dan orang-orang disekelilingnya sangat
diperlukan oleh anak.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Faktor Herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras,
dan jenis kelamin. Jenis kelamin ditentukan sejak dalam kandungan. Anak
laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan tinggi daripada anak
perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa pra-
pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih
pendek dari pada orang Eropa atau suku Asmat dari Irian berkulit hitam.
b. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Pra natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain
gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat asupan gizi yang baik,
gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus), ibu yang mendapatkan
terapi sitostatika atau mengalami infeksi rubella, toxoplasmosis, sifilis dan
herpes. Faktor lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.
2. Lingkungan Postnatal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan setelah bayi lahir adalah :
 Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan
seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.
Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan nutrisi
yang berlebihan juga berdampak buruk bagi kesehatan anak, yaitu
terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam
sel/jaringan bahkan pada pembuluh darah. Penyebab status nutrisi
kurang pada anak:
 Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif
 Hiperaktivitas fisik/ istirahat yang kurang
 Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan
kebutuhan nutrisi
 Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya
nafsu makan atau absorbsi makanan tidak adekuat

 Budaya lingkungan
Budaya keluarga masyarakat akan mempengaruhi
bagaimana mereka dalam mempersepsikan dan memahami
kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola perilaku ibu hamil
dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan
untuk makan makanan tertentu padahal zat gizi tersebut
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Keyakinan untuk melahirkan di dukun beranak daripada di
tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan di lingkungan
atau berdasarkan lingkungan budaya masyarakat setempat.

 Status sosial dan ekonomi keluarga

Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi tinggi


untuk pemenuhan kebutuhan gizi akan tercukupi dengan baik
dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang
berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga dengan status
pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima arahan terutama tentang peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan anak, penggunaan fasilitas
kesehatan, dll dibandingkan dengan keluarga dengan latar
belakang pendidikan rendah.

 Iklim/cuaca

Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak


misalnya musim penghujan akan dapat menimbulkan banjir
sehingga menyebabkan sulitnya transportasi untuk
mendapatkan bahan makanan, timbul penyakit menular, dan
penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan anak-anak.
Anak yang tinggal di daerah endemik misalnya endemik
demam berdarah, jika terjadi perubahan cuaca wabah demam
berdarah akan meningkat.

 Olahraga/latihan fisik

Manfaat olahraga atau latihan fisik yang teratur akan


meningkatkan sirkulasi darah sehingga meningkatkan suplai
oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktivitas fisik dan
menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel

 Posisi anak dalam keluarga

Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak


tengah atau anak bungsu akan mempengaruhi pola
perkembangan anak tersebut diasuh dan dididik dalam
keluarga.

 Status kesehatan.

Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian


pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila
anak dalam kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan
pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah
dibandingkan dengan anak dalam kondisi sakit.
c. Faktor Hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan


perkembangan anak adalah somatotropin yang berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid dengan
menstimulasi metabolisme tubuh, glukokortikoid yang berfungsi
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi
testosteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen selanjutnya hormon
tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki
maupun perempuan sesuai dengan peran hormonnya.
2.6. Prinsip-prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan
prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry (2005)
1. Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti rangkaian
tertentu.
2. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus-
menerus. Dalam pola sebagai berikut :
a. Cephalocaudal, pertumbuhan berlangsung terus menerus dari
kepala ke arah bawah bagian tubuh.
b. Proximodistal, perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat
(proksimal) tubuh ke arah luar tubuh (distal).
c. Differentiation, ketika perkembangan berlangsung terus dari yang
mudah ke arah yang lebih kompleks.
3. Perkembangan merupakan hal yang lebih kompleks, dapat diprediksi,
terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis.

2.7. Gangguan tumbuh-kembang yang sering ditemukan.


1) Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan
anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau
kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif,
motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya
stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan
gangguan ini dapat menetap.
2) Cerebral palsy.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada
sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum
selesai pertumbuhannya.
3) Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih
lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung
kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya
dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan
keterampilan untuk menolong diri sendiri.
4) Perawakan Pendek.
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi
mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada
kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya
dapat karena variasi normal,gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit
sistemik atau karena kelainan endokrin.
5) Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh
aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat,
yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan
yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku.
6) Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
(IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.
7) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas
BAB III
TELAAH JURNAL

3.1 Tingkat Perkembangan Anak Pra Sekolah Usia 3-5 tahun yang
Mengikuti dan tidak Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

PENDAHULUAN

Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari database :


http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “Jurnal
Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatal, Bayi, Balita, dan Prasekolah” dengan
alamat website:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/download/4398/4051

TELAAH JURNAL

1. Judul Jurnal

Dari judul jurnal ini penulis mengambil lingkup yang lebih kecil mudah
saat meneliti. Judul pada jurnal tersebut adalah “Tingkat Perkembangan Anak
Pra Sekolah Usia 3-5 tahun yang Mengikuti dan tidak Mengikuti Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). Dari jurnal tersebut perkembangan mereka yang
mencakup : keterampilan motorik, sosial dan bahasa. Pendidikan anak usia
dini (PAUD) akan membantu pencapaian tugas-tugas perkembangan ini.

2. Latar Belakang

Penulis melakukan penelitian ini karena perkembangan Anak adalah


bertambahnya struktur, fungsi dan kemampuan manusia yang lebih
kompleks.Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita,
karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Proses pertumbuhan dan
perkembangan terbagi dalam beberapa tahapan berdasarkan usia. Salah satu
fasenya adalah masa prasekolah yaitu anak berusia 3-5 tahun. Perkembangan
motorik anak terdiri dari dua yakni : motorik kasar dan motorik halus, hal ini
tidak terlepas dari ciri anak yang selalu bergerak dan selalu ingin bermain
sebab dunia mereka adalah dunia bermain dan proses belajar. Menurut profil
kesehatan Indonesia tahun 2008, di Indonesia terdapat 19.971.366 dimana
sebanyak 27% balita terdapat gangguan perkembangan, sekitar 4-5 % balita
mengalami gangguan bicara dan bahasa. Atau Berdasarkan Committed in
Improving the Health of Indonesian Children yang dirilis Pediatric of Society
oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) diperkirakan sekitar 5-10% anak
usia dibawah 5 tahun diperkirakan mengalami keterlambatan umum. Hal ini
yang bikin menarik peneliti untuk melakukan penelitian “Tingkat
Perkembangan Anak Pra Sekolah Usia 3-5 tahun yang Mengikuti dan tidak
Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perbedaan tingkat perkembangan


anak yang mengikuti dan tidak mengikuti PAUD. Terdapat 61 anak yang
tidak mengikuti PAUD dan 79 anak dari tiga sekolah PAUD di Desa
Protomulyo Kabupaten Kendal.

4. Variabel Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini faktor lingkungan dalam Tingkat


Perkembangan Anak Pra Sekolah Usia 3-5 tahun yang Mengikuti dan tidak
Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

5. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan kuantitatif dengan rancangan


penelitian deskriptif komparatif. menggunakan metode pendekatan cross
sectional.. anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Desa Protomulyo sebanyak
185. Sampel diambil menggunakan rumus Slovin dimana pengambilan
sampel didasarkan oleh kriteria yang dirumuskan oleh peneliti sebelumnya.
rumus slovin tercapainya tujuan penelitian, karena sampel berdasarkan
kriteria sudah dibutuhkan maka diperoleh sampel sebanyak 127 responden,
ditambah 10 % sebanyak 13 responden untuk mengantisipasi drop out dengan
jumlah sampel menjadi 140. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik stratified random sampling. Data dianalisis
menggunakan uji Chi square.

6. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini yaitu terdapat perbedaan Tingkat Perkembangan


Anak Pra Sekolah Usia 3-5 tahun yang Mengikuti dan tidak Mengikuti
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Berdasarkan anak yang mengikuti atau
tidak mengikuti PAUD

7. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian hasil rata-rata jumlah yang anak mengikuti


PAUD dengan masa perkembangan seluruhnya normal 81,1% sedangkan
rata-rata jumlah yang tidak mengikuti Paud dengan masa perkembangan
meragukan 41% dan kriteria meragukan 59%.

8. Pembahasan

Hasil penelitian menjelaskan bahwa perkembangan personal sosial anak


yang mengikuti PAUD sebanyak 76 (96,2%) dengan perkembangan kategori
normal dan 3 (3,8%) kategori suspect. Pada anak yang tidak mengikuti PAUD
sebanyak 46 (75,4%) kategori normal dan 15 (24,6%) dalam kategori suspect.
Anak yang mengikuti PAUD mendapatkan stimulasi yang lebih baik dan
terarah, yang didapatkan melalui program pendidikan sesuai usianya seperti
pengenalan berbagai sikap dan perilaku. Kebiasaan dan sifat orang-orang yang
ada disekitarnya akan membantu anak memahami aspek-aspek psikologi dari
lingkungan sosialnya dengan cara berinteraksi dengan lingkungan di
sekitarnya. Pendidikan di PAUD memberi stimulus pada anak untuk dapat
mengembangkan kemampuan personal sosial yang lebih baik daripada anak
yang tidak mengikuti PAUD, sebagai contoh : mengambil bekal sendiri dan
makan bersama dengan teman-temannya, memakai baju sendiri dan dengan
cara bermain peragaan yang mudah dicerna atau mengerjakan tugas-tugas kecil
bersama teman secara berkelompok seperti seperti saling menyebutkan nama
teman satu kelompoknya.
9. Kesimpulan

Kesimpulan dari peneliti anak pada periode pra sekolah perlu untuk
mencapai tugas-tugas perkembangan mereka yang mencakup : keterampilan
motorik, sosial dan bahasa. Anak yang mengikuti PAUD mendapatkan
stimulasi yang lebih baik dan terarah, yang didapatkan melalui program
pendidikan sesuai usianya seperti pengenalan berbagai sikap dan perilaku
sehingga anak yang mengikuti PAUD memiliki tingkat perkembangan personal
sosial, motorik halus, bahasa, serta motorik kasar yang lebih baik dari anak
yang tidak mengikuti PAUD.

3.2 Jurnal “Pengaruh Finger Painting terhadap Perkembangan


Motorik pada anak pra sekolah di TK At-Taqwa.
PENDAHULUAN:
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari database :
http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “Jurnal
Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatal, Bayi, Balita dan Anak pra sekolah”
dengan alamat website:
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/view/2628
 Deskripsi Umum
Judul : Pengaruh Finger Painting Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah di TK At-Taqwa
Penulis: Nunung Nurjanah, Catharina Suryaningsih Borneo Dwi Asmara
Putra
Publikasi : Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017
 Telaah Jurnal
1. Judul Jurnal
Judul pada jurnal tersebut adalah “Pengaruh Finger Painting Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah di TK At-Taqwa” Dari jurnal
tersebut diketahui bahwa penulis akan membahas tentang pengaruh
perkembangan motorik halus anak prasekolah. Judul jurnal sudah sesuai, yaitu
menggambarkan tentang penelitian. Kemampuan motorik halus diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari anak. Keterlambatan motorik halus dapat
mempengaruhi aspek perkembangan lainnya, sehingga perlu upaya untuk
mengoptimalkan perkembangan motorik halus melalui pemberian stimulasi
sejak dini.
2. Latar Belakang Masalah
Penulis melakukan penelitian ini dikarenakan keterlambatan motorik halus
pada anak dapat mempengaruhi aspek perkembangan lainnya, sehingga perlu
upaya untuk mengoptimalkan perkembangan motorik halus melalui pemberian
stimulasi sejak dini. Keterlambatan motorik halus pada masa ini dapat
menyebabkan anak menjadi rendah diri, terjadi kecemburuan pada anak yang
lain, ketergantungan dan timbul rasa malu. Selain itu juga terdapat identifikasi
masalah, dan juga terdapat fakta-fakta yang mendukung penelitian. Latar
belakang dalam penelitian ini sudah mencakup masalah utama yang diteliti dan
ruang lingkupnya, metode yang digunakan, hasil yang diperoleh, dan
kesimpulan utama sudah cukup baik dan.
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh finger painting sebagai salah satu kegiatan sekolah dalam
upaya meningkatkan perkembangan motorik halus anak.
4. Variabel Penelitian
Penulis melakukan penelitian eksperimen dalam Pengaruh Finger
Painting Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah di TK
At-Taqwa
5. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif.
Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Teknik
tersebut memudahkan tercapainya tujuan penelitian, karena sampel
berdasarkan kriteria yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini didapatkan 25
partisipan yang terdiri dari anak yang berusia 36-72 bulan.
6. Hasil Penelitian
Dari hasil analisis data bahwa Peningkatan perkembangan motorik
halus anak usia pra sekolah di TK At-Taqwa terjadi pada semua anak
di setiap kelompok usia. Dapat disimpulkan juga bahwa ada perbedaan
yang signifikan perkembangan motorik anak usia pra sekolah sebelum dan
setelah diberikan kegiatan finger painting. Setiap anak mengalami
peningkatan skor penilaian perkembangan motorik halus berbeda-beda,
ada yang meningkat 1 skor, bahkan ada yang sampai 3 skor.
7. Pembahasan
Hasil penelitian tersebut bahwa ada perbedaan yang
signifikan perkembangan motorik anak usia pra sekolah sebelum dan
setelah diberikan kegiatan finger painting. Hal ini berarti bahwa analisis
hipotesis (Ha) diterima yang artinya ada pengaruh kegiatan finger
painting terhadap perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah.

Finger painting atau menggambar dengan


jari adalah teknik melukis dengan jari tangan secara langsung tanpa
menggunakan bantuan alat. Jenis kegiatan ini dilakukan dengan cara
mengoleskan adonan warna (bubur warna) menggunakan jari tangan diatas
bidang gambar. Batasan jari yang digunakan adalah semua jari
tangan, telapak tangan, sampai pergelangan tangan (Sukerti, Raga,
dan Murda, 2013). Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan
anak, yaitu melatih kemampuan motorik halus anak karena jari-
jari anak akan bergerak dan bergesekan dengan cat dan media lukisnya,
mengembangkan dan mengenalkan berbagai warna dan bentuk,
meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak, meningkatkan
koordinasi mata dan tangan, melati konsentrasi, serta dapat dijadikan
sebagai media mengekspresikan emosi anak. Kemampuan motorik
halus sangat penting karena berpengaruh pada segi
pembelajaran lainnya terlebih pada segi
akademis seperti menulis, menggunting,
mewarnai, menggambar, dan lain-lain.
Penguasaan motorik halus penting bagi
anak, karena seiring dengan semakin
banyaknya keterampilan motorik yang
dimiliki akan semakin baik penyesuaian sosial yang dapat dilakukan
anak yang dan akan berpengaruh pada semakin baiknya prestasi anak
disekolah.
8. Kesimpulan
Pada kesimpulan, peneliti sudah memberikan kesimpulan serta saran.
Kesimpulan berisi bahwa pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
pengaruh finger painting terhadap perkembangan motorik halus.anak.
Orang tua diharapkan agar dapat membantu mengoptimalkan
perkembangan motorik halus pada anak. Meningkatnya motorik halus
pada anak akan sangat membantu anak untuk siap dalam menghadapi
bangku sekolah. Pada bagian saran sudah didasari oleh hasil temuan
penelitian dan berbahasa praktis.

3.3 Jurnal “Pemberian Stimulasi Pertumbuhan dan perkembangan oleh Ibu


Berhubungan Dengan Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun”

PENDAHULUAN
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari database :
http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “Jurnal
Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatal, Bayi, Balita dan Anak pra sekolah”
dengan alamat website: http://forikes-ejournal.com/ojs-
2.4.6/index.php/SF/article/view/648
 Deskripsi Umum
Judul : Pemberian Stimulasi Pertumbuhan dan
perkembangan oleh Ibu Berhubungan Dengan Perkembangan Anak
Usia 1-3 Tahun Penulis: Devi Nurhayati dan Latifah Susilowati
Publikasi : Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume 11
Nomor Khusus, Januari-April 2020.
 Telaah Jurnal
1. Judul

Judul pada jurnal tersebut adalah “Pemberian Stimulasi


Pertumbuhan dan Perkembangan oleh Ibu Berhubungan dengan
Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun”. Dari jurnal tersebut diketahui
bahwa penulis akan membahas tentang perilaku ibu dalam memberikan
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dengan perkembangan anak
pada rentang usia 1-3 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan
manifestasi kompleks dari perubahan bentuk, ukuran, biokimia, dan
fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai dewasa. Perilaku ibu tentang
stimulasi merupakan kebutuhan dasar untuk mengasah perkembangan
anak dan meningkatkan kemampuannya. Stimulasi yang baik dan terarah
akan diperoleh anak dari orang tua terutama ibu.

2. Latar Belakang

Penulis tertarik melakukan penelitian ini karena untuk meneliti tentang


hubungan perilaku ibu dalam pemberian stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun tepatnya di
Depok, Sleman, Yogyakarta. Periode paling penting dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masa lima tahun pertama,
yang disebut dengan the golden period. Salah satu fase pertumbuhan dan
perkembangan pada golden period adalah usia 1-3 tahun atau anak usia
prasekolah. Periode emas merupakan saat yang tepat untuk
mengoptimalkan perkembangan anak. Hal tersebut menggambarkan
bahwa Anak yang mendapatkan stimulasi secara teratur dan terarah akan
lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapatkan
stimulasi. Stimulasi yang baik dan terarah akan diperoleh anak dari orang
tua terutama ibu. Berdasarkan data dari IDAI, di Indonesia anak yang
mengalami keterlambatan perkembangan diperkirakan sekitar 5% sampai
10%. Angka kejadian keterlambatan perkembangan belum diketahui
secara pasti, namun diperkirakan 1-3% anak dibawah usia 5 tahun
mengalami keterlambatan perkembangan umum. Hasil wawancara dengan
ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun di Depok diketahui bahwa 6 dari 10
ibu mengatakan belum mengetahui dan belum melakukan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.

3. Tujuan

Dalam jurnal tersebut tidak dijelaskan tujuan penelitian secara khusus.


Hanya secara umum penulis menjelaskan bahwa penelitian ini untuk
mengetahui hubungan perilaku ibu dalam pemberian stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan dengan perkembangan anak usia 1-3
tahun di Depok, Sleman, Yogyakarta.

4. Variabel

Variabel indepen dalam penelitian ini adalah perilaku ibu dalam


pemberian stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak sedangkan
variabel dependen adalah perkembangan anak. Penulis melakukan
pengambilan data pada responden saat ibu dan anak datang ke posyandu.
Bagi calon responden yang tidak hadir pada saat posyandu maka penulis
melakukan pengambilan data melalui kunjungan rumah (door to door). Ibu
mengisi kuesioner tentang perilaku ibu dalam pemberian stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak terlebih dahulu selanjutnya penulis
melakukan pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan pada anak
menggunakan Denver II. Data yang telah dikumpulkan dianalisis
menggunakan uji Spearman.

5. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain


deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian
menggunakan metode cross-sectional yang artinya mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Hal ini sudah
sesuai dengan tujuan.
Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling. purposive
sampling di mana pengambilan sampel didasarkan pada kriteria-kriteria
yang dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Teknik tersebut
memudahkan tercapainya tujuan penelitian, karena sampel berdasarkan
kriteria yang dibutuhkan. Selain itu, teknik ini cukup mudah untuk
dilakukan dan proses penelitian menjadi lebih efisien, karena sampel yang
dipilih akan mudah untuk ditemui dan dilakukan penelitian.

6. Hasil

Setelah dilakukan pengambilan data dari 79 pasangan ibu dan anak


didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan perilaku ibu dalam pemberian
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dengan perkembangan anak
usia 1-3 tahun. Sedangkan arah korelasi adalah positif yang berarti bahwa
semakin baik perilaku ibu dalam pemberian stimulasi maka semakin baik
juga perkembangan anak sebagian besar ibu memiliki perilaku yang baik
dalam stimulasi perkembangan anak.

7. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu memiliki


perilaku yang baik dalam stimulasi perkembangan anak.Pada penelitian ini
juga didapatkan hasil bahwa terdapat anak dengan perkembangan
abnormal. Hal tersebut terjadi karena selain faktor stimulasi masih banyak
faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
seperti faktor genetik atau faktor keturunan, pola asuh orang tua,
pengetahuan orang tua, faktor lingkungan fisik dan faktor nutrisi.

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara perilaku ibu dalam


pemberian stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
perkembangan anak usia 1-3 tahun di Depok Sleman dengan arah korelasi
positif yang berarti bahwa semakin baik perilaku ibu dalam pemberian
stimulasi maka semakin baik juga perkembangan anak. Salah satu fungsi
dari stimulasi pada anak adalah merangsang perkembangan intelektual
(kognitif), dimana anak akan melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Stimulasi yang
diberikan oleh orang tua khususnya ibu melalui perilaku ibu dinilai
sebagai kebutuhan dasar anak yaitu asah, dengan mengasah perkembangan
anak secara terus-menerus secara teratur dan terarah akan lebih cepat
meningkatkan perkembangan anak dibandingkan anak yang kurang
mendapatkan stimulasi.

8. Kesimpulan

Ibu perlu meningkatkan pengetahuan dan perilaku yang lebih baik lagi
dalam stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu dengan
mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan maupun posyandu balita yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan terkait dan kader posyandu.

Sebagian besar ibu memiliki perilaku yang baik dalam stimulasi


pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan anak usia sebagian
besar masuk dalam kategori normal yaitu. Terdapat hubungan perilaku ibu
dalam pemberian stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dengan
perkembangan anak usia 1-3 tahun di Depok Sleman, Yogyakarta.

3.4 Jurnal “Faktor penyebab anak Stunting usia 25-60 bulan di Kecamatan
Sukorejo Kota Blitar”

PENDAHULUAN:
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari database :
http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu
“JURNAL NERS DAN KEBIDANAN ” dengan alamat website:
https://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/view/374/pdf
TELAAH JURNAL :
1. Judul jurnal
Dari judul jurnal ini penulis mengambil lingkup yang lebih kecil agar
lebih mudah saat meneliti. Judul jurnal yang kami telaah yaitu “Faktor
penyebab anak Stunting usia 25-60 bulan di Kecamatan Sukorejo Kota
Blitar”
- Penulisan judul sudah baik karena penulis telah mencantumkan
tempat penelitian tetapi akan lebih baik lagi jika penulis juga
mencantumkan tahun penelitian agar lebih jelas lingkupnya.

2. Latar belakang

Penulis melakukan penelitian ini karena permasalahan Stunting


merupakan isu baru yang berdampak buruk terhadap permasalahan gizi di
Indonesia karena mempengaruhi fisik dan fungsional dari tubuh anak serta
meningkatnya angka kesakitan anak, bahkan kejadian stunting tersebut
telah menjadi sorotan WHO untuk segera dituntaskan. Hasil studi
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20–26 Oktober 2016 di wilayah
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar didapatkan bahwa 6 dari 10 anak yang
mengalami stunting menderita penyakit infeksi berupa ISPA dan diare
selama satu bulan terakhir, 7 dari 10 anak memiliki orang tua dengan
pendidikan rendah, dan 8 dari 10 anak dengan keluarga berstatus ekonomi
rendah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas faktor risiko stunting
berbeda disetiap wilayah. Kejadian stunting akan terus meningkat jika
faktor-faktor risiko yang telah dijelaskan sebelumnya tidak diperhatikan,
karenanya peneliti tertarik untuk meneliti “Gambaran Faktor Penyebab
Stunting Pada Anak Stunting Usia 25- 60 Bulan di Kecamatan Sukorejo
Kota Blitar”

3. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan faktor penyebab


stunting pada anak stunting usia 25–60 Bulan di Kecamatan Sukorejo Kota
Blitar
4. Variabel Penelitian
5. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara berdasarkan kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti berdasarkan buku sumber yang diambil dari (Supariasa,
2001), Unicef dalam Bappenas 2011 terdiri dari data umum pertanyaan
tentang riwayat kondisi ibu saat hamil serta persepsi keluarga tentang stunting
dan pertanyaan khusus terdiri dari karakteristik anak, asupan nutrisi anak,
penyakit infeksi yang pernah diderita anak, pemanfaatan Asi eksklusif,
penggunaan fasilitas kesehatan, dan karakteristik keluarga: pendidikan ayah
ibu, status ekonomi serta menggunakan lembar food recall 24 jam.
Pengumpulan data dilakukan di masing-masing rumah responden kecamatan
Sukorejo Kota Blitar pada 17–22 April 2017. Teknik tersebut memudahkan
tercapainya tujuan penelitian, karena sampel berdasarkan kriteria yang
dibutuhkan. Selain itu, teknik ini cukup mudah untuk dilakukan dan proses
penelitian menjadi lebih efisien, karena sampel yang dipilih akan mudah
untuk ditemui dan dilakukan penelitian

6. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu terdapat hambatan yang menjadi Faktor
penyebab anak Stunting usia 25-60 bulan di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar

7. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada anak stunting usia


25–60 bulan di kecamatan Sukorejo kota Blitar, dapat disimpulkan faktor
penyebab stunting yaitu asupan energi rendah, penyakit infeksi, asupan
protein rendah dan tidak ASI Eksklusif sebanyak serta ibu yang bekerja.
Selain itu, faktor penyebab stunting pendidikan ibu rendah dan pendidikan
ayah rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang konsumsi gizi
sehingga angka stunting meningkat.
8. Pembahasan

Hasil penelitian tersebut menjelaskan adanya faktor-faktor yang


menyebabkan stunting usia 25–60 bulan di kecamatan Sukorejo kota Blitar.
dapat disimpulkan faktor penyebab stunting yaitu asupan energi rendah
sebanyak 93,5%, penyakit infeksi sebanyak 80,6%, asupan protein rendah
sebanyak 45,2% dan tidak ASI Eksklusif sebanyak 32,3% dan ibu yang
bekerja sebanyak 29,0%. Faktor tersebut disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pemenuhan gizi. Faktor penyebab stunting
pendidikan ibu rendah sebanyak 48,4%, pendidikan ayah rendah sebanyak
32,3% mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang konsumsi gizi,
diperlukan lintas sektor dalam penanganannya sedangkan faktor penyebab
stunting jenis kelamin laki-laki sebanyak 64,5% Faktor BBLR, imunisasi
tidak lengkap, ayah yang tidak bekerja dan status ekonomi tidak menjadi
faktor penyebab terjadinya stunting anak usia 25– 60 bulan di Kecamatan
Sukorejo.
9. Kesimpulan
Stunting akan terus meningkat jika faktor penyebabnya tidak diatasi
dengan benar salah satunya adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pemenuhan gizi. Masyarakat terutama ibu hamil dan keluarga yang
memiliki bayi dan anak dibawah 5 tahun disarankan agar mematuhi dan
melaksanakan program terkait dengan gizi seimbang oleh pemerintah, rutin
berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan deteksi dini tentang
kesehatan diri dan anaknya serta menambah kreatifitas untuk pemberian
konsumsi makan pada anaknya. Dan dari sektor Pemegang Program gizi
dan Perkesmas (Keperawatan Kesehatan Masyarakat) UPTD Kesehatan
Kecamatan Sukorejo disarankan agar meningkatkan penyuluhan dari satu
kali menjadi tiga kali setiap tahun tentang keluarga sadar gizi (kadarzi)
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu dalam
pentingnya konsumsi makanan bergizi dan pemberian ASI Eksklusif.
Pemberian makanan tambahan (PMT) selama 3 bulan pada balita dengan
konsumsi energi dan protein kurang dari kebutuhan perhari berdasarkan
hasil observasi langsung konsumsi makanan dengan dilakukannya
kunjungan rumah pada balita khususnya stunting
3.5 Jurnal “Perbedaan Masa Perkembangan Anak Prasekolah Usia 48-60
Bulan Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan Menggunakan Instrumen
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)”

PENDAHULUAN:
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari database :
http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu
“JURNAL KEBIDANAN ” dengan alamat website: https://akbid-dharmahusada-
kediri.e-journal.id/JKDH/index

TELAAH JURNAL :
1. Judul jurnal
Dari judul jurnal ini penulis mengambil lingkup yang lebih kecil agar
lebih mudah saat meneliti. Judul jurnal yang kami telaah yaitu “Perbedaan
Masa Perkembangan Anak Prasekolah Usia 48-60 Bulan Berdasarkan
Jenis Kelamin Dengan Menggunakan Instrumen Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)”
 Penulisan judul kurang baik karena penulis tidak
mencantumkan tempat penelitian dan tidak mencantumkan
tahun penelitian. seharusnya tempat dan tahun penelitian
dicantumkan agar lebih jelas lingkupnya.

2. Latar belakang

Penulis melakukan penelitian ini karena Pada periode usia 0-5 tahun,
terjadi peningkatan yang pesat pada pertumbuhan dan perkembangan
balita. Tahapan tumbuh kembang pada anak terbagi menjadi dua, yaitu
Tumbuh (growth) merupakan perubahan fisik dan dapat diukur; Kembang
(development) yaitu adanya pertambahan kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang kompleks Masa ini disebut juga periode emas (golden age).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan
perkembangan pada anak, yaitu adanya faktor internal dan eksternal.
Faktor internal antara lain jenis kelamin, perbedaan ras, usia, genetik, dan
kromosom, sedangkan faktor eksternal meliputi keadaan lingkungan
sosial, ekonomi, nutrisi, dan stimulasi psikologis. Keterlambatan yang
dialami anak bisa pada satu atau beberapa ranah perkembangan, atau
disebut dengan istilah keterlambatan perkembangan umum atau global
development delay bila ditemukan dua atau lebih ranah perkembangan.
Menurut Medis 2013, terdapat 5 hingga 10% anak dengan keterlambatan
perkembangan dan 1-3% anak dibawah usia 5 tahun dengan keterlambatan
perkembangan umum. Hal tersebutlah yang menarik peneliti untuk
melakukan penelitian “Perbedaan Masa Perkembangan Anak
Prasekolah Usia 48-60 Bulan Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan
Menggunakan Instrumen Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP)”

3. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Perbedaan Masa


Perkembangan Anak Prasekolah Usia 48-60 Bulan Berdasarkan Jenis
Kelamin

4. Variabel Penelitian
5. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian ini merupakan penelitian
Deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional
adalah rancangan penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada
waktu yang sama. Dalam penelitian ini akan menggambarkan
perkembangan pada anak prasekolah usia 48-60 bulan dengan kuesioner
pra skrining perkembangan (KPSP) di TK Dharma Wanita Desa
Tanggulkundung, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. KPSP
adalah salah satu instrumen penilaian perkembangan pada anak yang
sangat penting dilakukan agar bila ditemukan kecurigaan penyimpangan
dapat segera dilakukan stimulasi dan intervensi dini sebelum kelainan
terjadi.
6. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu terdapat hambatan Perkembangan


Anak Prasekolah Usia 48-60 Bulan Berdasarkan Jenis Kelamin

7. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian Hasil rata-rata jumlah jenis kelamin laki –
laki dengan masa perkembangan seluruhnya normal atau 100%, sedangkan
rata-rata jumlah jenis kelamin perempuan dengan kriteria masa
perkembangan meragukan 18% dan kriteria normal sebanyak 99,82%.

8. Pembahasan
Hasil analisis 18 responden hasil observasi dengan KPSP yang
diberikan pada anak yang menjadi responden diketahui anak usia 48-53
bulan bahwa sejumlah 66,67 % memiliki perkembangan dengan kriteria
normal, 33,33 % kriteria meragukan, dan 0 % kriteria abnormal.
Berdasarkan hasil uji Independent Sampel Test dilihat pada nilai t dan
signifikansi Equal Variances Assumed. Jika signifikansi kurang dari 0.05,
maka kesimpulannya ada perbedaan antara masa perkembangan anak
prasekolah usia 48 –60 bulan berdasarkan jenis kelamin. Dari output
diketahui nilai signifikansi dari t sebesar 2,105 dan signifikansi 0,043.
Karena signifikansi kurang dari 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima
dan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara masa perkembangan
anak prasekolah usia 48 – 60 bulan berdasarkan jenis kelamin dengan
kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) di TK Dharma Wanita Desa
Tanggulkundung, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung.
Timbulnya penyimpangan perkembangan anak pada masalah di atas dapat
disebabkan oleh karakter anak yang pendiam. Anak terlalu malu untuk
berinteraksi dengan teman sebayanya. Anak merasa takut dan tidak
nyaman yang mempengaruhi skor penilaian. Anak masih bergantung
dengan orang tuanya. Diharapkan agar orang tua juga ikut berperan dalam
pemberian stimulasi atau pengajaran dalam bentuk berkomunikasi secara
aktif dengan anak sehingga anak akan lebih mudah berinteraksi dan
bergaul dengan temannya serta memberikan kebebasan pada anak untuk
dekat dengan teman sebayanya supaya anak bisa bersosialisasi dengan
baik di lingkungan sekolahnya.
9. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adanya perbedaan perkembangan antara
anak perempuan dan laki-laki perkembangan anak dengan jenis kelamin
perempuan 99,82% Normal dan 18% dengan kriteria Meragukan,
sedangkan perkembangan anak laki-laki yaitu 100% dengan kriteria
Normal. Adanya perbedaan antara masa perkembangan anak dengan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki. Disarankan Bagi Instansi tempat
pelayanan kesehatan disarankan agar terus melakukan sosialisasi stimulasi
perkembangan pada anak di fasilitas pendidikan seperti di TK, Posyandu
maupun kepada orang tua
BAB IV
PEMBAHASA
N

4.1 Jurnal “Tingkat Perkembangan Anak Pra Sekolah Usia 3-5 Tahun Yang
Mengikuti dan Tidak Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini ”(PAUD)

Pada jurnal “Tingkat Perkembangan Anak Pra Sekolah Usia 3-5 Tahun
Yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini” membahas
tentang mengukur perbedaan tingkat perkembangan anak yang mengikuti dan
tidak mengikuti PAUD. Keterlambatan perkembangan pada anak dikarenakan
kurangnya orangtua mengenal tanda bahaya (redflag) perkembangan anak,
kurangnya pemeriksaan deteksi dini atau skrining perkembangan pada anak dan
kurangnya keterlibatan langsung orangtua dengan anak atau stimulasi dari selain
orangtua. Pendidikan yang tepat untuk memberikan stimulasi pada anak usia
prasekolah yaitu PAUD. Studi tentang kesiapan bersekolah di enam kabupaten di
Indonesia menunjukkan bahwa program PAUD telah membantu mengembangkan
kompetensi psikososial dan kognitif anak (Kementerian Pendidikan Nasional,
2012). Pendidikan prasekolah merupakan pemberian upaya untuk menstimulasi
perkembangan anak. Oleh sebab itu layanan pendidikan anak usia dini merupakan
dasar yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan anak hingga
dewasa.

Berdasarkan jurnal, teori yang didapat adalah Anak yang banyak medapatkan
stimulasi yang terarah akan cepat bekembang dibandingkan dengan anak yang
kurang mendapatkan stimulasi. pada anak-anak pra sekolah yang mengikuti
PAUD, mereka diberikan stimulus dengan diberikan permainan edukatif seperti
menyusun balok, balok numerik, membedakan warna, bermain dengan alam dan
sebagainya baik secara mandiri maupun berkelompok. Sedangkan pada anak-anak
usia prasekolah yang tidak mengikuti PAUD kurang diberikan stimulasi untuk
perkembangan mereka,beberapa orang tua anak yang tidak mengikutkan anaknya
ke PAUD mengutarakan keluhan bahwa anak kurang mandiri dan sebagian orang
tua beranggapan bahwa anak dengan usia kurang dari 5 tahun orang tua masih
mampu mengasuh dan mendidik anak sendiri tanpa mengikutsertakan anak ke
PAUD. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi orang tua untuk
mengikutsertakan anaknya dalam program PAUD antara lain tingkat pengetahuan,
sikap, lingkungan, kemampuan ekonomi, dan sebagainya. Hal ini penting di
ketahui oleh orang tua untuk memahami pentingnya memberikan stimulasi untuk
perkembangan anak terutama pada masa golden age agar perkembangan anak
dapat tercapai secara optimal. Deteksi dini dengan upaya pejaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengatuhi serta mengenal faktor risiko seperti : fisik, biomdeik,
psikososial pada balita untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang balita
secara dini sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan
serta pemulihan yang dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin
pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang

4.2 Jurnal “Pengaruh Finger Painting terhadap Perkembangan Motorik


Halus Anak Pra sekolah di TK At-Taqwa”

Jurnal ini membahas tentang Pengaruh dari Finger Painting pada


Perkembangan motorik halus anak pra sekolah. Pada anak, keterampilan motorik
yang harus dikembangkan terdiri atas motorik kasar, yakni keterampilan yang
dicapai dengan menggunakan otot-otot besar pada tubuh dan motorik halus, yaitu
keterampilan yang dicapai dengan otot-otot kecil pada tubuh. Perkembangan
motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga.
Sedangkan motorik halus seperti menulis, menggambar, memotong, melempar
dan menangkap bola. Tercapainya perkembangan atau keterampilan motorik pada
anak akan berdampak pula pada perkembangan lainnya seperti bahasa,
kemampuan sosial bahkan kepercayaan diri.

Dalam jurnal, disebutkan bahwa Anak pra sekolah yang mengalami


keterlambatan motorik halus, maka akan menyebabkan anak tersebut kurang
percaya diri dan menimbulkan kecemburuan pada anak yang lain. Pada teori juga
dijelaskan terdapat beberapa gangguan tumbuh kembang yang berhubungan
dengan motorik:
a. Celebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/ gangguan pada
sel-sel motoric pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/ belum
selesai pertumbuhannya.
b. Retardasi Mental

Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah


(IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal. Dari penelitian diatas ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan teori pertumbuhan dan perkembangan anak, diantaranya yaitu:

1. Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


anak antara lain

 keadaan gizi anak, karena nutrisi adalah salah satu komponen yang
penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan
dan perkembangan.
 Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila
anak dalam kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah
 Peran orang tua sangat penting dalam menunjang aspek-aspek
motoric pada anak. Pola asuh yang baik akan meningkatkan
perkembangan anak dalam segala aspek. Pemberian stimulasi
merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan anak. Stimulasi
harus dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam
kandungan. Sebaiknya dilakukan stimulasi terhadap semua aspek
perkembangan, dengan melibatkan semua anggota keluarga.
2. Faktor Budaya dan Lingkungan

Budaya keluarga masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka


dalam mempersepsikan dan memahami kesehatan dan perilaku hidup sehat,
untuk membantu proses perkembangan dan pertumbuhan anak.

4.3 Jurnal “Pemberian Stimulasi Pertumbuhan dan perkembangan oleh Ibu


Berhubungan Dengan Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun”

Jurnal ini membahas tentang hubungan perilaku / pemberian stimulasi


pertumbuhan dan perkembangan oleh Ibu dalam perkembangan anak usia 1-3
tahun. Perilaku ibu tentang stimulasi merupakan kebutuhan dasar untuk mengasah
perkembangan anak dan meningkatkan kemampuannya. Stimulasi yang baik dan
terarah akan diperoleh anak dari orang tua terutama ibu.

Dalam jurnal disebutkan bahwa, Periode paling penting dalam proses


pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masa lima tahun pertama, yang
merupakan masa emas kehidupan atau disebut dengan the golden period. Salah
satu fase pertumbuhan dan perkembangan pada golden period adalah usia 1-3
tahun atau anak usia prasekolah. Stimulasi merupakan bentuk rangsangan dan
latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan luar. Stimulasi
dinilai sebagai kebutuhan dasar anak yaitu asah, dengan mengasah perkembangan
anak secara terus-menerus akan meningkatkan kemampuan anak. Anak yang
mendapatkan stimulasi secara teratur dan terarah akan lebih cepat berkembang
dibandingkan anak yang kurang mendapatkan stimulasi. Sedangkan pada teori
juga dijelaskan bahwa :
 Tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang paling memerlukan
perhatian dan menentukan kualitas seseorang di masa mendatang adalah
pada masa anak, karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya.
 Usia 1-3 tahun merupakan masa keemasan pada anak karena pada masa ini
anak akan sangat cepat mempelajari hal-hal baru. Keberhasilan menguasai
tugas-tugas perkembangan pada usia toddler membutuhkan dasar yang
kuat selama masa pertumbuhan dan memerlukan bimbingan dari orang
lain terutama orang tua
Perilaku orang tua dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan tentang
stimulasi merupakan salah satu faktor penting dalam membantu mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan serta ibu lebih memahami cara mengasuh dan
mendidik anak yang lebih baik dan benar.

4.4 Jurnal “Faktor penyebab anak Stunting usia 25-60 bulan di Kecamatan
Sukorejo Kota Blitar”

Pada jurnal dengan judul “Faktor penyebab anak Stunting usia 25-60
bulan di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar” membahas mengenai stunting,
dimana stunting atau balita pendek adalah balita dengan masalah gizi kronik, yang
memiliki status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur balita
jika dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
Reference Study) tahun 2005, memiliki nilai z-score kurang dari -2SD dan apabila
nilai z-scorenya kurang dari-3SD dikategorikan sebagai balita sangat pendek
(Pusdatin, 2015). Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru
nampak saat anak berusia dua tahun.
Berdasarkan jurnal, teori yang didapatkan adalah status gizi
mempengaruhi stunting dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada
teori yang terdapat di makalah nutrisi terdapat dalam beberapa factor yaitu :

1. Faktor Lingkungan
 Lingkungan Pra natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam
uterus yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin antara lain gangguan nutrisi karena ibu
kurang mendapat asupan gizi yang baik.
 Lingkungan Post natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan setelah bayi lahir adalah :
a. Nutrisi
Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan
seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral,
vitamin dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak
atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Budaya lingkungan
Pola perilaku ibu dipengaruhi oleh budaya yang
dianutnya, misalnya larangan untuk makan
makanan tertentu padahal zat gizi tersebut
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak.
c. Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan di keluarga yang
berekonomi tinggi untuk pemenuhan kebutuhan
gizi akan tercukupi dengan baik dibandingkan
dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang
berekonomi sedang atau kurang
d. Status pendidikan orangtua
keluarga dengan pendidikan tinggi akan lebih
mudah menerima arahan terutama tentang
peningkatan pertumbuhan dan perkembangan anak,
penggunaan fasilitas kesehatan, dll dibandingkan
dengan keluarga dengan latar belakang pendidikan
rendah.
4.5 Jurnal “Perbedaan Masa Perkembangan Anak Prasekolah Usia 48-60
Bulan Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan Menggunakan Instrumen
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)”

Pada jurnal dengan judul “Perbedaan Masa Perkembangan Anak


Prasekolah Usia 48-60 Bulan Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan
Menggunakan Instrumen Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)”
membahas mengenai ada perbedaan antara masa perkembangan anak prasekolah
usia 48 – 60 bulan berdasarkan jenis kelamin. Penyimpangan perkembangan anak
dapat disebabkan oleh karakter anak yang pendiam. Anak terlalu malu untuk
berinteraksi dengan teman sebayanya, merasa takut dan tidak nyaman. Anak
masih bergantung dengan orangtuanya. Diharapkan agar orang tua juga ikut
berperan dalam pemberian stimulasi atau pengajaran dalam bentuk berkomunikasi
secara aktif dengan anak sehingga anak akan lebih mudah berinteraksi dan bergaul
dengan temannya serta memberikan kebebasan pada anak untuk dekat dengan
teman sebayanya supaya anak bisa bersosialisasi dengan baik di lingkungan
sekolahnya.
Berdasarkan jurnal, teori yang didapatkan adalah jenis kelamin dapat
mempengaruhi dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada teori
yang terdapat di makalah pertumbuhan dan perkembangan terdapat dalam masa
toddler (masa keemasan) dimana pertumbuhan dan perkembangan pada anak
perempuan memiliki kemajuan yang lebih signifikan dibandingkan dengan anak
laki-laki. Kemajuan tersebut ada sejak dari periode kelahiran hingga periode
pubertas berakhir. Pada masa ini anak akan sangat cepat mempelajari hal-hal baru.
Keberhasilan menguasai tugas-tugas perkembangan pada usia toddler
membutuhkan dasar yang kuat selama masa pertumbuhan dan memerlukan
bimbingan dari orang lain terutama orang tua
Faktor Herediter juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada jenis kelamin. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan tinggi
daripada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa
pra-pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek
dari pada orang Eropa atau suku Asmat dari Irian berkulit hitam.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan
anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Pertumbuhan
adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Dari hasil telaah jurnal yang kami lakukan pertumbuhan dan perkembangan
balita ada beberapa faktor yang mempengaruhi, berikut faktor tersebut :
1) Faktor Herediter : faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan
yaitu suku, ras, dan jenis kelamin. Jenis kelamin ditentukan sejak dalam
kandungan
2) Faktor Lingkungan
- Lingkungan Pra natal : Kondisi lingkungan yang mempengaruhi
fetus dalam uterus yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin antara lain gangguan nutrisi karena ibu kurang
mendapat asupan gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu
(diabetes mellitus),
- Lingkungan Postnatal : Lingkungan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan setelah bayi lahir adalah nutrisi,
Budaya lingkungan, status sosial, iklim/cuaca.
3) Faktor Hormonal : Faktor hormonal yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah somatotropin yang berperan
dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid dengan
menstimulasi metabolisme tubuh, glukokortikoid yang berfungsi
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi
testosteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen selanjutnya hormon
tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki
maupun perempuan sesuai dengan peran hormonnya
5.2 Saran

Dengan adanya makalah ini kami berharap agar perkembangan dan


pertumbuhan anak di Indonesia dapat maksimal, kami berharap kepada teman-
teman atau instansi terkait untuk selalu melakukan upaya untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak optimal denagn cara penyuluhan atau
sosialisasi kepada masyarakat setempat. .
DAFTAR PUSTAKA

Dwienda R Octa, Liva Maita, Eka Maya dkk. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan.
Yogyakarta : Deepublish.

Kementrian Republik Indonesia. 2016. Stimulasi, Deteksi dan intervensi Dini


Tumbuh Kembang Anak.

Masganti Sit. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Mulya Sarana

Rizki Septiani , Susana Widyaningsih. 2016. TINGKAT PERKEMBANGAN


ANAK PRA SEKOLAH USIA 3-5 TAHUN YANG MENGIKUTI DAN
TIDAK MENGIKUTI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD). Jurnal
Keperawatan, 4(5), 114-125

Santri, A., Idriansari, A., & Girsang, B. M. (2014). FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN BAYI BERAT LAHIR
RENDAH ( AGE 1-3 YEARS ) WITH HISTORY OF LOW BIRTH
WEIGHT INFANT Bayi berat lahir rendah ( BBLR ). Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 5, 63–70.
Sembiring J Br. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra
Sekolah.Yogyakarta : Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai