Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
1. Apriliani : 19.156.04.11.002
2. Fatmawati Matcik : 19.156.04.11.008
Puji syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena atas karunianya
kami dapat mengerjakan tugas makalah ini dengan sehat serta tanpa hambatan apapun.
Shalawat berserta salam semoga seelalu tercurahkan kepada jujungan kami nabi besar
Muhammad SAW.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu syarat tugas di mata kuliah Asuhan
Kebidanan Pada Kasus Kompleks, dan dalam proses penyusunan makalah ini, kami kami
sangat berterimakasih atas bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam
kesempatan ini kami juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Dr. Lenny Irmawati S,SST.,M.Kes selaku ketua dari STIKes Medistra Indonesia.
4. Serta teman-teman semua yang kami tidak bisa sebutkan satu-persatu, Terimakasih atas
kerjasamanya dalam kelompok ini untuk menyusun makalah.
Semoga Tuhan yang Maha Esa akan memberikan balasan yang setimpal kepada semuanya.
Kami berharap makalah yang telah kami susun ini bisa memberikan sumbangsih untuk
menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata, dalam rangka perbaikan selanjutnya,
kami akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak karena kami menyadari
makalah yang telah kami susun ini memiliki banyak sekali kekurangan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Kompresi Bimanual Interna (KBI)..................................................................................................6
B. Kompresi Bimanual Eksterna (KBE).................................................................................................12
BAB III......................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian maternal terbanyak. Semua
wanita yang sedang hamil 20 minggu memiliki resiko perdarahan post partum dan
sekuelenya. Walaupun angka kematian maternal telah turun secara drastis di negara-
negara berkembang, perdarahan post partum tetap merupakan penyebab kematian
maternal terbanyak dimana-mana.
Definisi perdarahan post partum saat ini belum dapat ditentukan secara pasti.
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 100 mL setelah
persalinan Vaginal atau lebih dari 1000 mL setelah persalinan abdominal. Perdarahan
dalam) jumlah ini dalam waktu kurang dari 2Jam disebut sebagai perdarahan post partum
primer, dan apabila perdarahan ini terjadi lebih dari 2 Jam disebut sebagai perdarahan
post partum sekunder. rekuensi perdarahan post partum yang dilaporkan Mochtar,R dkk.
(1965-196) di RS. Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan-
laporan baik di negara ma)u maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar
antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh sebaran etiologi antara lain :
atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta (16-17laserasi )alan lahir
(4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%) .
4
B. Rumusan masalah
1) Apa pengertian Kompresi Bimanua Interna (KBI),Kompresi Bimanua Ekterna
(KBE)?
2) Apa Tujuan dilakukannya tindakan Kompresi Bimanua Interna (KBI),Kompresi
Bimanua Ekterna (KBE)?
3) Bagaimana penatalaksanaan Kompresi Bimanua Interna (KBI),Kompresi Bimanua
Ekterna (KBE)?
C. Tujuan
1) Mengetahui pengertian Kompresi Bimanua Interna (KBI),Kompresi Bimanua
Ekterna (KBE)
2) Mengethaui Tujuan dilakukannya tindakan Kompresi Bimanua Interna (KBI),Kompresi
Bimanua Ekterna (KBE)
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kompresi Bimanual Interna (KBI)
1. Definisi
6
lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah
perdarahan dalam kala IV lebih dari 100- 400 cc dalam 24 Jam setelah anak dan
plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 100 ml dalam
24 Jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams,1998).
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 100 ml selama atau setelah kelahiran
(Marylin E Dongoes, 2001) .
a. Atonia Uteri
b. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
1. Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
2. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
7
c. Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.
3. Patofisiologi
8
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari
rahim dan sebagian lagi belum> karena perlukaan pada )alan lahir atau karena
atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama, pembesaran
rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin
besar, persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri
juga dapat ter)adi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan
mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi
bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada
perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek. Terapi terbaik
adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan
yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami
anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan
berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar
jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum
plasenta lepas dari dinding rahim.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian
perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada
perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan
ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan
dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu
dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam
rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada
kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke
rahim atau pengangkatan rahim.
Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni
uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan
9
penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta
inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila
sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan
indikasi untuk segera mengeluarkannya.Plasenta mungkin pula tidak keluar
karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus
dikosongkan. Sehingga untuk mengatasi perdarahan tersebut diatas harus
dilakukan Kompresi Bimanual Interna.
a. Atonia Uteri :
1. Gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer).
2. Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok( tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
1. Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah )tidak lengkap dan perdarahan segera
2. Gejala yang kadang-kadang timbul : Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.
c. Inversio uterus
1. Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir ), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat.
2. Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok neurogenik dan pucat.
10
5. Standar Operasional Prosedur Kompresi Bimanual Interna
1. Bersihkan semua gumpalan darah atau selaput yang mungkin masih berada di
dalam mulut uterus atau didalam uterus. (Jangan lupa melakukan vulva
hygiene) kemudian mengosongkan kandung kencing dengan menggunakan
kateter.
2. Segera memulai kompresi bimanual interna
1) Penolong berdiri di depan vulva, oleskan antiseptic pada sarung tangan
kanan
2) Masukkan tangan kanan secara obstetric kedalam vagina
3) Kepalkan tangan
4) Tekankan tangan yang ada dalam vagina (forniks anterior) dengan mantap
pada bagian bawah uterus ( kranio anterior)
5) Hati-hatilah dalam menyingkirkan serviks yang menghalangi penekanan
6) Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus uteri
7) Lakukan kompresi dengan )alan mendekatkan telapak tangan kiri dengan
kepalan tangan pada forniks anterior/tekankan/mendekatkan tangan pada
perut dan kepalan tangan yang ada dalam vagina bersamaan.
8) Tekan tangan dengan mantap sampai perdarahan berhenti dan uterus
berkontraksi
3. Jika anda merasa uterus sudah mulai berkontraksi, maka dengan perlahan
tariklah tangan keluar, jika uterus berkontraksi teruskan pemantauan.
4. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, mintalah bantuan keluarga
untuk melakukan kompresi bimanual eksterna sementara anda memberi
injeksi metergin 0,2 mg IM dan memulai infuse IV ( RL dengan 20 IU
Oxytosin/500 cc terbuka lebar atau 60 tetes/menit)
5. Jika uterus tetap tidak berkontaksi,lanjutkan kembali KBI segera setelah anda
memberikan injeksi matergin dan memulai infuse IV.
11
B. Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)
1. Definisi
Kompresi bimanual eksterna merupakan tindakan yang efektif untuk
mengendalikan perdarahan misalnya akibat atonia uteri. Kompresi bimanual ini
diteruskan sampai uterus dipastikan berkontraksi dan perdarahan dapat
dihentikan. ini dapat di uji dengan melepaskan sesaat tekanan pada uterus dan
kemudian mengevaluasi konsistensi uterus dan jumlah perdarahan.
Penolong dapat menganjurkan pada keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksterna sambil penolong melakukan tahapan selanjutnya untuk
penatalaksanaan atonia uteri. Dalam melakukan kompresi bimanual eksterna ini,
waktu sangat penting, demikian juga kebersihan. sedapat mungkin, gantilah
sarung tangan atau cucilah tangan sebelum memulai tindakan ini. KBE menekan
uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua telapak
tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan
berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali
berkontraksi. Bila belum berhasil dilakukan kompresi bimanual internal.
12
2. Standar Operasional Prosedur Kompresi Bimanual Eksterna
Cara melakukan KBE adalah sebagai berikut :
1) Penolong berdiri menghadap sisi kanan pasien.
2) Tekan ujung jari telunjuk, tengah, dan manis satu tangan diantara simpisis
dan umbilikus pada korpus depan bawah sehingga fundus uterus naik ke
arah dinding abdomen.
3) Meletakkan sejauh mungkin telapak tangan lain di korpus uterus bagian
belakang dan dorong uterus ke arah korpus depan.
4) Menggeser perlahan-lahan ujung ketiga jari tangan pertama ke arah fundus
sehingga telapak tangan dapat menekan korpus uterus bagian depan.
5) Melakukan kompresi korpus uterus dengan jalan menekan dinding
belakang dan dinding depan uterus dengan telapak tangan kiri dan kanan
(mendekatkan tangan belakang dan depan).
6) Perhatikan perdarahan. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi
tersebut hingga uterus dapat berkontraksi dengan baik. Bila perdarahan
belum berhenti, lanjutkan pertolongan berikutnya.
7) Memberikan Ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol 600-1000 mcg per
rektal. Ergometrin tidak diberikan untuk ibu hipertensi.
8) Memasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan
Oksitosin 20 unit dalam 500 ml Ringer Laktat, habiskan 500 cc pertama
secepat mungkin.
PERALATAN
1) Sarung tangan steril
2) Cairan infuse
3) Peralatan infuse
4) Jarum infuse
5) Plester
6) Kateter urin
13
PROSUDER KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA
1) Bila mungkin mintalah bantuan seseorang
2) Cobalah massage ringan agar uterus berkontraksi
3) Periksa apakah kandung kencing penuh.jika kandung kencing
penuh,mintalah ibu untuk buang air kecil.bila tidak berhasil,pasanglah
kateter
4) Jika perdarahan tidak berhenti, lakukan kompresi bimanual eksterna.
Cara I
1) Tangan kiri menggenggam rahimdari luar dan dasar rahim,
2) Tangan kanan menggenggam rahim bagian bawah,
3) Kemudian keduatangan menarik rahim keluar dari rongga panggul,
sedangkan tangan kanan memeras bagian bawah rahim.
Cara II
1) Letakansatu tangan pada dinding perut dan usahakan sedapat mungkin
bagian belakang uterus,
2) Letakan tangan dan lain dalam keadaan terkepal pada bagian depan kurpus
uteri,
3) Kemudian rapatkan kedua tangan untuk menekan pembuluh darah ke
dinding uterus dengan jalan menjepit uterus diantara kedua tangan
tersebut.
a. Berikan 10 unit oksitoksin (syntocinon) secara IM atau melalui infuse
jika mungkin, kemudian berikan ergometrin 0,2 mg (methergin) IM,
kecuali jika ibu menderita hipertensi berat. Dapat juga diberikan 0,5
mg syntometrin IM jika ibu tidak menderita hipertensi. Jika
perdarahan berkurang atau berhenti mintalah ibu menyusui bayi.
b. Jika hal ini tidak berhasil menghentikan perdarahan dan uterus
tetap tidak berkontraksi walaupun telah di rangsang dengan
mengusap-usap perut pasanglah infuse
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kompresi bimanual interna dan eksterna dilakukan saat terjadi perdarahan.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 100-400 ml selama 24 Jam setelah
anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah
perdarahan dalam kala IV lebih dari 100- 400 cc dalam 24 Jam setelah anak dan plasenta
lahir.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://kebidanan-wh.blogspot.com/2017/01/job-sheet-penanganan-atonia-uteri.html
http://windafebrianty24.blogspot.com/2012/06/kbi-kbe-kompresi-bimanual-aorta.html
https://aniksensasi.wordpress.com/2015/06/10/askeb-komunitas-kbikbekaa
16