Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ririn Khoerunnisa

Kelas : 3 Kebidanan

MK : Kegawatdaruratan maternal dan neonatal

MANUAL PLASENTA

1. Pengertian

Retensio plasenta adalah kondisi dimana sebuah perlengketan plasenta atau

belum lahir nya sebuah plasenta lebih dari 30 menit setelah bayi dilahirkan karena

sebuah uterus yang menurun dan ber kontraksi. Dibawah ini ada faktor risiko yang

bisa mempengaruhi diantaranya : paritas, usia, jarak kehamilan, anemia, kondisi

social ekonomi, rahim yang membesar, Riwayat komplikasi pada kelahiran

sebelumnya.

Pada perdarahan post partum yang dimana keadaan dimana jumlah darah

yang keluar nya setelah melahirkan baik dalam 24 jam pertama (primer) atau lebih

dari 24 jam(sekunder) setelah melahirkan sebanyak lebih dari 500cc. Perdarahan

yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan bisa disebabkan oleh

robekan jalan lahir, atonia uteri, manual plasenta, sisa plasenta dan gangguan

pembekuan darah.

2. Jenis-jenis Manual Plasenta

Dibawah ini ada beberapa jenis dari retensio plasenta, menurut perlekatannya ada

5 jenis antara lain :

 Plasenta Akreta

Plasenta akreta merupakan sebuah implantasi jonjot korion plasenta

hingga memasuki sebagian lapisan miornetrium. Hilangnya sebuah lapisan

jaringan ikat longgar Nitabush sehingga plasenta sebagian atau seluruhnya

bisa mencapai lapisan desidua basalis. Maka itu lebih susah untuk
terlepaskan diri saat kontraksi uterus, dapat terjadi tidak diikuti perdarahan

karena sulitnya plasenta lepas. Manual plasenta lebih lanjut tidak lengkap

maka perlu diikuti dengan kuretase.

 Plasenta Inkreta

Plasenta inkreta merupakah sebuah implantasi plasenta hingga

mencapai miornetnum. Implantasi jonjot plasenta sampai mencapai otot

uterus sehingga, tidak mungkin lepas sendiri. Maka perlu dilakukan plasenta

manual, tetapi tidak akan lengkap dan harus diikuti oleh kuretase tajam dan

dalam.

 Plasenta Perkreta

Plasenta perkreta merupakan sebuah implantasi jonjot korion

plasenta yang menembus sebuah lapisan otot hingga mencapai sebuah

lapisan serosa dinding uterus. Jonjot plasenta menembus lapisan otot dan

sampai lapisan peritoneum kavum abdominalis. Retensio plasenta tidak

diikuti perdarahan, manual plasenta sangat sukar, bila ia dipaksa maka akan

terjadi perdarahan dan sulit dihentikan, atau perforasi. Tindakan definitif

yang bisa dilakukan : hanya histeroktomi. Tanda penting untuk didiagnosis

pada pemeriksaan luar yaitu ikutan fundus atau korpus apabila tali pusat

ditarik. Di dalam pemeriksaan dalam lebih susah ditentukan pada akhir

plasenta karena implantasi yang dalam.

Dibawah ini menurut Oxorn dan Forte (2010), Indikasi dilakukan histerektomi

antara lain :

a. Kehamilan selanjutnya tidak dikehendaki.

b. Perdarahan tidak terkendalikan

c. Penanganan secara konservatif tidak berhasil


d. Suppurasi intrauteri

e. Plasenta previaakreta

 Plasenta Adhesiva

Plasenta adhesive merupakan sebuah implantasi yang kuat dari jonjot korion

plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

 Plasenta Inkarseta

Plasenta inkarseta merupakan tertahannya plasenta di cavum uteri

disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

3. Penyebab Manual Plasenta

a. Sebab dari Fungsionil

1) Kontraksi uterus/His yang kurang kuat untuk melepaskan plasenta

(plasenta adhesiva )

2) Plasenta sukar terlepas karena :

 Tempatnya : insersi di sudut tuba

 Bentuknya : plasenta membranacea , plasenta amularis

 Ukurannya plasenta sangat kecil

Plasenta yang sukar terlepas karna hal di atas disebut plasenta adhesive

b. Sebab Patologanatomis

 Plasenta accrete

 Plasenta increta

 Plasenta percreta

Plasenta bisa melekat sangat erat pada sebuah dinding uterus oleh villi

korialis yang menembus kepada desidua sampai ke myometrium sampai di bawah

peritoneum sebab plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus tetapi belum

keluar disebabkan oleh tidak ada usaha untuk melahirkan karena salah

penanganan pada di kala III , maka terjadi lah lingkaran kontriksi pada bagian

bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.


a) Plasenta masih belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan

tumbuh lebih dalam. Maka bila sebuah plasenta belum lepas sama sekali

maka tidak akan ada terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah

lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan sebuah indikasi untuk

segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin tidak keluar karena kandung

kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.

Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan

retraksi otot-otot uterus akan menyelesaikan proses ini. Pada akhir sebuah

persalinan. Maka setelah berkontraksi, sel miometrium tidak akan relaksasi,

melainkan lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang

berlangsung, niometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri

mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah

tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta

berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas

dari dinding uterus.

4. Sebab dan akibat dari retensio plasenta

Dibawah ini jika pada plasenta belum lepas sama sekali, maka tidak akan

terjadi perdarahan. Tetapi jika lepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang

menyebabkan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta yang belum lepas sama

sekali dari dinding uterus karena :

 Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta

adhesiva).

 Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,

disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah

penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah

uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserio plasenta).

5. Proses Terjadinya Retensio Plasenta


Sebuah retensio plasenta akan mengganggu kontraksi otot rahim dan

menimbulkan perdarahan. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat

diperhitungkan bahwa darah penderita terlalu banyak yang hilang, keseimbangan

baru membentuk sebuah bekuan darah, sehingga perdarahan tidak akan terjadi,

sebuah kemungkinan implantasi plasenta akan terlalu dalam. Manual plasenta akan

segera dilakukan jika terdapat riwayat perdarahan yang berulang, terjadi

perdarahan post partum melebihi 400cc.

6. Tanda dan Gejala Retensio Plasenta

Tanda dan gejala yang bisa kita temui yaitu perdarahan segera, uterus akan

berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak akan berkurang.

a. Pada saat hamil

 Terlalu banyak pasien memiliki kehamilan yang normal

 Kejadian perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya

menyertai plasenta previa

 Terjadi kelahiran prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh

perdarahan

b. Persalinan kala I dan II

Hampir semua kasus proses ini berjalan normal

c. Persalinan kala III

1) Retensio plasenta menjadi ciri utama

2) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung ada pada

derajat perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter

kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual

3) Komplikasi yang sangat serius tetapi jarang dijumpai yaitu invertio uteri,

keadaan ini dapat terjadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-

usaha untuk mengeluarkan plasenta

7. Pathogenesis
Pada saat bayi dilahirkan, uterus akan secara spontan berkontraksi.

Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus akan menyelesaikan proses ini pada akhir

persalinan. Setelah berkontraksi, sel miometrium tidak akan berelaksasi, melainkan

akan menjadi lebih pendek dan tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung

berkelanjutan, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil

sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai

mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.

Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak

dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang

ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi

jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat

di uterus berada di antara serat-serat oto miometrium yang saling bersilangan.

Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini

mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.

1) Fase pengeluaran, dimana plasenta akan maju meluncur. Saat plasenta

bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil

darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa

perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan

sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase

kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta

lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya.

Pada Tanda-tanda lepasnya sebuah plasenta salah satu nya sering ada pancaran

dari darah yang secara mendadak, uterus menjadi bulat dan konsistensinya

semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah

berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah

plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh

dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau

atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya
tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang

sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan.

8. Pencegahan Retensio Plasenta

Dalam mencegah sebuah retensio plasenta bisa di cegah dengan cara

pemberian oksitosin segera setelah kelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat

segera setelah kelahiran bayi dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk

kelahiran plasenta. Upaya pencegahan yang dilakukan oleh bidan yaitu dengan

melakukan promosi untuk meningkatkan penerimaan keluarga berencana, sehingga

memperkecil terjadinya retensio plasenta, dan meningkatkan penerimaan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih pada waktu melakukan

masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta. Masase yang

tidak tepat waktu maka akan dapat mengacaukan kontraksi otot tero dan

mengganggu pelepasan plasenta,


LATIHAN SOAL

1. Pasien usia 30 th partus anak 2 pada 13.15 WIB , sudah di injeksi oksitosin 10 UI IM.

Pukul 13.20 WIB di coba untuk perengangan tali pusat terkendali, uterus kontraksi

keras, plasenta belum lepas. Pada pukul 13.25 WIB tanda pelepasan plasenta tidak

ada, Yang bisa anda lakukan adalah…

a. Manual plasenta

b. Pemberian oksitosin ke 2, 10 IU per IM

c. Ulangan ptt

d. Siapkan rujukan

e. SC

2. Seorang ibu hamil 30 th G2 P1 A0 hamil 29 minggu, datang ke BPS dengan keluhan

mengeluarkan darah banyak dari jalan lahir, merah segar, tidak di sertai nyeri perut.

Hasil pemeriksaan TD 90/60 mmHg, nadi 80 x/m, pernafasan 16 x/m, KU lemah

pucat. Apakah diagnose yang tepat untuk kasus di atas?

a. Solusio plasenta

b. Plasenta previa

c. Rupture uteri

d. Abortus imminens

e. Abortus in complete

3. Pada saat kapan dilakukannya manual plasenta ?

a.  Segera dilakukan bila terdapat riwayat perdarahan post partum berulang

b. Menunggu keputusan
c. Pada saat terjadinya kontraksi

d. Pada saat lahirnya bayi

e. Pada saat semuanya lengkap

4. Apa Penyebab plasenta menempel pada dinding rahim?

a. Terjadi karena adanya jaringan parut setelah operasi caesar atau operasi

lainnya pada Rahim

b. Terjadi karena adanya kontraksi uterus

c. Terjadi karena terlalu lama bayi didalam

d. Terjadi karena ketuban terlalu lama pecah

e. Terjadi karena terlalu lama pembukaan

5. Apakah bidan bisa melakukan manual plasenta ?

a. Tidak

b. Iya bisa

c. Tergantung kondisi

d. Hanya menjadi asisten dokter

e. Hanya pendamping
Daftar pustaka

Marmi .2012. Intranatal Care.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Medicaldokter.blogspot.com.2012.Retensio plasenta.diakses pada tanggal 3 Maret 2015

Prawiharjo, Sarwono.2009.pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal..jakarta:PT.Bina

Pustaka

Sumarah,dkk.2009.perawatan ibu bersalin.Yogyakarta:fitramaya

Anda mungkin juga menyukai