PEMBAHASAN
Denifisi Retensio Plasenta
MenurutSarwonoPrawirohardjo:Retensioplasentaadalahtertahannya
ataubelumlahirnya
plasentahinggaataumelebihiwaktu30menitsetelahbayilahir. Pada beberapa
kasus dapat terjadi retensio plasenta (hbitual retensio plasenta). Plasenta
harus dikluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,infeksi
karena banda mati,dapat terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi polip
plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma.(Rukiyah 2010).
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan
menimbulkan hemorrhageyang tidak tampak, dan juga disadaripada
lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan kluarnya plasenta
yang diharapkan. Beberapa ahli menangani setelah 5 menit kabanyakn
bidan akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar
sebelummenyebutnya tertahan.( varney 2007).
Retensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum
lahirnya plasenta Hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.
(Taufan Nugroho, 2011:158).
Retensio Plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30
menit (Manuaba, 2007)
Fisiologi plasenta
Klasifikasi Retensio Plasenta merupakan proses fisiologis yang
terjadi di dalam kehamilan akibat deposisi kalsium pada plasenta. Selama
kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat dari pada pertumbuhan
plasenta. Sampai usia kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar
¼ luas permukaan myometrium dan ketebalannyatidak lebih dari 2-3 cm,
menjelang kehamilan aterm plasenta menempati sekitar ⅛ luas
permukaan myometrium, dan ketebalanya dapat mencapai 4-5 cm.
Ketebalan plasenta yang normol jarang melebihi 4 cm, plasenta yang
menebal (plasentomegali) dapat dijumpai pada ibu yang menderita
diabetus melitus , ibu anemia (Hb < 8 g%), hidrop fetalis, tumor plasenta,
kelainan kromoson, infeksi (sifilis, cmv) dan perdarahan
plasenta. Plasenta yang menipis dapat dapat di jumpai pada pre
eklamsia, pertumbuhan janin terhambat (PJT), kelainan kromoson.
Batasan minimal plasenta 1,5 -2,5 cm.
Etiologi
Etiologidasarmeliputi:
a) Faktor maternal
a. Gravidaberusialanjut
b. Multiparitas
b) Faktor Uterus
a. Bekas sectio caesaria, plasenta sering tertanam pada jaringan
cicatrik
b. Bekas pembedahan uterus
c. Abnormali uterus
d. Kontraksi uterus tidak efektif
e. Bekas curetage uterus,yang terutama dilakukan setelah
abortus
f. Pembentukan kontraksi ringan
g. Bekas Endometritis
c) Faktor plasenta
a. Plasenta previa
b. Implantasi comeal
c. Plasenta akreta
d. Kelainan bentuk plasenta
Sebab-sebabnyaplasentabelumlahir
a) plasentabelumlepasdaridindinguterus
b) plasentasudahlepas,akantetapi belumdilahirkan ( di sebabkan oleh
karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III).
c) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
d) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis
menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah
peritoneum (plasenta akreta dan perkreta)
Tabel 1
Gambaran dugaan penyebab retensio plasenta
Gejala Separasi/akreta Plasenta Plasenta akreta
parsial inkarsereta
Konsistensi uterus kenyal Keras cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat sepusat
Bentuk uterus diskoid Agak glober Diskoid
Perdarahan Sedang - banyak Sedang Sedikit/ tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Tejulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
Syok sering Jarang Jarang sekali
Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain
infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang
dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps
sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila
ditemukan plasenta akreta.
Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki
miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan
antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini
tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan
disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta
sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan
dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam
uterus.
pemeriksaan penunjang
Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin
(Hb) danhematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia,
serta jumlah leukosit. Padakeadaan yang disertai dengan infeksi,
leukosit biasanya meningkat.
Menentukanadanya gangguan koagulasi dengan hitung protro
mbin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau
yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT).
Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang
disebabkan oleh faktor lain.
Penatalaksanaan Retensio Plasenta Secara umum
Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang di ambil.
1) Jika plasenta terlihat pada vagina, minta ibu untuk mengajan, jika
anda dapat merasakan adanya plasenta dalam vagina , keluarkan
plasenta tersebut
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong.jika di perlukan, lakukan
kateterisasi kandung kemih
3) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM, jika
belum dilakukan dalam penanganan aktif kala tiga.
4) Jangan berikan ergometrin karena dapat menyebabkan kontraksi
yang tonik yang dapat memperlamabat pengeluaran plasenta.
5) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit maka pemberian
oksitosin maka dan uterus berkontraksi, lakukan penarikan tali
pusat terkendali
6) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil maka, cobalah
untuk mengeluarkan plasenta secara manual, jika perdarahan terus
berlangsung lakukan uji permbekuan darah sederhana. Kegagalan
terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukan koagulapati
7) Jika terdapat tanda tanda infeksi (demam, secret vagina yang
berbau) berikan antibiotik untuk metritis.
8) Sewaktu suatu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal
, akan menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi
secara efektif
9) Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi
manual uterus menggunakan teknik yang serupa dengan teknik
yang digunakan untuk mengeluarkna plasenta yang tidak keluar
10) Kelaran sisa plasenta dengan tangan,cunam ovum atau kuret
besar.
11) Jika perdarahan lanjut lakukan uji pembekuan darah.
PLASENTA AKRETA
Faktor predisposisi syok neurogenik akibat traksi jenis & uji silang da
PLASENTA AKRETA
Eksplorasi
[Tertanam s
[HISTEREKTOMI]
[UTEROTONIKA OBSERVASI
Penatalaksanaan Retensio Plasenta
Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta sebaiknya
bidan harus mengambi beberapa sikap dalam menghadapi kejadian
retensio plasenta yaitu :
12) Sikap umum bidan melakukan pengkajian data secara subyekitf dan
obyektif antara lain :
a. keadaan umum penderita,
b. Apakah ibu anemis,
c. Bagaimana jumlah perdarahannya,
d. keadaan umum penderita,
e. keadaan fundus uteri,
f. mengetahui keadaan plasenta,
g. apakah plasenta inkaserata,
h. melakukan tes plasenta dengan metode kustner, metode klein,
metode strastman, metode manuaba,
i. memasang infus dan memberikan cairan pengganti.
13) Sikap khusus bidan pada kejadian retensio plasenta atau plasenta
tidak keluar dalam waktu 30 menit bidan dapat melakukan tindakan
manual plasenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau melepas
plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat
implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri
(Depkes, 2008).
14) Prosedur palsenta manual dengan cara :
Catatan :Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama
tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena
hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).
Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian
lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal
tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi
uterotonika tambahan (misoprostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk
ke fasilitas kesehatan rujukan.
Indikasi melakukan plasenta manual
o Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
o Riwayat HPP habitualis
o Post operasi
o Transvaginal
o Transabdominal
o Penderita dalam keadaan narkosa atau anesthesi umum.
Komplikasi plasenta manual
Komplikasi plasenta manual diantaranya :
o Perforasi karena tipisnya tempat implantasi palsenta
o Meningkatnya kejadian infeksi asenden
o Tidak berhasil karena perlekatan plasenta, dapat menimbulkan
RETENSIO PLASENTA
Plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir
Sikap bidan
Evaluasi sebabnya
Konsultasi dengan: puskesmas dan dokter jaga
Merujuk ke Pkm atau Rs
Plasenta manual Retensio plasenta tanpa perdarahan
Perdarahan terlalu banyak
Komplikasi Tindakan diKeseimbangan
rumah sakitbekuan darah di tempat
Atonia Uteri
Perbaikan keadaan Umum infus transfusi
plasenta lepas otic
Perforasi
Tindakaantibi n plasenta manual
Perdarahan terus Jika perlekatan erat persiapan merujuk
Histrektomi
penderita
Tamponade gagal
( segera merujuk penderita ke RS) Infus cairan pengganti
Petugas untuk pertolongan darurat
Keluarga untuk donor darah
Upaya preventif Retensio plasenta
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah
dengan :
promosi untuk meningkatkan penerimaan keluarga
berencana, sehingga memperkecil terjadinya retensio
plasenta
meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih pada waktu melakukan
pertolongan persalinan
Pada kala tiga tidak diperkenankan untuk melakukan massase
dengan tujuan mempercepat preses persalinan plasenta.
Massase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan
kontraksi otot rahim dan menggangu perlepasan plasenta
1) Di tempat bidan
Setelah dapat memastikan bahwa keadaan umum pasien segera
memasang infus dan memberikan cairan , merujuk penderita ke
pusat dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan perawatan
penganan lebih baik memberikan tranfusi proteksi dengan antibiotik
mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam pengaruh
narkosa.
2) Tingkat polindes
Penanganan retensio plasenta dari tingkatan desa sebelumnya
persiapan donor darah yang tersedia dari warga setempat yang telah
dipilih kecocokan nya dengan penderita . diagnosis yang dilakukan
plasenta manual untuk kasus adhesiva simpleks berikan uterotonika
antibiotika serta rujuk ke kasus berat.
3) Tingkat puskesmas
Diagnosis dilakukan stabilisasi kemudian lakukan plasenta manual
untuk kasus resiko rendah rujuk kasus berat dan berikan uterotonika
antibiotika
4) Tingkat rumah sakit
Diagnosis stabilisasi plasenta manual histerektomi transfusi
uterotonika antibiotika kagawadaruratan komplikasi