Anda di halaman 1dari 4

1

Giant Endometrial Polyp In Postmenopausal Woman Without


Any Complaints: A Case Report

Polip Endometrium Raksasa pada Perempuan Post-Menopause


Tanpa Keluhan: Sebuah Laporan Kasus

Mehmet Kulhan, Nur Gozde Kulhan, Umit Arslan Nayki, Cenk Nayki, Ulug

Abstrak
Polip endometrium merupakan penyebab yang paling sering ditemukan baik pada
perempuan premenopause maupun postmenopause. Polip endometrium merupakan
perkembangan hiperplastik kelenjar dan stroma endometrium yang terproyeksi ke
permukaan endometrium, dapat bersifat asimtomatis. Kebanyakan polip bersifat jinak,
tetapi beberapa perempuan memiliki polip ganas. Polip dapat tunggal maupun multipel
dengan ukuran beragam dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Polip
endometrium raksasa berhubungan dengan penggunaan tamoxifen dan raloxifen. Dalam
jurnal ini penulis akan mempresentasikan polip endometrium raksasa pada perempuan
post-menopause tanpa keluhan dan penggunaan obat maupun hormon.

Kata Kunci: polip endometrium, penyakit endometrium uterus, tatalaksana,


penanganan.

1. Pendahuluan
Polip endometrium merupakan penyebab yang paling sering ditemukan
baik pada perempuan premenopause maupun postmenopause. Polip endometrium
merupakan perkembangan hiperplastik kelenjar dan stroma endometrium yang
terproyeksi ke permukaan endometrium, dapat bersifat asimtomatis. Kebanyakan
polip bersifat jinak, tetapi beberapa perempuan memiliki polip yang bersifat
ganas. Perkembangan hiperplastik pada kelenjar dan stroma endometrium
terlokalisir sekitar inti pembuluh darah sehingga membentuk proyeksi sessile atau
bertangkai pada permukaan endometrium, kadang-kadang didapati jaringan otot
polos, polip dapat berbentuk tunggal maupun multipel dengan diameter beragam
dari beberapa milimeter menjadi beberapa sentimeter.
Polip dapat terbentuk di bagian mana saja di rongga uterus, beberapa
mekanisme molekuler telah dipertimbangkan mengenai perannya dalam
perkembangan polip endometrium, diantaranya hiperplasia endometrium
monoklonal, ekspresi berlebihan aromatase endometrium, dan mutasi genetik.
Seperti leimyoma uterus, polip memiliki karakteristik tersendiri dalam perubahan
2

sitogenetik. Prevalensi malignansi dengan polip endometrium adalah 1-3%, risiko


malignansi diantaranya penuaan, obesitas, hipertensi arterial, post-menopause,
dan penggunaan tamoxifen. Perkembangan polip endometrium dipengaruhi oleh
terapi estrogen yang tidak seimbang, estrogen-like effect, dan ketidakseimbangan
estrogen dengan progestin. Frekuensi terjadinya polip dengan karakteristik
multipel, besar, dan fibrotik meningkat setelah penggunaan tamoxifen, bahkan
dalam penelitian sebelumnya disebutkan polip endometrium raksasa berhubungan
dengan penggunaan tamoxifen dan raloxifen. Dalam jurnal ini penulis akan
mempresentasikan polip endometrium raksasa pada perempuan post-menopause
tanpa keluhan dan penggunaan obat maupun hormon

2. Presentasi Kasus
Telah datang pasien perempuan, 63 tahun, G5P4, untuk pemeriksaan
ginekologi karena pasien telah mengalami menopause, pasien datang tanpa
keluhan, pasien memiliki riwayat cholesistektomi yang dilakukan 16 tahun lalu,
riwayat penggunaan obat khususnya derivat hormon tidak ada, riwayat menstruasi
terakhir 20 tahun yang lalu, pasien memiliki riwayat hipertensi ringan yang
diobati dengan satu jenis obat antihipertensi, riwayat ginekologi tidak jelas, IMT
pasien 30KG/m2, pada pemeriksaan fisik dan pelvic tidak dijumpai kelainan.
Tebal dinding endometrium diukur menggunakan USG transvaginal dengan hasil
tebal 32mm, batas endometrium heterogen dan irreguler. USG dengan saline
dilakukan dan menunjukkan hasil polip endometrium dengan ukuran 38 x 32 mm
memenuhi seluruh rongga endometrium. Pada skrining metastase melalui CT-scan
didapati massa heterogen berdiameter 40 x 30 cm di rongga uterus, pada
pemeriksaan histopatologi pre-operatif didiagnosa jinak (benign).
Prosedul bedah direncanakan dan akan dilakukan histerektomi karena
diduga Ca endometrium, pasien dikonsulkan pemeriksaan patologi intraoperatif,
hasilnya pada lesi massa dilaporkan cocok dengan polip endometrium.
3

3. Diskusi
Polip endometrium raksasa merupakan jenis yang jarang ditemukan pada
polip. Dalam literatur sampai saat ini hanya beberapa kasus saja yang dilaporkan
dan semuanya berhubungan dengan penggunaan tamoxifen dan raloxifen. Polip
endometrium mengeluarkan reseptor estrogen dan progesteron, namun ada
beberapa studi yang tidak menyatakan hal demikian, dan hal tersebut penting
dalam patogenitas polip. Kebanyakan faktor risiko polip endometrium
berhubungan dengan level atau aktivitas endogen dan eksogen estrogen.
Polip berkembang dalam 2% hingga 36% pada perempuan post
menopause yang menggunakan tamoxifen, polip pada populasi perempuan
tersebut menunjukkan bentuk besar (>2mm), multipel, dan didapati perubahan
molekuler. Data dari penelitian random-trial pada perempuan postmenopause
yang sedang melakukan chemoprophylaxis kanker payudara menunjukkan
insidensi polip yang tinggi pada penggunaan tamoxifen dibandingkan raloxifen.
Polip endometrium juga berhubungan dengan obesitas, pada penelitian
retrospektif-cohort dengan menggunakan 223 perempuan yang menjalani
fertilisasi in vitro, didapati hasil pada perempuan dengan IMT > 30 memiliki rasio
lebih tinggi munculnya polip dibandingkan perempuan dengan IMT sebaliknya
(52% banding 15%); namun data ini tidak bisa menggambarkan keadaan
perempuan lainnya.
Terapi hormon post-menopause memiliki hubungan dengan polip
endometrium, khususnya regimen estrogen dosis tinggi dan/atau progestin dengan
aktivitas antiestrogen rendah. Penulis melaporkan kasus polip endometrium
raksasa tanpa disertai gejala tidak berhubungan dengan penggunaan obat,
khususnya derivat hormon seperti tamoxifen. Polip endometrium yang simtomatis
seharusnya dibuang. Tujuan dari polipektomi adalah untuk mengurangi keluhan
dan mendeteksi keganasan, karena biasanya polip simtomatik bersifat maligna,
penanganan polip asimtomatis disesuaikan berdasarkan keganasan dan
pembungan polip mempertimbangkan infertilitas.
4

Belum ada data dari penelitian random-trial mengenai panduan terapi


polip asimtomatis, penulis melakukan histerktomi karena kecurigaan Ca
endometrium.
Sebagai kesimpulan, polip endometrial merupakan penyebab tersering
perdarahan vagina abnormal pada perempuan premenopause maupun
postmenopause, dapat bersifat asimtomatis. Kebanyakan polip endometrium
bersifat jinak, namun pada beberapa perempuan bersifat ganas. Polip
endometrium berkemungkinan ganas lebih tinggi pada perempuan postmenopause
dengan gejala perdarahan, begitu juga dengan perempuan premenopause dengan
polip disertai gejala juga membutuhkan pembuangan polip. Penulis menyarankan
pembuangan polip asimtomatis pada perempuan premenopause dengan faktor
risiko hiperplasia endometrium atau kanker.
Polipektomi merupakan pilihan pada perempuan dengan polip >1,5cm,
multipel, prolaps, atau pada perempuan infertil. Pada perempuan postmenopause
maka disarankan pembuangan seluruh polip atau histerektomi.

Anda mungkin juga menyukai