Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ABORTUS INKOMPLIT
Di IGD PONEK RSUD Dr. H MOCH ANSARI SALEH
BANJARMASIN

Disusun Oleh :
LINA RAHMAWATI PO.62.24.2.17.365
MARISKA NISSA A PO.62.24.2.17.367
MAULIDA KUNTIARI PO.62.24.2.17.368
MEILISAE PO.62.24.2.17.369
NOVIA ALVIONITA PO.62.24.2.17.373
TERESIA MONICA PO.62.24.2.17.391

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


PRODI DIV KEBIDANAN REGULER IV
2019
LAPORAN KASUS
ABORTUS INKOMPLIT
Di IGD PONEK RSUD Dr. H MOCH ANSARI SALEH
BANJARMASIN

Disusun Oleh :
LINA RAHMAWATI PO.62.24.2.17.365
MARISKA NISSA A PO.62.24.2.17.367
MAULIDA KUNTIARI PO.62.24.2.17.368
MEILISAE PO.62.24.2.17.369
NOVIA ALVIONITA PO.62.24.2.17.373
TERESIA MONICA PO.62.24.2.17.391

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


PRODI DIV KEBIDANAN REGULER IV
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunianyalah laporan yang berjudul laporan kasus abortus inkomplit di IGD
PONEK RSUD Dr. H Moch Ansari Saleh Banjarmasin ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Dalam laporan ini tentu saja masih terdapat banyak kekurangan baik dalam segi
penulisan maupun isinya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini kedepannya,
Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada CI lahan IGD PONEK Ibu
Hj. Risa Enycosia, SST juga pada Ibu Dosen Pembimbing DIV Kebidanan dan bergbagai
pihak yang telah turut serta membantu pembuatan makalah ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk penulis juga pembaca.

Banjarmasin, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………1
B. Tujuan……………………………………………………………….1

BAB II LANDASAN TEORI


A. Konsep Dasar………………………………………………………..2
B. Patofisiologis………………………………………………………..8
C. Perubahan Psikologis……………………………………………….8
D. Penatalaksanaan / Penanganan……………………………………...8
E. Deteksi Dini Komplikasi…………………………………………....9

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Data……………………………………………………10
B. Interpretasi Data Dasar…………………………………………….13
C. Antisipasi Masalah Potensial………………………………………14
D. Tindakan Segera dan Kolaborasi…………………………………..14
E. Intervensi…………………………………………………………..14
F. Implementasi………………………………………………………15
G. Evaluasi……………………………………………………………16

BAB IV PEMBAHASAN
A. Kesenjangan Antar Teori dan Praktik…………………………….. 17
B. Faktor Penghambat ………………………………………………..17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan………………………………………………………..18
B. Saran……………………………………………………………....18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia
kehamilan kurang dari 20 minggu. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu abortus imminens (threatened
abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus
komplit, missed abortion,abortus habitualis (recurrent abortion), abortus
servikalis, abortus infeksiosus, dan abortus septik.
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering
yang terjadi pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari
kehamilan yang ditemukan. Namun angka kejadian abortus sangat tergantung
kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita
yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan
berakhir dengan kelahiran hidup.
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana
pada wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah
50%. Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.
Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam
keselamatan ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan
kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus
inkomplit dapat mengalami guncangan psikis tidak hanya pada ibu namun juga
pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan anak.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu kebidanan yang diperoleh selama
pendidikan dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
abortus inkomplit dengan penerapan manajemen kebidanan.
2. Mahasiswa mampu menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek
pada kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit .
3. Mahasiwa mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada kasus ibu
hamil dengan abortus inkompilt.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel, disertai atau
tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai
penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau berat
janin kurang dari 500 gram.
Hingga saat ini terdapat berbagai klisifikasi abortus, berikut ini akan
disampaikan dua jenis klasifikasi abortus berdasarkan atas terjadinya/legalitas
dan klinis.
a. Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya, tanpa
provokasi dan intervensi.
2) Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi karena
diprovokasi, yang dibedakan atas:
a) Abortus provokatus terapeutikus, yaitu abortus yang dilakukan atas
indikasi medis dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan ibu
dan atau janin.
b) Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa
indikasi medis.
b. Menurut klinis:
1) Abortus Iminens
Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus
dan tanpa adanya dilatasi seviks.
2) Abortus insipiens.
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat,
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi
lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum disusul
dengan kerokan.
3) Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan

2
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak
sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum
sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
4) Abortus komplit
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikerjakan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup dan
uterus sudah banyak mengecil.
5) Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut
6) Abortus infeksiosus
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia.
Diagnosis ditegakkan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda
infeksi alat genitalia, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam
yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan
leukositosis.
7) Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi


pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di
dalam uterus.
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun
demikian disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah
sakit dengan perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden
abortus spontan secara umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh
kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama
kehamilan dan angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur
kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom menyebabkan sekurang-
kurangnya separuh dari abortus pada trimester pertama, kemudian menurun
menjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga.

3
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya
paritas di samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Insiden
abortus bertambah pada kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan.
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus
tidak selalu tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh
abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu,
dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.
1. Paritas
Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu usia kehamilan, dan
sekurangnya separuh disebabkan oleh kelainan kromosom. Resiko
terjadinya abortus spontan meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah paritas, sama atau seiring dengan usia maternal dan paternal
Penelitian pada jumlah paritas yang > 2(1-3) pada 567 pasien dijumpai
sekitar 48,4% mengalami abortus sedangkan pada kelompok paritas 4-
6 pada 413 pasien dijumpai kejadian abortus sekitar 33,7%.
2. Usia
Usia mempengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia di bawah
20 tahun dan diatas 35 tahun, kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-
30 tahun dan abortus dapat terjadi pada usia muda, karena pada usia
muda/remaja, alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk
hamil.
Frekuensi abortus bertambah dari 12 % pada wanita 20 tahun, menjadi
26 % pada wanita diatas usia 40 tahun. Penyebab keguguran yang lain
adalah kelainan sitogenetik. Kelainan sitogenetik embrio biasanya
berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadik, misalnya
nondijunction meiosis atau poliploidi dari fertilisasi abnormal.
Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester
pertama berupa trisomi autosom. Triploidi ditemukan pada 16 %
kejadian abortus, dimana terjadi fertilisasi ovum normal haploid oleh
2 sperma sebagai mekanisme patologi primer. Trisomi timbul akibat
dari nondisjunction meiosis selama gametogensis. Insiden trisomi
meningkat dengan bertambahnya usia.
3. Faktor Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan
terutama abortus rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan

4
genetik menjadi penyebab 70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10
minggu, dan 5% setelah 12 minggu. Kelainan ini dapat disebabkan
faktor maternal maupun paternal. Gamet jantan berkontribusi pada
50% material genomik embrio. Mekanisme yang dapt berkontribusi
menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan kromosom sperma,
kondensasi kromatin abnormal, fragmentasi DNA, peningkatan
apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal. Sekitar 42% struktur
vili korionik abnormal akibat gangguan genetik.
4. Gangguan plasenta
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun
kelainan perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang
berperan sebagai unit fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen
dan nutrisi pada fetus. Penelitian histologi Haque, et al. pada 128 sisa
konsepsi abortus, ditunjukkan bahwa 97% menunjukkan vili plasenta
berkurang, 83% vili mengalami fibrosis stroma, 75% mengalami
degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan pembuluh
darah. Inflamasi dan gangguan genetik dapat menyebabkan aktivasi
proliferasi mesenkim dan edema stroma vili. Keadaan ini akan
berlanjut membentuk sisterna dan digantikan dengan jaringan fibroid.
Pada abortus, pendarahan yang merembes melalui desidua akan
membentuk lapisan di sekeliling vili korionik. Kemudian, material
pecah dan merangsang degenerasi fibrinoid.
5. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan
yang timbul dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita
yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan
intrauteri. Miomektomi sering mengakibatkan jaringan parut uterus
yang dapat mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya, sebelum
atau selama persalinan. Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom
Ashennan) paling sering terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus
yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula akibat
komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi
endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini
mengakibatkan amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi

5
akibat endometrium yang kurang memadai untuk mendukung
implatansi hasil pembuahan.
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk
mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun
struktur pada serviks. Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan
abortus pada trimester kedua dengan insidensi 0,5-8%. Keadaan ini
juga dapat menyebabkan hilangnya barrier mekanik yang memisahkan
kehamilan dari flora bakteri vagina dan kebanyakan asimptomatik.
Serviks merupakan barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari
flora bakteri vagina.
6. Kelainan endokrin
a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan
suatu keadaan dimana korpus luteum mengalami kerusakan
sehingga produksi progesteron tidak cukup dan mengakibatkan
kurang berkembangnya dinding endometrium.
b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan
hiperandrogenemia
Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan
abortus. Dua mekanisme yang mungkin menyebabkan hal
tersebut terjadi adalah peningkatan hormon LH dan efek
langsung hiperinsulinemia terhadap fungsi ovarium.
c. Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut
dari korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan
kenaikan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi
mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara
teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan
demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
d. Kelainan Imunologi
Alloimunitas (perbedaan imunologi antara individu) telah
diajukan sebagai faktor antara pasangan subur yang
menyebabkan abortus yang tidak dapat dijelaskan dengan alasan
lain. Selama kehamilan normal, sistem imunologi ibu dianggap
dapat mengenali suatu antigen janin semialogenetik 50% bersifat

6
”non-self” dan kemudian menghasilkan faktor “pemblokade” ini
yang dipercaya berperan penting dalam proses terjadinya abortus
(Tulandi & Al-Fozan, 2016).
7. Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam
terjadinya abortus spontan. yang jelas, translokasi kromosom pada
sperma dapat menyebabkan abortus. Adenovirus atau virus herpes
simpleks ditemukan pada hampir 40% sampel (Smith, 2015).
Kandungan prostaglandin dalam sperma juga menjadi salah satu
penyebab abortus spontan karena merangasang kontraksi uterus.
8. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia,
tetapi hal ini tidak umum terjadi. Organisme seperti Treponema
pallidum, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorhoeae,
Streptococcus agalactina, virus herpes simpleks, sitomegalovirus,
Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab abortus.
Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan abortus. Isolasi
Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari 4 traktus
genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah
menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma
yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari
kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan
penyebab utama.
9. Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
keadaan ibu misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis
jarang menyebabkan abortus. Hipertensi jarang disertai dengan abortus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi keadaan ini dapat
menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Pada saat ini,
hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan
abortus.
10. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak
kasus yang tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang

7
paling banyak adalah jatuh sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan
menyebabkan abrupsio plasenta, pendarahan fetomaternal, rupture
uteri, trauma janin langsung.
11. Faktor Lingkungan
Abortus yang disebabkan oleh banyak faktor lingkungan yang
biasanya dikarenakan konsumsi zat yang membahayakan kehamilan
seperti kafein, tembakau, alkohol, dan narkotika.

B. Patofisiologis
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vili korialis belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus desidua
lebih dalam dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga
dapat menyebabkan banyak pendarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas,
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul setelah
beberapa waktu kemudian adalah plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta
segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniatur (Yulaikha, 2015:75).

C. Perubahan Psikologis

Reaksi psikologis wanita terhadap keguguran bergantung konstitusi


psikisnya sendiri.
Abortus sendiri menimbulkan Sindrom Pasca-Abortus yang meliputi
menangis terus-menerus, depresi berkepanjangan, perasaan bersalah,
ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri, kesedihan mendalam, amarah,
kelumpuhan emosional, problem atau kelainan seksual, kekacauan pola makan,
perasaan rendah diri, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, mimpi-
mimpi buruk dan gangguan tidur lainnya, dorongan untuk bunuh diri, kesulitan
dalam relasasi, serangan gelisa dan panik, serta selalu melakukan kilas balik.

D. Penatalaksaan / Penanganan
Sebelum penanganan sesuai klasifikasinya, abortus memiliki penanganan
secara umum antara lain:
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekann darah, pernapasan, suhu).
b. Pemeriksaan tanda-tanda syok (akral dingin,pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak

8
terlihat tanda-tanda syok, tetap fikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
c. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikut kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
1. Ampisilin 2 g lV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam.
2. Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
3. Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
d. Segerah rujuk ibu ke rumah sakit.

Penanganan Abortus inkomplit adalah begitu keadaan hemodinamik


pasien sudah dinilai dan pengobatan dimulai, jaringan yang tertahan harus
diangkat atau perdarahan akan terus berlangsung. Oksitosik (oksitosin 10
IU/500ml larutan dekstrosa 5% dalam larutan RL IV dengan kecepatan kira-kira
125 ml/jam) akan membuat uterus berkontraksi, membatasi perdarahan,
membantu pengeluaran bekuan darah atau jaringan dan mengurangi
kemungkinan perforasi uterus selama dilatasi dan kuretase.

E. Deteksi Dini Komplikasi


Pada kasus perdarahan awal kehamilan yang harus dilakukan adalah
memastikan arah kemungkinan keabnormalan yang terjadi berdasarkan hasil
tanda dan gejala yang ditemukan, yaitu melalui :
a. Anamnesa
- Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu).
- Adanya kram perut atau mules daerah atas sympisis, nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
- Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi.
b. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik di dapat:
- Biasanya keadaan umum (KU) tampak lemah.
- Tekanan darah normal atau menurun.
- Denyut nadi normal, cepat atau kecil dan lambat.
- Suhu badan normal atau meningkat.
- Pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dar]i usia kehamilan.
c. Pemeriksaan ginekologi
Hasil pemeriksaan ginekologi didapat:
Inspeksi vulva untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau
tanpa jaringan hasil konsepsi.
- Pemeriksaan pembukaan serviks.
- Inspekulo menilai ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri,
ostium uteri terbuka atau tertutu, ada atau tidaknya jaringan di
ostium.
- VT Vagina Toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau
sudah tertutup teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, tidak
nyeri adneksa, kavum doglas tidak nyeri.
d. Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi (USG) oleh dokter
(Irianti, 2014: 76-77).

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS


PADA NY. R UMUR 38 TAHUN GIII PII A0 UK 13 MINGGU DENGAN ABORTUS
INKOMPLIT
DI IGD PONEK RSUD. Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

A. PENGKAJIAN DATA
Tanggal / Jam : 12 September 2019 / 19.00 WITA

1. IDENTITAS/BIODATA

Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. S


Umur : 38 th Umur : 37 th
Suku Bangsa : Dayak Suku Bangsa : Dayak
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Handil Mareh, Alamat : Ds. Handil Mareh,
Kapuas Kapuas

2. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)

Tanggal : 12 September 2019 Pukul : 19.00 WITA


1. Kunjungan Ke : 1 (Pertama)
2. Alasan Kunjungan / Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 3 bulan, ada keluar darah berwarna merah
kehitaman bergumpal-gumpal sejak pukul 2 siang, dirumah sudah 3x
ganti pembalut, dijalan darah merembes. Ibu merasa sangat lemah

3. Riwayat Psikologi
a. Kehamilan ini : Direncanakan dan diterima sangat baik oleh keluarga.
b. Perasaan tentang kehamilan ini : Ibu dan keluarga merasa senang.
c. Emosional ibu saat pengkajian : Ibu merasa cemas dengan
keadaannya.
d. Jenis kelamin yang diharapkan : ibu dan keluarga tidak
mempermasalahkan jenis kelamin anaknya.
e. Status perkawinan : Kawin Pertama
- Umur Ibu saat menikah : 25 Tahun
- Umur suami saat menikah : 24 Tahun
- Lama pernikahan : 13 Tahun
- Jumlah anak hidup : 1 Orang
- Jumlah abortus : Tidak Ada

10
f. Perilaku Kesehatan

10
- Merokok : Tidak
- Alkohol : Tidak
- Narkoba : Tidak
g. Riwayat Obstetri
Riwayat Menstruasi
- Menarche : 12 Tahun
- Siklus : Sebulan 2x Teratur
- Lamanya : 2-3 Hari
- Banyaknya : sehari 2x-3x ganti pembalut (40cc-60cc)
- Sifat Darah : Encer
- Warna Darah : Merah

Riwayat Kehamilan
- HPHT : 10 juni 2019
- TP : 17 Maret 2020
- Keluhan-Keluhan :Trimester 1 : Tidak Ada
Trimester 2 : Perdarahan dan nyeri
perut bagian bawah

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu


G3 P2 A0
Tgl Penyulit
Hamil Ke UK BBL JK Jenis Persalinan Penolong Ket
Lahir Kehamilan
1 Aterm 2010 - P Spontan Pervaginam - DK Hidup
2 Aterm 2016 - L Spontan Pervaginam - DK
3 Sekarang

5. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan selama 3 tahun
untuk menjarangkan kehamilan pertama dan kedua, dan tidak
menggunakan KB untuk menjarangkan kehamilan kedua dan ketiga

6. Riwayat Kesehatan

Penyakit Ibu Dari Pihak Keluarga


Jantung - -
Hepar - -
Ginjal - -
Hipertensi - -
DM - -
Asma - -
HIV/AIDS - -
PMS - -
Hepatitis - -
Campak - -
Malaria - -

7. Riwayat Kebiasaan

11
a. Makan : 3x sehari.

11
b. Eliminasi : BAB 1x Sehari, BAK 7x-8x Sehari.
c. Hygiene : Mandi, Ganti Baju, Sikat Gigi 2x sehari, keramas 2hari
sekali.
d. Aktivitas : Melakukan pekerjaan rumah tangga dan bekerja di
ladang.
e. Istirahat : Malam ±8 jam, Siang ±1 jam
f. Seksualitas : Ibu mengatakan terakhir berhubungan kemarin.

8. Riwayat Imunisasi
TT : Tidak Dapat

3. PEMERIKSAAN FISIK (DATA SUBJEKTIF)


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Sangat Lemah
Kesadaran : Compos Mentis

2. Tanda Tanda Vital


TD : 90/60 mmHg
N : 76 x/m
R : 20 x/m
S : 35,4 x/m

3. BB Sekarang : 46 kg
BB Sebelum Hamil : 45 kg
TB : 155 cm
LILA : 21 cm

4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, rambut bersih, tidak rontok dan tidak ada
massa, benjolan dan nyeri tekan
Wajah : sedikit pucat, tidak ada oedema dan cloasma
gravidarum.
Mata : Kongjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Bersih, pendengaran baik
Hidung : Bersih, tidak ada nyeri tekan dan polip
Mulut : Bibir pucat dan kering, tidak ada stomatitis, tidak ada
caries pada gigi.
Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, kelenjar
limfe dan vena jugularis.
Dada : Payudara simetris kiri dan kanan, putting susu
menonjol, hiperpigmentasi areola mammae, tidak ada
massa, benjolan dan nyeri tekan.
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tampak linea nigra,
tinggi fundus tidak teraba, terdapat nyeri tekan di
simpisis.
L1 : Teraba Ballotement
L2 : - L3 : - L4 : -

12
Genitalia : Tidak ada varices, pembengkakan kelenjar bartholini,
dan oedema. Ada pengeluaran darah merah kehitaman
menggumpal banyaknya sedang.
Ekstremitas : Atas, simetris, telapak tangan pucat, akral dingin.
Bawah, simetris, tidak ad avarices dan oedema, akral
dingin.
Punggung : Normal
Anus : Tidak ada hemoroid.

5. Pemeriksaan Inspekulo Pukul 19.05 WITA


Portio : Lunak tebal
OUE : Terbuka
Stosel : (+)

6. Pemeriksaan Penunjang
Hb : Dalam pemeriksaan

B. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa : GIII PII A0 Usia Kehamilan 13 Minggu dengan Abortus Inkomplit
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan hamil 3 bulan
Ibu mengatakan ada keluar darah berwarna merah kehitaman bergumpal-
gumpal sejak pukul 2 siang, dirumah sudah 3x ganti pembalut, dijalan darah
merembes
Ibu merasa sangat lemah

2. Data Objektif
Keadaan Umum : Sangat Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV TD : 90/60 mmHg
N : 76 x/m
R : 20 x/m
S : 35,4 x/m
BB Sekarang : 46 kg
BB Sebelum Hamil : 45 kg
TB : 155 cm
LILA : 21 cm
Pemeriksaan Fisik
Wajah : Sedikit pucat
Mulut : Bibir pucat dan kering
Abdomen : Terdapat nyeri tekan di simpisis.
L1 : Teraba Ballotement

13
Genitalia : Ada pengeluaran darah merah kehitaman menggumpal
banyaknya sedang.
Ekstremitas : Atas, telapak tangan pucat, akral dingin.
Bawah akral dingin.

Pemeriksaan Inspekulo Pukul 19.05 WITA


Portio : Lunak tebal
OUE : Terbuka
Stosel : (+)

Pemeriksaan Penunjang
Hb : Dalam Pemeriksaan

3. Masalah
Ibu lemah dan merasa cemas dengan keadaanya.

4. Kebutuhan
Perbaikan KU dan Support mental

C. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


1. Syok Hipovolemik
Syok yang terjadi akibat kehilangan banyak darah yang dipicu oleh
perdarahan.
2. Antisipasi terjadi anemia
Anemia pada abortus biasa terjadi karena perdarahan yang banyak dan tidak
tertangani (Irianti Bayu dkk, 2014:78).
3. Antisipasi terjadi infeksi jalan lahir
Terbukanya jalan lahir dan adanya perdarahan merupakan media
perkembangan mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan infeksi.
Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsisi dan antisepsis (Irianti
Bayu dkk, 2014: 77).

D. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI


1. Kolaborasi denga dokter untuk tindakan selanjutnya :
- Pemberian cairan infus Ringer Laktat
- Pemberian antibiotika
- Rencana Kuret

E. INTERVENSI
1. Antisipasi terjadinya syok hipovolemik
2. Antisipasi terjadinya anemia
3. Antisipasi terjadinya infeksi jalan lahir.

14
Rencana Tindakan :
1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan menjelaskan keadaan yang
dialaminya
Rasional: dengan menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu dapat
mengerti tentang keadaannya dan dapat mengurangi kecemasan ibu.
2. Beri informasi kepada pasien tentang abortus inkomplit dan penyebab
perdarahan yang dialaminya
Rasional: agar ibu mengerti tentang keadaanya sekarang
3. Penatalaksanaan pemberian advice dokter SpOg
Rasional: pemasangan infus Ringer Laktat untuk keseimbangan cairan
tubuh dan antibiotik akan membantu mencegah terjadinya infeksi.
4. Jelaskan pada ibu/keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret, jika
pasien setuju maka akan dilakukan tindakan kuretase
Rasional: dengan penjelasan kepada ibu/keluarganya diharapkan dapat
menyetujui rencana tindakan kuret dan ibu dapat menyiapkan fisik dan
psikis.
5. Informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase
Rasional: sebagai pernyataan persetujuan dari ibu/keluarga untuk
tindakan dan sebagai perlindungan hukum bagi dokter dan bidan dalam
melakukan tindakan.
6. Bantu ibu mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan ibu
Rasional: mengatur posisi yang diinginkan akan memberikan rasa
nyaman pada ibu.
7. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: tanda-tanda vital merupakan indikator dari keadaan umum ibu
dan menentukan intervensi selanjutnya.
8. Beri dorongan spiritual kepada ibu
Rasional: dengan dorongan spiritual memberikan ketenangan hati bahwa
segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan dan tetap
berdoa kepada yang maha kuasa.
9. Libatkan orang terdekat ibu selama perawatan
Rasional: ibu akan merasa nyaman dan aman bila didampingi oleh orang
terdekatnya khususnya suami.
10. Ibu di puasakan.
11. Fasilitasi ibu ke ruang OK.

F. IMPLEMENTASI
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga serta menjelaskan
keadaan yang dialaminya yaitu ibu sedang mengalami abortus inkomplit.
2. Memberi informasi kepada ibu tentang abortus inkomplit yaitu keguguran
yang sudah ada sebagian jaringan keluar dan sebagian lagi masih tertinggal
di dalam Rahim ibu. Jaringan yang masih tertinggal inilah yang
menyebabkan darah terus keluar.
3. Memberikan terapi sesuai dengan advice dokter SpOg
- Pemasangan infus Ringer Laktat 2 plaboth, 1 plaboth guyur lalu
dilanjutkan 1 plaboth dengan 20 tpm untuk keseimbangan cairan tubuh

15
- Pemberian antibiotik Ceftriaxone 1 mg IV untuk mencegah terjadinya
infeksi.
- Rencana kuretase
- Ibu dipuasakan
4. Menjelaskan pada ibu/keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret, jika ibu
setuju maka akan dilakukan tindakan kuretase
5. Melakukan informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase
6. Membantu ibu mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan ibu
7. Mengobservasi tanda-tanda vital dan perdarahan
8. Memberitahu ibu dan keluarga hasil observasi
9. Beri dorongan spiritual kepada ibu
10. Libatkan orang terdekat ibu selama perawatan
11. Fasilitasi ibu ke ruang OK.

G. EVALUASI
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui tentang keadaannya
2. Ibu dan keluarga telah mengetahui dan mengerti tentang abortus inkomplit dan
penyebab perdarahan terus terjadi.
3. Terapi telah diberikan sesuai dengan advice dokter SpOg
- Ringer Laktat 2 plaboth, 1 plaboth guyur lalu dilanjutkan 1 plaboth dengan
20 tpm untuk keseimbangan cairan tubuh telah dipasang
- Antibiotik Ceftriaxone 1 mg telah diberikan secara IV
- Rencana kuretase
- Ibu telah dipuasakan
4. Ibu dan keluarga telah mengerti tentang pentingnya tindakan kuretase.
5. Informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase telah dilakukan
6. Ibu telah berada di posisi ternyaman sesuai kebutuhan.
7. Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan telah dilakukan
8. Ibu dan keluarga tau hasil observasi
TD : 100/70 mmHg
N : 82 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,1 °C
Perdarahan aktif merembes sedikit
9. Dorongan spiritual pada ibu telah diberikan.
10. Suami mendampingi ibu.
11. Ibu telah difasilitasi ke ruang OK.

16
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kesenjangan Antar Teori dan Praktik


Pasien Ny.R umur 38 tahun G3P2A0 UK 13 minggu dengan abortus
inkomplit. Pasien masuk IGD PONEK pada tanggal 13 September 2019 pukul
19.00 WITA. Dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada pasien seperti
pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan hasil:
1. Palpasi : Teraba ballottement
2. Pemeriksaan inspekulo : Portio tebal, OUE terbuka, terdapat stosel
3. Pemeriksaan penunjang: Hasil langsung diserahkan oleh Laboratorium ke
ruang OK.
Pukul 19.15 WITA dilakukan kolaborasi dengan dokter SpOg dengan
advice:
1. Pemasangan infus RL 1 plaboth guyur dan setelahnya diberikan 1 plaboth
dengan 20 tpm.
2. Pemberian antibiotic Ceftriaxone 1gr IV
3. Rencana kuretase
4. Pasien dipuasakan

Pukul 19.20 WITA pasien diberikan KIE tentang abortus inkomplit dan
imformed consent untuk tindakan kuretase.
Pukul 19.40 WITA pasien difasilitasi ke ruang OK untuk dilakukan tindakan
selanjutnya.

Dari tindakan yang telah dilakukan di IGD PONEK di atas, dapat


disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek dalam
penanganan kasus abortus inkomplit.

B. Faktor Penghambat
Terdapat beberapa penghambat dalam penyelesaian penangan kasus
abortus inkomplit Ny.R di IGD PONEK RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin :
1. Ekonomi, Pasien datang tanpa memiliki kartu jaminan kesehatan juga dengan
ekonomi menengah kebawah.
2. Pendidikan, pasien dan keluarga tidak memiliki pengetahuan yang cukup
tentang kesehatan.
3. Pengambilan keputusan yang cukup lama dari suami.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah kami mempelajari teori dan pengamatan langsung dari lahan


praktek melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan ibu hamil
dengan abortus inkomplit di IGD PONEK RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
tahun 2019, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Telah dilaksanakan pengkajian dan analisis data ibu hamil dengan
abortus inkomplit
2. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/masalah aktual ibu hamil
dengan abortus inkomplit.
3. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/masalah potensial ibu hamil
dengan abortus inkomplit.
4. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segerah dan kolaborasi ibu
hamil dengan abortus inkomplit
5. Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan
abortus inkomplit dengan hasil dilakukan tindakan segerah dengan
memasang infus untuk memperbaiki keadaan umum ibu mengingat
keadaan pasien pada saat pelaksanaan manajemen dalam keadaan darurat
atau bahaya.
6. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan
abortus inkomplit dengan hasil penulisan merencanakan berdasarkan
diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial.
7. Melaksanankan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada ibu
hamil dengan abortus inkomplit dengan hasil yaitu semua tindakan yang
telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa
adanya hambatan.

B. Saran
Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang professional sehingga dapat berperan dalam menurunkan
angka kematian ibu (AKI). Oleh karena itu bidan harus meningkatkan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, melalui program pendidikan,
pelatihan pelatihan, seminar agar menjadi bidan yang berkualitas sesuai
dengan perkembangan perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK).
Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu manajemen
kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasari bagi
bidan untuk memecahkan masalah pasien dan berbagai kasus.
Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua ibu hamil
mempunyai resiko untuk komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan
janin, oleh karena itu bidan diharapkan mampu mendeteksi secara dini
adanya tanda tanda bahaya kehamilan dan menganjurkan ibu dan keluarga
segerah kepelayanan kesehatan bila mengalami hal tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mangkuji, Abetty dkk. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC.2013.


Irianti, Bayu dkk. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung Seto.2014.
Kemenkes RI. “Pusat Data dan Informasi Kementrian kesehatan RI” Jakarta.
2014.
Nurhayati dkk. Konsep Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika. 2013.

Anda mungkin juga menyukai