Anda di halaman 1dari 52

HEPATITIS B PADA KEHAMILAN

Oleh:
Muhamad Yoga Juandana
Indra Anas Sulaiman

Supervisor:
dr. Roziana, Sp.OG
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang


31 hati yang dapat disebabkan oleh beberapa
mekanisme salah satunya adalah agen infeksius.
Virus hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam tipe yang berbeda seperti virus hepatitis A,
B, C, D dan E.
Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang
2 disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB)

Faktor risiko utama terjadinya infeksi hepatitis B


3 intrauterin adalah positivitas serum HbeAg, dan adanya
kerusakan pada plasenta, khususnya pada kapiler sel
endotel.
PENDAHULUAN

DNA virus hepatitis B dan HbsAg dapat ditemukan


34 dalam cairan amnion, sel-sel palsenta, dan sekresi
vagina dari wanita hamil dengan HbsAg positif dan
pada darah tali pusat bayi. Transmisi transplasental
jarang terjadi.
Terdapat tiga kemungkinan jalur transmisi infeksi
Hepatitis B dari ibu ke bayi, yaitu : transmisi
5 transplasental Hepatitis B in utero, transmisi natal selama
proses persalinan atau transmisi postnatal selama
perawatan bayi atau melalui Air Susu Ibu.
Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus
6 hepatitis, akan tetapi, jika terjadi infeksi akut pada
kehamilan dapat mengakibatkan hepatitis fulminan
yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan
bayi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Hepatitis B adalah inflamasi hati yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang disebabkan
oleh VHB. Hepatitis B akut terjadi pada saat tubuh pertama kali terinfeksi VHB dan dapat
menjadi hepatitis B kronik setelah beberapa bulan terinfeksi oleh hepatitis B.
EPIDEMIOLOGI
PATOFISIOLOGI

1. Transmisi transplasental dalam rahim.


2. Transmisi saat melahirkan.
3. Transmisi postnatal selama perawatan atau melalui ASI.
GEJALA KLINIS
FASE AKUT
Prodromal (3-10 hari)
Malise
Anorexia
Mual-muntah
Nyeri perut pada kuadran kanan atas
Demam
Sakit kepala
Myalgia
Rash pada kulit
Arthralgia dan arthritis
Urin berwarna gelap
Ikterik (1-3 hari setelah prodromal)
Ikterik
Feses yang berwarna pucat atau keabu-abuan
Hepato-splenomegali

McMahon dkk: gejala ikterik pada dewasa 30-50%, Pada bayi dan anak-anak lebih jarang.
FASE KRONIK
1. Hepatitis B kronik aktif : Asimptomatis namun didapatkan keluhan hati kronik setelah
bertahun-tahun.
2. Carrier VHB Inaktif : Asimptomatis (enzim hati normal)
PENGARUH HEPATITIS B TERHADAP KEHAMILAN
DIAGNOSIS

Anamnesis: Riwayat kontak VHB, Gejala klinis prodromal dan fase ikterik.
Pemeriksaan Fisik:
Fase akut: Ikterus pada sklera dan kulit, nyeri tekan perut kuadran atas kanan, hepato-splenomegali.
Fase kronik: Asimptomatis
Pemeriksaan Penunjang:
HBsAg
HBeAg
Anti HBs
Anti HBe
Anti HBC
HBV DNA
DIAGNOSIS
TATALAKSANA

SAAT KAHAMILAN
Kontak seksual dengan penderita hepatitis B.?
Vaksin : Recombivax HB atau Engerix-B (IM-deltoid)
Imunoglobulin : HBIg yang diberikan 0,06 ml/kgBB (IM lengan kontralateral) HBIg dosis
ke-2 dalam 1 bulan kemudian.
Tereksposure penderita hepatitis B kronik.?
Vaksin dosis tunggal
TATALAKSANA

SAAT PERSALINAN
Penatalaksanaan persalinan pada wanita dengan hepatitis B tidak jauh berbeda dengan
wanita normal dengan mengupayakan trauma sekecil mungkin baik ibu ataupun bayi
terutama hepatitis B fase akut ataupun hepatitis fulminant.
Konsul penyakit dalam
HBIg atau Lamivudin 1-2 bulan sebelum persalinan
Persalinan tidak boleh lama
TATALAKSANA

SAAT NIFAS
ASI ekslusisf tetap diberikan.
TATALAKSANA
PADA NEONATUS
Vaksin Hepatitis B (HB-0) 0,5 ml 12 jam. Lanjutkan sesuai jadwal imunisasi.
Bila tersedia: HBIg 200 IU IM (0,5 ml) 24 jam.
Tatalaksana khusus sesudah periode perinatal:
Pemeriksaan anti HBs dan HBsAg berkala pada usia 7 bulan,
Bila pada usia 7 bulan anti HBs positif: Pemeriksaan ulang anti HBs dan HBsAg di usia 1, 3, 5 dan 10 tahun.
Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis vaksinasi dan satu bulan kemudian
diulang pemeriksaan anti HBs. Bila anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan
5 tahu.
Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif, bayi dinyatakan sebagai non
responders.
Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan pemeriksaan HBsAg ulangan 6 bulan
kemudian. Bila masih positif, dianggap sebagai hepatitis kronis dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT, USG
hati, alfa feto protein, dan HBsAg, idealnya disertai dengan pemeriksaan VHB-DNA setiap 1-2 tahun.
Bila HBsAg positif selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan SGOT/PT setiap 2-3 bulan. Bila SGOT/PT
meningkat pada lebih dari 2 kali pemeriksaan dengan interval waktu 2-3 bulan, pertimbangkan terapi anti
virus.
TATALAKSANA
PROGNOSIS

Pasien hepatitis B akut dengan sistem imun yang baik dapat sembuh spontan pada lebih
dari 95% pasien, sedangkan sisanya dapat berkembang menjadi infeksi hepatitis B kronik
atau hepatitis fulminan walaupun jarang terjadi.
Penanganan tepat pada bayi dengan hepatitis B dapat memperbaiki prognosis, hal ini
terbukti dari beberapa penelitian yang mengemukakan bahwa bayi dari ibu dengan
hepatitis B 90% akan hepatitis B kronik sedangkan hepatitis B pada dewasa
hanya 5-10% menjadi kronik.
Kelahiran preterm berdasarkan penelitian menunjukkan peningkatan persentase terinfeksi
hepatitis B dibandingkan bayi aterm yaitu 21,9 % berbanding 12,1%.
Penanganan tepat pada bayi dengan ibu hepatitis B berupa pemberian vaksin pada HbeAg
positif dapat menurunkan tingkat tranmisi VHB sebesar 80-95% dan bila diberikan
dengan H-BIG terbukti dapat menutrunkan resiko tranmisi VHB lebih besar 0-14%.
BAB II LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. M
Tanggal Lahir/Umur : 10 Juli 1984/32 tahun
Alamat : Meureudu, Pidie Jaya
Suku : Aceh
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk : 29 Oktober 2016
Tanggal pemeriksaan : 01 November 2016
ANAMNESIS

KU : Mules-mules.
RPS:
Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT 21-01-2016, TTP: 27-10-2016. Pasien datang dengan keluhan mules-
mules sejak 3 jam SMRS. Pasien ANC teratur di dokter spesialis obgyn sebanyak 7 kali dan USG terakhir 1
minggu SMRS dikatakan bahwa janin dalam keadaan baik Keluhan keluar air-air tidak dikeluhkan, keluhan
keluar darah tidak dikeluhkan dan keluhan keputihan tidak dikeluhkan. Keluhan demam dan anoreksia tidak
ada. Perubahan warna urin dan feses tidak dikeluhkan oleh pasien. Pasien memiliki riwayat hepatitis pada
kehamilan ke 2. Pasien lupa terapi hepatitis yang diberikan sebelumnya.
RPD:
Diabetes mellitus (-), hipertensi (-), asma (-), alergi (-) hepatitis B (+).
RPK:
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat keluhan yang sama seperti pasien.
RPO:
Tidak ada.
RKS:
Pasien sehari-hari bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai wiraswasta.
ANAMNESIS

Riw. Menarche : Usia 14 tahun, selama 7 hari, 3x ganti pembalut, dismenore (-).
Riw. Pernikahan : Pernikahan satu kali, saat berusia 25 tahun.
Riw. Kehamilan dan Persalinan:
Laki-laki, 7 tahun BBL: 3400 gram, lahir pervaginam di bidan.
Perempuan, 3 tahun BBL: 2900 gram, lahir pervaginam di RS.
Laki-laki, 2 hari BBL: 3800 gram, lahir SC di RS.
Riw. ANC : Pasien rutin melakukan Antenatal Care, menurut keterangan pasien pada
kehamilan yang terakhir pasien melakukan ANC teratur di Dokter Sp.OG 7 kali.
Riw. KB : Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

Vital Sign:

Kesadaran : Compos Mentis


KU : Baik
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 OC
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata:
Wajah : Simetris, edema (-), deformitas (-), pucat (-)
Mata : Konjunctiva pucat (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-)
Telinga/ Hidung/Mulut : Dalam batas normal
Leher : Simetris, Pembesaran KGB (-)
Thorax : Simetris, Vesikular (+/+), Rh (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung : BJ I > BJ II , reguler (+), bising (-)
Abdomen : Tampak luka bekas operasi, Soepel, peristaltik
(+), laserasi (-), nyeri tekan (-)
TFU 2 jari dibawah pusat.
Ekstremitas : Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral dingin (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK AWAL

Status Obstetrik
Leopold I : TFU 36 cm, TBJ 3729 gr
Leopold II : Punggung kanan, DJJ
144x/menit
Leopold III: Presentasi kepala
Leopold IV : Belum masuk pintu
atas panggul
PEMERIKSAAN FISIK AWAL

Pemeriksaan
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Inspekulo : Portio licin, OUE
tertutup, Fluor (-), Lochea
(+)
PEMERIKSAAN FISIK

Status Obstetrik
Inspeksi : V/U tenang,
perdarahan aktif (-), lochea
(+) rubra.
Palpasi : Kontraksi uterus
(+), TFU 2 jari di bawah
umbilikus.
Jenis Pemeriksaan Tanggal Tanggal Tanggal Nilai Satuan
19-10-16 29-10-16 30-10-16 Rujukan
(Post OP)
Hematologi

Laboratorium Hemoglobin 10,3 10,8 11,3 12,0-15,0 g/dL

Hemotokrit 33 34 36 37-47 %

Eritrosit 4,1 4,4 4,5 4,2-5,4 103 /mm3

Leukosit 10,0 9,0 14,8 4,5-10,5 103 /mm3

Trombosit 205 255 233 150-450 103 /mm3

MCV 79 78 79 80-100 fL

MCH 25 25 25 27-31 pg

MCHC 32 32 32 32-36 %

RDW 14,6 15,4 15,4 11,5-14,5 %

MPV 9,4 9,4 9,7 7,2-11,1 fL

Eosinofil 1 1 0 0-6 %

Basofil 0 0 0 0-2 %

Neutrofil Batang 0 0 0 2-6 %

Neutrofil Segmen 67 68 83 50-70 %

Limfosit 25 23 12 20-40 %

Monosit 7 8 5 2-8 %

W. Perdarahan 3 1-7 menit

W. Pembekuan 7 5-15 menit


Imunoserologi

HbsAg Positif Positif Negatif


Laboratorium
KimiaKlinik

Natrium(Na) 142 142 132-146 mmol/L

Kalium(K) 3,6 3,8 3,7-5,4 mmol/L

Klorida(Cl) 106 103 98-106 mmol/L

GDS 114 106 <200 mg/dL

AST/SGOT 25 13-43 mg/dL

ALT/SGPT 1,15 0,67-1,17 mg/dL

Albumin 2,60 3,5-5,2 g/dL

Ureum 18 13-43 mg/dL

Kreatinin 0,51-0,95 mg/dL


Pemeriksaan USG

Kesimpulan:
Janin presentasi kepala tunggal hidup hamil 40
minggu.
Pemeriksaan CTG
DIAGNOSIS

POD II post SC a/i distosia PKI aktif ec. KPD. Ibu dengan HbsAg positif

Lahir bayi laki-laki dengan berat badan lahir 3800 gr; A/S 9/10
TATALAKSANA
Terapi Operatif Terapi Postoperatif

Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 jam


Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
Sectio Cesarean
Kaltrofen supposutoria 100 mg/8
jam

Terapi Rawatan Konsultasi (IPD)


A : Hepatitis B kronik
Cefadroxil 2x500 mg Th : Tidak ada
As. Mefenamat 3x500 mg P : Periksa LFT, ur/cr
Sohobion 2x1 tablet
Pemberian vaksin dan HBIg pada
bayi
PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam


Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad Malam
BAB IV PEMBAHASAN
Positifnya hasil pemeriksaan HbsAg pada kehamilan
saat ini merupakan tanda adanya infeksi hepatitis B,
sesuai dengan kepustakaan yang ada yang menyatak
bahwa setelah terjadinya infeksi fase akut pada
hepatitis B jika dalam 6 bulan setelah infeksi pertama
serum HbsAg positif maka status pasien berupa
pengidap hepatitis B atau pengidap hepatitis B kronik
Pasien menderita hepatitis B
menimbang untuk menegakkan diagnosis pengidap
yang baru diketahuinya sejak hepatitis B kronik harus memenuhi syarat berupa
hamil anak yang ke-2 sekitar 3 adanya HbsAg positif setelah 6 bulan terdeteksi dan
tahun yang lalu dengan adanya peningkatan SGOT/SGPT pada 3 kali
pemeriksaan HbsAg positif. Suami pemeriksaan dengan interval 2-3 bulan. Atau, pasien
merupakan karier VHB inaktif berupa adanya HbsAg
pasien dan anak-anak pasien tidak
yang positif dengan titer DNA VHB yang rendah dengan
menderita HbsAg. enzim hati yang normal. Hasil pemeriksaan HbsAg
pada suami pasien, dan kedua anak pasien negatif
menunjukkan adanya keberhasilan imunitas atau terapi
vaksinasi pada suami pasien dan vaksin dan HB-IG
pada anak pasien yang ke-2 atau ketidakadaannya
infeksi virus dari pasien kepada suami dan anak-
anaknya.
Hasil pemeriksaan fisik pasien
Hal ini terjadi karena adanya beberapa
tidak didapatkan adanya gejala kemungkinan, bisa saja pasien merupakan
malaise, anorexia, mual, muntah, pengidap hepatitis B kronik yang dahulu pernah
nyeri perut pada kuadran kanan mengeluhkan adanya keluhan di atas baik ringan
atas, demam, sakit kepala, ataupun berat menimbang pasien tidak ingat bahwa
myalgia, rash pada kulit, dahulu pernah mengeluhkan hal tersebut baik aktif
arthralgia dan arthritis, dan urin ataupin karier inaktif. Atau pasien terinfeksi VHB
berwarna gelap, feses yang dalam waktu dekat yang belum muncul keluhan.
Ketumpangtindihan antara pengidap hepatitis B
berwarna pucat atau keabu-
dengan pengidap hepatitis B kronik ini terjadi akibat
abuan, dan hepatomegali tidak ketidaktersediaannya data yang mencukupi
dikeluhkan.
Penegakkan diagnosis pada hepatitis pada ibu
hamil berdasarkan pada hasil pemeriksaan HbsAg
dan HbeAg pada wanita hamil dengan kecurigaan
Pada pemeriksaan hepatitis B. Pemeriksaan HbsAg berguna untuk
laboratorium pada pasien ini mendeteksi apakah pasien sedang terinfeksi VHB
didapatkan kadar HbsAg yang baik pada hepatitis fase akut ataupun kronik,
positif sedangkan HbeAg tidak sedangkan HbeAg berguana untuk mendeteksi
dilakukan pemeriksaan. adanya viral load yang tinggi dari pasien yang
dapat menentukan besarnya kemungkinan infeksi
dari ibu ke fetal sehingga pemeriksaan HbsAg dan
HbeAg harus dilakukan pada semua wanita hamil.
Tindakan SC pada pasien tersebut dilakukan
akibat adanya ketuban pecah dini yang
mengakibatkan adanya distosia pada persalinan
kala I. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya
selaput ketuban sebelum tanda-tanda inpartu
berupa penipisan dan pembukaan servix, kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
Persalinan pasien dilakukan ( 2 kali dalam 10 menit) dan keluar cairan lendir
bercampur darah dari vagina. Pasien didapatkan
secara sectio (SC) cesarean atas
tanda-tanda inpartu setelah 13 jam KPD dan
indikasi distosia PK I aktif ec. didapatkan air ketuban berkurang (ICA 8), pasien
Ketuban pecah dini (KPD). dilakukan pematangan cervix dengan misoprostol
50 mcg, persalinan tetap macet dengan deselerasi
>1 jam, terhentinya dilatasi cervix >2 jam, bagian
terbawah janin tidak turun >1 jam dan tidak ada
penurunan pada fase deselerasi. Pasien dilakukan
SC menimbang usia gestasi 40-41 minggu janin
viabel dan menurunkan resiko infeksi dan
kegawatan janin.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
Ceftriaxone diberikan kepada mengemukakan bahwa antibiotik yang dapat
digunakan sebagai antibiotik profilaksis pada saat
pasien dengan dosis 2 gr/24 jam
melahirkan antara lain ampisilin, cefazolin atau
sebagai terapi profilaksis ceftriaxone secara intravena atau secara oral
antibiotik. berupa cefazolin, ceftriaxone, klindamisin atau
amoksisilin.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
mengemukakan bahwa antibiotik yang dapat
digunakan sebagai antibiotik profilaksis pada saat
melahirkan antara lain ampisilin, cefazolin atau
Terapi post-op: ceftriaxone secara intravena atau secara oral
berupa cefazolin, ceftriaxone, klindamisin atau
Ceftriaxone diberikan kepada amoksisilin.
Sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
pasien dengan dosis 2 gr/24 jam
bahwa ceftriaxone dapat dikeluarkan melalui air
sebagai terapi profilaksis susu dalam jumlah kecil, dan dianggap tidak
antibiotik. mengakibatkan efek yang berarti kepada bayi dan
Terapi ceftriaxone setelah 3 dinyatakan kompatibel oleh American Acedemy of
hari melahirkan tidak dilanjutkan. Pediatric. Setelah 3 hari penggunaan ceftriaxone,
kadar ceftriaxon di dalam ASI mencapai puncaknya
sekitar 0,7-0,5 mg/L setelah 4 jam penggunaan
kadar ceftriaxone akan menurun dan akan
berkurang dengan waktu paruh 13-17 jam.
Ketorolac merupakan obat antinyeri golongan
obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) kelompok
indoles. Kltrofen juga merupakan OAINS kelompok
phenylpropionac acid. Kedua OAINS tersebut
merupakan penghambat non selektif
cyclooxygenase (COX) 1 dan 2 sehingga
menghambat perubahan asam arakidonat menjadi
Terapi post-op: prostaglandin, prostaglandin berperan sebagai
pemicu rasa sakit dengan cara meningkatkan
Anti nyeri yang diberikan pada kepekaan reseptor nyeri akibat rangsangan
pasien berupa ketorolac 1 ampul/8 mekanik atau kimia dengan menurunkan nilai
jam dan kaltrofen supposutoria ambang polimodal nosiseptor dari serat syaraf C.
100 mg/8 jam. Efek analgesik OAINS dengan menghambat sintesa
prostaglandin. Kedua obat tersebut diberikan untuk
tatalaksana nyeri sedang dengan kerja obat yang
cepat dan singkat. Gabungan keduanya dapat
menimbulkan efek agonis dan meningkatkan kerja
obat namun meningkatkan stress ulcer sehingga
pada pasien ini juga gabungan dari kedua obat ini
hanya digunakan untuk 2 hari saja.
Obat ini diberikan karena cefadroxil merupakan
Terapi rawatan: antibiotik yang dapat diterima dan digunakan saat
periode menyusui karena kadar cefadroxil yang
Cefadroxil diberikan dengan dieksresikan dari air susu ibu dalam jumlah kecil
dosis 2x500 mg sebagai antibiotik dan dianggap tidak berbahaya bagi bayi. Cefadroxil
profilaksis setelah 3 hari post mencapai maksimal di dalam air susu dengan dosis
operasi. 0,6-0,9 mg/L dalam 5-6 jam setelah pemberian
cefadroxil.
Kepustakaan tentang resikonya dan
Terapi rawatan: toksisitasnya asam mefenamat masih belum
banyak yang meneliti. Namun, dalam penelitian
Asam Mefenamat diberikan yang dilakukan oleh Buchanan menunjukkan dari 10
dengan dosis 3x500 mg sebagai ibu menyusui yang diberikan asam mefenamat
antinyeri. tidak satupun yang menunjukkan adanya efek
samping dari pemberian obat tersebut.
Sohobian terdiri dari 100 mg vitamin B1, 200 mg
vitamin B6 dan 200 mcg vitamin B12. Vitamin B1
(thiamine) memiliki peran penting dalam generasi
energi dari karbohidrat, Vitamin B1 berperan dalam
Terapi rawatan: mendukung proses pembentukan RNA dan DNA,
vitamin ini mengkonversi piruvat menjadi asetil
koenzim A. Vitamin B6 (pyridoxine) merupakan
Sohobion diberikan dengan kofaktor dalam berbagai reaksi enzim terutama
dosis 2x1 tablet sebagai dalam metabolisme dan biosintesis
suplemen. neurotransmitter. Vitamin B12 (cobalamin) berperan
dalam metabolisme selular karbohidrat, protein dan
lemak. Vitamin B12 berperan penting dalam
pembentukan sel darah di sum-sum tulang dan
untuk myelin saraf dan protein.
BAB V KESIMPULAN
Hepatitis B adalah inflamasi hati yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang disebabkan oleh VHB yang dapat
menginfeksi janin ataupun bayi dengan cara transmisi berupa transmisi transplasental dalam rahim, transmisi
saat melahirkan dan transmisi postnatal selama perawatan atau melalui ASI.
Gold Standar diagnosis infeksi VHB pada ibu hamil yaitu pemeriksaan serologis berupa HbsAg dan HbeAg yang
harus diperiksan dan pemeriksaan Anti HBs, Anti Hbe, Anti HBC, HBV DNA juga dapat diperiksa. Pemeriksaan
lain yang dapat diperiksa untuk melihat adanya progresivitas dari VHB juga berupa pemeriksaan enzim hati
SGOT/SGPT.
Pertimbangan persalinan pada wanita dengan hepatitis B positif tidak berbeda dengan wanita yang tidak
terinfeksi hepatitis B kecuali jika terdapat kesulitan dalam persalinan. Kejadian yang mempersulit persalinan
didapatkan lebih banyak pada wanita dengan hepatitis B dibandingkan tanpa hepatitis B akibat adanya reaksi
imun tubuh ibu terhadap adanya VHB yang dapat merusak placenta jika konsentrasi VHB tinggi.
Penatalaksanaan VHB pada bayi dengan ibu positif hepatitis B yaitu dengan memonitoring HbsAg dan HbeAg
dari ibu dan bayi sehingga penatalaksanaannya dapat ditentukan berupa Vaksinasi, vaksinasi dengan HB-Ig
ataupun vaksinasi disertai dengan HB-Ig dan antivirus. Penatalaksaaan yang tepat dapat menurunkan 80-90%
kejadian infeksi VHB terhadap janin dan bayi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai