Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dhelil Yomia Putri

Nim. : 2115401029

Refleksi masalah kesehatan

1. Kanker
Pada tahun 2013 diperkirakan
sebanyak 382.000.000 orang telah menderita DM diseluruh dunia. Jumlah tersebut diperkirakan
akan bertambah hingga lebih dari 580.000.000 orang pada tahun 2035. Indonesia menempati
urutan ketujuh dalam daftar 10 negara dengan jumlah penderita DM
terbesar di dunia Prevalensi diabetes yang tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi DM di
Provinsi Lampung sebanyak 0,7%.

2. Hipertensi
Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang berat. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia sebesar
34,11% dan cenderung meningkat bila dibandingkan dengan data Riskesdas sebelumnya,
dengan prevalensi pada perempuan lebih tinggi yaitu 10,95% dan laki-laki sebesar 5,74%
(Kemenkes RI, 2018).

3. Jantung
Berdasarkan data Federasi Jantung Dunia, kematian akibat penyakit jantung 17,1 juta orang (19
persen total kematian) per tahun. Jumlah ini empat kali jumlah penduduk Singapura. Di
Indonesia, berdasarkan catatan Yayasan Jantung Indonesia, prevalensinya 7-12 persen per
tahun. Artinya, minimal ada 16,8 juta penduduk mengidap penyakit jantung dari 240 juta
penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, yang berusia produktif, 30-50 tahun, mencapai 50 persen.

4. Kanker
di Indonesia prevalensi tumor/kanker sebesar 4,3 per 1.000 penduduk. Kanker adalah penyebab
utama kematian ketujuh (5,7%) setelah stroke,

1. Masalah Pada Ibu Hamil


a. Anemia
Indonesia kejadian anemia pada ibu hamil cenderung mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi
anemia ibu hamil sebesar 37,1% meningkat menjadi 48,9% di tahun 2018. Hasil
Riskesdas tahun 2018 juga menunjukkan bahwa 84,6% ibu hamil yang berumur
kurang dari 25 tahun mengalami anemia dan 57,6% ibu hamil yang berumur lebih
dari atau sama dengan 35 tahun mengalami anemia (Kemenkes RI, 2018).
Kemudian prevalensi anemia pada ibu hamil di Sulawesi Tenggara tahun 2020
sebesar 10,5% dimana prevalensi tertinggi adalah di Kabupaten Muna sebesar
40,69%, Kabupaten Buton sebesar 23,5% dan Kabupaten Muna Barat sebesar
20,3% (Dinkes Propinsi Sulawesi Tenggara, 2020).

b. Kehamilan dengan KEK


Riskesdes Tahun 2018 mengemukakan persentase Kurang Energi Kronis pada ibu
hamil di Indonesia berdasarkan umur (tahun) 15-19 tahun 33,5%,20-24 tahun
23,3%,25-29 tahun 16,7%,30-34 tahun 12,3%,35-39 tahun 8,5%,40-44 tahun
6,5%,45-49 tahun 11,1% (Riskesdes, 2018)
Persentase Kurang Energi Kronis pada ibu hamil di Sulawesi Selatan sebanyak
17,2% hal ini menunjukkan bahwa persentase Kurang Energi Kronis pada ibu
hamil di Sulawesi Selatan masih tinggi (Riskesdes , 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Barru persentase ibu hamil
KEK di dapatkan 16,75%. Data yang di peroleh dari Puskesmas Ralla, persentase
ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) mencapai 32,92% (105) orang dalam
kurun waktu 1 tahun yaitu pada tahun 2019.

c. Diabetes Mellitus
Prevalensi Diabetes Mellitus Gestasional di Indonesia sebanyak 1,9-3,6% pada
kehamilan, sedangkan prevalensi ibu hamil dengan riwayat keluarga sebanyak
1,5%. Sekitar 3-5% ibu hamil yang mengalami Diabetes Mellitus setiap tahunnya.
Prevalensi diabetes yang tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%) (Riskesdes, 2017).

d. Hipertensi pada Kehamilan (preeklampsi)


Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2017, dalam sehari
ada empat ibu di Indonesia yang meninggal akibat melahirkan, dengan kata lain,
ada satu ibu yang meninggal setiap enam jam. Angka ini menempatkan Indonesia
dengan Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi kedua di Asia Tenggara. Urutan
pertama adalah Negara Laos dengan 359/100.000 KH. Bila dibandingkan dengan
Singapura dan Malaysia, AKI di Indonesia masih sangat besar. Negara Singapura,
AKI pada tahun 2015 adalah 7/100.000 KH, sedangkan Malaysia adalah
24/100.000 KH (WHO, 2015).
Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia yaitu perdarahan 28%,
preeklampsi/eklampsi 24% dan infeksi 11% (WHO, 2015).

2. Masalah Pada Anak


a. Stunting
Target prevalensi stunting pada Balita untuk tahun 2020 adalah 24,1% (5.543.000
Balita), sementara laporan ePPGBM SIGIZI (per tanggal 20 Januari 2021) dari 34
provinsi menunjukkan bahwa dari 11.499.041 balita yang diukur status gizinya
berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U) terdapat 1.325.298 balita dengan
TB/U <-2 SD atau dapat dikatakan 11,6% balita mengalami stunting. Dari
perhitungan tersebut diketahui bahwa indikator persentase balita stunting
melampaui target yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa
pencapaian persentase stunting tahun ini on track.

Dari grafik tersebut terlihat bahwa provinsi dengan persentase balita stunting
terendah adalah Kepulauan Bangka Belitung sebesar 4.6%, sementara Nusa
Tenggara Timur adalah provinsi dengan prevalensi balita stunting tertinggi, yaitu
24,2%. Kondisi tersebut sejalan dengan hasil survey Riskesdas tahun 2018 yang
menunjukkan bahwa provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk ke dalam
provinsi dengan prevalensi balita stunting terendah begitu pula dengan provinsi
NTT yang masuk dalam kelompok provinsi dengan persentase balita stunting
yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan,
prevalensi stunting Balita Indonesia mencapai 24,4% pada 2021. Artinya, hampir
1 dari 4 Balita mengalami stunting. Dengan demikian prevalensi stunting
Indonesia termasuk dalam kelompok sedang menurut standar World Health
Organizations (WHO).
Di beberapa provinsi, prevalensi stunting balita bahkan masih berada di atas
30%.Provinsi tersebut adalah Nusa Tenggara Timur/NTT dengan prevalensi
stunting sebesar 37,8%, Sulawesi Barat sebesar 33,8%, Aceh sebesar 33,2%, Nusa
Tenggara Barat/NTB sebesar 31,4%, Sulawesi Tenggara sebesar 30,2%, serta
Kalimantan Selatan sebesar 30%.
Sedangkan prevalensi di Provinsi Bali, DKI Jakarta, dan Daerah Istimewa
Yogyakarta tercatat paling rendah. Ini terlihat dari peta wilayahnya terlihat
paling terang dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Prevalensi stunting Balita di Indonesia terus menunjukkan tren turun. Pada
2018, prevalensi Balita stunting masih sebesar 30,8%. Kemudian, turun
menjadi 27,7 pada 2019 dan terus turun menjadi 24,4% pada SSGI 2024.
Pemerintah bahkan menargetkan turun menjadi 14% hingga akhir 2024.

b. Obesitas
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8%.
Pada anak usia 5-12 tahun, sebanyak 18,8% kelebihan berat badan dan 10,8%
mengalami obesitas.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada
tahun 2018, jumlah anak yang berusia 5-12 tahun mengalami masalah berat
badan berlebih sebesar 18,8 % yang terdiri dari kategori gemuk 10,8 % dan
obesitas sebesar 8,8 %. Pada usia 5-12 tahun juga terdapat masalah kekurusan
sebesar 11,2
% terdiri dari 7,2% kurus dan 4,0 % sangat kurus.
Berdasarkan data Riskesdas Kalimantan Selatan (2018) jumlah anak umur 5-12
tahun yang mengalami kegemukan berjumlah 10,91 % dan yang mengalami
obesitas berjumlah 12,69 %.

Anda mungkin juga menyukai