Anda di halaman 1dari 5

KONSEP HERBAL INDONESIA

A. Sejarah Jamu Indonesia

Terdapat pada :
Zaman Prasejarah
Tahun 772-779 M Relief Dan Prasasti Di Candi Borobudur (terdapat relief
penggunaan jamu)
Kitab Kakawin Ramayana, Sarga 1-9, 898-910 M, Usada (Bali);
Tahun 991 1016 M: Bahasa Bali Pada Daun Lontar (yang berisi segala
macam tentang pengobatan dan jamu yang digunakan di bali)
Abad 13 M = Prasasti Karmawigangga; Madhawapura (berisi tulisan
sansekerta tentang penggunaan jamu di daerah jawa tengah )
Abad 15-16 M = Jamoe (Jampi + Oesodo) (Jampi = jamu, secara umum
dapat diartikan dengan doa , husodo = kesehatan)
Tahun 1788-1820 M = Serat Chentini: Pangeran Adipati Anom
Amengkunegara Iii, Pangeran Sunan Pakubuwono Iv
Cabdra Rini (1792), Mangkunegaran Iv
Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi (1831)
Serat Wulang Wanita, Pakubuwono Ix.
Tahun 1825 1875 M ditemukan Buku Resep Ny. Item; Ny. Kembar Dan
Pengarang Dokter Belanda

B. Sejarah Pengobatan Dengan Bahan Alam Dunia

Dalam Sejarah terdapat Hippocrates atau the Father of Medicine Vis


Medicatrix Nature, yaitu semua pengobatan ada di alam dan digunakan untuk
pengobatan. Terdapat juga Paracelsus yaitu doctrin of Signature . dapat diambil
contoh Tumbuhan jantung pisang menyerupai jantung , dan secara empiris
masyarakat menggunakan tanaman ini untuk obat jantung
131-200 M, Galen:
doktrin humours komposisi darah, empedu (kuning dan hitam)
temperamen sanguine, phlegmatic, melancholy, dan choleric.
4 elemen penting yaitu udara, api, bumi dan air dengan 4 kualitas yaitu panas, dingin,
lembab dan kering.
kombinasi terapi dengan diit, pemijatan dan latihan fisik, obat terutama dari sayuran
sederhana sediaan Galenika. Dengan cara ekstraksi

Beberapa publikasi tua tentang tanaman obat Indonesia:

Utriusquere Naturali et Medica, 1658, oleh Jacobus Bontius


Herbarium Amboinense & Linnaeus Flora Zaylanica, 1741, oleh Rumphius
History of Sumatra, 1754-1820, oleh William Marsden
Khasiat tumbuhan di pulau Jawa, 1786, oleh Hornsted dan etnologik penduduk Jawa,
1845, oleh Hasskarl
Dr. Carl Waitz, tahun 1829, mempublikasikan Practical Observations on a
Number of Javanese Medications.

Pada Tahun 1850, Geerlof Wassink menganjurkan para dokter, menggunakan


herbal dalam pelayanan kesehatan di Weltevreden Military Hospital (sekarang
menjadi Rumah Sakit Gatot Subroto) , dan ia meminta disekitar RS Gatot Subroto
ditanami tanaman tanaman herbal. Ia mempublikasikan hasil-hasil pengobatan dengan
herbal, pada jurnal the Medical Journal of the Dutch East Indies , dan Javaansche
Gennesmiddelen, abad ke 20, oleh Voedeman.
Tahun 1892 Willem Gerbrand Boorsma, ahli farmasi yang direktur
laboratorium farmakologi pada the botanical gardens in Buitenzorg (Kebun Raya
Bogor) ia berhasil mengisolasi bahan aktif dari tanaman morfin, kuinin dan coca.
Dan Atlas van Indische Geneeskrachtiae Planten, 1933, oleh Kloppenburg-Versteegh.
Herbal di indonesia tidak luput dari pengaruh agama dan budaya asing yg ada
di indonesia, misalkan sumatra dan kalimantan selatan dipengaruhi oleh pengobatan
dari islam, dan contoh yang lainnya. Pengaruh semua agama dan budaya asing sudah
melekat sejak mereka datang ke indonesia.
Pengaruh budaya/agama dari:

India: Ayurveda (700 tahun sebelum masehi) = 3 unsur (tri dosha) : udara (Vata)
panas/ api/ sinar (Pitta) dan cairan/ larutan (Kapha) = usada Bali
Tiongkok: TCM = Yin - Yang
Islam: Unani Tibbi (asal Yunani)
Kristen
Greek

Kekuatan

Bukti-bukti sejarah pengobatan tradisional


Biodiversitas nomor 3 di dunia
Unggul dari sisi keragaman produk obat tradisional
Modalitas yang sudah ada: Jamu, pijat, doa
Pengembangan melalui jalur dokter (ada perdebatan)

Kelemahan

Secara umum belum terbentuk pendidikan formal Kestraindo (kecuali D3


Battra, D3 Jamu, Ayurveda Bali)
Practioners (praktisi) tidak terstandarisasi dan lemah pengetahuannya tentang
patofisiologi penyakit
Banyak pengobatan alternatif yang tidak jelas manfaat dan keamanannya

Peluang

Pergeseran morbiditas ke arah PTM long-term care (perawatan melalui


Griya Sehat lebih cocok)
Paradigma back-to-nature, pengobatan holistik.
Dukungan WHO, SEARO, APEC, ASEAN, dalam pegembangan pengobatan
tradisional (T/CM)
Peluang ekspor products obat tradisional dan pengobatan tradisional

Ancaman
Perlombaan antar negara dalam forum kerjasama internasional (SEARO,
ASEAN, APEC)
Perdagangan bebas (WTO, ASEAN plus three)
Isu HaKI dan paten
Pencurian (pengembangan) oleh negara lain

C. Pendidikan Herbal/Jamu Saat Ini:

Pmhi Ui Sejak 2010 (Herbal Indonesia)


Unhas (Tcm)
D3 Battra Surabaya
D3 Jamu Surakarta
Pendidikan Non Formal Lain: Saintifikasi Jamu Sejak 2010 (Penelitian
Berbasis Pelayanan) = Hampir 400 Dokter Dan 100 Apoteker

D. Kajian Terhadap BPOM


Badan POM: 36 OHT dan 6 Fitofarmaka
Kriteria registrasi terhadap jamu, OHT, Fitofarmaka hasil uji dari perguruan
tinggi
Ketentuan uji klinik untuk jamu berbeda dengan obat konvensional
Penambahan kata jamu pada OHT dan Fitofarmaka
E. Kajian Terhadap OHT
Berupa :
Uji toksisitas akut dan subkronik?
Cukup uji in vitro atau harus in vivo? Atau keduanya?
Digunakan oleh dokter? Terkait dengan EBM --> sebagai produk identik
dengan obat konvensional?
F. Kajian Terhadap Fitofarmaka
Uji klinik fase? Harus sesuai dengan obat konvensional?
Perlu data farmakodinamik dan farmakokinetik?
Desain penelitian
Digunakan oleh dokter? Terkait dengan EBM
Cost-Benefit?
G. Aspek Farmakologis dan Keamanan Herba/Jamu
Tidak semua herbal aman dikonsumsi (toksik): Folia digitalis, Atropa
belladonna, dll
Uji toksisitas akut (LD50) untuk simplisia
Toxic <0.5 g/kgBB
Practically Non Toxic > 15 g/kg BB
Ekstrak: umumnya lebih kecil (lebih toksik)
Interaksi dengan makanan/obat/herba lain
Cara pembuatan ekstrak: etanol? Air?
CPOTB
Penyimpanan: suhu, kelembaban, cahaya, dll

Anda mungkin juga menyukai