Oleh:
NIM. 1930912320017
Pembimbing
BANJARMASIN
Juli, 2021
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
patologik yang terjadi dalam sirkulasi vena. VTE bermanifestasi sebagai deep
vein thrombosis (DVT) dan pulmonary embolus (PE). Deep vein thrombosis
(DVT) adalah suatu kondisi di mana trombosis terjadi pada sistem vena dalam,
sebagian besar tungkai bawah, baik proksimal (dari dan di atas vena poplitea),
atau distal (di bawah vena poplitea). Sedangkan pulmonary embolus (PE) terjadi
ketika gumpalan darah pecah, dan fragmen ini yang disebut embolus, dibawa
bersama aliran darah dan kemudian bersarang di pembuluh darah arteri paru. 12
B. Epidemiologi
mendekati 2%. Sebuah studi menunjukkan bahwa persalinan dan periode awal
tromboemboli vena.14,15
dengan wanita yang tidak hamil pada usia yang sama. Frekuensi VTE sama
2
disetiap trimester, namun risiko meningkat 5x pada masa nifas. Insiden VTE pada
ibu hamil. Emboli paru merupakan penyebab utama dari kematian ibu (11% dari
Sebuah studi Skandinavia berskala besar yang dilakukan antara 2001 dan
4,7 / 10.000 pada wanita yang tidak hamil; dengan risiko tertinggi pada minggu
pertama postpartum. Di sisi lain, risiko absolut VTE antepartum baru-baru ini
literatur, yang menyatakan adanya perkiraan risiko VTE 6 sampai 9 kali lebih
tinggi selama trimester ketiga, 84 kali lipat lebih tinggi pada 2-6 minggu pertama
pasca persalinan, dan naik 60 kali lipat lebih tinggi dalam 3 bulan pertama pasca
keadaan pro-koagulan pada trimester ketiga dan masa postpartum awal, serta
diperkuat oleh kerusakan vaskular yang melekat pada saat melahirkan. Namun,
sementara risiko VTE mendominasi selama periode waktu ini, besarnya risiko
pada trimester pertama dan kedua tidak boleh diremehkan, dan mungkin
meningkat oleh pro-koagulan yang terkait dengan tahap awal kehamilan, seperti
3
Gambar 2. Angka kejadian tromboemboli vena pada kehamilan berdasar usia gestasi17
C. Faktor Risiko
dehidrasi dan immobilitas, serta riwayat keluarga juga memiliki peranan penting
faktor tersebut antara lain kehamilan multiple, obesitas, merokok, gaya hidup
ditunjukkan pada tabel 1. Yang paling penting adalah adanya riwayat thrombosis.
4
kehamilan adalah peristiwa berulang (American College of Obstetricians and
kira dua kali lipat pada wanita dengan kehamilan multifetal, anemia, hiperemesis,
perdarahan, dan kelahiran sesar. Risiko lebih besar pada kehamilan yang
dipersulit oleh infeksi pasca melahirkan. Dalam studi kasus kontrol yang baru-
baru ini dilakukan terhadap hampir 100.000 wanita dengan follow up 10 tahun,
Waldman dan rekan (2013) menemukan bahwa risiko tromboemboli vena sedikit
lebih tinggi pada wanita dengan usia lanjut dan kira-kira dua kali lipat pada
wanita dengan paritas, gangguan hipertensi, persalinan sesar, atau obesitas. Risiko
secara signifikan lebih besar pada wanita yang memiliki kelahiran mati atau yang
5
D. Patofisiologi
kehamilan adalah normal. Sebagai contoh, kompresi vena panggul dan vena kava
inferior oleh uterus yang membesar menunjukkan kondisi dimana sistem vena
ekstremitas bawah akan sangat rentan terhadap stasis. Tinjauan oleh Marik dan
kaki yang berlangsung dari trimester ketiga sampai enam minggu pasca
persalinan. Stasis adalah faktor risiko predisposisi paling konstan untuk trombosis
vena. Stasis vena dan persalinan mungkin juga berkontribusi terhadap cedera sel
dihasilkan dari kompresi mekanik vena cava inferior dan vena panggul oleh uterus
yang membesar karena peningkatan hormon yang dimediasi kapasitansi vena dan
dari kompresi berlebihan yang terkait kehamilan pada vena iliaka kiri oleh arteri
iliaka kanan; dan cedera endotel yang terjadi pada preeklampsia, serta akibat
trauma yang diakibatkan oleh persalinan. Banyak komplikasi kehamilan dan / atau
6
Wanita yang menjalani operasi sesar akan memiliki risiko lebih tinggi
besar terhadap faktor koagulasi seperti fibrinogen, faktor VIII dan faktor von
operasi sesar akan mengalami aktivasi koagulasi yang lebih hebat dibandingkan
dimer. Hal ini dapat diakibatkan oleh kondisi yang menjadi indikasi prosedur
operasi sesar itu sendiri. Selain itu, aktivitas fisik juga berkurang pada wanita
yang baru menjalani operasi sesar dibandingkan dengan wanita yang melahirkan
secara pervaginam.18,19
a. Trombofilia
yang diturunkan atau didapat secara kolektif disebut sebagai trombofilia. Hal ini
Meskipun gangguan ini secara kolektif hadir pada sekitar 15 persen populasi kulit
7
Gambar 1.Trombofilia herediter menyebabkan gangguan kaskade koagulasi20
b. Defisiensi protein C
kehamilan. Namun, berdasarkan penelitian terhadap 440 wanita sehat, Said dan
regulasi antikoagulan dan inflamasi. Lebih dari 100 mutasi dominan autosomal
8
gen protein C telah dijelaskan. Prevalensi defisiensi protein C adalah 2 hingga 3
per 1000, tetapi banyak dari individu ini tidak memiliki riwayat trombosis karena
ekspresi fenotipik sangat bervariasi. Estimasi prevalensi ini sesuai dengan nilai
besar laboratorium dan yang terkait dengan peningkatan risiko enam hingga 12
E. Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan dengan melihat gejala dan tanda awal pada
Gejala-gejala DVT yang paling umum adalah edema yang terjadi pada 88%
wanita hamil dan 79% wanita postpartum, serta ketidaknyamanan pada daerah
9
Sedangkan jika diduga emboli paru, maka pemeriksaan yang dapat dilakukan
EKG(Electrocardiograph).
CXR(Chest X-Ray)
ABG(Arterial Blood Gas)
Pemeriksaan ventilasi / perfusi paru (V / Q atau Q scan)
Spiral CT -Scan/ MRI
Pemeriksaan ultrasound dupleks bilateral kaki.18
Jika pada pemeriksaan radiologi didapatkan risiko VTE yang rendah, namun
Gambar 3. Algoritma untuk evaluasi pasien dengan suspek trombosis vena dalam pada
kehamilan. CT = computed tomography; MR = resonansi magnetik. (Diadaptasi dari
American College of Chest Physicians, Guyatt, 2012.) Tanda dan gejala termasuk
pembengkakan seluruh kaki, dengan atau tanpa keterlibatan panggul, bokong, atau sakit
punggung.16,22
10
Gambar 4. Algoritma diagnostik American Thoracic Society and Society of Thoracic
Radiology untuk terduga emboli paru selama kehamilan CTPA = computed tomographic
pulmonary angiography; CUS = compression ultrasonography; CXR = chest x-ray; PE =
pulmonary embolism; V/Q = ventilation/perfusion scintigraphy.16,23
F. Terapi
1. Antikoagulan
manajemen awal VTE termasuk EP. Rejimennya adalah: Loading dose 5000IU,
awal 1000IU / jam. Ukur level APTT 6 jam setelah loading dose, kemudian ukur
minimal sekali sehari, Rasio target APTT terapeutik biasanya 1,5-2,5 nilai kontrol
11
b. Low molecular weight heparin (LMWH)
LMWH adalah agen pilihan untuk pencegahan dan pengobatan VTE pada
kehamilan, berdasarkan ekstrapolasi data dari uji coba pada populasi yang tidak
hamil dan pada sejumlah besar data pengamatan yang menunjukkan keamanan
dan kemanjuran selama kehamilan. Selain itu, LMWH juga dikaitkan dengan
profilaksis, pemantauan kadar anti-Xa tidak dianjurkan, dan untuk wanita gemuk
belum jelas apakah strategi pemberian dosis alternatif, seperti dosis berdasarkan
berat badan atau penyesuaian dosis tetap harus dibuat. LMWH lebih efektif
dibanding UFH, dengan mortalitas yang lebih rendah dan komplikasi perdarahan
LMWH sama efektifnya dengan UFH untuk pengobatan EP. Regimen dosis
jam). Pengguna jangka panjang LMWH memiliki risiko osteoporosis dan patah
tulang yang lebih rendah dibandingkan pengguna UFH. Aktivitas anti-Xa puncak
(3 jam pasca injeksi) harus diukur untuk memastikan wanita tersebut mendapat
antikoagulan yang sesuai. Kisaran target untuk tingkat anti-Xa adalah 0,35-0,70 •
IU / mL.24
Warfarin dapat digunakan paskapersalinan dan aman untuk ibu menyusui. Kaki
12
harus diangkat dan stocking kompresi elastis dapat digunakan untuk mengurangi
Pasien wanita hamil harus diedukasi bahwa dalam proses persalinan, tidak
setelah dosis terakhir LMWH (24 jam jika dia sedang dalam dosis terapeutik).
LMWH tidak boleh diberikan setidaknya 4 jam setelah kateter epidural telah
dilepas, kateter epidural tidak boleh dilepas dalam 10-12 jam setelah injeksi
Sayatan kulit harus ditutup dengan jahitan. Wanita beresiko tinggi yang ingin
sulphate.24
G. Intervensi Profilaksis
13
bermanfaat antara lain Sequential mechanical compression devices, simple
fractionated heparin (FH) dan unfractionated heparin (UFH). Pada tahun 2011,
dimana manfaat alat ini akan hilang jika diberhentikan selama 10 menit. 25
tidak memiliki faktor risiko sama sekali. Namun “Confidential Inquiry into
ditemukan pada 20% pada pasien yang meninggal karena tromboemboli vena. 26,27
Pada wanita yang menjalani persalinan sesar tanpa adanya faktor risiko
menggunakan terapi obat profilaksis. Pada pasien dengan risiko yang sangat
14
tinggi, maka kombinasi profilaksis mekanik dan farmalogi diperlukan. Sementara
15
LMWH adalah agen pilihan untuk tromboprofilaksis antenatal. Obat ini
sama efektifnya dengan heparin yang tidak terfraksinasi (UFH) pada kehamilan,
dan lebih aman. Pemantauan kadar anti-Xa biasanya tidak diperlukan saat
pemantauan anti-Xa sangat penting, karena dosis LMWH yang lebih tinggi
VTE yang sebelumnya tidak diprovokasi atau terkait estrogen, atau VTE
post-partum.
Tiga atau lebih faktor risiko persisten moderate: LMWH selama 5 hari
pascakelahiran.29,30
16
Tabel 4. Guideline internasional lain untuk terapi profilaksis farmakologi
pasien post operasi sesar 24
17
BAB III
PENUTUP
penegakan diagnosis tromboemboli vena lebih sulit pada kehamilan, namun harus
Diagnosis tromboemboli yaitu dengan melihat tanda dan gejala yang dapat
bermanifestasi sebagai tanda dan gejala emboli paru maupun trombosis vena
antikoagulan yang dapat meliputi LMWH (Low molecular wight heparin) ataupun
18
DAFTAR PUSTAKA
2. Jacobsen AF, Skjeldestad FE, Sandset PM. Incidence and risk patterns of
venous thromboembolism in pregnancy and puerperium–a register-based
case-control study. Am J Obstet Gynecol 2008;198:233.e1-7.
5. Khan KS, Wojdyla D, Say L, Gulmezoglu AM, Van Look PF. Who analysis
of causes of maternal death: a systematic review. Lancet 2006;367:1066e74.
10. Heit JA,Kobbervig CE, JamesAH, et al. Trends in the incidence of venous
thromboembolism during pregnancy or postpartum: a 30-year population-
based study. Ann Intern Med 2005;143: 697-706.
11. Clark SL, Christmas JT, Frye DR, Meyers JA, Perlin JB. Maternal
mortalityin the United States: predictability and the impact of protocols on
19
fatalpostcesarean pulmonary embolism and hypertension-related
intracranialhemorrhage. Am J Obstet Gynecol 2014;211:32.e1–9.
13. Calderwood CJ, Greer IA. The role of factor V Leiden in maternal health and
the outcome of pregnancy. Curr Drug Targets 2005;6:567-76.
19. Epiney M, Boehlen F, Boulvain M, et al. D-dimer levels during delivery and
the postpartum. Journal of thrombosis and haemostasis : JTH. 2005;3(2):268-
271.
20
23. McLean K.Cushman M.Thromboembolism and stroke inpregnancy.American
Society of Hematology.Department of Obstetrics,Gynecology and
Reproductive Sciences. University of Vermont,Burlington.2016.
24. Palmerola KL, D’Alton ME, Brock CO, Friedman AM. A comparison of
recommendations for pharmacologic thromboembolism prophylaxis after
caesarean delivery from three major guidelines. BJOG 2015; DOI:
10.1111/1471-0528.13706.
26. Ismail SK, Norris L, Muttukrishna S, Higgins JR. Thrombin generation post
elective caesarean section: effect of low molecular weight heparin. Thromb
Res 2012;130(05):799–803. Doi: 10.1016/j.thromres.2012.01.008
28. Bates SM, Greer IA, Middeldorp S, Veenstra DL, Prabulos AM, Vandvik
PO. VTE, thrombophilia, antithrombotic therapy, and pregnancy:
antithrombotic therapy and prevention of thrombosis, 9th ed: American
College of Chest Physicians evidence-based clinical practice guidelines.
Chest 2012;141:e691S–e6736. Doi: 10.1378/chest.11-2300
29. Anderson JA, Weitz JI:.Hypercoagulable states. Crit Care Clin . 2011. 27 :
93.
30. Kenny L, McCrae K, Cunningham FG: Platelets, coagulation, and the liver.
In Taylor RN, Roberts JM, Cunningham FG (eds): Chesley’s Hypertensive
Disorders in Pregnancy, 4th ed. Amsterdam, Academic Press, 2014.
21