Anda di halaman 1dari 31

Bed Side Teaching

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

OLEH

Masyfuk Zuhdi Jamhur 1740312241

Wirza Rahmania Putri 1740312276

PRESEPTOR

Prof. Dr. dr. Hj. Yusrawati, Sp. OG (K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUP DR M. DJAMIL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kesehatan wanita terutama

organ reproduksi. Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk

menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita. Tujuan pemeriksaan ginekologi

adalah untuk menentukan arah, besar dan konsistensi uterus, memeriksa adneksa dan

parametrium, pemeriksaan ballotement, konfirmasi kehamilan intra dan ekstrauterin, konfirmasi

peradangan atau infeksi dan pemeriksaan flour albus, perdarahan dan tumor pelvik.1

Beberapa keluhan yang sering muncul adalah keluar cairan dari vagina, gangguan siklus

menstruasi, nyeri saat menstruasi, nyeri perut bagian bawah dan nyeri saat berhubungan seksual.

Organ reproduksi perempuan sangat rentan untuk terserang penyakit yang berbahaya, terutama

jika terlambat dideteksi. Pemerksaan dini sangat penting karena gejala penyakit biasanya akan

muncul pada stadium lanjut. Oleh karena itu, pemeriksaan ginekologi sangat penting dilakukan,

dan akan sangat baik apabila dilakukan secara berkala dan rutin.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan pengetahuan

tentang pemeriksaan ginekologi.

1.3 Metode Penulisan

Makalah ini ditulis berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI ORGAN REPRODUKSI WANITA


Seluruh organ reproduksi wanita terdapat di dalam rongga pelvis. Dinding rongga
pelvis terdiri dari bagian keras (bony pelvis) yaitu tulang pelvis dan bagian lunak yaitu
persendian, ligamen dan otot. Secara umum, organ reproduksi wanita terdiri dari dua bagian,
yaitu organ dalam dan organ luar. Organ luar adalah yang langsung terlihat seperti vulva dan
organ lain di dalamnya serta vagina. Sementara organ dalam ialah uterus, tuba dan ovarium.2

PERINEUM DAN VULVA

Perineum adalah gerbang bagi rongga pelvis, yang biasanya diinterpretasikan sebagai
tendon dari korpus perinea atau bulbus perineum. Anterior terhadap bulbus perineum terdapat
fisura yang dibatasi oleh mons pubis dan labium mayora yang dikenal sebagai mons pubis.
Vulva adalah orificium dari vagina. 2

Medial terhadap labium mayora terdapat dua labium minora yang bergabung dengan
labium mayora pada komisura posterior. Kedua labium minor bergabung pada komisura
anterior, yang melindungi vagina. Antara kedua labium minora terdapat membran tipis yang
dikenal sebagai hymen. 2

VAGINA

Vagina merupakan saluran yang dikelilingi oleh jaringan otot yang kuat. Panjang dari
bagian anterior dari vagina adalah 7 cm, dengan panjang bagian posterior 2 cm lebih panjang.
Sumbu dari vagina paralel dengan orificium dari rongga pelvis, yang pada posisi terlentang

3
membentuk sudut 30-40 derajat dari bidang horizontal. Apabila seseorang ingin melakukan
pemeriksaan ginekologi, sudut ini penting untuk dimengerti. 2

Terdapat tepi mukosa di dalan lumen vagina yang dikenal sebagai columna rugaerum
atau columna vaginalis. Pada serviks uteri, vagina melipat mengelilingi serviks, membentuk
forniks, yang terdiri dari forniks anterior, posterior, serta lateral, berdasarkan posisinya
terhadap serviks uteri. Bagian yang teraksentuasi pada vagina disebut portio. 2

Gambar 2.1 Genitalia eksterna3

UTERUS

Uterus adalan organ muskular yang terdapat di tengah rongga pelvis. Ukuran normal
pada periode reproduksi adalah 7.5 x 5 x 2.5 cm. Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan (dari
dalam ke luar) : endometrium, myometrium dan perimetrium. Endometrum adalah jaringan
mukosa dengan banyak kelenjar dengan tebal beragam, tergantung pada siklus menstruasi.

4
Myometrium adalah bagian paling tebal yang terdiri dari jaringan otot. Perimetrium
sesungguhnya adalah peritoneum. 2

Terdapat berbagai posisi dari uterus. Posisi uterus terhadap vagina dapat anteversi,
retroversi, dextroposisi atau sinistroposisi. Posisi uterus terhadap serviks dapat antefleksi,
laterofleksi atau retrofleksi. Kebanyakan wanita Indonesia ialah retrofleksi dengan sudut
antara 45-90 derajat. Retrofleksi ekstrem dari uterus disebut hiperretrofleksi. Serviks uteri,
isthmus uteri dan korpus uteri adalah bagian dari uterus. Isthmus uteri dari wanita tidak hamil
sangat pendek, sehingga sering dianggap sebagai bagian dari serviks. Serviks uteri memiliki
dua struktur yang berbentuk tanduk, yang merupakan orificium dari tuba uteri yang disebut
kornu. Terdapat struktur berbentuk kubah diantara keduanya yang disebut fundus. Kavitas di
dalam uterus disebut kavum uteri, yang memanjang ke arah vagina melalui kanalis servikalis.

Gambar 2.2 Genitalia interna3

5
TUBA FALOPII

Tuba falopii adalah organ berbentuk kanal dengan panjang ± 10 cm. Seperti uterus,
dindingnya terdiri dari 3 bagian yaitu lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan serosa. Setiap
tuba dibagi menjadi bagian interstitial, isthmus, ampulla dan fimbria. 2

OVARIUM

Adalah organ yang memproduksi ovum, dan memiliki ukuran sangat beragam, tetapi
biasanya 3.5 x 2.5 x 1 cm. Posisinya selalu berubah, bergantung pada postur, perubahan posisi
usus dan perubahan bentuk uterus pada kehamilan. Terdapat 4 kutub dari ovarium yang
meliputi superior, inferior, anterior dan posterior. Terdapat dua lapisan dari ovarium, yaitu
korteks (bagian luar) dan medulla (bagian dalam). 2

LIGAMENTUM

Korpus uteri memiliki posisi yang bebas dan berubah-ubah, tergantung pada pengisian
vesika urinaria, walaupun serviks uteri memiliki posisi yang tetap. Struktur yang menyokong
posisi uterus adalah ligamentum rotundum, ligamentum sakrouterina dan ligamentum
kardinale. Seluruh ligamentum adalah sepasang ligamentum yang simetris pada sisi kiri dan
kanan uterus. Sementara terdapat satu buah ligamentum lebar, yaitu ligamentum latum, yang
sesungguhnya merupakan lipatan dari peritoneum yang meliputi tuba, dan memanjang ke arah
ligamentum kardinale. Ligamentum latum dan struktur antara bagian peritoneum yang terlipat
dikenal sebagai parametrium.Seperti uterus, ovarium disokong pada posisinya oleh
mesovarium, ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum infundibulo-pelvikum) dan
ligamentum ovarii proprium. 2

6
Keterangan Gambar:
1. Round ligament
2. Uterus
3. Kavum uteri
4. Uterus, permukaan intestinal
5. Uterus, permukaan versical
(ke arah vesika urinaria)

6. Fundus uteri
7. Korpus uteri
8. Palmate folds of cervical canal
9. Kanalis servikalis

10. Forniks posterior


11. Cervical os (external)
12. Isthmus uteri
13. Serviks, supravaginal portion
14. Serviks, vaginal portion
15. Forniks anterior
16. Serviks
Gambar 2.3 Genitalia Interna, irisan antero-posterior

2.2 ANAMNESIS

2.2.1 Keluhan Utama

Keluhan utama adalah alasan yang membuat pasien datang menemui dokter. Alasan
kunjungan dapat berupa kunjungan ginekologi rutin, ingin memasang/ menggunakan kontrasepsi
atau terdapat keluhan lain. Hal-hal yang sering dikeluhkan:

7
Perdarahan

Perdarahan yang sifatnya tidak normal sering dijumpai. Perlu ditanyakan apakah

perdarahan ada hubungannya dengan siklus haid atau tidak, banyaknya dan lama perdarahan.

Perdarahan yang didahului dengan haid yang terlambat biasanya disebabkan abortus, kehamilan

mola, atau kehamilan ektopik. Tapi mungkin juga karena poliposus servisi uteri, erosi porsio

uteri dan karsinoma servik uteri.1

Perdarahan sewaktu atau setelah koitus merupakan gejala karsinoma servik uteri atau bisa

juga karena poliposus servik uteri, erosi porsio uteri atau vulnus postkoitum (himen robek

disertai perdarahan dari arteri kecil dari koitus pertama, atau pada permukaanforniks posterior). 1

Perdarahan dalam menapouse perlu mendapatkan perhatian khusus, karena gejala ini

mempunyai arti klinis yang penting. Pemeriksa harus melakukan pemeriksaan secara sistematis

dan lengkap untuk menyingkirkan kemungkinan tumor ganas genitalia perempuan, seperti

karsinoma serviks dan karsinoma korpus uteri yang akan memberikan gambaran metroragia.

Selain tumor ganas, perdarahan dalam menopause dapat pula disebabkan oleh kelainan lain

seperti karankula uretralis, vaginitis/endometriosis senilis, perlukaan vagina, poliposus servisis

uteri, erosi porsio uteri. 1

Fluor albus (Leukorea)

Fluor albus cukup mengganggu penderita baik fisik maupun mental. Sifat dan banyaknya

keputihan bisa memberi petunjuk etiologinya. Ditanyakan sudah berapa lama keluhan itu, terus-

menerus atau pada waktu-waktu tertentu, banyaknya, warnanya, baunya disertai rasa gatal/nyeri

atau tidak.1

8
Secara fisiologik dapat dijumpai pada waktu (1) ovulasi, (2) waktu menjelang dan setelah

haid, (3) rangsangan seksual, atau (4) dalam kehamilan. Tetapi, bila wanita merasa terganggu,

berganti celana beberapa kali sehari, disertai gatal/nyeri merupakan tanda-tanda keadaan yang

patologis, yang memerlukan pemeriksaan dan penanganan yang seksama. 1

Fluor albus karena trikomoniasis dan kandidiasis hampir selalu disertai rasa gatal.
Demikian pula halnya dengan fluor albus karena diabetes mellitus, sedangkan vaginitis senilis
disertai rasa nyeri. 1

Rasa nyeri

Nyeri di perut, pinggang atau alat kelamin luar dapat merupakan gejala dari beberapa

kelainan ginekologik. Dismenorea dapat dirasakan di perut bawah atau di pinggang, bersifat

seperti mulas-mulas, ngilu atau ditusuk-tusuk. Endometriosis hampir selalu disertai dismenorea.

Dispareunia, rasa nyeri waktu bersenggama dapat disebabkan kelainan organik atau faktor

psikologik. Sebab-sebab organik seperti introitus vagina atau vagina terlampau sempit,

peradangan atau perlukaan.1

Nyeri perut dapat disebabkan kelainan letak uterus, neoplasma, peradangan. Perlu

ditanyakan lamanya, secara terus menerus atau berkala, rasanya nyerinya seperti apa (seperti

ditusuk-tusuk, mules, ngilu), hebatnya, penjalaran dan lokasinya. 1

Nyeri pinggang bagian bawah diderita oleh wanita yang mengalami parametritis akibat

fibrosis di ligamentum kardinal dan sakrouterinum. Namun nyeri pinggang lebih sering

disebabkan oleh sebab lain seperti kelainan pada ortopedik. 1

9
Keluhan miksi

Keluhan dari saluran kemih sering menyertai kelainan ginekologik. Oleh karena itu perlu

ditanyakan rasa nyeri waktu kencing, seringnya kencing, retensio urine, kencing tidak lancar atau

tidak tertahan. 1

 Disuria : pada penderita uretritis dan sistitis merasa nyeri waktu kencing atau sesudah

kencing. Pada sistitis disertai pula rasa tidak enak atau nyeri didaerah simfisis.

 Retensio urin : dijumpai pada retrofleksi uteri gravid inkarserata pada kehamilan 16

minggu, mioma uteri dan kista ovarii besar.

 Kesulitan miksi : pada sistokel yang besar dengan atau tanpa prolaps uteri.

 Inkontensia urine merupakan gejala fistula vesikovaginalis. Apabila fistulanya kecil,

penderita baru ngompol kalau kandung kemihnya penuh.

 Sering berkemih : dijumpai pada kehamilan aterm, peradangan saluran kemih, prolaps

uteri dan tumor panggul yang menekan vesika urinaria.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang2

Pada riwayat penyakit sekarang, pemeriksa harus dapat menggali keluhan utama pasien
dan keluhan lain yang dirasakan pasien yang berhubungan dengan penyakit pasien. Beberapa hal
yang harus ditanyakan:

1. Apa yang dirasakan mengganggu?


2. Sejak kapan?
3. Menetap, menjadi semakin berat atau ringan?
4. Hal apa yang meringankan atau memberatkan keluhan?
5. Pernah melakukan pemeriksaan medik? Kapan terakhir?
6. Pada kunjungan pertama perlu diperoleh keterangan atau riwayat mengenai masalah
medis, pembedahan atau alergi.

10
2.2.3 Riwayat Obstetri Ginekologi2,4

 Riwayat kehamilan : Keterangan mengenai jumlah dan riwayat kehamilan serta


persalinan
o G = jumlah kehamilan yang pernah dialami.
o P = jumlah anak yang dilahirkan.
o A = jumlah abortus.
o H = jumlah anak yang hidup
 Riwayat haid.
o Catatan tentang periode haid.
o Usia menarche – regularitas haid – durasi – banyaknya jumlah perdarahan haid,
PMS (kejang haid, meteorismus, nyeri kepala), Dismenorea.
o Catatan mengenai Periode Haid Terakhir :
 HPHT_________
 Usia Menarche______
 Haid regular/ irregular
 Lama haid_____ hari
 Riwayat seksual.
o Perlu atau tidaknya pertanyaan mengenai riwayat seksual secara terinci
tergantung pada keluhan utama dan situasi klinis tertentu.
o Pada beberapa kasus, penjelasan mengenai riwayat seksual terinci tidak terlalu
penting dan dapat diabaikan.
o Pada kasus lain, riwayat seksual secara terinci mutlak diperlukan dan pertanyaan
antara lain meliputi :
 Usia hubungan seksual pertama kali.
 Aktivitas seksual saat ini (vaginal, oral, anal, manual).
 Frekuensi aktivitas seksual dan aktivitas seksual terahir.
 Penggunaan peralatan pengaman hubungan seksual.
 Jumlah pasangan seksual ( masa lalu dan sekarang)
 Preferensi seksual (laki atau wanita saja, laki dan wanita).
 Disfungsi seksual (masalah libido, hasrat,nyeri lubrikasi, orgasmus).

11
 Perhatian mengenai masalah seputar seksual.
 Masalah ginekologi yang ada :
o Kelainan hasil Pap smear,
o Perdarahan pervaginam,
o Penyakit menular seksual

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu2

Penyakit yang berhubungan medis dengan keluhan pasien sekarang.

2.2.5 Riwayat Pengbatan Sebelumnya

 Obat yang selalu diminum secara teratur oleh pasien.


 Secara tidak langsung dapat menjelaskan perihal masalah kesehatan pasien secara umum.
 Sejumlah terapi dapat memberikan dampak obstetrik atau ginekologik ( terapi hormone-
antibiotika)
 Riwayat operasi
 Kontrasepsi
o Menanyakan mengenai metode kontrasepsi dapat membuka topik diskusi
mengenai masalah seksual yang mengganggu pasien.
o Kontrasepsi__________________________________
o Bila pasien menjawab “tidak”, perlu dipertanyakan lebih lanjut mengapa hal itu
terjadi:

 Pasien sudah tidak aktif dalam aktivitas seksual


 Pasien mencari kepuasan dengan gaya hidup atau cara yang berbeda.
 Pasien menginginkan kehamilan.
 Pasien tidak menghendaki kehamilan tanpa alasan yang jelas.
 Terdapat masalah disfungsi seksual pada pasien atau suaminya.

12
2.3 PEMERIKSAAN FISIK

2.3.1 Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum meliputi :

1. Kesan umum : apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya, apakah tampak pucat,
mengeluh kesakitan di daerah abdomen.
2. Pemeriksaan tanda vital : periksa tekanan darah, nadi, napas dan suhu.
3. Pemeriksaan sistemik : pertumbuhan rambut (daerah pubis, betis, kumis), gizi (obesitas
atau kakeksia), mata (konjungtiva dan sklera) dan lain-lain.

2.3.2 Pemeriksaan mammae

Pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi penderita wanita, terutama dalam
hubungan dengan diagnostik kelainan endokrin, kehamilan dan karsinoma mammae. Perlu
diperhatikan perkembangan payudara (besar-kecilnya) dihubungkan dengan umur dan keluahan
penderita (amenore, kehamilan, laktasi, menopause), selanjutnya bentuknya, konsistensi, adakah
benjolan, warna dan kelainan papila mamae. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara penderita
berbaring maupun duduk tegak lurus.1

Gambar 2.4 Pemeriksaan Payudara1

13
2.3.3 Pemeriksaan abdomen

 Inspeksi abdomen
o Pembesaran perut ke arah depan yang berbatas jelas umumnya disebabkan oleh
kehamilan atau tumor.
o Pembesaran perut ke arah samping umumnya terjadi pada asites.
o Striae, jaringan parut, peristaltik.
 Auskultasi abdomen
o Penting untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan (dengan mencari denyut
jantung janin).
o Diagnosa ileus (paralitik atau hiperdinamik).
o Menentukan pulihnya bising usus pasca pembedahan
 Palpasi abdomen
o Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan atau rectum terlebih
dahulu.
o Pasien diminta untuk berada pada posisi dorsal dan dalam keadaan santai.
o Palpasi dilakukan dengan menggunakan seluruh telapak tangan berikut jari-jari
dalam keadaan rapat yang dimulai dari bagian hipochondrium secara perlahan-
lahan dan kemudian diteruskan kesemua bagian abdomen dengan tekanan yang
meningkat secara bertahap.
o Melalui pemeriksaan ini ditentukan apakah :
 Terdapat“defance muscular” akibat peritonitis atau rangsangan
peritoneum yang lain.
 Apakah ada rasa nyeri tekan atau nyeri lepas.
 Dengan tekanan yang agak kuat serta menggunakan sisi ulnar telapak
tangan kanan dilakukan pemeriksaan untuk mencari kelainan lain dalam
cavum abdomen.
 Perkusi abdomen
o Bila dijumpai adanya pembesaran perut, dengan perkusi dapat ditentukan apakah
pembesaran perut tersebut disebabkan oleh cairan bebas, udara (meteorismus)
atau tumor.

14
2.3.4 Pemeriksaan Ginekologi 1,5

Letak pasien:

1. Letak litotomi

a. Dengan meja ginekologik

- Penderita berbaring sambil lututnya diletakkan pada penyangga dan tungkainya dalam
fleksi santai. Dengan demikian, dengan penerangan yang memadai vulva, anus dan
sekitarnya tampak jelas (gambar 4D).

b. Tanpa meja ginekologik

- Penderita berbaring telentang di tempat tidur biasa, kedua tungkai fleksi di lutut dan agak
mengangkang

2. Letak miring

- Penderita diletakkan dipinggir tempat tidur, miring ke sebelah kiri, sambil paha dan
lututnya ditekuk dan kedua tungkai sejajar ( gambar4A). Posisi demikian hanya untuk
pemeriksaan inspekulo.

3. Letak Sims

- Letak ini hampir sama dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir lurus, tungkai
kanan ditekuk kea rah perut dan lututnya diletakkan pada alas, sehingga panggul
membuat sudut miring dengan alas, lengan kiri di belakang badan dan bahu sejajar
dengan alas. (gambar 4B)

15
Gambar 2.5 Posisi pasien untuk pemeriksaan ginekologik. (A) Letak mrirng (B) Letak Sims (C)
Pemasangan spekulum sims pada perempuan dalam letak miring (D) Letak Litotomi 1,5

Alat dan perlengkapan:

- Meja periksa.
- Lampu penerangan yang baik.
- Kain penutup tubuh.
- Sarung tangan.
- Spekulum.
- Cunam kapas.
- Kateter.
- Kapas sublimat / kapas disinfektan.
- Gelas objek untuk pemeriksaan mikroskopik.
- Spatula AYRE , “cytobrush” - alkohol 95% untuk pemeriksaan papaniculoau
- Kapas lidi untuk pemeriksaan gonorrhoe, trichomonas, kandida.
- Botol kecil dengan larutan fisiologis untuk pemeriksaan segar trichomonas dan kandida.
- Cunam porsio.
- Sonde uterus.
- Cunam biopsi , Mikro-kuret.

16
PEMERIKSAAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA

Inspeksi

Inspeksi harus menyertakan organ genitalia eksterna, terutama vulva, dimulai dengan
memperhatikan hygiene, keadaan keseluruhan dan apakah terdapat abnormalitas. Secara
sistematik, lakukan observasi terhadap hal-hal di bawah ini:2

- Distribusi rambut kemaluan dan kelainan dari folikelnya.


- Kedaan kulit di vulva (Peradangan, iritasi kulit, eksema dan tumor)
- Keadaan klitoris.
- Keadaan orificium urethrae externum. (merah/nanah)
- Hymen (Utuh/tidak)
- Keadaan labia mayora dan minora.
- Keadaan perineum dan komisura posterior (utuh /tidak).
- Keadaan introitus vagina : Penonjolan (Prolapsus uteri, mioma, polypus servisis yang
panjang), ukuran (Sempit atau lebar)
- Apakah terdapat discharge yang mengalir keluar dari vagina (jumlah, tipe, warna, bau,
dll).
- Darah atau fluor albus (Banyak, warna, kental, bau)

Gambar 2.6 Inspeksi genitalia eksternal

17
Perabaan Vulva dan Perineum

Pemeriksaan dapat dimulai dengan perabaan glandula Bartholini dengan jari-jari dari
luar, yang kemudian diteruskan dengan perabaan antara dua jari di dalam vagina dan ibu jari di
luar. Dicari apakah ada bartholinitis, abses atau kista. Dalam keadaan normal, kelenjar Bartholini
tidak dapat diraba. Periksa keadaan perineum, bagaimana tebalnya, tegangnya dan
elastisitasnya.1,2

PEMERIKSAAN ORGAN GENITALIA INTERNA

Pemeriksaan Dengan Spekulum

- Untuk wanita yang belum pernah melahirkan dipilih speculum yang kecil, sesuai dengan
ukuran introitus vagina.
- Spekulum sims
o Spekulum dipasang lebih dulu ke dalam vagina bagian belakang.
o Mula mula ujung speculum dimasukkan agak miring ke dalam introitus vagina,
didorong sedikit dan diletakkan melintang dalam vagina, lalu speculum ditekan
kebelakang dan didorong lebih dalam lagi, sehingga ujung speculum menyentuh
puncak vagina di fornix posterior.
o Setelah speculum pertama dipasang, maka pemasangan speculum sims yang
kedua, yang harus lebih kecil daripada yang pertama menjadi sangat mudah.
Ujungnya diletakkan di fornik anterior dan ditekan sedikit ke depan.
o Biasanya portio langsung tampak dengan jelas
- Spekulum cocor bebek
o Dalam keadaan tertutup speculum dimasukkan ujungnya ke dalam introitus
vagina sedikit miring, kemudian diputar kembali menjadi melintang dalam vagina
dan didorong masuk lebih dalam kea rah fornik posterior sampai di puncak
vagina.
o Lalu spekulum dibuka melalui mekanik pada tangkainya
o Dengan demikian, dinding vagina depan dipisah dari yang belakang dan portio
tampak jelas.
- Dengan speculum diperiksa:

18
o Dinding vagina (Rugae vaginale, karsinoma, fluor albus)
o Porsio vaginalis servisis uteri (Bulat, terbelah, melintang, mudah berdarah,
erosion, peradangan, polip, tumor atau ulkus, karsinoma)
- Dengan speculum dapat pula dilakukan pemeriksaan pelengkap seperti swab vagina dan
serviks untuk sitologi, getah kanalis servikalis dan forniks posterior
- Eksisi percobaan dilakukan juga dengan speculum (Pada polip) dan pelepasan AKDR

Gambar 2.7 (a) spekulum sim (b) spekulum corong (c) spekulum cocor-bebek

Gambar 2.8 Langkah-langkah menggunakan spekulum cocor-bebek

19
Pemeriksaan Bimanual

- Pemeriksaan genitalia interna dilakukan dengan bimanual, dengan satu atau dua jari
dimasukkan kedalam vagina, atau satu jari dimasukkan kedalam rectum, sedangkan
tangan lain diletakkan di dinidng perut.
- Cara pemeriksaan:
o Penderita dalam posisi litotomi
o Memakai sarung tangan
o Bersihkan vulva dengan kapas sublimat atau kapas detol
o Waktu tangan kanan dimasukkan kedalam, jari telunjuk dan jari tengah diluruskan
ke depan, ibu jari lurus keatas, dan dua jari lainnya fleksi
o Vulva dibuka dengan dua jari tangan kiri
o Untuk menghindari rasa nyeri, mula mula jari tengah dimasukkan kedalam
introitus vagina lalu kommisura posterior ditekan kebelakang supaya introitus
mejadi lebih lebar, baru kemudian jari telunjuk dimasukkan juga.

Perabaan Vulva Dan Perineum

- Dimulai dengan perabaan glandula bartholini dengan jari jari dari luar, kemudian
diteruskan dengan perabaan antara dua jari didalam vagina dan ibu jari diluar. Dicari
apakah ada bartholinitis, abses atau kista. Dalam keadaan normal, glandula bartholini
tidak teraba.
- Diperiksa keadaan perineum (tebalnya, tegangnya,elastisitasnya)

Perabaan Vagina Dan Dasar Panggul

- Himen yang masih utuh atau kaku merupakan kontraindikasi pemeriksaan dalam
pervaginam
- Dua jari dimasukkan kedalam vagina. Diperiksa:
o Introitus vagina dan vagina sempit atau luas
o Dinding vagina licin atau kasar bergaris garis melintang (Rugae vaginale)
o Teraba polip, tumor atau benda asing
o Kelainan bawaan (Septum vaginale)

20
- Dilakukan juga perabaan pada kavum douglas dengan menempatkan ujung jari di forniks
posterior. Penonjolan forniks posterior dapat disebabkan oleh:
o Terkumpulnya feses atau skibala di dalam rektosigmoid
o Korpus uteri dalam retrofleksio
o Abses di kavum douglasi
o Hematokel retrouterina pada kehamilan ektopik terganggu
o Kutub bawah tumorovarium atau mioma uteri
o Tumor rektosigmoid
- Untuk keadaan dasar panggul, periksa muskulus levator ani (tebal, tonus, tegangnya)

Perabaan Serviks

Perabaan di lakukan secara sistematis:

- Kemana menghadapnya
- Bentuknya : bulat atau terbelah melintang
- Besar dan konsistensinya
- Apakah agak turun kebawah
- Apakah kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari, terutama oleh ostium uteri internum

Perabaan Korpus Uteri

Pemeriksaan korpus uteri dilakukan bimanual. Cara:

- Mula mula jari dimasukkan sedalam dalamnya.


- Pada uterus dalam anteversiofleksio
o Ujung jari ditempatkan di fornik anterior dan mendorong lekukan uterus ke atas
belakang.
o Tangan luar ditempatkan di perut bawah, tidak langsung diatas simfisis
o Dipegang fundus uteri dan permukaan belakang korpus
o Dengan demikian korpus dipegang betul antara kedua tangan dengan tangan luar
mendorong korpus ke bawah dan dari belakang ke depan.

21
Gambar 2.9 Pemeriksaan bimanual korpus uteri

Perabaan bimanual korpus uteri harus dilakukan sistematis:

- Besar dan letak


- Bentuk
- Besar dan konsistensi
- Permukaan
- Gerakan

Gambar 2.10 Posisi uterus

Faktor-faktor yang mempersulit pemeriksaan bimanual:

22
- Penderita yang gemuk, yang tidak tenang, yang menegangkan perutnya
- Pada nullipara a[abila hanya satu jari dimasukkan dalam vagina
- Pada penderita acute abdomen akibat ransangan peritoneum
- Pada tumor yang sangat besar dan tegang sengan atau tanpa cairan bebas dapam rongga
perut
- Kandung kencing penuh

Gambar 2.11 Kandung kencing yang penuh mengganggu pemeriksaan bimanual

Perabaan Parametrium Dan Adneksum

Pemeriksaan daerah di samping uterus baru dapat dilakukan jika posisi sudah diketahui.
Jari dimasukkan sedalam dalamnya, kalau perlu ditambah dengan pendorongan perineum.
Pemeriksaan dimulai dari sisi yang tidak nyeri atau tidak ada tumornya.

Ujung jari ditempatkan di forniks lateral dan didorong kearah belakang lateral dan atas,
tangan luar di tempatkan di perut sesuai dengan letak jari dalam vagina. Waktu ekspirasi dinding
perut lebih lemas. Dalam manipulais ini jari jari dalam memegang peranan lebih penting untuk
perabaan. Tangan luar hanya mendorong bagian bagian yang harus diraba kearah jari dalam.

Parametrium dan tuba normal tidak teraba, apabila teraba, berarti terdapat suatu kelainan.
Ovarium normal hanya teraba pada wanita kurus dengan dinding perut lunak, besarnya seperti
ujung jari/ ibu jari dengan konsistensi kenyal.

23
Apabila teraba tahanan atau tumor disekitar uterus, harus selalu ditentukan apakah ada
hubungan dengan uterus dan bagaimana sifat hubungannya (Lebar,erat, melalui tangkai atau
uterus menjadi satu dengan massa tumor)

Gambar 2.11 Perabaan parametrium dan adneksa

24
Gambar 2.12 Perabaan tumor di samping uterus

Parametrium
Penebalan parametrium sampai ke tulang panggul yang disertai rasa nyeri merupakan
gejala parametritis.
Pada karsinoma servisis uteri, penebalan parametrium tidak disertai rasa nyeri. Pada stadium II
penebalan tidk sampai ditulang panggul, pada stadium III sampai di tulang panggul.

Tuba Dan Ovarium (Adneksum)


Tuba dan ovarium letaknya berdekatan, dengan perabaan tidak dapat dibedakan apakah
suatu proses berasal dari tuba atau ovarium, sehingga sering disebut adneksum. Bila proses
peradangan, maka disebut adneksitis.

25
PEMERIKSAAN LAIN
Rectal Toucher :dikerjakan pada
 Virgin
 Pasien yang mengaku “belum pernah bersetubuh”
 Kelainan bawaan (atresia hymenalis atau atresia vaginalis)
 Wanita diatas usia 50 tahun

Recto vaginal toucher :


 Pemeriksaan rectovaginal dikerjakan untuk menilai keadaan septum rectovaginalis.
 Penebalan dinding vagina dan infiltrasi karsiona rectum lebih mudah ditentukan dengan
pemeriksaan rectovaginal.

2.4 Pemeriksaan Penunjang


2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan diagnostik sederhana yang dapat dikerjakan secara poliklinis (di kamar periksa):
 Sediaan basah
o Untuk melihat penyebab dari fluoralbus
o Ambil sedikit cairan vagina, letakkan pada gelas objek dan campur dengan KOH,
kemudian tutup dengan gelas penutup, periksa di bawah mikrosokop
(pemeriksaan benang hyphae pada candida).
o Ambil sedikit cairan vagina, letakkan pada gelas objek dan campur dengan NaCl
0.9%, kemudian tutup dengan gelas penutup, periksa di bawah mikrosokop
(pemeriksaan gerakan trichomonas dan vaginosis bakterial).
 Pap smear
o Lakukan semua prosedur pemeriksaan inspekulo di atas, kecuali penggunaan
bahan lubrikasi.
o Pengambilan pertama dengan spatula Ayre (terbuat dari kayu).
o Pengambilan berikutnya dengan menggunakan cytobrush.
o Usapkan sediaan pada gelas pemeriksa secara tipis.

26
o Fiksasi sediaan yang sudah diusapkan pada gelas pemeriksa dengan alkohol 90%
(atau hair spray) sebelum sediaan mongering.
o Segera kirimkan sediaan pap smear ke laboratorium medis yang kompeten untuk
melakukan pemeriksaan pap smear.
o Laboratorium akan memberikan jawaban mengenai hasil pemeriksaan terhadap
sediaan yang saudara kirimkan dengan klasifikasi sitologis atau klasifikasi
Bethesda
 Pemeriksaan darah lengkap dan urinalisis
 Pada kasus dengan dugaan sifilis dapat diminta pemeriksaan VDRL
 Pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas
 Pemeriksaan tes kehamilan
 Pemeriksaan hormonal pada kasus dengan gangguan endokrin
 FSH-folicle stimulating hormone
 LH-Luteinizing hormone
 Estrogen

Pemeriksaan tambahan lain :


o Ultrasonografi: dapat dikerjakan transabdominal atau transvaginal.
o Histerosalfingografi: dengan pemberian cairan kontras, keadaan cavum uteri , tuba
falopii dapat diamati untuk melihat adanya patensi tuba falopii.
o Sonohisterografi: modifikasi pemeriksaan ultrasonografi dengan memasukkan cairan ke
dalam cavum uteri sehingga keadaan cavum uteri dapat dilihat.
o Kolposkopi: digunakan untuk melihat servik secara langsung

27
Gambar 2.13 Pemeriksaan kolposkopi
o Histeroskopi: digunakan untuk melihat keadaan dalam cavum uteri dan melakukan
tindakan-tindakan pembedahan tertentu.
o Fern Tes: untuk melihat adanya ovulasi. Gambaran daun pakis pada lender servik
menunjukkan adanya efek estrogen tanpa dipengaruhi progeteron. Gambaran daun pakis
tidak terlihat pada masa ovulasi.

Gambar 2.14 Gambaran daun pakis pada masa ovulasi


o Schiller tes: Untuk deteksi lesi prekanker. Lesi prakanker tidak mengandung glikogen
sehingga tak dapat menyerap larutan lugol yang dibubuhkan.

Gambar 2.15 Schiller test


o Kuldosintesis: pemeriksaan untuk menentukan adanya cairan dalam cavum douglassi.

28
Gambar 2.16 Kuldosintesis
o Biopsi: Biopsi dapat dilakukan pada vulva-vagina atau servik. Pada endometrium biopsy
dapat dilakukan dengan D & C atau menggunakan metode “kuretase fraksional”.

Gambar 2.17 Biopsi endometrium


o Computed Tomography ( CT-scan): Teknik diagnostic dengan menggunakan bayangan
2 dimensi yang memiliki resolusi tinggi.
o Magnetic Resonance Imaging ( MRI): Teknik yang menggunakan absorsi dari pancaran
gelombang radio yang berasal dari perangkat Magnetic Resonance Imaging

29
BAB 3

KESIMPULAN

1. Ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kesehatan wanita terutama

organ reproduksi. Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan

untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita.

2. Pemeriksaan yang dilakukan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang

3. Pemeriksaan ginekologi terdiri atas pemeriksaan umum, pemeriksaan organ genitalia

eksterna, pemeriksaan organ genitalia interna

4. Tujuan pemeriksaan ginekologi adalah untuk menentukan arah, besar dan konsistensi uterus,

memeriksa adneksa dan parametrium, pemeriksaan ballotement, konfirmasi kehamilan intra

dan ekstrauterin, konfirmasi peradangan atau infeksi dan pemeriksaan flour albus,

perdarahan dan tumor pelvik.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Raachimhadhi T. Ilmu Kandungan, edisi ke-7, Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2009: 132-163.

2. Anggraeni A, Soetrisno, Affi. Pemeriksaan Ginekologi dan Pap Smear. Bagian Ilmu

Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta,

2017.

3. Netter, f.h., 2010. Atlas of Human Anatomy fifth edition. USA. Saunders Elsevier.

4. Yusrawati, Muhammad S. Penuntun Skills Lab Blok 2.3 Reproduksi, edisi ke-3, Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas, 2012.

5. Jonathan S, Paula J. Adams Hillard. Initial Assessment and Communication. In Jonathan S.

Berek, ed. Novak’s gynecology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002: 3-20

31

Anda mungkin juga menyukai