MENINGITIS TUBERKULOSIS
Oleh:
Pembimbing:
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan case report
penulis dan pembaca tentang meningitis tuberculosis serta untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.
yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini, terutama preseptor kami Prof.
Dr. dr. Darwin Amir, Sp.S (K) dan dr. Restu Susanti, Sp.S, M. Biomed yang telah
penulis.
Dengan demikian, penulis berharap agar case report session ini dapat
tuberkulosis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Gambar iv
Daftar Tabel v
BAB 1. PENDAHULUAN 1
2.1 Definisi 3
2.2 Epidemiologi 3
2.4 Patofisiologi 4
2.5 Diagnosis 5
2.6 Penatalaksanaan 8
2.7 Prognosis 9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB 4. DISKUSI 32
BAB 5. KESIMPULAN 34
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tuberkulosis milier pada orang dewasa dengan meningitis 7
tuberkulosis
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gejala, manifestasi klinis, dan hasil css pada anak dan 6
dewasa
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
menyumbang 5% dari seluruh kasus tuberkulosis ekstra paru serta memiliki insiden
tertinggi pada anak berusia dibawah 4 tahun. Namun, semakin banyak orang dewasa
yang terkena akibat epidemi dari HIV.2 Selain itu, meningitis tuberkulosis sering
primer serta orang dengan imunodefisisensi yang disebabkan oleh usia lanjut,
malnutrisi, dan kelainan seperti HIV dan kanker. Penyakit ini sering diasosiasikan
dengan tingginya frekuensi sekuele neurologis dan mortalitas jika tidak ditatalaksana
dengan baik.1 Oleh karena itu, penulis merasa perlu membahas tentang Meningitis
Tuberkulosis.
Penulisan case report ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi, faktor
tuberkulosis.
1
1.3 Tujuan Penulisan
a. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian ilmu
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
pusat yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini terjadi ketika
subarakhnoid.1
2.2 Epidemiologi
kecacatan pada seluruh dunia. pada tahun 1997, meningitis tuberkulosis adalah
penduduk dunia telah terinfeksi tuberkulosis. Pada tahun 2005, kasus baru
tuberkulosis di seluruh dunia diperkirakan mencapai 8,8 juta dengan 7,7 juta kasus
berasal dari Asia dan Afrika. 1,6 juta meninggal akibat tuberkulosis termasuk
di bawah 5 tahun. Pada orang dewasa, penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki
3
2.3 Etiologi dan faktor resiko
ini merupakan bakteri batang gram positif yang bersifat aerob serta memiliki dinding
Faktor risiko tinggi untuk menderita penyakit ini antara lain orang dengan
2.4 Patofisiologi
subarachnoid akan membentuk eksudat inflamasi yang tebal. Eksudat tersebut akan
mempengaruhi fisura sylvii, sisternus basalis, batang otak, dan serebelum. Eksudat
juga dapat ditemukan pada fosa interpeduncular yang meliputi saraf optik, artari
Eksudat meluas dan menekan beberapa pembuluh darah kecil sehingga akan
terjadi iskemi dan infark pada otak akibat vasculitis, terlebih lagi jika arteri besar
yang terkena akan memicu vasculitis yang lebih luas dan daerah infark yang luas.5
eksudat yang mendesak arteri dan saraf kranial, sehingga terjadi obstruksi dari aliran
4
cairan serebrospinal setinggi celah tentorial yang berujung terjadinya hidrosefalus.
Eksudat juga dapat menekan berbagai saraf kranial, granuloma dapat bersatu
membentuk tuberkuloma.5
dapat memediasi terjadinya stroke pada awal perjalanan penyakit maupun nanti saat
2.5 Diagnosis
Manifestasi klinis yang terjadi pada anak-anak dan dewasa berbeda. Pada
anak-anak biasanya gejala awal tidak khas seperti demam, batuk, muntah, malaise,
dan penurunan berat badan. Durasi dari gejala tersebut biasanya lebih dari enam hari.
Kejang pada anak lebih sering daripada dewasa. Sedangkan pada dewasa biasanya
gejala prodromal bersifat gradual selama + 1-2 minggu dan bisa memburuk dengan
adanya sakit kepala yang meningkat, kaku kuduk, muntah, kebingungan, dan koma.2,6
(terutama N II, III, IV, VI, VII, dan VIII), peningkatan tekanan intracranial,
stroke.4
20%) untuk pemeriksaan css. Kultur dan tes sensitifitas dapat dilakukan untuk
5
mengetahui jenis bakteri dan mengkonfirmasi resistensi pada antibiotik tertentu
walaupun pemeriksaan ini lama dan kurang sensitif. Analisis molecular juga dapat
chain reaction (PCR) untuk deteksi DNA mikobakterial yang lebih cepat, lebih
peningkatan jumlah sel darah putih (0,5 – 1 x 109/l) dengan netrofil dan limfosit,
peningkatan kadar protein (0,5 – 2,5 g/l), rasio gula css dengan plasma <0,5.1,2,5,9
Tabel 2.1
Gejala, manifestasi klinis dan hasil css pada anak dan dewasa.2
Untuk pemeriksaan radiologis dapat menggunakan modalitas x-ray, MRI, dan
CT scan. Pemeriksaan x-ray pada thorkas dapat digunakan untuk mencari ada atau
tidaknya tuberkulosis pulmoner sebelumnya atau yang masih aktif. Pada pemeriksaan
CT scan biasanya didapatkan gambaran hidrosefalus dan eksudat pada sisterna basal.
6
Sedangkan pemeriksaan MRI dapat memberikan informasi penting mengenai lesi
Gambar 2.1
Tuberkulosis milier pada orang dewasa dengan meningitis tuberkulosis10
Gambar 2.2
7
Gambaran CT scan pada penderita meningitis tuberkulosis. a. tanpa kontras:
menunjukan dilatasi ventrikel b. setelah kontras: menunjukan peningkatan
(hiperdens) dari sisterna basal10
2.6 Penatalaksanaan
Medikamentosa
mg/KgBB/hari
mg/ 6 jam.
8
2.7 Prognosis
memiliki angka mortalitas yang tinggi. Sedangkan usia tua, perubahan kesadaran,
tuberkulosis akan berakibat pada prognosis yang buruk bagi penderita meningitis
tuberkulosis.12
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Marx GE, Chan ED. Review Article. Tuberculous Meningitis: Diagnosis and
Treatment Overview. Hindawi Publishing Corporation, Tuberculosis Research
and Treatment, 2011;1-8
2. Torok ME. Tuberculous Meningitis: Advance in Diagnosis and Treatment.
British Medical Bulletin. 2015; 113: 117-131.
3. Ramachandrand TS. Medscape: Tuberculous Meningitis. 2017. Diakses pada
27 Januari 2018 dari https://emedicine.medscape.com/article/1166190
4. Thwaites G, Chau T T H, Mai N T H, Drobniewski F, McAdam K, Farrar J.
Neurological Aspects of Tropical Disease: Tuberculous Meningitis. Journal
Neurol Neurosurg Psychiatry, 2000; 68: 289-299.
5. Tai M S. Tuberculous Meningitis: Diagnostic and Radiological Features,
Pathogenesis, and Biomarkers. Neuroscience and Medicine, 2013; 4: 101-107.
6. Cohen D B et all. Diagnosis of Cryptococcal and Tuberculous Meningitis in a
Resource-limited African Setting. Tropical Medicine and Health, 2010; Vol.
15 No. 8: 910-917.
7. Ho J, Marais B J, Gilbert G L, Ralph A P. Review: Diagnosing Tuberculous
Meningitis – Have We Made Any Progress?. Tropical Medicine and
International Health, 2013; Vol. 18 No 6: 783-793.
8. Philip N, William T, John D V. Review: Diagnosis of Tuberculous
Meningitis: Challenges and Promises. Malaysian Journal Pathology, 2015;
37(1): 1-9.
9. Solari L et all. The Validity of Cerebrospinal Fluid Parameters for the
Diagnosis of Tuberculous Meningitis. International Journal of Infectious
Disease, 2013; 17: e1111-e1115.
10. Thwaites G E. The Diagnosis and Management of Tuberculous Meningitis.
2002. Diakses pada 27 Januari 2018 dari http://pn.bmj.com
11. Panduan Praktik Klinis Neurologi. PERDOSSI. 2016; 192-194
12. Hsu P, Yang C, Ye J, Huang P, Chiang P, Lee M. Prognostic Factors of
Tuberculous Meningitis in Adults: A 6-Year Retrospective Study at a Tertiary
10
Hospital in Northern Taiwan. Journal Microbiology Immunology and
Infection, 2010; 43(2): 111-118
11
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nursamsi
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Alloanamnesis:
Keluhan utama:
Penurunan kesadaran
12
hari belakangan ini pasien tidak lagi menyahut dan membuka mata ketika
Keluhan diawali demam sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam
Tampak oleh anggota anggota gerak kanan kurang aktif dibanding anggota
gerak kiri.
Terdapat muntah setiap makan dan minum, berisi apa yang dimakan.
tidak ada.
Riwayat penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir, tapi keluarga tidak
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan keluhan seperti
ini.
13
Riwayat Pribadi dan Sosial
Riwayat seks bebas, tattoo, narkoba, dan transfuse tidak diketahui keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Kesadaran : Soporous
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 38,5oC
Berat badan : 55 Kg
14
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Thorak:
Paru:
Perkusi : Sonor
Jantung:
Abdomen:
Perkusi : Timpani
15
Korpus vertebrae:
GCS E2 M5 V2
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Brudzinsky IV : (-)
16
3. Pemeriksaan nervus kranialis
N.I (olfaktorius):
N. II (optikus)
Kanan Kiri
Ptosis - -
Strabismus - -
17
Nystagmus - -
Ekso/endophtalmus - -
Pupil
Reflex cahaya + +
N. IV (troklearis)
Kanan Kiri
N. VI (abdusen)
Kanan Kiri
lateral
Diplopia - -
18
N. V (trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Sensorik
Divisi ophtalmika
Reflek kornea + +
Divisi maksila
Divisi mandibular
N. VII (fasialis)
Kanan Kiri
19
Fisura palpebra Sulit dinilai Sulit dinilai
N. VIII (vestibularis)
Kanan Kiri
20
N. IX (glossofaringeus)
Kanan Kiri
belakang
Reflex muntah +
N. X (vagus)
Kanan Kiri
Uvula Di tengah
N. XI (asesorius)
Kanan Kiri
21
kanan
N. XII (hipoglossus)
Kanan Kiri
Tremor -
Fasikulasi -
Atrofi -
4. Koordinasi
Keseimbangan Koordinasi
phenomen
dipertajam
5. Motorik
22
A. Badan Respirasi Spontan
Duduk -
B. Berdiri Gerakan - -
Tremor - -
Atetosis - -
Mioklonik - -
Korea - -
C. Superior Inferior
Ekstremitas
Gerakan
6. Sensibilitas
23
Sensibilitas getar Sulit dinilai
7. Refleks
Fisiologis
Dinding Bulbokavernosa
perut
Atas Kremaster
Tengah Sfingter
Bawah
B.
Patologis
Lengan Tungkai
24
Hofmann- - - Babinski + -
Tromner
Chaddoks + -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha - -
Klonus kaki -
8. Fungsi otonom
Keringat : Normal
9. Fungsi luhur
Reflex memegang -
25
Reflex -
palmomental
Pemeriksaan laboratorium
Darah:
Leukosit : 8.840/mm3
Hematokrit : 33%
Cairan serebrospinal:
Makroskopis:
Kekeruhan :+
26
Mikroskopis:
PMN : 4%
MN : 96%
Kimia:
Glukosa : 78 mg/dl
None : ++
Pandi : +++
Pemeriksaan penunjang
27
Kesan: Bronkopneumonia
Brain CT scan
28
Kesan: Hidrosefalus
Diagnosis:
29
Diagnosis klinis : Meningitis Tuberkulosis
Diagnosis banding:
Meningitis kriptokokus
Prognosis:
Dubia et malam
Terapi:
Umum:
O2 3 l/menit
Khusus:
30
Dexametason 3x5 mg IV
Ranitidine 2x50 mg IV
Ceftriakson 1x2 g IV
Flumucyl 2x300 mg IV
PCT 3x750 mg
R/ VP Shunt
Anjuran pemeriksaan:
31
BAB 4
DISKUSI
saraf RSUP dr. M Djamil Padang pada tanggal 10 Januari 2018 dengan diagnosis
Meningitis Tuberkulosis.
pasien tampak sering tertidur, kemudian 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien
tidak lagi menyahut dan membuka mata jika dipanggil oleh keluarganya. Keluhan
tersebut diawali oleh demam yang naik-turun sejak 3 minggu sebelum masuk rumah
sakit dan disertai oleh nyeri kepala yang semakin hari semakin meningkat. Selain itu
tampak juga oleh keluarga bahwa anggota gerak kanan kurang aktif dibanding yang
kiri. Menurut literatur yang ada, gejala meningitis pada dewasa biasanya memiliki
gejala prodromal seperti demam selama + 2 minggu, adanya sakit kepala yang makin
disertai adanya hemiparese anggota gerak kanan. Adanya tanda rangsang meningeal
32
menunjukan bahwa adanya sesuatu yang mengiritasi selaput otak. Adanya penurunan
maupun kimia darah kecuali pada kadar hemoglobin. Pada pemeriksaan css
ditemukan cairan bening kekuningan dengan jumlah sel 97/mm3 dengan komposisi
PMN 4% dan MN 96%, ratio glukosa css banding plasma 43%, dan positif pada tes
pani dan none. Hal tersebut mendukung ke arah meningitis tuberkulosis dan dapat
dipastikan dengan pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas. Selain itu, pada
yang ada.
literatur yang ada pada kondisi pasien saat ini seperti adanya hidrosefalus, penurunan
33
BAB 5
KESIMPULAN
Asia dan Afrika. Insiden penyakit ini semakin meningkat pada beberapa keadaan
seperti sistem imun yang tidak adekuat akibat adanya penyakit, malnutrisi, maupun
mengkonsumsi obat tertentu. Gejala yang ditimbulkan beragam dan berbeda pada
anak maupun dewasa. Perlu pendekatan klinis yang mumpuni untuk bisa menegakan
diagnosis penyakit ini yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang ada di fasilitas kesehatan. Tatalaksana yang cepat dan
tepat dapat menjadi salah satu faktor utama dalam memperbaiki prognosis seorang
34