Anda di halaman 1dari 40

Case Report Session

MENINGITIS TUBERKULOSIS

Oleh:

Rizki Saputra 12102312124

Pembimbing:

Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp.S (K)

dr. Restu Susanti, Sp.S, M. Biomed

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M. DJAMIL PADANG

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan case report

session yang berjudul “Meningitis Tuberkulosis”.

Tulisan ini bertujuan untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan

penulis dan pembaca tentang meningitis tuberculosis serta untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.

M. Djamil Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini, terutama preseptor kami Prof.

Dr. dr. Darwin Amir, Sp.S (K) dan dr. Restu Susanti, Sp.S, M. Biomed yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, saran, dan perbaikan kepada

penulis.

Dengan demikian, penulis berharap agar case report session ini dapat

bermanfaat dalam menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai meningitis

tuberkulosis.

Padang, 28 Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Daftar Gambar iv

Daftar Tabel v

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 2

1.4 Metode Penulisan 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Definisi 3

2.2 Epidemiologi 3

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko 4

2.4 Patofisiologi 4

2.5 Diagnosis 5

2.6 Penatalaksanaan 8

2.7 Prognosis 9

DAFTAR PUSTAKA 10

BAB 3. ILUSTRASI KASUS 12

BAB 4. DISKUSI 32

BAB 5. KESIMPULAN 34

iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tuberkulosis milier pada orang dewasa dengan meningitis 7

tuberkulosis

Gambar 2.2 Gambaran CT scan pada penderita meningitis tuberkulosis. 7

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gejala, manifestasi klinis, dan hasil css pada anak dan 6

dewasa

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis tuberkulosis adalah bentuk tersering dari tuberkulosis sistem saraf

pusat yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.1 Penyakit ini hanya

menyumbang 5% dari seluruh kasus tuberkulosis ekstra paru serta memiliki insiden

tertinggi pada anak berusia dibawah 4 tahun. Namun, semakin banyak orang dewasa

yang terkena akibat epidemi dari HIV.2 Selain itu, meningitis tuberkulosis sering

menyerang kelompok dengan resiko tinggi seperti: anak-anak dengan tuberkulosis

primer serta orang dengan imunodefisisensi yang disebabkan oleh usia lanjut,

malnutrisi, dan kelainan seperti HIV dan kanker. Penyakit ini sering diasosiasikan

dengan tingginya frekuensi sekuele neurologis dan mortalitas jika tidak ditatalaksana

dengan baik.1 Oleh karena itu, penulis merasa perlu membahas tentang Meningitis

Tuberkulosis.

1.2 Batasan Masalah

Penulisan case report ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi, faktor

resiko, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis dari meningitis

tuberkulosis.

1
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan case report ini antara lain sebagai berikut:

a. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian ilmu

penyakit saraf RSUP dr. M. Djamil Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

b. Menembah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai definisi,

epidemiologi, etiologi, faktor resiko, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, dan

prognosis meningitis tuberkulosis

1.4 Metode Penulisan

Penulisan case report session ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan

yang merujuk pada berbagai literatur.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Meningitis tuberkulosis adalah bentuk tersering dari tuberkulosis sistem saraf

pusat yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini terjadi ketika

tuberkel subpial maupun subependimal pecah dan masuk ke dalam rongga

subarakhnoid.1

2.2 Epidemiologi

Penyakit tuberkulosis merupakan penyebab ketujuh dari kematian dan

kecacatan pada seluruh dunia. pada tahun 1997, meningitis tuberkulosis adalah

bentuk kelima tersering dari tuberkulosis. WHO memperkirakan sepertiga dari

penduduk dunia telah terinfeksi tuberkulosis. Pada tahun 2005, kasus baru

tuberkulosis di seluruh dunia diperkirakan mencapai 8,8 juta dengan 7,7 juta kasus

berasal dari Asia dan Afrika. 1,6 juta meninggal akibat tuberkulosis termasuk

195.000 pasien dengan HIV.3

Meningitis tuberkulosis sering terjadi pada anak-anak terutama yang berusia

di bawah 5 tahun. Pada orang dewasa, penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki

daripada perempuan dengan perbandingan 2:1.3

3
2.3 Etiologi dan faktor resiko

Meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman

ini merupakan bakteri batang gram positif yang bersifat aerob serta memiliki dinding

tebal yang tersusun dari lemak, peptidoglikan, dan arabinomanan.4

Faktor risiko tinggi untuk menderita penyakit ini antara lain orang dengan

HIV/ AIDS, malnutrisi, alkoholisme, penggunaan obat-obatan terlarang, diabetes

mellitus, penggunaan kortikosteroid, keganasan, dan pasien yang dirawat dalam

waktu yang lama.3

2.4 Patofisiologi

Adanya fokus di subkorteks ataupun di meningeal yang memiliki akses ke

rongga subarachnoid. Masuknya bakteri dan granuloma ke dalam rongga

subarachnoid akan membentuk eksudat inflamasi yang tebal. Eksudat tersebut akan

mempengaruhi fisura sylvii, sisternus basalis, batang otak, dan serebelum. Eksudat

juga dapat ditemukan pada fosa interpeduncular yang meliputi saraf optik, artari

karotis interna, bagian depan suprasellar.5

Eksudat meluas dan menekan beberapa pembuluh darah kecil sehingga akan

terjadi iskemi dan infark pada otak akibat vasculitis, terlebih lagi jika arteri besar

yang terkena akan memicu vasculitis yang lebih luas dan daerah infark yang luas.5

Hidrosefalus dan tuberkuloma terjadi pada 2/3 pasien akibat meluasnya

eksudat yang mendesak arteri dan saraf kranial, sehingga terjadi obstruksi dari aliran

4
cairan serebrospinal setinggi celah tentorial yang berujung terjadinya hidrosefalus.

Eksudat juga dapat menekan berbagai saraf kranial, granuloma dapat bersatu

membentuk tuberkuloma.5

Meningitis juga dapat menyebabkan terjadinya infiltrasi, proliferasi, dan

kerusakan pembuluh yang patologis sehingga terjadi thrombosis lumen. Vasospasme

dapat memediasi terjadinya stroke pada awal perjalanan penyakit maupun nanti saat

terjadi gangguan proliferatif dari intima pembuluh darah. intinya, kondisi

protrombosis tersebut berkontribusi dalam terjadinya stroke.5

2.5 Diagnosis

Manifestasi klinis yang terjadi pada anak-anak dan dewasa berbeda. Pada

anak-anak biasanya gejala awal tidak khas seperti demam, batuk, muntah, malaise,

dan penurunan berat badan. Durasi dari gejala tersebut biasanya lebih dari enam hari.

Kejang pada anak lebih sering daripada dewasa. Sedangkan pada dewasa biasanya

gejala prodromal bersifat gradual selama + 1-2 minggu dan bisa memburuk dengan

adanya sakit kepala yang meningkat, kaku kuduk, muntah, kebingungan, dan koma.2,6

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kelumpuhan pada nervus kranialis

(terutama N II, III, IV, VI, VII, dan VIII), peningkatan tekanan intracranial,

penurunan kesadaran, hidrosefalus, dan konstriksi karotis interna yang berujung

stroke.4

Pada pemeriksaan mikroskopis bisa digunakan pewarnaan ziehl Nielsen (10-

20%) untuk pemeriksaan css. Kultur dan tes sensitifitas dapat dilakukan untuk

5
mengetahui jenis bakteri dan mengkonfirmasi resistensi pada antibiotik tertentu

walaupun pemeriksaan ini lama dan kurang sensitif. Analisis molecular juga dapat

digunakan seperti tehnik asam nukleat teramplifikasi (NAAT) maupun polymerase

chain reaction (PCR) untuk deteksi DNA mikobakterial yang lebih cepat, lebih

sensitive, dan lebih spesifik.7,8

Pada pemeriksaan cairan serebro spinal (css) ditemukan warna jernih,

peningkatan jumlah sel darah putih (0,5 – 1 x 109/l) dengan netrofil dan limfosit,

peningkatan kadar protein (0,5 – 2,5 g/l), rasio gula css dengan plasma <0,5.1,2,5,9

Tabel 2.1
Gejala, manifestasi klinis dan hasil css pada anak dan dewasa.2
Untuk pemeriksaan radiologis dapat menggunakan modalitas x-ray, MRI, dan

CT scan. Pemeriksaan x-ray pada thorkas dapat digunakan untuk mencari ada atau

tidaknya tuberkulosis pulmoner sebelumnya atau yang masih aktif. Pada pemeriksaan

CT scan biasanya didapatkan gambaran hidrosefalus dan eksudat pada sisterna basal.

6
Sedangkan pemeriksaan MRI dapat memberikan informasi penting mengenai lesi

desak ruang, infark, dan perluasan dari eksudat inflamasi.9, 10

Gambar 2.1
Tuberkulosis milier pada orang dewasa dengan meningitis tuberkulosis10

Gambar 2.2

7
Gambaran CT scan pada penderita meningitis tuberkulosis. a. tanpa kontras:
menunjukan dilatasi ventrikel b. setelah kontras: menunjukan peningkatan
(hiperdens) dari sisterna basal10

2.6 Penatalaksanaan

 Penderita sebaiknya dirawat di ruang perawatan intensif

 Perawatan penderita meliputi kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan gizi,

posisi penderita, perawatan kandung kemih, dan defekasi

 Medikamentosa

o Isoniazid (INH) 10-20 mg/ KgBB/hari (anak), 400 mg/hari (dewasa)

o Rifampisin 10-20 mg/KgBB/hari, dosis 600 mg/hari (dewasa)

o Etambutol 25 mg/KgBB/hari hingga 150 mg/hari

o PAS (Para-Amino-Salicilyc acid) 200 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3

dosis, dapat diberikan sampai 12 g/hari

o Streptomisin IM kurang lebih 3 bulan dengan dosis 30-50

mg/KgBB/hari

o Kortikosteroid: Prednison 2-3 mg/KgBB/hari, 20 mg/hari dibagi dalam

3 dosis selama 2-4 minggu kemudian diteruskan dengan dosis 1

mg/KgBB/hari selama 1-2 minggu. Atau: deksametason IV dengan

dosis 10 mg setiap 4-6 jam, bila membaik dapat diturunkan menjadi 4

mg/ 6 jam.

 Operatif: pemasangan VP Shunt atau EVD11

8
2.7 Prognosis

Adanya hidrosefalus, gangguan kesadaran, tuberkulosis di tempat lain

memiliki angka mortalitas yang tinggi. Sedangkan usia tua, perubahan kesadaran,

hidrosefalus, keparahan meningitis tuberkulosa, keterlambatan pemberian obat anti

tuberkulosis akan berakibat pada prognosis yang buruk bagi penderita meningitis

tuberkulosis.12

9
DAFTAR PUSTAKA
1. Marx GE, Chan ED. Review Article. Tuberculous Meningitis: Diagnosis and
Treatment Overview. Hindawi Publishing Corporation, Tuberculosis Research
and Treatment, 2011;1-8
2. Torok ME. Tuberculous Meningitis: Advance in Diagnosis and Treatment.
British Medical Bulletin. 2015; 113: 117-131.
3. Ramachandrand TS. Medscape: Tuberculous Meningitis. 2017. Diakses pada
27 Januari 2018 dari https://emedicine.medscape.com/article/1166190
4. Thwaites G, Chau T T H, Mai N T H, Drobniewski F, McAdam K, Farrar J.
Neurological Aspects of Tropical Disease: Tuberculous Meningitis. Journal
Neurol Neurosurg Psychiatry, 2000; 68: 289-299.
5. Tai M S. Tuberculous Meningitis: Diagnostic and Radiological Features,
Pathogenesis, and Biomarkers. Neuroscience and Medicine, 2013; 4: 101-107.
6. Cohen D B et all. Diagnosis of Cryptococcal and Tuberculous Meningitis in a
Resource-limited African Setting. Tropical Medicine and Health, 2010; Vol.
15 No. 8: 910-917.
7. Ho J, Marais B J, Gilbert G L, Ralph A P. Review: Diagnosing Tuberculous
Meningitis – Have We Made Any Progress?. Tropical Medicine and
International Health, 2013; Vol. 18 No 6: 783-793.
8. Philip N, William T, John D V. Review: Diagnosis of Tuberculous
Meningitis: Challenges and Promises. Malaysian Journal Pathology, 2015;
37(1): 1-9.
9. Solari L et all. The Validity of Cerebrospinal Fluid Parameters for the
Diagnosis of Tuberculous Meningitis. International Journal of Infectious
Disease, 2013; 17: e1111-e1115.
10. Thwaites G E. The Diagnosis and Management of Tuberculous Meningitis.
2002. Diakses pada 27 Januari 2018 dari http://pn.bmj.com
11. Panduan Praktik Klinis Neurologi. PERDOSSI. 2016; 192-194
12. Hsu P, Yang C, Ye J, Huang P, Chiang P, Lee M. Prognostic Factors of
Tuberculous Meningitis in Adults: A 6-Year Retrospective Study at a Tertiary

10
Hospital in Northern Taiwan. Journal Microbiology Immunology and
Infection, 2010; 43(2): 111-118

11
BAB 3

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nursamsi

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 23 tahun

Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Pasaman Barat

Pekerjaan : Mahasiswi

Alloanamnesis:

Seorang pasien perempuan 23 tahun dirawat di bangsal Neurologi RSUP dr. M.

Djamil Padang pada tanggal 10 Januari 2018 dengan:

Keluhan utama:

Penurunan kesadaran

Riwayat Penyakit Sekarang

 Penurunan kesadaran sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Terjadi

secara berangsur-angsur, awalnya pasien tampak banyak tidur, tetapi sejak 2

12
hari belakangan ini pasien tidak lagi menyahut dan membuka mata ketika

dipanggil oleh keluarga.

 Keluhan diawali demam sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam

naik turun, tidak menggigil dan tidak berkeringat.

 Demam disertai dengan nyeri kepala yang semakin meningkat.

 Tampak oleh anggota anggota gerak kanan kurang aktif dibanding anggota

gerak kiri.

 Terdapat muntah setiap makan dan minum, berisi apa yang dimakan.

 Pasien tidak mengalami kejang.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke, dan penyakit jantung

tidak ada.

 Riwayat infeksi gigi, telinga, dan sinus tidak ada.

 Riwayat tumor/ keganasan tidak ada.

 Riwayat batuk lama atau minum obat rutin tidak ada.

 Riwayat penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir, tapi keluarga tidak

tahu berapa banyak.

Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan keluhan seperti

ini.

13
Riwayat Pribadi dan Sosial

 Pasien merupakan seorang mahasiswa dengan aktivitas ringan-sedang.

 Riwayat seks bebas, tattoo, narkoba, dan transfuse tidak diketahui keluarga

PEMERIKSAAN FISIK

I. Umum

Keadaan umum : Sakit berat

Kesadaran : Soporous

Nadi/ irama : 68x/menit/ irama reguler

Pernafasan : 20x/menit

Tekanan darah : 130/100 mmHg

Suhu : 38,5oC

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 55 Kg

Turgor kulit : Baik

II. Status internus

Kulit : tidak ada kelainan

Kelenjer getah bening : tidak ada pembesaran

14
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thorak:

Paru:

 Inspeksi : Simetris kanan = kiri

 Palpasi : Sulit dinilai

 Perkusi : Sonor

 Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung:

 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

 Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

 Perkusi : Batas jantung normal

 Auskultasi : Regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:

 Inspeksi : Distensi (-)

 Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba

 Perkusi : Timpani

 Auskultasi : Bising usus (+) normal

15
Korpus vertebrae:

 Inspeksi : Tidak tampak deformitas

 Palpasi : Tidak teraba krepitus

III. Status Neurologikus

GCS E2 M5 V2

1. Tanda rangsang selaput otak

Kaku kuduk : (+)

Brudzinsky I : (-)

Brudzinsky II : (-)

Brudzinsky III : (-)

Brudzinsky IV : (-)

Kernig sign : (+)

Laseque sign : (-)

2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial

Pupil anisokor, diameter 3mm/ 4mm, reflek cahaya +/+

Muntah proyektil tidak ada

16
3. Pemeriksaan nervus kranialis

N.I (olfaktorius):

Penciuman Kanan Kiri

Subjektif Sulit dinilai Sulit dinilai

Objektif dengan bahan Sulit dinilai Sulit dinilai

N. II (optikus)

Penglihatan Kanan Kiri

Tajam penglihatan Sulit dinilai Sulit dinilai

Lapangan pandang Sulit dinilai Sulit dinilai

Melihat warna Sulit dinilai Sulit dinilai

Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N. III (okulomotorius), N. IV (trochlearis), dan N. VI (abdusen)

Kanan Kiri

Bola mata Ortho Ortho

Ptosis - -

Gerakan bulbus Terbatas Terbatas

Strabismus - -

17
Nystagmus - -

Ekso/endophtalmus - -

Pupil

Bentuk Bulat Bulat

Reflex cahaya + +

Reflex akomodasi Sulit dinilai Sulit dinilai

Reflex konvergensi Sulit dinilai Sulit dinilai

N. IV (troklearis)

Kanan Kiri

Gerakan mata ke bawah Sulit dinilai Sulit dinilai

Sikap bulbus Terbatas Terbatas

Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai

N. VI (abdusen)

Kanan Kiri

Gerakan bola mata ke Terbatas Terbatas

lateral

Sikap bulbus Terbatas Terbatas

Diplopia - -

18
N. V (trigeminus)

Kanan Kiri

Motorik

Membuka mulut Sulit dinilai Sulit dinilai

Menggerakan rahang Sulit dinilai Sulit dinilai

Menggigit Sulit dinilai Sulit dinilai

Mengunyah Sulit dinilai Sulit dinilai

Sensorik

Divisi ophtalmika

Reflek kornea + +

Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai

Divisi maksila

Reflex maseter Sulit dinilai Sulit diniali

Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai

Divisi mandibular

Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai

N. VII (fasialis)

Kanan Kiri

Raut wajah Plika nasolabialis datar Normal

Sekresi air mata Normal Normal

19
Fisura palpebra Sulit dinilai Sulit dinilai

Menggerakan dahi Sulit dinilai Sulit dinilai

Menutup mata Sulit dinilai Sulit dinilai

Mencibir/ bersiul Sulit dinilai Sulit dinilai

Memperlihatkan gigi Sulit dinilai Sulit dinilai

Sensasi lidah 2/3 depan Sulit dinilai Sulit dinilai

Hiperakusis Sulit dinilai Sulit dinilai

N. VIII (vestibularis)

Kanan Kiri

Suara berbisik Sulit dinilai Sulit dinilai

Detik arloji Sulit dinilai Sulit dinilai

Rinne test Sulit dinilai Sulit dinilai

Weber test Sulit dinilai Sulit dinilai

Swabach test Sulit dinilai Sulit dinilai

Nystagmus Sulit dinilai Sulit dinilai

Pengaruh posisi kepala - -

20
N. IX (glossofaringeus)

Kanan Kiri

Sensasi lidah 1/3 Sulit dinilai Sulit dinilai

belakang

Reflex muntah +

N. X (vagus)

Kanan Kiri

Arkus faring Simetris

Uvula Di tengah

Menelan Sulit dinilai

Artikulasi Sulit dinilai

Suara Sulit dinilai

Nadi Regular Regular

N. XI (asesorius)

Kanan Kiri

Menoleh ke kanan Sulit dinilai

Menoleh ke kiri Sulit dinilai

Mengangkat bahu Sulit dinilai

21
kanan

Mengangkat bahu kiri Sulit dinilai

N. XII (hipoglossus)

Kanan Kiri

Kedudukan lidah dalam Simetris

Kedudukan lidah luar Sulit dinilai

Tremor -

Fasikulasi -

Atrofi -

4. Koordinasi

Keseimbangan Koordinasi

Stepping gait Tidak dilakukan Tes tumit lutut Sulit dinilai

Romberg test Tidak dilakukan Rebound Sulit dinilai

phenomen

Romberg test Tidak dilakukan Supinasi pronasi Sulit dinilai

dipertajam

Tandem gait Tidak dilakukan Tes hidung-jari Sulit dinilai

Tes jari-jari Sulit dinilai

5. Motorik

22
A. Badan Respirasi Spontan

Duduk -

B. Berdiri Gerakan - -

dan berjalan spontan

Tremor - -

Atetosis - -

Mioklonik - -

Korea - -

C. Superior Inferior

Ekstremitas

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan

Kekuatan Lateralisasi ke kanan Lateralisasi ke kanan

Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus

6. Sensibilitas

Sensibilitas taktil Sulit dinilai

Sensibilitas nyeri Sulit dinilai

Sensibiliast termis Sulit dinilai

Sensibilitas sendi dan posisi Sulit dinilai

23
Sensibilitas getar Sulit dinilai

Sensibilitas kortikal Sulit dinilai

Stereognosis Sulit dinilai

Pengenalan 2 titik Sulit dinilai

Pengenalan rabaan Sulit dinilai

7. Refleks

A. Kanan Kiri Kanan Kiri

Fisiologis

Kornea + + Biseps +++ +++

Berbangkis Triseps +++ +++

Laring KPR +++ +++

Masseter APR +++ +++

Dinding Bulbokavernosa

perut

Atas Kremaster

Tengah Sfingter

Bawah

B.

Patologis

Lengan Tungkai

24
Hofmann- - - Babinski + -

Tromner

Chaddoks + -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

Klonus paha - -

Klonus kaki -

8. Fungsi otonom

Miksi : Terpasang kateter

Defekasi : Belum keluar

Keringat : Normal

9. Fungsi luhur

Kesadaran Tanda demensia

Reaksi bicara Sulit dinilai Reflex glabella -

Reaksi intelek Sulit dinilai Reflex snout -

Reaksi emosi Sulit dinilai Reflex menghisap -

Reflex memegang -

25
Reflex -

palmomental

Pemeriksaan laboratorium

Darah:

Rutin: Hb : 11,0 g/dl

Leukosit : 8.840/mm3

Trombosit : 239.000/ mm3

Hematokrit : 33%

Kimia darah: ureum : 21 mg/dl

Kreatinin : 0,6 mg/dl

Gula darah sewaktu: 182 mg/dl

Na/K/Cl : 135/ 3,5/ 98

Cairan serebrospinal:

Makroskopis:

 Kekeruhan :+

 Warna : Bening kekuningan

26
Mikroskopis:

 Jumlah sel : 97/mm3

 PMN : 4%

 MN : 96%

Kimia:

 Glukosa : 78 mg/dl

 None : ++

 Pandi : +++

Pemeriksaan penunjang

 Rontgen foto thoraks

27
Kesan: Bronkopneumonia

 Brain CT scan

28
Kesan: Hidrosefalus

Diagnosis:

29
Diagnosis klinis : Meningitis Tuberkulosis

Diagnosis topik : Leptomeningen

Diagnosis etiologi : Infeksi bakteri Mycobacterium tuberculous

Diagnosis sekunder : Bronkopneumonia

Diagnosis banding:

Meningitis kriptokokus

Prognosis:

Dubia et malam

Terapi:

Umum:

 Elevasi kepala 30o

 O2 3 l/menit

 IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf

 NGT: MC TKTP 1800 Kkal

 Folley kateter: balance cairan

Khusus:

30
 Dexametason 3x5 mg IV

 Ranitidine 2x50 mg IV

 Ceftriakson 1x2 g IV

 Flumucyl 2x300 mg IV

 R/ H/ Z/ E: 450 mg/ 300 mg/ 1000 mg/ 750 mg PO

 Vit B6 1x1 tab PO

 PCT 3x750 mg

 R/ VP Shunt

Anjuran pemeriksaan:

 Culture and sensitivity test

31
BAB 4

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan usia 22 tahun dirawat di bangsal

saraf RSUP dr. M Djamil Padang pada tanggal 10 Januari 2018 dengan diagnosis

Meningitis Tuberkulosis.

Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami penurunan kesadaran

secara beberangsur-angsur sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya

pasien tampak sering tertidur, kemudian 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien

tidak lagi menyahut dan membuka mata jika dipanggil oleh keluarganya. Keluhan

tersebut diawali oleh demam yang naik-turun sejak 3 minggu sebelum masuk rumah

sakit dan disertai oleh nyeri kepala yang semakin hari semakin meningkat. Selain itu

tampak juga oleh keluarga bahwa anggota gerak kanan kurang aktif dibanding yang

kiri. Menurut literatur yang ada, gejala meningitis pada dewasa biasanya memiliki

gejala prodromal seperti demam selama + 2 minggu, adanya sakit kepala yang makin

memburuk, serta bisa diikuti kebingungan atau penurunan kesadaran.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya penurunan kesadaran (sopor), tanda

rangsangan meningeal positif, dan ditemukannya kelumpuhan dari nervus kranialis

disertai adanya hemiparese anggota gerak kanan. Adanya tanda rangsang meningeal

32
menunjukan bahwa adanya sesuatu yang mengiritasi selaput otak. Adanya penurunan

kesadaran, kelumpuhan saraf kranialis, dan hemiparese menunjukan bahwa

kemnungkinan adanya lesi desak ruang yang menekan jaringan di sekitarnya.

Untuk memastikan diagnosis pasien, maka dilakukan beberapa pemeriksaan

penunjang seperti pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan radiologi. Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil normal pada pemeriksaan darah rutin,

maupun kimia darah kecuali pada kadar hemoglobin. Pada pemeriksaan css

ditemukan cairan bening kekuningan dengan jumlah sel 97/mm3 dengan komposisi

PMN 4% dan MN 96%, ratio glukosa css banding plasma 43%, dan positif pada tes

pani dan none. Hal tersebut mendukung ke arah meningitis tuberkulosis dan dapat

dipastikan dengan pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas. Selain itu, pada

pemeriksaan radiologi didapatkan kesan hidrosefalus dari gambaran CT scan otak

pasien. Hal tersebut juga mendukung diagnosis ke arah meningitis tuberkulosis.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini baik yang suportif,

medikamentosa maupun yang non medikamentosa sudah dilakukan sesuai tatalaksana

yang ada.

Prognosis pasien ini dubia et malam karena menimbang faktor-faktor dari

literatur yang ada pada kondisi pasien saat ini seperti adanya hidrosefalus, penurunan

kesadaran, serta beratnya gejala klinis pada pasien.

33
BAB 5

KESIMPULAN

Meningitis tuberkulosis masih banyak di negara-negara berkembang seperti

Asia dan Afrika. Insiden penyakit ini semakin meningkat pada beberapa keadaan

seperti sistem imun yang tidak adekuat akibat adanya penyakit, malnutrisi, maupun

mengkonsumsi obat tertentu. Gejala yang ditimbulkan beragam dan berbeda pada

anak maupun dewasa. Perlu pendekatan klinis yang mumpuni untuk bisa menegakan

diagnosis penyakit ini yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang ada di fasilitas kesehatan. Tatalaksana yang cepat dan

tepat dapat menjadi salah satu faktor utama dalam memperbaiki prognosis seorang

pasien yang menderita meningitis tuberkulosis

34

Anda mungkin juga menyukai