Anda di halaman 1dari 49

Distosia Bahu

Sistematika
GBPP 2011
Perbedaan GBPP 2002
dengan 2011
Silabus
Materi
Diskusi
Distosia Bahu
Latar Belakang
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)
(menitikberatkan deteksi dini, menghindari risiko pada ibu
hamil serta menyediakan akses dan pelayanan
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.(Profil
Kesehatan, 2012)

Distosia bahu (0,6-1,4%)


Distosia bahu tidak dapat diprediksi atau dicegah karena
metode yang akurat untuk mengidentifikasi janin yang
mengalami komplikasi ini tidak ada.1
Distosia Bahu

Komplikasi pada Ibu dan Janin


Menyumbang AKI dan AKB

Berdasarkan hal diatas, maka pengetahuan


bidan tentang distosia bahu pada ibu bersalin
mulai dari patofisiologi, penegakkan diagnosis,
prognosis dan penatalaksaannya sangat
diperlukan agar tidak terjadi manifestasi buruk
yang dapat merugikan ibu, janin dan keluarga.
Definisi
Impaksi bahu depan di simpisis
Janin dengan preskep, kepala sdh
lahir,tapi bahu tidak dapat lahir dengan
cara yg biasa...
(Oxorn, 2010)
Patofisiologi
Mekasisme bahu normal
Bahu masuk panggul dlm diameter
obliqua

Bahu turun sesuai bentuk jln lahir di


diameter biakromialis

Berputar ke diameter
anteroposterior panggul

Bahu depan di bawah simpisis pubis


Mekanisme Distosia Bahu Oxorn, 2010
Bahu lbh mudah tertahan bila
memasuki panggul dgn diameter
biakromialis pd diameter
anteroposterior

Tidak pada salah satu diameter


obliqua

Jarang kedua bahu tertahan di atas


PAP

Bahu belakang dpt lewat


promontorium
Faktor Risiko
Faktor Ibu
1. Anatomi panggul yang abnormal
Bentuk panggul (diameter anteroposterior lebih
pendek) deformitas panggul (kecelakaan atau riketsia)

2. Diabetes pada kehamilan atau sebelum kehamilan

3. Obesitas
Berdasarkan jurnal dengan judul Outcome of
pregnancy in a woman with increased body mass index
menyatakan bahwa hubungan antara distosia bahu
dengan obesitas ibu adalah lebih mungkin disebabkan
karena makrosomia janin itu daripada obesitas ibu. 7
Faktor Ibu
4. Riwayat melahirkan janin besar > 4000 gram
5. Kehamilan lewat waktu
6. Riwayat distosia bahu
7. Multiparitas
Berdasarkan jurnal yang berjudul Risk of shoulder dystocia:
associations with parity and off spring birthweight. A population study
of 1 914 544 deliveries tahun 2012:
Riwayat persalinan terdahulu dengan distosia bahu beresiko
untuk terjadi
distosia bahu berulang.
Hubungan positif antara berat badan lahir yang besar
(makrosomia) dapat
dialami oleh seluruh paritas. Tetapi ibu dengan paritas yang lebih tinggi
memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami persalinan dengan
distosia
bahu dibandingkan dengan ibu primipara.11
Faktor Ibu
1. Makrosomia

Berdasarkan jurnal dengan judul


macrosomia: mode of delivery and pregnancy
outcome didapatkan hasil proporsi makrosomia
(berat lahir 4500 gram) berkisar 56,8% dari
semua distosia bahu.11

Dalam menentukan diagnosis janin dengan


makrosomia dari hasil palpasi yaitu TFU 40 cm,
taksiran berat badan janin 4000 gram dan USG.12
Faktor Ibu
1. Persalinan pervaginam dengan tindakan
2. Kala I fase aktif memanjang
3. Kala II memanjang
4. Persalinan presipitatus
Berdasarkan American Journal of Obstetrics &
Gynecology tahun 2008 dengan judul Risk factors
for recurrent shoulder dystocia, Washington state,
1987-2004 dari hasil studi potong lintang, bahwa
faktor risiko untuk kejadian berulang distosia bahu
yaitu berat badan lahir 3500 gram atau lebih besar,
persalinan dengan vacum serta beberapa riwayat
distosia bahu.13
Diagnosa

1. Turtle sign
Tanda ini merupakan suatu retraksi kepala janin dimana
kepala janin melekat terhadap perineum ibu.

2. Kala II persalinan yang memanjang


Dalam inpartu kala II dikatakan memanjang atau tiadak
ada kemajuan apabila dalam 2 jam pada primipara dan 1
jam pada multipara bayi tidak lahir keseluruhan.

3. Kesulitan atau kegagalan dalam melakukan rotasi


eksternal kepala setelah melewati perineum.

4. Bahu depan tetap tidak bisa dilahirkan walaupun


dengan sejumlah traksi pada kepala janin.
Diagnosa
Berdasarkan Pan African Medical Journal dengan judul
Antenatal macrosomia prediction using sonographic fetal
abdominal circumference in South Tunisia tahun 2013
dengan studi clinical trial retrospektif, untuk mendiagnosis
distosia bahu dapat menggunakan ultrasonograf. Hasil
pengukuran dengan USG didapatkan hasil pengukuran lingkar
perut janin yang berguna dalam memprediksi makrosomia
janin. Hasil pengukuran lingkar perut janin (AC)
350mm bisa membantu untuk mendiagnosa distosia
bahu.14
Penanganan
1. Antisipasi
Melakukan antisipasi dengan
menggunakan pendekatan faktor
risiko ketika melakukan
pemeriksaan Ante Natal Care dan
pada saat intrapartum, hal ini
memerlukan persiapan dan
antisipasi.
Penanganan
2. Panduan Manuver-manuver yang sudah
dijadikan sebagai protokol pertolongan
persalinan dengan Distosia Bahu

Metode ALARMER16
Setelah jelas distosia bahu ditegakkan
diagnosanya : Dianjurkan dengan
pendekatan standar yang dianjurkan
yaitu ALARMER
Penanganan
ALARMER16 :

Ask for Help


Lift/hyperflexi womans Legs
Anterior shoulder disimpaction (eksternal)
Rotation of the posterior shoulder (Manuver Rubin dan
Manuver Wood Screw (Internal)
Manual removal of posterior arm
Episiotomy
Roll woman over onto all fours
Penanganan
Ask for Help
Meminta bantuan baik dari tenaga medis
(dokter anak, anastesi, bidan), maupun
kerjasama dengan Ibu dan
pendampingnya.
Penanganan
Lift/hyperflexi womans Legs
Ratakan kepala tempat tidur, dekatkan bokong ke
batas pinggir tempat tidur, dan hiperplexi kedua kali
Ibu (Manuver Mc. Roberts) dengan lutut ditekuk ke
dada, dan libatkan asisten untuk masing-masing
mambantu memegang kaki ibu.

Catatan : keberhasilan manuver Mc. Roberts sendiri sebesar 90%


(RCOG, 2005)
Penanganan

Penanganan
Anterior shoulder disimpaction (Eksternal)

Tekanan suprapubis dengan Ibu tetap dalam Posisi


Mc.Robert
Asisten yang melakukan tekanan suprapubis harus tegak
lurus dengan badan Ibu (mungkin perlu menggunakan
dingklik atau kursi untuk mencapai posisi yang tepat)
Menggunakan kedua tangan, tangan saling menggenggam
dan tepat berada dalam suprapubis.
Dengan lengan yang lurus, akan menggunakan tubuh
asisten untuk memberikan tekanan ke suprapubis, dengan
harapan diameter biakromial lebih kecil.
Dan tidak melakukan dorongan pada fundus.
Penanganan

Gambar 2.3 Manuver Massanti


Anterior Shoulder Disimpaction (Eksternal)
Penanganan
Rotation of the posterior shoulder (Manuver Rubin dan
Manuver
Wood Screw

Rubin manuver vaginal approach


Manuver ini menerapkan tekanan untuk bagian yang
paling mudah di akses dari bahu janin (baik bahu
anterior atau posterior) untuk menghasilkan efek
adduksi bahu sehingga diameter kedua bahu dapat
mengecil dan impaksi bahu anterior dapat terbebas.
Beri tekanan pada bagian belakang bahu (skapula) ke
arah wajah janin, ini akan sedikit berputar ke diameter
oblique
Tidak diperkenankan untuk mendorong fundus.
Penanganan

Gambar 2.4 Manuver Rubin/Anterior Shoulder Disimpaction


(Internal)

Ket. a. Diameter Bahu-bahu


b. Adduksi bahu menyebabkan diameter bahu mengecil
Penanganan
Rotation of the posterior shoulder

Manuver Wood Screw dengan merotasi bahu


belakang
Tekan bagian depan dari bahu belakang ke arah
punggung janin
Keberhasilan ini dapat dilihat dengan lahirnya bahu
depan.
Tetapi dengan manuver massanti dan woods sudah
dapat melahirkan bahu depan.
Penanganan

Gambar 2.6 Manuver Woods screw (Internal)


Penanganan
Manual removal of posterior arm

Lengan bayi biasanya fleksi pada siku


Bila lengan bayi tidak fleksi pada bagian fossa
antecubital (untuk melenturkan siku di depan
tubuh) lalu beri tekanan/dorongan mantap ke
arah dada
Diikuti dengan rotasi janin ke diameter oblique
panggul (180o)
Ambil tangan bayi dan lahirkan tangan
Diikuti dengan lahirnya bahu anterior
Penanganan
Manual removal of posterior arm

Lengan bayi biasanya fleksi pada siku


Bila lengan bayi tidak fleksi pada bagian fossa
antecubital (untuk melenturkan siku di depan
tubuh) lalu beri tekanan/dorongan mantap ke
arah dada
Diikuti dengan rotasi janin ke diameter oblique
panggul (180o)
Ambil tangan bayi dan lahirkan tangan
Diikuti dengan lahirnya bahu anterior
Penanganan
Episiotomy

Episiotomi hanya dipertimbangkan untuk


mengantisipasi jika tidak ada cukup ruang untuk
melakukan manuver, hal ini dikarenakan distosia
bahu bukanlah masalah dari jaringan lunak.
Penanganan
Roll woman over onto all fours
Posisi Knee chest, meningkatkan diameter panggul,
yang memungkinkan untuk menggeser posisi janin,
dan bahu posterior/bahu belakang akan lahir
pertama (membantu melahirkan bahu belakang
terlebih dahulu) (Gaskin, 1998) dan ulangi manuver.

Gambar 2.8 Knee Chest and Roll Over the Internal


Manuver
Penanganan
Penanganan
Roll woman over onto all fours
Posisi Knee chest, meningkatkan diameter panggul,
yang memungkinkan untuk menggeser posisi janin,
dan bahu posterior/bahu belakang akan lahir
pertama (membantu melahirkan bahu belakang
terlebih dahulu) (Gaskin, 1998) dan ulangi manuver.

Gambar 2.8 Knee Chest and Roll Over the Internal


Manuver
Penanganan
ALARMER diadaptasi dari ALARM (2009) dan
MOREOB(2007)

Bersiaplah untuk melakukan resusitasi pada bayi


baru lahir
Menilai bayi baru lahir untuk komplikasi (lihat
bagian komplikasi)
Menilai Ibu untuk komplikasi (lihat bagian
komplikasi)
Berikan dukungan dan kenyamanan pada Ibu dan
pendampingnya
Ambil spesimen darah untuk pemeriksaan
laboratorium (ph)
Penanganan
Catatan:
Posisi tangan yang benar untuk
dimasukkan ke dalam vagina sangat
penting jika manuver internal
digunakan. Bagian sakrum adalah
bagian yang paling luas dari
panggul, akses vagina dapat
diperoleh lebih mudah pada bagian
posterior.
Posisi tangan yang benar seolah-
olah mengenakan gelang ketat,
dimana jari-jari didekatkan dan ibu
jari terselip di telapak tangan.
Penanganan
Berdasarkan buku ajar bidan Myles tahun 2009,
setelah diagnosis distosia bahu ditetapkan, bidan
harus segera memanggil bantuan. Dokter
spesialis obstetrik, dokter spesialis anestesia dan
orang yang kompeten dalam resusitasi neonatus
harus dihubungi.3

Bidan harus tetap tenang dan berusaha


menjelaskan sebanyak mungkin kepada ibu agar
ibu mau bekerja sama secara penuh ketika
perasat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pelahiran dilakukan.3
Penanganan
Tujuan semua perasat ini adalah membebaskan
bahu yang terjepit dan menyelesaikan pelahiran.

Prinsip untuk terlebih dahulu menggunakan


tindakan yang paling sederhana harus
diterapkan.

Bidan harus mendokumentasikan. 3


Penanganan
Pemilihan urutan maneuver pada kasus distosia
bahu berdasarkan efek samping terhadap bayi. 17

Dalam jurnal ini, untuk melahirkan bahu


dipertimbangkan melakukan manuver-manuver
awal yaitu manuver Mc. Robert dan manuver
Massanti, daripada manuver tambahan lain
(Rubin, Woods) karena manuver tambahan ini
memiliki hubungan yang lebih erat dengan
cedera neonatal.17
Urutan Tingkat Kesulitan Manuver
Dalam Menolong Persalinan Dengan Distosia
Bahu : 18
Tabel 2.2

BEBERAPA PENDEKATAN DALAM


PERTOLONGAN PERSALINAN BAHU

Klik Here
Komplikasi
1. Janin
= Kematian
= Paralisis pleksus brachialis
= Erb Ducheme Palsy
= Patah Tulang (Fraktur klavikula, Fraktur humerus)
= Asfiksia Janin

2. Ibu
= HPP (Haemorragia Post Partum= Atonia Uteri,
Laserasi)
Kewenangan Bidan
A. PERMENKES No 1464/Per/Menkes/X/201020
BAB III tentang Penyelenggaraan Praktik
Pasal 1
Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan
sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi yang
meliputi standar pelayanan, standar profesi.

Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang
untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
Pelayanan kesehatan ibu;
Pelayanan kesehatan anak;
Kewenangan Bidan
A. PERMENKES No 1464/Per/Menkes/X/201020
Pasal 10
(1)Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra
hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

(3) Bidan dalam memberikan pelayanan


sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berwenang untuk:
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan
dengan perujukan;
Kewenangan Bidan
A. PERMENKES No 1464/Per/Menkes/X/201020
Pasal 18
Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan
berwajiban untuk:
Mematuhi standar; (lihat pasal 1)
Kewenangan Bidan
B. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007 TENTANG
STANDAR
PROFESI BIDAN21

ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN


Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi, tangga terhadap kebudayaan
setempat selama persalinan, memimpin selama
persalinan yang bersih dan aman, menangani
situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang
baru lahir.
Kewenangan Bidan
B. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007 TENTANG
STANDAR
PROFESI BIDAN21

Pengetahuan Dasar
17. Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia
bahu.

Keterampilan Tambahan
Mengidentifikasi dan mengelola distosia bahu.
Daftar Pustaka
1. Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
2. Berkowitz R, et all. Optimizing Protocols in Obstetrics Managing Shoulder Dystocia. The
American Congress of Obstetricians and Gynecologist. 2013 July 2013.
3. Fraser D, Cooper M. Buku Ajar Bidan Myles. 14 ed. Jakarta: EGC; 2009.
4. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Rouse D, Spong C. Obstetri Williams. 23 ed.
Jakarta:
EGC; 2012.
5. Overland EA, Spydslaug A, Nielsen CS, Eskild A. Risk of shoulder dystocia in second
delivery:
does a history of shoulder dystocia matter? Am J Obstet Gynecol. 2009 May;200(5):506
e1-6.
6. Oxorn H, Forte W. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Edisi I ed.
Yogyakarta:
Penerbit ANDI dan Yayasan Essentia Medika; 2010.
7. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2009.
8. Thomas A, Buchanan Anny Xiang H. Gestational Diabetes Mellitus. J of Clinical
Investigation.
2005;115(6):4.
9. Usha Kiran TS, Hemmadi S, Bethel J, Evans J. Outcome of pregnancy in a woman with an
increased body mass index. BJOG. 2005 Jun;112(6):768-72.
10. Kominiarek M, et all. Gestational Weight Gain And Obesity: is 20 pounds too much? J
AJOG.
2013;209:214.e1-11.
Daftar Pustaka
11. Bjorstad AR, Irgens-Hansen K, Daltveit AK, Irgens LM. Macrosomia:
mode of delivery and pregnancy outcome. Acta Obstet Gynecol
Scand.
2010 May;89(5):664-9.

12. Kriebs J. Asuhan Kebidanan Varney. 2 ed. Jakarta: EGC; 2009.

13. Moore HM, Reed SD, Batra M, Schiff MA. Risk factors for recurrent
shoulder dystocia, Washington state, 1987-2004. Am J Obstet Gynecol.

2008 May;198(5):e16-24.

14. Chaabane K, et all. Antenatal Macrosomia Prediction Using Sonographic


Fetal Abdominal Circumference In South Tunisia. J Pan African Medical.
2013;14:111.

Camune B, Brucker M. An Overview of Shoulder Dystocia The Nurse's


Role. Nursing for Women's Health. 2007;11(5):10.
Daftar Pustaka
16. Managing Labour Decision Support Tool No.8B: Obstetrical
Emergencies-Shoulder Dystocia2011.
17. Hoffman MK, Bailit JL, Branch DW, Burkman RT, Van Veldhusien
P, Lu
L, et al. A comparison of obstetric maneuvers for the acute
management
of shoulder dystocia. Obstet Gynecol. 2011 Jun;117(6):1272-8.
16. Policy, Guideline and Procedure Manual Shoulder Dystocia: The
Women's The Royal Womens Hospital; 2011.
17. JNPK-KR. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar. Jakarta: JNPK-KR; 2008.
Kemenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1464/Menkes/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan. Jakarta: Kemenkes; 2010.
Kemenkes. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan.
Jakarta: Kemenkes; 2007.
.....Terima Kasih.....

Anda mungkin juga menyukai