Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak
dengan masa dewasa. Lazimnya masa remaja dimulai saat anak secara
seksual menjadi matang dan berakhir saat mencapai usia matang tersebut.
Masa remaja ini terjadi beberapa perubahan atau perkembangan yang
terjadi antara lain perkembangan fisik, perkembangan emosional dan
perkembangan seksual. Dengan adanya perkembangan seksual,
keingintahuan remaja tentang seks menjadi lebih besar dan dorongan seks
pun meningkat (Hurlock, 1999).
Remaja juga merupakan kelompok yang berpotensi beresiko dan perlu
perhatian khusus dan serius. Keadaan emosi yang cenderung meninggi
selama masa remaja di peroleh dari kondisi sosial yang mengelilingi
remaja masa kini.
WHO (1995) memprediksikan sekitar 1/5 penduduk dunia adalah anak
remaja yang dengan batasan umur 12-24 tahun yang mana 12-17 tahun
adalah pada tahap remaja awal dan 18-24 tahun remaja akhir. Perempuan
yang baru pertama kali melakukan hubungan seksual kemungkinan hamil
20% sampai 25% (Dianawati, 2003).
Menurut WHO (2009) jumlah remaja usia 10 19 tahun di dunia saat
ini mecapai kurang lebih 1,2 milyar. Di Asia Tenggara, jumlah remaja
mencapai 18%-25% dari seluruh populasi di negara tersebut.
Sebuah survey yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survei
(YRBS) secara Nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati
bahwa 47,8% pelajar yang duduk di kelas 9-12 telah melakukan hubungan
seks pranikah, 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual (Daili, 2009
dalam Damanik, 2012).
Sedangkan di Indonesia jumlah remaja usia 10 -19 tahun terbilang
besar mencapai 43,6 juta jiwa atau 18,3% dari populasi indonesia (BPS
2010). Masalah yang paling menonjol dikalangan remaja diantaranya
masalah seksualitas (BKKBN, 2009). Hal ini tentunya akan membawa
konsekuensi pada berbagai masalah sosial dan kesehatan reproduksi
remaja termasuk didalamnya adalah perilaku seksual remaja. Dengan
meningkatnya perilaku seksual remaja berstatus belum menikah, maka
kemungkinan untuk melakukan hubungan seksual pranikah dan terinfeksi
HIV/AIDS semakin tinggi. Hal ini membawa dampak yang besar bagi
remaja putri berupa kehamilan yang tidak di inginkan. Kehamilan karena
seks pranikah mengharuskan perempuan memilih antara menggugukan
kandungan atau mengasuh anak di luar nikah, keduanya sama sama
mempunyai risiko terancam kesehatan fisik, mental, dan sosial.
Hasil survey BKKBN 2010 sekitar 51 % remaja di wilayah
Jabodetabek sudah tidak perawan. Sebanyak 4% responden yang mengaku
melakukan hubungan seksual sejak usia 16-18 tahun, 16 % melakukan
pada usia 13-15 tahun. Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%,
di Bandung dan Medan 52%. Perilaku seks bebas di kalangan remaja
berdampak pada kasus infeksi penularan HIV/AIDS yang cenderung
berkembang di Indonesia, sedangkan tempat favorit untuk melakukan
hubungan seksual adalah di rumah sebanyak 40 %, di tempat kost 30 %
dan di hotel 30%.
Wilayah Jakarta Timur merupakan lokasi yang berpenduduk padat.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, Jumlah penduduk di
Indonesia berjumlah 237 641 326 Jiwa. Sementara penduduk Jakarta
Berjumlah 9.607.7879.223.000 jiwa yang tersebar 6 (enam) wilayah.
Kepulauan Seribu 21.082 jiwa, Jakarta Utara 1.645.659, Jakarta Timur
2.693.896, Jakarta Selatan 2.062.232, Jakarta Pusat 902.973, Jakarta Barat
2.281.945 (BPS DKI 2010). Dari data diatas jumlah penduduk berdasarkan
golongan usia 10-24 tahun (usia remaja), sekitar 71 juta atau sekitar 30 %
dari jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010. Hasil survey
BKKBN 2010 sekitar 51 % remaja di wilayah Jabodetabek sudah tidak
perawan.
Data Depkes RI (2006 ), menunjukan jumlah remaja umur 10 - 19
tahun di Indosesia sekitar 43 Juta (19,61%) dari jumlah penduduk. sekitar
1 Juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka
menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual.
Hasil penelitian Komnas Perlindungan Anak (KPAI) di Indonesia pada
bulan Januari-Juni 2008 menyimpulkan empat hal: Pertama, 97% remaja
SMP dan SMA pernah menonton film porno. Kedua, 93,7% remaja SMP
dan SMA pernah ciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan
oral seks. Ketiga, 62,7% remaja SMP tidak perawan. Hasil survei tentang
dampak pornografi dan pornoaksi tahun 2000 yang dilakukan di tiga
propinsi: Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, dengan 4000
responden siswa pelajar. Sekitar 2000 responden diambil dari desa,
selebihnya tinggal di kota-kota. Hasil yang diperoleh diantaranya adalah
46% siswa SD, SMP, dan SMU putus sekolah. 36% dari siswa yang
putus sekolah tersebut menikah sebelum umur 15 tahun. 50% pasangan
sangat muda tersebut telah melakukan hubungan sex sebelum nikah. 70%
mengatakan hubungan sex (antar remaja dilakukan di dalam rumah),
karena orang tua sibuk dan jarang di rumah (Okezone.com).
Berdasarkan hasil Riskesdas (2013) diantara perempuan 10 54 tahun,
2,6% menikah pertama kali pada umur kurang dari 15 tahun dan 23,9%
menikah pada umur 15 19 tahun. Menikah pada usia dini merupakan
masalah kesehatan reproduksi karena semakin muda umur menikah
semakin pajangrentang waktu untuk bereproduksi. Angka kehamilan
penduduk perempuan 10 -54 tahun adalah 2,68%, terdapat kehamilan pada
umur kurang dari 15 tahun sebanyak 0,02% dan kehamilan umur remaja
15 -19 tahun sebesar 1,97 %. Perempuan yang melahirkan pada usia muda
di bawah 20 tahun akan berakibat buruk pada kesehatan ibu dan anak yang
dilahirkan. Salah satu akibat buruk tersebut adalah kematian ibu.
Menurut studi perilaku yang dilakukan di Jakarta dan Marauke.
Melaporkan bahwa kaum muda melakukan kegiatan yang berkitan dengan
perilaku seksual seperti berciuman, saling melakukan rangsangan seksual,
melakukan onani dan masturbasi, atau melakukan hubungan seksual
sebelum menikah. Kecendrungan perilaku seksual pranikah di kalangan
remaja ini semakin banyak terjadi, tercermin kasus aborsi di Indonesia
sebanyak 30 % dilakukan oleh remaja atau sekitar 700 ribu kasus per
tahun (Dwi, 2013). Perilaku seksual pada remaja dapat di wujudkan dalam
tingkah laku yang bermacam-macam mulai dari persaan tertarik,
berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium
bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik
baju, memegang alat kelamin di atas baju, memeggang kelamin di balik
baju, dan melakukan senggama (Sarwono, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan
(LSCK) yang melibatkan responden sebanyak 1.660 mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta mendapatka hasil bahwa 97,5%
dari responden mengaku telah melakukan perilaku seksual pranikah
(Administrator, 2011) Penelitian lainnya oleh LSM Sahara Indonesia
terhadap 1000 orang mahasiswa di kota Bandung pada tahun 2002
menemukan bahwa 44,8% mahasiswi remaja kota Bandung sudah pernah
melakukan hubungan intim. (Masunah. 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kota-kota besar seperti
Jakarta dan Jogjakarta diketahui bahwa remaja yang melakukan hubungan
seks sebelum menikah mencapai angka sebesar 21-30%. Survei Kesehatan
Remaja Indonesia (SKRI) yang dilakukan pada tahun 2002-2003 oleh BPS
menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki
teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan
yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8 persen. Sedangkan perempuan
berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman dan pernah
melakukan hubungan seksual sebanyak 63 persen. Sementara itu
perempuan berusia 15-19 tahun belum menikah yang memiliki teman dan
pernah melakukan hubungan seksual mencapai angka sebesar 42,3 persen.
Di sisi lain mereka melakukan hubungan seksual pranikah ini ternyata
tidak mengetahui dampak yang ditimbulkannya akibat perilaku tersebut
(BKKBN, 2004).
Di tunjang dengan penelitian Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) 2012 menilai, perkembangan isu remaja
khususnya perilaku remaja akhir-akhir ini sudah mengindikasi ke arah
perilaku beresiko. Hal tersebut terlihat berdasarkan Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja (SKRR) 2012 yang dilakukan oleh BKKBN. Dari
survei tersebut 30 % remaja sudah meraba-raba. Berdasarkan survei
kesehatan reproduksi yang dilakukan Badan Kesehatan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Tahun 2010 sebelumnya, sekitar 92%
remaja yang berpacaran. Mereka saling berpegangan tangan, ada 82%
yang saling berciuman, dan 63% remaja yang berpacaran tidak malu untuk
saling meraba (petting) bagian tubuh kekasih mereka yang seharusnya
tabu untuk dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ririn (2009), mengenai
faktor perilaku seks pra nikah remaja di Surakarta nenyatakan bahwa
semakin baik pengetahuan remaja tentang seks pra nikah maka perilaku
seks pranikah remaja semakin baik dan sebaliknya, semakin baik
pemahaman tingkat agama maka perilaku seks pra nikah remaja semakin
baik dan sebaliknya, semakin sedikit sumber informasi yang diperoleh
remaja tentang seks pra nikah maka perilaku seks pra nikah remaja
semakin baik dan sebaliknya, dan semakin tinggi peran keluarga pada
remaja maka perilaku seks pra nikah remaja semakin baik dan sebaliknya.
Kejadian di atas tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, bahkan
sudah merambah ke daerah pinggiran kota. Seperti di Pekalongan, Jawa
Tengah telah ditemukan adegan mesum selayaknya pasangan suami istri
yang dilakukan oleh pelajar SMA Swasta (Resapugar, 2010). Pekalongan
khususnya Desa Wonopringgo kini jumlah warung internet (warnet)
bertambah. Tahun 2008 terdapat 3 warung internet dan meningkat pada
tahun 2010 menjadi 10 warung internet. Warung internet dengan mudah
dapat dimasuki oleh berbagai kalangan usia terutama kalangan remaja. Hal
ini harus diwaspadai karena tanpa adanya pengawasan yang baik dari
pemilik warnet maka dengan mudahnya remaja-remaja dapat mengakses
pornografi. Selain pengaruh adanya warung internet, pergaulan remaja,
dan rasa ingin tahu pun juga dapat memicu timbulnya hubungan seks pra
nikah pada kalangan remaja.
Berdasarkan hasil penelitian Loveria (2012), mengenai remaja SMK di
Kabupaten Bogor dengan sampel berjumlah 109 oresponden , yang terdiri
dari 31 laki laki dan 81 perempuanmenyatakan bahwa sebagian besar
remaja pernah melakukan berpegangan tanggan (79%), berciuman bibir
(48 %), meraba alat kelamin (29 %), dan hubungan seksual sebanyak (22
%).
Berawal dari rasa ingin tahu maka remaja dapat melakukan hubungan
seks sebelum nikah. Berlawanan dengan ajaran yang telah didapat seorang
remaja dari orang tuanya, pada dasarnya sebagian remaja justru ingin
menikmati seks yang seharusnya belum boleh dilakukan. Lebih
memprihatikan bila keinginan ini berhasil diwujudkan oleh pasangan yang
telah dimabuk cinta.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro (2003-2004)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa
Tengah adalah, (1) faktor internal (pengetahuan, aspek-aspek kesehatan
reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi,
perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi,
gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia,
agama, dan status perkawinan), (2)faktor eksternal (kontak dengan
sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-budaya, nilai dan norma
sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu), (Suryoputro, et al.
2006).
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas peneliti tertarik
untuk mengambil judul Hubungan seks education dengan kehamilan
diluar nikah Di SMAN 6 Kabupaten Tangerang Tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa dan siswi SMAN di wilayah
Kabupaten Tangerang. Sekolah ini merupakan salah satu SMA yang
sedang berkembang di wilayah Kabupaten Tangerang. Adapun
pertimbangan melakukan penelitian di SMA ini adalah belum pernah
diadakan penelitian mengenai perilaku seksual pada remaja di SMA.
Namun perilaku seksual remaja SMA di wilayah Kabupaten Tangerang
menunjukkan semakin mengkhawatirkan karena beberapa kasus
dikeluarkannya salah satu Siswi terkait kehamilan di luar nikah.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diketahui bahwa masa remaja
merupakan masa yang sulit dan sensitif. Masa remaja merupakan tahapan
penting dalam siklus kehidupan. Pada masa remaja terjadi banyak
perubahan fisik, mental, sosial, dan seksual yang di pengaruhi oleh faktor
internal maupun eksternal. Salah satu perubahan yang terjadi adalah
timbulnya rasa ingin tahu akan hal hal yang berhubungan dengan
seksualitas yang berakhir dengan keinginan untuk menyalurkan dorongan
seksual yang beresikotinggi dan berdampak tidak baik bagi dirnya mupun
kesehatan seperti terjadi kehamilan yang tidak di inginkan, aborsi, dan
lain-lain
Berdasarkan hasil penelitian Loveria (2012), menegenai remaja SMK
di Kabupaten Bogor dengan sampel berjumlah 109 oresponden , yang
terdiri dari 31 laki laki dan 81 perempuan menyatakan bahwa sebagian
besar remaja pernah melakukan berpegangan tanggan (79%), berciuman
bibir (48 %), meraba alat kelamin (29 %), dan hubungan seksual sebanyak
(22 %). Seperti di SMAN 1 Kabupaten Tangerang menunjukkan semakin
mengkhawatirkan karena beberapa kasus sering tertangkapnya kejadian
siswa dan siswi yang berpacaran di sekolah setelah jam pulang. Hal ini
yang mendasari peneliti untuk merumuskan masalah penelitian yaitu
bagaimana gambaran yang berhubungan dengan perilaku seksual pada
remaja di SMAN 1 Kabupaten. Tangerang.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pengetahuan remaja di SMAN 6 Kabupaten Tangerang
tahun 2015 sebelum diberikan penyuluhan kesehatan tentang perilaku
seksual dan kesehatan reproduksi ?
2. Bagaimana pengetahuan remaja di SMAN 6 Kabupaten Tangerang
tahun 2015 setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang perilaku
seksual dan kesehatan reproduksi ?
3. Apakah ada perbedaan pengetahuan pada remaja setelah diberikan
penyuluhan kesehatan tentang perilaku seksual dan kesehatan
reproduksi di SMAN 6 Kabupaten Tangerang tahun 2015 ?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan remaja setelah
diberikan penyuluhan kesehatan tentang perilaku seksual dan
kesehatan reproduksi di SMAN 6 Kabupaten Tangerang tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan pada remaja di SMAN 6 Kabupaten
Tangerang tahun 2015 sebelum diberikan penyuluhan kesehatan
tentang perilaku seksual dan kesehatan reproduksi.
b. Mengetahui pengetahuan pada remaja di SMAN 6 Kabupaten
Tangerang tahun 2015 setelah diberikan penyuluhan kesehatan
tentang perilaku seksual dan kesehatan reproduksi.
c. Apakah ada perbedaan pengetahuan pada remaja setelah diberikan
penyuluhan kesehatan tentang perilaku seksual dan kesehatan
reproduksi di SMAN 6 Kabupaten Tangerang tahun 2015?
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang metode
pendidikan kesehatan dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang
perilaku seksual dan kesehatan reproduksi , selain itu juga dapat
meningkatkan pengetahuan bagi pembaca dimasa yang akan datang
untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa
tentang pentingnya penyuluhan kesehatan.
2. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan untuk melakukan pembinaan pada anggota
profesi untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan pelayanan
kebidanan yang bermutu.
3. Bagi Lokasi Penelitian
Dapat dijadikan bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan
remaja tentang perilaku seksual dan kesehatan reproduksi dengan
memberikan motivasi kepada para guru untuk lebih memberikan
informasi mengenai perilaku seksual dan kesehatan reproduksi.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan menambah pengetahuan peneliti dan sebuah
pengalaman yang bermanfaat serta merupakan salah satu syarat
kelulusan bagi mahasiswa

RUANG LINGKUP PENELITIAN ???

Anda mungkin juga menyukai