Polihidramnion
Kelompok 7
Tanda Polihidramnion
1. Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
2. Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan
palpasi sulit dilakukan
3. DJJ sulit terdengar
4. Balotement janin jelas
Gejala Polihidramnion
Gejala polihidramnion umumnya berasal
dari tekanan yang ditimbulkan di dalam rahim dan
ke organ-organ terdekat. Polidramnion ringan
umunya tidak menyebabkan gejala apapun.
Sedangkan pada tingkat berat, polidramnion dapat
menyebabkan:
1. Sesak napas atau kesulitan bernapas.
2. Sensasi panas seperti terbakar pada
dada (heartburn).
3. BagianTubuh bagian bawah yang
membengkak, misalnya kaki.
4. Penurunan produksi urine.
Hingga sekarang, penyebab polihidramnion
belum bisa dipastikan. Namun para pakar medis
menduga faktor-faktor di bawah ini bisa mempertinggi
risikonya:
2. Penggunaan obat-obatan
Dokter akan memberikan obat
indomethacin oral (minum) untuk
membantu dalam mengurangi
produksi urine oleh janin dan
volume cairan ketuban. Namun
obat ini tidak direkomendasikan
pada kehamilan di bawah 31
minggu.
Polihidramnion bisa menyebabkan sederet komplikasi
berikut ini:
1. Kelahiran prematur.
2. Air ketuban pecah dini.
3. Solusio placenta, yaitu lepasnya plasenta dari
dinding bagian dalam rahim sebelum proses
persalinan. Pelepasan plasenta bisa terjadi
sebagian maupun seluruhnya.
4. Prolaps tali pusar, yaitu kondisi di mana tali pusar
mendahului kepala janin di leher rahim atau bahkan
di vagina Ibu.
5. Melahirkan lewat operasi caesar.
KASUS POLIHIDRAMNION
Ny. R datang pada tanggal 07 November 2019 hamil anak pertama merasa hamil 8
bulan mengeluh sesak nafas sejak 1 Minggu yang lalu. Pasien mengatakan merasa
lelah pada 1 Minggu terakhir, disertai dengan sesak nafas dan keringat dingin.
HPHT pada tanggal 02 Mei 2019, gerakan janin masih dirasakan oleh pasien.
Hasil pemeriksaan menunjukkan keadaan umum baik. Kesadaran composmetis,
keadaan emosional gelisah dan cemas, TD 100/70 mmHg, suhu 36°C, nadi
85x/menit, R 25x/menit, BB saat ini 58,5 kg, BB sebelum hamil 50 kg, TB 150 cm.
Punggung lordosis, abdomen : TFU 29 cm, kulit perut mengkilat, DJJ terdengar
jauh dan halus dibawah pusat sebelah kanan, frekuensi 126x / menit, teratur.
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1. KU : Baik
2. Kesadaran : Composmetis
3. Keadaan emosional : gelisah dan cemas
4. TD : 110/70 mmHg
5. Nadi : 85x/menit
6. Respirasi : 25x/menit
7. Suhu Tubuh : 36°C
8. BB saat ini : 58,5 kg , BB sebelum hamil : 50 kg
9. TB : 150 cm
10.Punggung : Lordosis
11.TFU : 29 cm
12.Kulit perut mengkilat
13.DJJ terdengar jauh dan halus frekuensi 126x/meit
Assessment ( A )
G1P0A0, Gestasi 5 Bulan 3 minggu 4 hari, janin hidup,
intrauterin, Polihidramnion
DIAGNOSA BANDING
Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih
besar dari kehamilan yang seharusnya,
kemunginan:
• Hidramnion
• Gemelli
• Asites
• Kista ovarri
• Kehamilan beserta tumor
ETIOLOGI
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori hidramnion terjadi karena :
Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel amnion, tetapi air ketuban juga
dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada
anencephalus.
Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan
pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran
darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei, anencephalus atau tumor-
tumor plasenta.
Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan
selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena
pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli mungkin disebabkan karena salah
satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing.
Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta
besar.
Lanjutan..
1. Kelahiran prematur
2. Ketuban pecah lebih awal
3. Solusio plasenta
4. Tali pusat yang keluar
mendahului bayi saat persalinan
5. Kematian janin dalam kandungan
Prognosis
Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena :
• Kongenital anomali
• Prematuritas
• Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat menumbung
• Eritroblastosis
• Diabetes melitus
• Solusio plasenta jika ketuban pecah tiba-tiba
Pada ibu:
Solutio placenta
Atonia uteri
Perdarahan post partum
Retentio placenta
Syok
Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar
PENATALAKSANAAN UMUM
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
1. Waktu hamil
Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis
Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat
sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi.
Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah
umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan
dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio plasenta, apalagi bila anak belum viable.
Komplikasi fungsi dapat berupa :
• Timbul his
• Trauma pada janin
• Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
• Infeksi serta syok
• Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai plasenta, maka fungsi
harus dihentikan.
2. Waktu bersalin
• Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
• Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan
memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu
air ketuban akan keluar pelan-pelan
• Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju
kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban
keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi
solusio plasenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau
perdarahan post partum karena atonia uteri.
3. Post partum
• Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi
sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah
serta sediakan obat uterotonika
• Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan
perdarahan post partum
• Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah,
maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup
Planning ( P ) / Tatalaksana Khusus Dan Konseling
1. Jelaskan pada ibu mengenai keadaan ibu dan janin saat ini
Hasil : Ibu sudah mengerti tentang kondisinya dan janin dalam kandungannya saat ini
2. Anjurkan ibu untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas/ pekerjaan yang berat
Hasil : Ibu bersedia mengurangi aktivitasnya
3. Anjurkan ibu untuk mengatur pola makan
•Anjurkan ibu untuk diet rendah garam
•Anjurkan ibu untuk makan 3x sehari dengan nutrisi yang cukup
•Anjurkan ibu untuk makan makanan yang berserat tinggi
Hasil : Ibu bersedia mengurangi konsumsi garam-garaman dan lebih banyak mengkonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan.
4. Libatkan suami dan keluarga dalam kehamilan ibu saat ini
a.Libatkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan pada ibu
b.Beritahu keluarga untuk dapat meyakinkan kondisi ibu dan janinnya baik-baik saja
c.Persiapkan ibu dalam menghadapi semakin bertambahnya usia kehamilannya.
Hasil : Ibu masih tampak cemas dengan keadaannya
5. Anjurkan ibu iring ke kiri
Hasil : Ibu bersedia miring ke kiri
6. Observasi keadaan umum ibu, tanda-tanda vital
Hasil : TD : 110/70 mmHg R : 25x/menit
N : 85x/ menit S : 36 C
7. Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit/ke fasilitas pelayanan yang
lebih lengkap segera mungkin untuk melakukan USG dan pemeriksaan lebih lanjut
Hasil : Ibu bersedia memeriksa kehamilannya lebih lanjut ke rumah sakit.
REFERENSI
Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC: Jakarta Staf Pengajar LAB /
UPF Obstetri dan Ginekologi. 1989. Osbetetri Patologi. Ekstar Offset: Bandung
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. YBP-SP: Jakarta
http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0509/07/073621.ht
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/polihidramnion.html
http://www.conectique.com/i/art/adved_1140057675.jpg
Thank You
Kelompok 7