Anda di halaman 1dari 2

NAMA : INTAN PITRIYANI

NIM : 4004180016

SEMESTER/ TINGKAT : 3/ II

Kehamilan Ektopik Terganggu

Kehamilah ektopik adalah yang terjadi bila sel telur yang dibuahi berim plantasi dan
tumbuh di luar endrometrium kavum uteri (imu kebidanan, 2002: 323). Kehamilan ektopik
terjadi ketika telur yang dibuahi tidak menempel dan tumbuh dalam rahim seperti
umumnya, tetapi menempel dan tumbuh di tempat lain, biasanya tuba falopi. Kehamilan
ektopik tidak dapat dilanjutkan dan harus dikeluarkan untuk menyelamatkan nyawa
perempuan. Perawatan oleh ginekolog diperlukan untuk memastikan kesehatan
perempuan. Jika tidak diobati, risiko yang dihadapi adalah pendarahan berat internal
disebabkan oleh pecahnya tuba falopi. Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan
ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60%
kehamilan ektopik terjadi dengan sosio ekonomi rendah dan tinggal di daerah prevalensi
gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotik pada penyakit
radang panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu. Diantara
kehamilan ektopik terganggu, yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%) (
Prrawiroharjo,Sarwono).

Pasien wanita, 26 tahun datang ke IGD RSUDZA Banda Aceh dengan keluhan nyeri
perut kiri bawah dan mengaku terlambat haid 6 minggu. Riwayat plano test (+) 3 minggu
sebelumnya. Nyeri perut kiri dirasakan pasien selama 2 minggu dengan disertai keluar
darah kecoklatan dari jalan lahir. Sebelumnya siklus menstruasi teratur setiap bulan. Pasien
mengaku adanya keluar cairan putih kekuningan yang berbau dan gatal dari jalan lahir. Hal
ini diakui terjadi sebelum kehamilan hingga sekarang dengan tanpa pengobatan. Riwayat
kehamilan dan persalinan sebelumnya yaitu kematian janin intrauterin dengan usia
kehamilan 9 bulan.

Pada pemeriksaan genikologis ditemukan discharge kuning kental dari vagina


hingga ostium ureti interna, cavum uteri sebesar telur ayam, serta nyeri goyang portio
minimal dengan teraba massa adnexa kiri. Hasil pemeriksaan USG trasvaginal
menunjukkan tidak tampak kantong gestasi pada cavum uteri dan adanya massa adnexa
kiri ukuran 1,59 cm yang disertai aktivitas jantung fetal. Pada pemeriksaan laboratorium
menunjukkan kadar Hb 10,7 gr/dl, serta kadar HCG 54382,00 mIU/mL. Kemudian pasien
didiagnosa kehamilan ektopik pas ampullaris tuba kiri dan direncanakan terapi
metotreksat (MTX).
Namun, sebelum pemberian terapi MTX, pasien tiba-tiba mengeluh nyeri perut
hebat , dengan tanda akut abdomen berupa rebound tenderness. Pasien mengalami syok
dengan penurunan tekanan darah dan mengalami takikardi. Dengan pemeriksaan vaginal
toucher didapatkan cavum douglass menonjol. Pemeriksaan USG ulang menunjukkan
gambar tambahan berupa free fuild level intraperitoneal. Pasien dilakukan tindakan
emergensi yaitu laparotomi salpingektomi. Diawali dengan insisis midline 6 cm dan
dilanjutkan dnegan pembukaaan peritonium. Didapatkan 500 cc darah kecoklatan dengan
kehamilan ektopik terganggu berupa ruptur tuba pars ampullaris kiri serta patensi tuba
kanan baik. Pada pasien ini gejala klinis yang muncul adlah nyeri perut bawah kiri serta
adanya perdarahan kecoklatan dari jalan lahir. Faktor resiko pasien dihubungkan dengan
adanya riwayat keluar cairan putih kekuningan berbau disertai gatal dari jalan lahir.
Infalamasi akut genetalia interna diduga berperan penting dlam kasus ini yang
mengakibatkan kerusakan tuba yang memicu terjadinya kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik tergsnggu bisa terjadi secara tiba-tiba pada seluruh kasus
kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik terganggu merupakan suatu kegawatdaruratan
dalam obstetri yang perlu penangan segera. Perlunya diagnosa dini atau observasi klinis
sangat diperlukan menginagt pentingnya kelangsungan hidup ibu maupun prognosis
reproduksi selanjutnya.

Daftar pustaka :

1. Yeyeh, Ai dan Lia Yuliatnti. 2010. “ Asuhan Kebidanan Patologis 4”. Jakarta; CV.
Transinfo Media.
2. Artike “ Tinjauan Kasus FK UNSYIAH Kuala, Banda Aceh.
3. Alodokter
4.

Anda mungkin juga menyukai