Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PEMBAHASAN

A. EPISIOTOMI
1. Definisi episiotomy
Menurut sarwono (2007), episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum
yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput darah.jaringan pada
septum rektovaginal,otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum
(sarwono,2007,hal.171).

Episiotomy adalah suatu sayatan di dinding belakan vagina agar bukaan lebih lebar
sehingga banyak dapat keluar lebih mudah. Dapat dimengerti jika kaum wanita hawatir kalau-
kalau sayatan atau robekan akan memengaruhi vagina dan perineum (kulit antara vagina dan
anus) sehingga kelak hubungan seksual akan menyakitkan, atau area tersebut menjadi jelek,
atau tidak memungkinkan penggunaan tampon. Wanita yang pernah mengalami pelecehan
seksual sering takut jika mendengar penyayatan karena ini mengingatkan pada kerusakan
yang pernah mereka alami.

Dianjurkan untuk melakukan episiotomy pada primigrafida atau pada wanita dengan
perineum yang kaku.

Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 tidak mengatur kewenangan bidan dalam
melakukan episiotomi yang luas/diperluas, hanya episiotomi dengan penjahitan luka jalan
lahir tingkat I dan tingkat II. Namun bila bidan menghadapi kasus penyulit persalinan seperti
distosia bahu yang merupakan kegawatdaruratan kebidanan, kewenangan tersebut bisa
diberikan dengan tujuan penyelamatan nyawa ibu dan janin seperti pada Pasal 10 ayat (3)
butir (c), dan sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal
32.Pada bidan praktik mandiri, tanggungjawab hukum berada pada diri bidan sebagai tenaga
kesehatan, ketika melakukan tindakan episiotomi yang diperluas atau diperluas dengan
indikasi kegawatdaruratan dengan syarat bidan melakukan persetujuan tindak medis melalui
informed consent, ada izin keluarga dan yang terpenting tidak ada dokter.

Bila terdapat dokter pada bidan praktik mandiri, baik dokter yang bisa diminta
bantuannya atau di klinikbersalin dengan penanggungjawab dokter maka kewenangan bidan
dalam hal tersebut tidak berlaku dan harus dirujuk ke dokter.

Tetapi tindakan tersebut dapat dilakukan bidan melalui delegasi atau pelimpahan
wewenang dari dokter kepada bidan melalui suatu delegasi yang tertulis berdasakan
Permenkes Nomor 512 Tahun 2007 Pasal 15.

1
Pelimpahan kewenangan medis kepada perawat harus tertulis dengan pertimbangan :
1) Dilindungi oleh aturan yang ada,

2) Merupakan bukti tertulis kewenangan mana yang boleh dilimpahkan sehingga dapat
diketahui apabila terjadi perbuatan diluar kewenangan yang dilimpahkan bukan menjadi
tanggung jawab pemberi kewenangan dan mutlak tanggung jawab yang diberi
kewenangan,

3) Tidak semua kewenangan tindakan kedokteran dapat dilimpahkan kepada perawat/bidan,


harus sesuai kemampuan profesionalnya. Luka jalan lahir akibat dilakukan tindakan
episiotomi yang luas atau diperluas bisa terjadi pada Tingkat III dan IV. Tingkat III :
robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan Tingkat IV : robekan
mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum.

Memperbaiki luka jalan lahir Tingkat III dan IV tidak diberikan kepada bidan dan
bidan harus segera mencari bantuan dengan sistem rujukan ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada dokter spesialisnya dengan alasan kompetensi bidan dalam penjahitan
otot sfingter ani dan otot rektum. Kewenangan bidan di praktik mandiri dan klinik
bersalin untuk melakukan tindakan episiotomi yang diperluas, sekaligus penjahitan luka
jalan lahir yang luas pada penyulit persalinan normal pervaginam tidak diatur. Pada Bidan
Praktik Mandiri ketika berhadapan dengan kegawatdaruratan, maka bidan boleh
melakukan tindakan diluar kewenangan demi menyelamatkan janin dan ibu dari
kematian, dengan syarat harus ada persetujuan dari pasien dan keluarga, dan tidak ada
dokter yang dimintai tolong atau dimintai konsul dalam melakukan tindakan tersebut. Hal
ini tidak berlaku bagi bidan di klinik bersalin, dan kewenangan diperoleh melalui delegasi
dari dokter.

Persalinan merupakan peristiwa keluarnya bayi, plasenta dan selaput amnion.


Dalam proses pengeluaran buah kehamilan ini sering kali mengakibatkan perlukaan jalan
lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan
berbahaya. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Perlukaan pada jalan lahir dapat pula terjadi oleh
karena memang disengaja seperti pada tindakan episiotomi. Tindakan untuk mencegah
terjadinya robekan perineum yang luas dan dalam disertai pinggir yang tidak rata, dimana
penyembuhan luka akan lambat atau terganggu .
Luka insisi yang lurus ( rata ) lebih mudah diperbaiki dan lebih cepat sembuh
dibanding luka laserasi yang campang-camping serta tidak terkendali. Seperti halnya
insisi pada bagian tubuh lainnya, luka jahitan robekan (episiotomi) mungkin tidak mau
merapat. Faktor predisposisi keadaan ini mencakup daya kesembuhan yang buruk seperti

2
defisiensi gizi dan adanya infeksi. Tingkatan robekan juga dapat mempengaruhi
penyembuhan . Hampir dari 90 % pada proses persalinan banyak yang mengalami
robekan perineum, baik dengan atau tanpa episiotomi. Biasanya penyembuhan luka pada
robekan perineum ini akan sembuh bervariasi, ada yang sembuh normal dan ada yang
mengalami kelambatan dalam penyebuhannya, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya karakteristik ibu bersalin, status gizi, kondisi perlukaan dan
perawatanya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian untuk mengetahui
apakah faktor umur, status gizi, jenis robekan dan tingkat robekan serta Episiotomi adalah
insisi pudendum untuk melebarkan orifisium vulva sehingga mempermudah jalan keluar
bayi. Keuntungan episiotomy yaitu mencegah robekan perineum,mengurangi tekanan
kepala janin, mempersingkat kala dua persalinan dengan menghilangkan tahanan otot-otot
pudendum dan dapat diperbaiki dengan lebih memuaskan disbanding robekan yang tidak
teratur.episiotomi biasa dilakukan pada sebagian besar primipara dan pada banyak
multipara. Episiotomy, operasi yang paling sering dilakukan Amerika Utara, adalah
melukai vagina dengan sengaja untuk menghindari sesuatu yang diyakini akan
menyebabkan luka yang lebih serius. Bukti yang menunjukkan betapa tidak pentingnya
operasi ini.
Apabila perineum dapat meregang, keputusan untuk melakukan episiotomi jarang
sekali diperlukan. Episiotomi adalah insisi pada jaringan perineum untuk memperbesar
saluran keluar vulva selama kelahiran. Rasional tindakan episiotomi sangat bergantung
pada kebutuhan untuk meminimalkan resiko trauma maternal yang berat dan spontan,
juga untuk mempercepat proses kelahiran saat janin terbukti mengalami gangguan.
Mengingat episiotomi merupakan insisi bedah, ibu harus memberikan izinnya terlebih
dahulu sebelum prosedur dapat dilaksanakan.

Episiotomi adalah tindakan membuat luka perineum yang di sengaja untuk


memperbesar muara vagina pada saat perineum dan vagina meregang sebelum keluar
kepala bayi, biasanya karena adanya bayi besar. Selain itu luka perineum juga bisa terjadi
karena ruptur perineum yaitu karena adanya robekan perineum secara alami yang lukanya
tidak teratur, yang disebabkan adanya desakan kepala janin yang terlalu cepat atau bahu
pada proses persalinan (Suherni, 2009).

Luka episiotomi menjadi sangat nyeri, nyeri tekan, bengkak, merah dan
mengalami indurasi. Pasien dapt merasakan panas didaerah perenium atau bisa tidak,
kadangkadang dari luka insisi mengalir cairan. Pada hari keempat atau kelima, tepi luka
akan terpisah (Forte & Oxorn 2010). Jahitan yang tidak sempurna juga bisa menyebabkan

3
fistel, yaitu timbulnya lubang yang menghubungkan anus dengan vagina. Akibatnya, saat
buang air besar, kotoran bukan hanya keluar di anus namun juga keluar dari vagina. Hal
ini akan menimbulkan infeksi pada vagina, infeksi juga membuat pembuluh darah baru
sehingga luka selalu berdarah dan bisa menyebabkan vagina robek saat kontraksi (Sinsin,
2008).

Perawatan wanita pada masa nifas menjadi lebih mudah dengan


diperbolehkannya ambulasi dini. Pemeriksaan secara teratur dilakukan pada suhu tubuh
dan denyut nadi. Inspeksi perineum dilakukan setiap hari untuk mengamati derajat edema
(jika ada) dan keadaan jahitan. Banyak wanita yang mengalami kerusakan dan perbaikan
perineum merasakan nyeri yang hebat (Jones, 2001).

Luka episiotomi akan membaik sekitar 6 sampai hari ketujuh setelah melakukan
pengguntingan jalan lahir, untuk memulihkan luka tersebut diperlukan perawatan yang
baik serta menjaga kebersihan luka episiotomi. Seperti pada semua kondisi luka baru,
area episiotomi atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh 7 hingga 10 hari.
Infeksi dapat terjadi tetapi sangat kecil kemungkinannya jika luka perineum dirawat
dengan baik. Luka pada perineum akibat episiotomi, rupture, atau laserasi merupakan
daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pada masa Post
partum, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi. Untuk itu menjaga kebersihan sangat
penting untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur dan lingkungannya (Bahiyatun, 2008).

Diharapkan kepada institusi pelayanan kesehatan agar memberikan informasi


tentang perawatan luka episiotomi kepada ibu nifas pada saat ibu akan dipulangkan dari
rumah sakit, diharapkan untuk kedepannya ibu nifas memiliki pengetahuan dan sikap
yang lebih baik dalam merawat luka episiotomi. Kepada ibu, khususnya ibu yang
mengalami luka episiotomi agar dapat menerapkan pemahaman tentang pengetahuan
perawatan luka episiotomi dan melakukan perawatan yang baik sesuai dengan informasi
yang telah diberikan oleh perawat pada saat di Rumah Sakit dan sikap tentang perawatan
luka episiotomi.

a) Perineum harus dianestesi secara adekuat sebelum insisi dilakukan. Biasanya


menggunakan lidokain, baik 0,5% 10 ml atau 1% 5 ml.
b) Insisi dibuat selama kontraksi, disaat jaringan meregang, agar tampilan area menjadi
jelas, dan oerdarahan tidak terlalu berat.
c) Kepala janin harus segera dilahirkan, dan kemajuannya harus dikontrol untuk
mencegah peluasan episiotomi.

4
Trauma perineum

Trauma perineum didefinisikan sebagai kerusakan pada alat kelamin yang


terjadi selama persalinan, baik secara spontan atau karena sayatan bedah atau
episiotomi. Sebuah penelitian besar yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa
85% dari perempuan yang akan melahirkan secara normal dan akan terjadi trauma
perineum. Lebih dari dua pertiga dari perempuan tersebut akan memerlukan
penjahitan. Trauma perineum akan menimbulkan dan akan mempengaruhi
kesejahteraan perempuan secara fisik, psikologis, dan sosial pada periode postnatal
langsung maupun dalam jangka panjang (Richard, 2000).

Trauma spontan dapat terjadi di sisi anterior labia,sisi posterior perineom,atau


keduanya. Bidan harus melakukan pemeriksaan menyeluruh dan hati-hati untuk
mengkaji luas trauma secara akurat dan untuk menentukan siapa yang harus
melakukan perbaikan.

a) Robekan labia anterior. Mungkin perlu dilakukan penjahitan untuk menjaga


homeostasis.
b) Trauma perineum posterior. Robekan spontan biasanya diklarifikasikan ke dalam
beberapa derajat. Robekan derajat 3 dan 4 harus diperbaiki oleh dokter obstetri yang

5
berpengalaman. Diperlukan anestesi umum atau anestesi epidural atau spinal yang
efektif.

Hingga sekarang, tidak banyak penelitian yang dilakukan dan dievaluasi


mengenai hal ini. Ilmu kedokteran mengetahui bahwa episiotomy tidak memiliki manfaat
dan menimbulkan akibat negative yang serius, diantaranya adalah:

1. Menyebabkan rasa sakit yang terkadang berlangsung selama beberapa minggu atau
bahkan beberapa bulan.
2. Memicu pendarahan yang banyak.
3. Menyebabkan luka yang serius.
4. Seringkali menyebabkan infeksi.
5. Menyebabkan bisul, kerusakan permanen pada tulang pinggang dan komplikasi lainnya
yang dapat menyebabkan tarak.
6. Wanita yang baru melahirkan tidak bisa menyusui karena rasa sakit yang dideritanya.

Tidak banyak episiotomy yang bisa dibenarkan, seperti jika bayi yang akan
dilahirkan dalam keadaan kritis atau ketika bayi sungsang dan buah kemaluannya menjadi
bagian tubuh yang pertama kali keluar. Evaluasi seksama yang dilakukan terhadap bukti-
bukti yang ada menunjukkan bahwa 20% dari jumlah episiotomy yang dilakukan tidak
bisa dibenarkan dengan alas an apapun.

Hingga sekarang, tidak ada Negara yang meneliti apa yang dirasakan wanita yang
sudah menjalani episiotomy.

Apa yang bisa anda lakukan untuk menghindari episiotomy?

a) Lakukan dorongan pada waktu yang tepat.


b) Ketika kepala bayi hamper keluar, kurangi dorongan anda selambat mungkin.
c) Ada sebagian wanita yang suka merangsang kelentitnya ketika bayi mulai muncul.
Cara ini kelihatannya dapat menambah rangsangan pada vagina.
d) Jika membuat suara berisik dapat membantu anda ketika mendorong, kecilkan suara
anda sebisa mungkin, sehingga akan menggetarkan bagian bawah tubuh anda.

Cara-cara ini mungkin dapat membantu anda untuk mengetahui apakah kepala
bayi anda tetap berada di mulut rahim atau masuk kembali ketika anda berhenti
mendorong. Wanita yang tidak memahami proses ini terkadang beranggapan bahwa
mereka harus memulai dari awal ketika kepala bayi masuk kembali pada saat mereka
mengambil nafas disela-sela dorongan yang mereka lakukan. Kemudian saya menjelaskan

6
bahwa proses semacam ini sangat baik, sebab vagina anda dapat mencapai ukuran yang
dibutuhkan untuk dilalui bayi.

Ketidaktahuan yang ditunjukkan baik oleh para wanita yang tidak bisa
membayangkan bagaimana caranya bayi sebesar itu bisa melewati vaginanya dan Nyonya
Sykes, dukun beranak dari Arkansas, juga ditunjukkan oleh wanita-wanita zaman sekarang
yang masih dikekang oleh sopan santun budaya Amerika Utara. Bahkan televise yang
menayangkan rekaman wanita melahirkan pun mensensor gambar vagina yang diambil
ketika proses melahirkan berlangsung. Hal ini menyia-nyiakan kesempatan untuk
menghilangkan rasa takut wanita terhadap proses melahirkan. Lalu apa yang kita dapatkan
dari semua ini?

Selama wanita tidak menolak episiotomy, para dokter akan terus melakukannya.
Jika para wanita membentuk aliansi yang mempertanyakan praktek ini atau menolak untuk
menyewa bidan yang memiliki angka episiotomy tinggi, maka operasi yang tidak perlu dan
terkadang berbahaya ini akan berubah. Meskupun demikian, penting untuk kita sadari
bahwa dalam hal ini wanita-wanita di Amerika Serikat tidak memiliki banyak pilihan.

2. Melakukan Penjahitan Luka Episiotomi/Laserasi

a. Tujuan Menjahit Laserasi Atau Episiotomi


Tujuan menjahit laserasi atau epiotomi adalah menyatukan kembali jaringan tubuh
(mendekatkan) dan mencegah kehilagan darah yang tidak perlu(memastikan hemostasis).
Ingat bahwa setiap kali jarum masuk kedalam jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan
menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi.oleh sebab itu pada saat menjahit
laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sedikit
mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostatis.

b. Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur :


1. Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau dua jenis
simpul)
2. Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunkan
3. Menggunakan lebih sedikit jahitan.

3. Anestesi, prinsip penjahitan perineum


Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa yunani an-“tidak,tanpa” dan
aesthetes”persepsi,kemampuan untu merasa”), secara umum berarti suatu tindakan

7
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya
melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan
kesadaran. Obat bius ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai
operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
Pemilihan teknik anestesi adalah suatu hal yang kompleks, memerlukan kesepakatan
dan pengetahuan yang baik antara pasien dan faktor-faktor pembedahan. Dalam beberapa
kelompok populasi pasien, pembiusan regional ternyata lebih baik dari pada pembiusan
total.

Beberapa tipe anastesi adalah :

1. Pembiusan total-hilangnya kesadaran total


2. Pembiusan local-hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada
sebagian kecil daerah tubuh).
3. Pembiusan regional- hilangnya ra pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh
blockade selektif pada jaringan pada jaringan spinal atausaraf yang
berhubungan dengannya.

Manfaat dan tujuan anestesi local pada penjahitan laseasi perineum,yaitu :

1. Salah satu dari penerapan asuhan sayang ibu, penjhitan sangat menyakitkan
pasien, dengan pemberian anestesi local maka rasa sakit ini dapat diatasi
2. Memberikan pengalaman yang memuaskan bai pasien sehingga proses
adaptasi psikologis masa nifas tidak terganggu dengan pengalaman yang
tidak menyenangkan saat persalinan.
3. Memberikan konsep yang positif tentang bdan bagi pasien

Prinsi-prinsip penjahitan

Prnsip-prinsip yang harus diperhatikan pada saat melakukan penjahitan laserasi


perineum adalah sebagai berikut

a. Bidan memiliki penglihatan yang baik terhadap lapang kerja penjahitan


perineum.
b. Poss pasien memungkinkan bidan dapat dengan nyaman dan laluasa
melakukan penjahitan, yaitu litotomi. Jika diperlukan dpt ditambahkan
penganjal dibawah bokong dengan ketebalan beberapa cm
c. Penggunan cahaya yang cukup terang

8
d. Anatomi dapat dilihat dengan jelas
e. Teknik yang steril
1) Menggunakan sarung tangan ekstra diatas sarung tangan steril
yang telah dikenakan sebelumnya, tujuannya untuk menghindari
kontaminasi ketika melakukan pemeriksaan rectum,dan setelah
selesa melakukan pemeriksaan rectum sarung tangan ekstra ini
segera diuang.
2) Mengatur posisi kain steril diarea rectum dn dibawahnya sampai
dibawah ketinggian meja atau tempat tidur untuk
mengupayahkan area yang tidak terkontaminasi jik benang jatuh
karena tersebut dan menyeka apapun yang terdapat ditempat
tersebut.
f. Tindakan cepat
g. Aseptic dan antisepsis pada daerah episiotomy
h. Jika luka episotomi meluas, tangani seperti robekan deajat III dan IV
i. Jahit mukosa vagina secara jlujur dengan catgut cromic 2-0
j. Mulai ri sekitar 1 cm diatas puncak luka episiotomy sampai pada batas
vagina
k. Gunakan pinset untuk menarik jarum melalui jaringan vagina
l. Jahit otot perineum dengan benang 2-0 secara interuptus
m. Jahit kulit secara intruptus dan subkutikuler dengan benang 2-0
n. Bekerja hati-hati
o. Hati-hati jangan sampai kasa/kapas tertinggal dalam vagina
1) Penjelasan dan pendekatan yang peka terhadap perasaan ibu
selama tindakan
2) Pentingnya tindak lanjut jangka panjang untuk menilai teknik
dan pemilihan bahan untuk penjahitan
3) Pencegahan trauma lebih lanjut tidak perlu pada jaringan insisi.
Contoh-contoh trauma lebih lanjut yang tidak perlu, seperti
berikut
a) Pengunaan jarum bermata (berlubang) yang
menggunakan dua helai benang menembus jarigan.
b) Penggunaan jarum dan benang dengan ukuran lebih
besar dari pada yang di perlukan.
c) Penggunaan jarum potong traumatic yang tidak tepat,
bukan jarum bundar atraumatic jarum potong berbentuk
segi tiga dan setiap sisinya memiliki sisi pemotong.

9
Jarum ini akan menyebabkan trauma yang lebih besar
dari pada jarum yang berbentuk bundar. Jarum bundar ini
memiliki titik runcing dan akan melewati jaringan lunak
lebih mudah dengan trauma yang lebih sedikit.
d) Jumlah pungsi (Penusukan) jarum berlebihan yang tidak
perlu terjadi, dapat disebabkan oleh salah-satu hal
dibawah ini
1. Penempatan jahitan yang salah sehingga perlu
diangkan dan dijahit lagi
2. Telalu banyak jahitan dan terlalu rapat
3. Stranggulasi jaringan karena jahitan yang telalu
ketat

B. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan episiotomi yaitu membentuk insis bedah yang lurus, sebagai
pengganti robekan tak teratur yang mungkin terjadi.episiotomi dapat mencegah
vagina robek secara spontan, karena jika robeknya tidak teratur maka menjahitnya
pun tidak rapi,tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam
mendorong bayinya keluar (Williams,2009,hal.160).

C. WAKTU PELAKSANAAN EPISIOTOMI

Menurut Benson dan Pernoll (2009), episiotomi sebaiknya dilakukan ketika


kepala bayi meregang perineum pada janin matur, sebelum kepala sampai pada otot-
otot perineum pada janin matur (Benson dan Pernoll, 2009, hal. 177).

Bila episiotomi dilakukan terlalu cepat, maka perdarahan yang timbul dari
luka episiotomi bisa terlalu banyak, sedangkan bila episiotomi dilakukan terlalu
lambat maka laserasi tidak dapat dicegah. sehingga salah satu tujuan episiotomi itu
sendiri tidak akan tercapai. Episiotomi biasanya dilakukan pada saat kepala janin
sudah terlihat dengan diameter 3 - 4 cm pada waktu his. Jika dilakukan bersama
dengan penggunaan ekstraksi forsep, sebagian besar dokter melakukan episiotomi
setelah pemasangan sendok atau bilah forsep (Williams, 2009, hal. 161).

D. INDIKASI EPISIOTOMI
Untuk persalinan dengan tindakan atau instrument (persalinan dengan cunam,
ekstraksi dan vakum) untuk mencegah robekan perineum yang kaku atau
diperkirakan tidak mampu beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan, dan untuk

10
mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada kasus letak/presentasi abnormal
(bokong,muka,ubun-ubun kecil dibelakang) dengan menyediakan tempat yang luas
untuk persalinan yang aman (sarwono,2006,hal.455-456).
1. Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera
diahiri.
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu akan
dilakukan eksraksi forsep, ekstraksi fakum
3. Jarigan parut pada perineum ataupun pada vagina
4. Perineum kaku dan pendek
5. Adanya rupture yang membakar pada perineum
6. Premature untuk mengurangi tekanan

Indikasi episiotomy meliputi:

a) Tindakan preventif saat robekan perineum terjadi


b) Percepatan pelahiran jika terjadi gawat janin atau keletihan pada ibu
c) Pelahiran operatif
d) Distosia bahu

Episiotomy tidak boleh dilakukan secara rutin pada pelahiran pervagina


setelah terjadi trauma derajat ketiga atau keempat sebelumnya.

Indikasi episiotomy dan persetujuan dari ibu harus didokumentasikan pada


rekam medis persalinan. Insisi mediolateral kanan harus dilakukan (insisi mediana
meningkatkan bahaya kerusakan pada sfingter anal).

Bidan yang menjalankan prpgram jahitan perineum mungkin melakukan


penjahitan pada robekan derajat pertama dan kedua dan episiotomy menggunakan
Vicryl Rapide 2/0 sebagai bahan benang jahit. Perineum diberi lidokain 1%, jumlah
keseluruhan lidokain yang diberikan tidak boleh melebihi 20 ml.

Episiotomy harus dijahit ssegera mungkin setelah kala III persalinan selesai,
lebih baik dilakukan oleh individu yang membantu proses pelahiran bayi. Jahitan
subkutikular lebih dipilih dibandingkan jahitan terputus kulit perineum karena lebih
sedikit menimbulkan nyeri.

Hal berikut harus didokumentasikan:

1) Luas robekan
2) Jenis jahitan

11
3) Pemeriksaan vagina dan rectum pada akhir prosedur
4) Swab, pisau, dan instrument yang dihitung pada akhir prosedur dan fakta bahwa
instrument tersebut lengkap

E. JENIS-JENIS EPISIOTOMI
Penjahitan episiotomi
Secara umum prosedur untuk menjahit episiotomi sama dengan menjahit
laserasi perineum.jika episiotomy sudah dilakukan,lakukan penilaian secara hati-hati
untuk memastikan lukanya tidak meluas. Sedapat mungkin, gunakan jahitan jelujur.
Jika ada sayatan yang terlalu dalam hingga mencapai lapisan otot,mungkin diperlukan
penjahitan secara terputus untuk merpatkan jaringan.

Sebelumnya ada 4 jenis episiotomi yaitu; Episiotomi medialis, Episiotomi


mediolateralis, Episiotomi lateralis, dan Insisi Schuchardt. Namun menurut Benson
dan Pernoll (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis episiotomi yang di gunakan
yaitu:

1. Episiotomi median, merupakan episiotomy yang paling mudah dilakukan dan


diperbaiki. Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus kebawah
tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani. Keuntungan dari episiotomi
medialis adalah perdarahan yang timbul dari luka episiotomy lebih sedikit
mengandung pembulu darah. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga
penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan .sedangkan
kerugiannya adalah dapat terjadi rupture perinea tingkat III inklompet (laserasi
median sfingter ani) atau komplit (laserasi dinding rectum).

12
Gambar 1. Episotomi median

Mula-mula otot perineum kiri dan kanan dirapatkan dengan beberapa jahitan.
Kemudian fasia jahitan dengan beberapa jahitan,lalu lender vagian dijahit pula
dengan beberapa jahitan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan empat atau lima
jahitan.jahitan dapat dilakukan secara terputus-putus(interrupted suture) atau secara
jelujur(continous suture). Benang yang dipakai untuk menjahit otot, fasia dan selaput
lender adalah catgut chromic,sedang untuk kulit perineum dipakai benang sutera.

2. Episiotomy mediolateral,digunakan secara luas pada pada obstetric operatif


karenaaman. Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju
kearah belakang dan samping.arah sayatan dapat dilakukan kearah kanan ataupun
kiri, tergantung pada kebiasan orang yang melakukannya.panjang sayatan kira-kira 4
cm.sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah
rupture perinea tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak pembuluh darahnya. Otot-
otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan
sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris (benson
dan pernoll,2009,hal.176-177).
Pada teknis ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju
arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan kearah kanan dan kiri,
tergantung kepada orang yang melakukannya,panjang insisi kira-kira 4 cm, teknik

13
menjahit sama pada luka episiotomy medialis.penjahitan dilakukan sedemikian rupa
sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.

Gambar 2. Episiotomy mediolateral

3. Menjahit luka episiotomi lateralis


Pada teknik ini insis dilakukan kearah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3 atau
9 menurut arah jarum jam, teknik ini sering tidak dilakukan lagi oleh karena banyak
menimbulkan komplikasi, teknik penjahitan sama dengan luka episiotomi
mediolateralis.(prawirohardjo 2000).

4. Menjahit luka episiotomy menurut derajat luka


Luka derajat I dapat dilakukan hanya dengan catgut yang dijahitkan secara
jelujur. Menjahit luka episiotomy (continuous suture) atau dengan cara angka delapan
(figure out eight).
Menjahit luka II, sebelum dilakukan penjahitan pada robekkan perineum tingkat
II maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir robekkan yang atau bergerigi maka
pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu,pinggir robekan
sebelah kiri dan kanan masing-masing d klem terlebih dahulu,kemudian digunting.
Setelah pinggir robekkan rata, baru dilakukan penjaitan luka robekkan, mula-mula
otot dijahit dengan catgut.kemdian selaput vagina dijahit dengan catgut secara

14
terputus-putus atau jelujur,penjahitan lender vagina dimula dari puncak
robekkan,terakhir kulit perineum dijaht dengan benang sutera secara terputus-putus.
Tingkat III mula-mula dinding vagina bagian depan rectum yang robek dijahit.
Kemudian parineal dan fasia septum retrobagial dijahit dengan catgut
chromic,sehingga bertemu kembali.ujung-ujung otot spingter ani yang terpisah oleh
karena robekan di klem dengan pean lurus, kemudian dijahit dengan 2-3 jahit catgut
chormic,sehingga bertemu kembali.selanjutnya robekkan dijahit lapis demi lapis
seperti robekan perineum tingkat II.

F. PROSEDUR TINDAKAN EPISIOTOMI


1. Persiapan
a) Peralatan: baik steril berisi kasa, gunting episiotomy, betadin, spuit 10 ml dengan
jarum ukuran minimal 22 dan panjang 4 cm, lidokain 1% tanpa epineprint. Bila
lidokain 1% tidak ada dan tersedia likokain 2% maka buatlah likokain tadi men
Jadi 1% dengan cara melarutkan 1 bagan lidokain 2% ditambah 1 bagian cairan
garam fisiologis atau air destilasi steril.
b) Pertimbangkan secara matang tujuan episiotomy
c) Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomy dan pastikan bahwa
episiotomy tersebut penting untuk keselamatan dan kenyamanan ibu dan/atau bayi
d) Pastikan bahwa semua perelngkapan dan bahan-ahan yang diperlukan sudah tersedia
dan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau streril.
e) Gunakan teknik aseptic setiap saat
f) Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan episiotomy dan di diskusikan prosedurnya
dengan ibu.
2. Prosedur
a) Tunda tindakan episiotomy sampai perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala
bayi sudah terlihat pada saat kontraksi. Alasan : melakukan episiotomy akan
menyebabkan perdarahan; jangan melakukannya terlalu dini
b) Masukan 2 jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum.kedua jari akan
direnggakan dan berikan sedikit tekanaan lembut kearah luar pada perineum. Alasan:
hal ni akan melindungi kepala dari gunting dan meratakan perineum sehingga
membuatnya lebih mudah diepisiotomy.
c) Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan gunting
ditengah fourcherre posterior dan gunting mengarah kesudut yang di inginkan untuk
melakukan episiotomy mediolateral (jika anda bukan kidal, episiotomy mediolateral
yang dilakukan d sisi kiri lebih mudah di jahit). Pastikan untuk melakukan

15
papasi/mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan menggarahkan gunting cukup jauh
kea rah samping untuk menghidari sfingter.
d) Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan 1 atau 2
gunting yang mantap. Hindari menggunting jarigan sedikit demi sedikit karena akan
menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu
penyembuhannya lebih lama.
e) Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam vagina.
f) Jika kepala bayi belum juga keluar, lakukan tekanan pada luka episiotomy dengan
dilapisi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril diantara kontraksi untuk
membantu mengguangi pendarahan. Alsan : melakukan tekanan pada luka episiotomy
akan menurunkan pendarahan.
g) Kendalikan kelahiran kepala baud an badan bayi untuk mencegah perluasan
episiotomy.
h) Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomy, perineum
dan vagina mengalami perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi
perluasan episiotomy atau laserasi tambahan.
3. penatalaksanaan
1. Oleskan larutan antiseptic ke area sekitar episiotomy (misalnya
iodofor,klorheksidin) tiga kali kevagina dan serviks dengan menggunakan forcep
cincin yang steril atau yang didensinfeksi tingkat tngi dan swab kapas atau kasa.
2. Jika episiotomy diperluas melalui sfingter anal atau mukosa rectum,tangani seperti
robekan perineum derajat tiga atau empat secara terpisah.
3. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur menggunakan benang 2-0
a. Mulai jahit sekitar 1 cm diatas apeks (bagian atas) episiotomy. Lanjutkan
jahitan sampai lubang vagina.
b. Satukan tepi robekan lubang vagina
c. Masukkan jarum kebawah tulang vagina dan keluarkan melalui
insisi,kemudian ikat benang.
4. Tutup otot perineum dengan jahitan putus-putus menggunakan benang 2-0
5. Tutup kulit dengan jahitan putus-putus (atau subkutikular)menggunakan benang
2-0.
G. PENYEMBUHAN LUKA EPISIOTOMI

Menurut Walsh (2008) proses penyembuhan terjadi dalam tiga fase, yaitu:
1) Fase 1: Segera setelah cedera, respons peradangan menyebabkan peningkatan
aliran darah ke area luka, meningkatkan cairan dalam jaringan,serta akumulasi

16
leukosit dan fibrosit. Leukosit akan memproduksi enzim proteolitik yang
memakan jaringan yang mengalami cedera.
2) Fase 2: Setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk benang –
benang kolagen pada tempat cedera.

3) Fase 3: Pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi jaringan yang
rusak kemudian menutup luka.
Proses penyembuhan sangat dihubungani oleh usia, berat badan, status
nutrisi, dehidrasi, aliran darah yang adekuat ke area luka, dan status imunologinya.
Penyembuhan luka sayatan episiotomi yang sempurna tergantung kepada beberapa
hal. Tidak adanya infeksi pada vagina sangat mempermudah penyembuhan.
Keterampilan menjahit juga sangat diperlukan agar otot-otot yang tersayat diatur
kembali sesuai dengan fungsinya atau jalurnya dan juga dihindari sedikit mungkin
pembuluh darah agar tidak tersayat. Jika sel saraf terpotong, pembuluh darah tidak
akan terbentuk lagi (Walsh, 2008, hal. 559).
Jahitan luka yang kurang baik atau tidak dapat menempel pada proses
epitelisasi penyembuhan luka merupakan salah indikasi terhambatnya penyembuhan
luka perineum dan luka lainnya. Infeksi luka jahitan dan perawatan yang tidak bersih
atau tidak steril pada luka jahitan robekan (episiotomi) daerah perineum atau luka
jahitan operasi akan mengakibatkan peradangan atau infeksi. Tanda-tanda peradangan
tersebut, antara lain pembengkakan kulit daerah sekitarnya merah, rasa panas dan
nyeri, serta mengandung cairan nanah, tanpa atau disertai demam. Luka terinfeksi
sembuh lebih sulit dan lebih lama.

H. BENANG YANG DIGUNAKAN DALAM PENJAHITAN EPISIOTOMI


Alat menjahit yang digunakan dalam perbaikan episitomi atau laserasi dapat
menahan tepi – tepi luka sementara sehingga terjadi pembentukan kolagen yang baik.
Benang yang dapat diabsorbsi secara alamiah diserap melalui absorbsi air yang
melemahkan rantai polimer jahitan. Benang sintetik yang dapat diabsorbsi yang
paling banyak digunakan adalah polygarin 910 (Vicryl) yang dapat menahan luka
kira-kira 65% dari kekuatan pertamanya setelah 14 hari penjahitan dan biasanya
diabsorbsi lengkap setelah 70 hari prosedur dilakukannya.
Ukuran yang paling umum digunakan dalam memperbaiki jaringan trauma
adalah 2-0, 3-0, dan 4-0, 4-0 yang paling tipis. Benang jahit yang biasa digunakan
dalam kebidanan dimasukkan ke dalam jarum, dan hampir semua jahitan
menggunakan jarum ½ lingkaran yang runcing pada bagian ujungnya. Ujung runcing
dapat masuk dalam jaringan tanpa merusaknya. (Walsh,2008, hal. 560).

17
J. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYEMBUHAN LUKA

1. Status nutrisi yang tidak tercukupi memperlambat penyembuhan luka

2. Kebiasaan merokok dapat memperlambat penyembuhan luka

3. Penambahan usia memperlambat penyembuhan luka

4. Peningkatan kortikosteroid akibat stress dapat memperlambat penyembuhan luka

5. Ganguan oksigenisasi dapat mengganggu sintesis kolagen dan menghambat


epitelisasi sehingga memperlambat penyembuhan luka

6. Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka.

I. KOMPLIKASI EPISIOTOMI
Beberapa komplikasi yang dapat timbul dari tindakan episiotomi adalah
Resiko terjadinya perdarahan yang lebih besar pada saat proses persalinan Proses
penyembuhan biasanya lebih nyeri dan lebih lama dibandingkan robekan spontan.
Nyeri biasa dirasakan pada saat berjalan atau duduk. Apabila robekan yang terjadi
sangat besar, maka proses penyembuhan dapat berlangsung lebih lama lagi.
Meningkatkan resiko terjadinya infeksi Bagi beberapa wanita akan
merasakan nyeri saat berhubungan seksual selama beberapa bulan setelah melahirkan.
Bagi wanita yang sudah menjalani episiotomi maka kemungkinan untuk terjadinya
robekan pada persalinan berikutnya lebih besar. Inkontinensia anus, dimana wanita
tidak dapat mengontrol pengeluran fesesnya sendiri.Untuk mempercepat proses
penyembuhan episiotomi maka daerah perineum dapat dikompres dingin. Kompres
dingin juga dapat membuat daerah perineum menjadi baal sehingga mengurangi nyeri
dan mencegah bengkak.
Pada wanita yang telah menjalani prosedur ini disarankan untuk tidak
melakukan hubungan seksual selama 4 – 6 minggu, sampai luka bekas episiotomi
benar-benar sembuh.
A. Jika terjadi hematoma, buka dan buat drain hematoma. Jika tidak terdapat tanda-
tanda infeksi dan perdarahan berhenti, tutup kembali episiotomi.
B. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, buka dan buat drain luka. Angkat jahitan yang
terinfeksi dan lakukan debrindement luka.
a. Jika terinfeksi ringan,antibiotic tidak diperlukan
b. Jika terinfeksi berat tetapi tidak mencapai jaringan dalam, berikan
kombinasi antibiotic

18
c. Jika infeksi dalam, mencapai otot, dan menyebabkan nekrosis (fasitis
nekrotik), berikan kombinasi antibiotic sampai jaringan nekrotik dibuang
dan ibu tidak demam selama 48 jam.
1. Tinjau Kembali Prinsip Perawatan Umum
Pencegahan Infeksi
a. Pencegahan infeksi memiliki dua tujuan utama:
1) Pencegahan infeksi mayor ketika memberikan layanan
2) Meminimalkan resiko penularan penyakit serius, seperti hepatitis B dan
HIV/AIDS kepada ibu dan pemberian layanan kesehatan beserta staf
termasuk petugas kebersihan dan bagian rumah tangga
b. Praktik pencegahan infeksi yang direkomendasikan didasar oleh prinsip berikut
1) Setip individu (pasien atau staf) harus dianggap berpotensi menularkan
infeksi
2) Mencuci tangan adalah prosedur yang paling praktis untuk mencegah
kontaminasi silang
3) Pakai sarung tangan sebelum menyentuh apapun yang basah robekan
kulit,membrane mukosa,darah,atau cairan tubuh lainnya (sekresi atau
ekskresi)
4) Gunakan barier(kacamata pelindung,masker,atau gaun)jika diperkirakan
terjadi percikan dan tetesan cairan tubuh (sekresi atau ekskresi)
5) Lakukan praktik kerja aman,seperti tidak membengkokan jarum atau
tidak menutup jarum kembali,memproses instrument dengan benar,dan
membuang sampah medis dengan tepat
2. Beri dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anestesi local dengan lignokain
atau blok pudendal
3. Pastikan bahwa tidak ada alergi terhadap lignokain atau obat-obatan terkait
4. Masukkan sekitar 10 ml larutan lignokain 0,5 % kebawah mukosa vagina,kebawah
kulit perineum,dank e otot perieal yang dalam
5. Pada akhir penyuntikan,tunggu selama dua menit kemudian jepit sisi insisi dengan
forsep. Jika ibu dapat merasakan jepitan tersebut, tunggu dua menit lagi kemudian
lakukan tes ulang.
6. Tunda pelaksana episiotomy sampai
a. Perineum menipis
b. Kepala bayi terlihat 3-4 cm saat kontraksi
7. Letakan dua jari di antara kepala bayi dan perineum dengan memakai sarung yang
steril atau yang didesinfeksi tingkat tinggi
8. Gunakan gunting untuk memotong perineum sekitar 3-4cm pada arah mediolateral

19
9. Gunakan gunting untung memotong 2-3 cm keatas bagian tengah vagina posterior
10. Kendalikan kepala dan bahu bayi pada saat pelahiran dengan memastikan bahwa
bahu berputar kegaris tenhah untuk mencegah peluasan episiotomy
11. Periksa peluasan episiotomy dan robekan lain secara cermat kemudian jahit

20

Anda mungkin juga menyukai