Anda di halaman 1dari 25

TOPIK : EPISIOTOMI

Tujuan

Tanpa menggunakan daftar tilik diharapkan mahasiswa mampu melakukan perasat Episiotomi
dan menilai kemajuan persalinan sesuai indikasi dan standar yang telah di tetapkan pada
asuhan persalinan.

Referensi

 DEPKES RI, Buku Acuan APN, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kespro, Jakarta, revisi
2007
 Prawirohardjo, sarwono.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.2000,
 Saifudin Abdul Bari, Panduan Praktis Pelayanan Maternal Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta 2002
 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Mathernal dan Neonatal, Yayasan, Bina
Pustaka Sarwono, Jakarta 2001

PENDAHULUAN

Dalam memberikan pertolongan persalinan normal, kita sebagai bidan harus


memberikan pertolongan persalinan yang aman, selamat bagi ibu dan bayi. Berbicara mengenai
keamanan dalam pertolongan persalinan normal di ajarkan beberapa perasat di antaranya
adalah Hand Manuveur yang berfunsi untuk melindungi integritas dasar panggul dan perineum
dari kecepatan defleksi kepala. Hal ini dilakukan supaya angka kesakitan ibu akibta kejadian
prolapsus uteri dapat di cegah. Hand Manuveur bukan berarti perineum yang kaku di biarkan
robek, Hand Manuveur memfasilitasi perineum yang elastis supaya tidak rusak akibat
kecepatan lahirnya kepala yang tidak terkendali, jadi agar perineum yang kaku tidak teregang
dan robek secara berlebihan, maka diperlukan suatu tindakan yang dinamakan dengan
episiotomi.
Uraian Materi

Pengertian Episiotomi
Adalah suatu tindakan membuat luka sayatan pada daerah perinem dalam rangka proses
persalinan . Jenis episiotomy tergantung dari arah luka sayatan yang dilakukan . semua episio
tomi arah sayatan dapat dimulai dari fourchet. Jika dilakukan dari arah fourcete sampai ke
arah anus disebut episiotomy medialis. sayatan medialis / dari fourchet 45 derajat kearah
lateralis (mediolateralis) atau kerah lateral (90 derajat). Panjang sayatan Episiotomi berkisar
antara 2-4 cm tergantung jenis episiotomy yang di gunakan dan tergantung panjangnya
perineum. Dalam membuat sayatan perlu kehati-hatian terutama untuk sayatan medialis
karena akan menyebabkan rupture totalis.
Prinsip Episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak
akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut.
Pertimbangan  melakukan  episiotomi  harus  mengacu  pada  penilaian  klinik  yang  tepat dan  teknik
yang paling sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Tidak dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin. Episiotomi yang dikerjakan
tanpa alasan yang jelas dapat menyebabkan :
1. Meningkatnya jumlah perdarahan dan risiko hematoma.
2. Kejadian laserasi perineum derajat 3 dan 4 lebih banyak terjadi pada episi
otomi rutin dibandingkan tanpa episiotomi (laserasi spontan).
3. Meningkatkan nyeri pasca persalinan di daerah perineum, membuat ibu takut 
untuk BAK dan BAB.
4. Meningkatkan risiko infeksi.

Episiotomi dibagi menjadi dua yaitu :
1. Episiotomi primer, adalah episiotomi yang dilakukan sejak awal, yaitu pada 
partus
preterm dan pada saat akan melakukan persalinan dengan tindakan pervaginam.
2. Episiotomi sekunder, adalah episiotomi  yang  dilakukan pada  saat  peregangan 
perineum yang dikhawatirkan terjadinya robekan perineum dengan kerusakan
 yang lebih hebat.

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dila
hirkan.Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terk
endali (partuspraecipitatus/persalinan  kurang dari 3  jam). Beberapa upaya dapat dilak
ukan untuk mencegah robekan perineum :
1. Fasilitasi fleksi kepala bayi agar tidak menyebabkan regangan mendadak.
2. Mengarahkan kepala agar perineum dilalui oleh diameter terkecil saat ekspulsi.
3. Menahan perineum dengan regangan telunjuk dan ibu jari.

Jenis episiotomy:
1. Mediolateral
2. Median
3. Lateral
4. J- shaped
Penelitian tentang episiotomy di Nigeria di rs Pendidikan
1. 32% dari 275 pasien tidak mengerti arti episiotomi.
2. Mayoritas (61,5 %) tidak mendapat konseling sebelum tindakan episiotomy. Rerata
waktu antara persalinan dengan penjahitan adalah 17,9 + 5,66 menit.
3. Mayoritas (75,6%) episiotomi diakukan oleh bidan.
4. 45,8% tidak mendapat pemberian anestesi lokal sebelum episiotomy, Komplikasi paling
umum adalah rasa tidak nyaman & nyeri perineum.
Department of Obstetrics and Gynaecology, University of Uyo, Uyo, Akwa Ibom state, Nigeria
OBG Management | April 2012 | Vol. 24 No. 4Editorial.
Stop performing median episiotomy! Start using a mediolateral incision when episiotomy is
indicated.
Robert L Barbieri 244 mediolateral vs 159 mediana
1. Frekuensi ruptur derajat 3 komplit:Mediana 6,1% vs madiolateral 1,6%
2. Frekuensi ruptur perineum total: Medina 5,5% vs mediolateral 0,6%
3. Rasa nyeri dan pemakaian obat anti nyeri maupun turunnya kerja usus tidak berbeda
bermakna antara kedua jenis.
4. Memulai hubungan seksual 1 bln post partum: 18,1% mediana vs 6,3 mediolateral

Namun pada 2 bulan post partum sudah tidak adanya perbedaan antar keduanya: 82,8%
mediana vs 80,8 Pd 3 bln post partum, skar mediana (43%) tampak lebih baik dibanding
medioateral(27%)
5. Perineum lemah: Mediana 7% vs mediolateral 1,6%
Studi 390 pasien ruptur total:
1. 1,8% jahitan terbuka
2. 2,8% infeksi dan luka terbuka
3. 0,8% infeksi saja
Studi lain menyebutkan 31% ruptur total mengeluhkan kendali buang air besar yg buruk.

Riset lainnya menyebutkan:


Am J Perinatol . 2008 May ; 25(5): 259–264.Risk Factors for Birth Canal Lacerations in
Primiparous Women Rafael T. Mikolajczyk, M.D., M.Sc.1, Jun Zhang, Ph.D., M.D.1, James
Troendle, Ph.D.1, and Linda Chan, M.D.2
1. Bayi besar (≥ 3500 g) meningkatkan risiko laserasi perinuem (odd ratio [OR], 3.8; 95%
confidence interval [CI], 1.8 to 7.9) and laserasi periuretra (OR, 2.3; 95% CI, 1.0 to 5.0)
tetapi tidak untuk laserasi lainnya.
2. Episiotomi tidak berdampak terhadap laserasi perineum (OR 0.9) tapi punya efek
protektif kuat terhadap laerasi lain (OR 0.1). Kala 2 lama (>120 menit) meningkatkan
risiko laserasi perineum dan vagina tapi menurunkan risiko laserasi periuretra.
3. Persalinan dengan alat adalah faktor risiko bermaknauntuk laserasi grade 3-4, dengan
sejauh ini risiko terbessar pada forcep rendah (OR 25.0 versus <3 untuk forsep dan
vakum outlet dan vakum rendah).
Berdasarkan literature:
1. WHO menyarankan angka episiotomi hanya 10% setelah diaplikasikan berdasarkan
indikasi
2. ICEA International Children Education Association mengeluarkan paper Episiotomy:
Meyvis dkk 2012: episiotomi mempercepat persalinan dan mencegah trauma pada bayi
dan jalan lahir. Masase perineum menurunkan episiotomi, laserasi dan derajat ruptur
(Hale & Ling 2007, Karacam dkk 2012)
Waktu yang tepat dalam melakukan episiotomi adalah :
1. jika kulit perineum terlihat pucat, mengkilap dan teregang
2. diameter kepala terlihat 2-3 cm did pan vulva
3. pada saat kontraksi dan ibu mengedan

Indikasi Episiotomi
1. Profilaktik untuk melindungi integritas dasar panggul.
2. Halangan kemajuan persalinan akibat perineum tebal dan sngat berotot,
perineum yang kaku, ada jaringan parut bekas operasi, bekas episiotomy yang
sudah diperbaiki
3. Janin yang besar
4. Malpresentasi
5. Letak sungsang dengan partus tindakan forceps atau vakum
6. Arkus pubis sempit
7. Terjadi gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan atau
menggunakan instrumen, misalnya vakum atau forceps.
8. Mencegah robekan perineum yang kaku atau diperkirakan tidak mampu
menahan regangan yang berlebihan (misalnya pada makrosomia).
9. Mencegah kerusakan jaringan yang luas pada ibu dan bayi pada kasus presentasi
abnormal (bokong, muka, UUK di belakang) dengan menyediakan jalan yang
lebih lapang untuk persalinan yang aman.
10. Terdapat jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan.
Keuntungan dari Episiotomi adalah:
1. Luka incise yang lurus/rata lebih mudah di perbaiki dan lebih cepat sembuh di
banding lika laserasi yang compang-camping tidak terkendali
2. Dengan melakukan episiotomi sebelum otot dan fascia teragang berlebihan, kekuatan
pada dasar panggul dapat di pertahankan dan insidensia prolapsusu uteri, cystocel,
serta rectocele dapat di kurangi
3. Struktur didepan dan di belakang akan terlindungi dengan menambah ruang yang ada
di posterior, peregangan dan kerusakan akan menjadi lebih kecil pada bagian anterior
dinding vagina, kandung kemih, urethra dan pada jaringan periclitoris
4. Robekan ke dalam rectum dapat dielakan.

LASERASI PERINEUM
Banyak wanita mengalami robekan perineum, pada saat melahirkan anak pertama. Pada
sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut, robekan ini amat luas, laserasi harus
diperbaiki dengan cermat.

Penyabab maternal mencakup:


1. Partus praecipitatus yang tidak di kendalikan dan tidak ditolong
2. pasien tidak mampu berhenti mengejan
3. partus diselesaikan dengan tergesa-gesa dengan dorongan fundus yg berlebihan
4. Edema dan kerapuhan pada perineum
5. Barikositis yang berlebihan
6. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula hingga menekan
kepala bayi kearah posterior
7. Perluasan Episiotomi

Faktor-faktor janin :
1. Bayi yang besar
2. posisi kepala yang abnormal
3. kelahiran bokong
4. Ekstraksi forceps yang sukar
5. Dystosia bahu
6. Anomali congenital seperti hydrocephalus

Klasifikasi Laserasi Perineum


1. Robekan derajat pertama, luka ini meliputi : Mukosa vagina, Fourchet dan kulit
perineum tepat di bawahnya
2. Robekan derajat kedua, luka ini menganai garis tengah dan melebar sampai ke korpus
perineum acapkali musculus perineum transversalis turutterobek dan robekan dapat
turun tapi mencepaia spinchterani

3. Robekan derajat ketiga, meluas sampai corpus perineum, musculus transverses


perineus dan spinchter recti

Langkah-langkah

Melakukan Episiotomi dengan anesthesia local


Ingat :
Episiotomi bisa dipertimbangkan hanya pada kasus-kasus :
 Gawat janin
 Persalinan pervagina dengan penyult (sungsang, distocia bahu, ekstaksi forceps,
ekstraksi vakum)
 Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan
persalinan

Persiapan :
 Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan
bahwa episiotomy tersebut penting untuk keselamatan dan kenyamanan ibu dan
bayi.
 Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperluknan sudah
tersedia dan dalam keadaan disenfeksi tingkat tinggi atau steril.
 Gunakan tehnik asptik setiap saat, cuci tangan dan pakai sarung tangan DTT atau
steril.
 Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan episiotomy dan diskusikan
prosedurnya dengan ibu dan berikan alas an rasional pada ibu.

Memberikan Anasthesia Lokal


Peralatan
 Bak instrument steril yang berisi :
a. Gunting Episiotomi
b. Handscoen steril 1 pasang
c. Duk steril
d. Kasa steril
 Spuit 10 cc
 Lidokain 1 %
 Waskom yang berisi larutan klorin untuk dikontaminasi
 Sabun

Berikan anesthesia local secara dini agar obat tersebut memiliki cukup waktu
untuk memberikan efek sebelum episiotomy dilakukan. Episiotomi adalah tindakan yang
menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anesthesia local adalah bagian dari asuhan
sayang ibu.
1. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu dia untuk merasa rileks
2. Hisap 10 ml larutan lidokain 1 % tanpa epinefrin kedalam tabung suntik ukuran 10 ml.
Jika Lidokain 1 % tidak tersedia, larutkan satu bagian lidokain 2% dengan 1 bagian cairan
garam fisiologis atau air steril
3. Pastikan bahwa tabung suntik memiliki ukuran 22 dan panjang 4 cm.
4. Letakan 2 jari kedalam vagina di antara kepala bayi dan perineum
5. Masukan jarum ditengah fourcheet dan arahkan sepanjang tempat yang akan di
episiotomy Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura
posterior (fourchette), yaitu bagian sudut bawah vulva. Arahkan jarum dengan
membuat sudut 45o ke sebelah kiri (atau kanan) garis tengah perineum. Lakukan
aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak memasuki pembuluh darah
(terlihat cairan dalam spuit).
6. Aspirasi untuk memastikan bahwa jarum tidak berada dalam pembuluh darah. Jika
darah masuk kedalam tabung suntik, jangan disuntikan Lidokain, tarik jarum tersebut
keluar. Ubah posisi jarum dan tusukan kembali. Alasan : Ibu bisa mengalami kejang dan
bisa terjadi kematian jika lidokain disuntikan kedalam pembuluh darah.
7. Tarik jarum perlahan sambil menyuntikan maksimum 10 ml lidokain
8. Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asla jarum suntik dimasukan. Kulit
menggelembung karena anesthesia bisa terlihat dan di palpasi pada perinaeum di
sepanjang garis yang akan dilakukan episiotomy.
Tunda tindakan episiotomisampai perineum menipis dan pucat, dan setelah 3-4 cm
kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.
Alasan : Melakukan episiotomy akan menyebabkan perdarahan, jangan melaku
Kannya terlalu dini.

Tehnik Mengunting perineum

1. Masukan dua jari kedalam vagina di antara kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak
direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut kearah luar pada perineum.
i. Alasan : Hal ini melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakaan
perineum
ii. Sehingga membuatnya lebih mudah di episiotomy
2. Pegang gunting dengan satu tangan
3. Tunggu puncak his/kontraksi kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka
diantara jari telunjuk dan tengah.
4. Gunakan gunting tajam DTT atau steril, tempatkan gunting di tengah-tengah
forcehette posterior dan Gunting perineum dimulai dari fourchette (komisura posterior)
45 derajat ke lateral kiri atau kanan (medio lateral).
5. gunting mengarah ke sudut yang di inginkan untuk melakukan episiotomy mediolateral
(jika anda bukan kidal, episiotomy mediolateral yang di lakukan di sisi kiri lebih mudah
dijahit). Pastikan untuk melakukan palpasi / mengidentifikasi spincter ani eksternal dan
menarahkan gunting cukup jauh kearah samping untuk menghindari spincter.
6. Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunaka satu atau dua
gunting yang mantap. Hindari menggunting jaringan sedikit Demi sedikit karena akan
menimbulkan tepi yang tidak rata sehinga akan me Nyulitkan penjahitan pada waktu
penyembuhan lebih lama.
7. Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam vagina.
8. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomy
a. Dengan dilapisi kassa DTT / steril diantara kontraksi untuk membantu me
b. Ngurangi perdarahan.
9. Kendalikan kelahiran kepala, bahu, dan badan bayi untuk mencegah per
a. Luasan episiotomy.
10. Setelah bayi dan placenta lahir, periksa apakah apisiotomi, perineum
a. Dan vagina mengalami perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika
b. terjadi perluasan episiotomy atau laserasi tambahan.

Menjahit Luka Episiotomi


1. Atur posisi ibu menjadi litotomi dan arahkan cahaya lampu sorot pada daerah yang
benar.
2. Keluarkan sisa darah dari dalam lumen vagina, bersihkan daerah vulva dan perineum.
3. Kenakan sarung tangan yang bersih, bila diperlukan pasanglah tampon atau kasa ke
dalam vagina untuk mencegah darah mengalir ke daerah yang akan dijahit.
4. Letakkan duk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
5. Uji efektifitas anestesi lokal yang diberikan sebelum episiotomi, jika sudah kurang
efeknya bisa ditambahkan anestesi lokal lagi lidokain 10ml 1% pada daerah nyeri
sebelum dilakukan penjahitan.
6. Atur posisi penolong sehingga dapat bekerja dengan leluasa dan aman.
7. Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas batas luka.
8. Lakukan jahitan pertama kira-kira 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina. Ikat
danpotong salah satu ujung dari benang dengan menyisakan benang kurang lebih 0.5
cm.
9. Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur dengan jerat ke bawah
sampai lingkaran sisa hymen.
10. Kemudian tusukan jarum menembus mukosa vagina di depan hymen dan keluarkan
pada sisi dalam luka perineum. Periksa jarak tempat keluarnya jarum di perineum
dengan batas atas irisan episiotomi.
11. Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot sampai ke ujung
luar luka (pastikan setiap jahitan pada ke dua sisi memiliki ukuran yang sama danlapisan
otot tertutup dengan baik).
12. Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan
mulailahmerapatkan kulit perineum dengan jahitan subkutikuler.
13. Bila telah mencapai lingkaran hymen tembuskan jarum ke luar mukosa vagina pada sisi
yang berlawanan dari tusukan terakhir subkutikuler.
14. Tahan benang (sepanjang 2 cm) dengan klem kemudian tusukan kembali jarum
padamukosa vagina dengan jarak 2 mm dari tempat keluarnya benang dan silangkan ke
sisiberlawanan hingga menembus mukosa pada sisi berlawanan.
15. Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem dengan simpul kunci.
16. Lakukan kontrol jahitan dengan pemeriksaan colok dubur (lakukan tindakan yangsesuai
bila diperlukan).
17. Tutup jahitan luka episiotomi dengan kasa yang dibubuhi cairan antiseptik.
RINGKASAN

Episiotomi adalah suatu tindakan membuat incise / luka sayatan pada daerah perineum,
arah luka sayatan tergantung jenis episiotomy yang akan di gunakan dapat dimulai dari
foutchet sampai ke anus untuk sayatan medialis / dari fourchet 45 derajat kearah lateratis
( Mediolateratis ) atau kearah lateratal (90 derajat). Panjang sayatan episiotomy berkisar antara
2-4 cm tergantung jenis episiotomy yang digunakan dan tergantung panjang perineum. Dalam
membuat sayatan perlu kehati-hatian terutama untuk sayatan medialis karena akan
menyebabkan rupture totalis.
Dalam melakukan episiotomy harus ada indikasi tertentu dan sebelum melakukan
tindakan episiotomy terlebih dahulu berikan anesthesia local secara dini agar obat tersebut
memiliki cukup waktu untuk memberikan efek sebelum episiotomy dilakukan. Episiotomy
adalah tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anesthesia local adalah bagian
dari asuhan sayang ibu.

LATIHAN

1. Jelaskan pengertian episiotomy


2. sebutkan beberapa indikasi dalam melakukan tinadakan episiotomy……………..
3. Jelaskan persiapan alat untuk tindakan episiotomy
4. Langkah-langkah episiotomy………………………………………………………………………..
5. Apa saja yang harus diperhatikan dalam melakukan tindakan apisiotomi?

Keselamatan Kerja
1. Sebelum melakukan tindakan pastikan semua alat yang digunakan dalam keadaan
Siap pakai.
2. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya, letakan peralatan pada tempat yang
Mudah terjangkau.
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan serta keselamatan klien
4. Lakukan tindakan dengan tetap memperhatikan prinsip aseptic dan antiseptic
5. Perhatikan langkah demi langkah dalam melakukan plasenta manual dengan benar
6. Selama melakukan tindakan harus memperhatikan keadaan ibu.
7. Lakukan semua prosedur tindakan secara hati-hati.

Alat, Bahan dan Perlengkapan

Peralatan
 Bak instrument steril yang berisi :
a. Gunting episiotomy
b. Handscoen steril satu pasang
c. Duk steril
d. kassa steril
 Spuit 10 cc
 Scort
 Lidokain 1 %
 Waskom yang berisi larutn klorin untuk dikontaminasi
 Sabun

Bahan : Phantom delivery dengan janinnya atau phantom

Prosedur Tindakan
NO LANGKAH KERJA GAMBAR
I Persiapan
 Pertimbangan
indikasi untuk
melakukan
episiotomy
 Persiapkan bahan
dan alat disusun
secara ergonomis
dan dapat dijangkau.
 Informed consent

Key Point:
Indikasi episiotomy adalah
unttuk menyelamatkan ibu
dan janin. Dalam melakukan
persiapan yang penting
adalah alat-alat dalam kisi
baik dan steril.
II Pelaksanaan
Tahap I :
Memberikan anastesi lokal
1. Langkah-langkah :
Jelaskan pada ibu tindakan
yang akan dilakukan
Key Point :
Jelaskan pada ibu tindakan
yang akan dilakukan, buat
kesepakatan.
2. Siapkan alat dan dekatkan
pasien

Key Point :
Urutkan alat berdasarkan
penggunaan
3. Atur posisi ibu litotomi
4. a. Gunakan Scort, cuci
tangan dan keringkan

Key Point :
Perhatikan teknik mencuci
tangan, lepaska semua
perhiasan tangan dan
gunakan air yang mengalir

b. Gunakan sarung tangan


Key Point;
Perhatikan tehnik aseptic
5. Hisap dengan spuit 10 cc
lidokain 1% dan keluarkan
udara dari dalam spuit
Key Point :
Pengeluaran udara dari
dalam spuit harus selalu
dilakukan untuk mencegah
terjadinya masuknya udara
dalam jaringan
6. lakukan disenfeksi pada
daerah perineum dengan
tangan kanan
Key Point;
Arah disenfeksi dari atas
kebawah dengan larutan
dininfectan
7. Masukan tangan kiri 2 jari
kedalam vagina diantara
kepala bayi dan perineum
dan tangan kanan masukan
jarum ketengah fourcheet
dan arahkan jarum
sepanjang tempat
dilakukannya episiotomy
Key Point:
Hati-hati pada saat
memasukan jarum jagan
sampai mengenai kepala
bayi
8. Aspirasi untuk memastikan
bahwa jarum tidak berada
dalam pembuluh darah
Key Point:
Jika pada waktu ditarik
penghisap terdapat darah
yang keluar maka berarti
masuk pembuluh darah.
Segera keluarkan jarum dan
ubah posisi jarum dan
masukan kembali.
9. Tarik jarum dengan tangan
kanan sambil menyuntikan
lidokain yang berada dalam
spuit habis
Key Point :
Malsimal lidokain yang
disuntikan adalah 10 cc dan
tarik jarum jika jarum sudah
kembali ketitik awal
pnyuntikan
Tahap II : Melakukan
episiotomi
10. Tunda tindakan episiotomy
sampai perineum menipis
dan pucat, dan setelah 3-4
cm kepala bayi sudah
terlihat pada saat kontraksi
Key Point:
Melakukan episiotomy akan
menyebabkan perdarahan,
jangan melakukannya
terlalu dini
11. Masukan dua jari kedalam
vagina diantara kepala bayi
dan perineum. Kedua jari
agak diregangkan dan
berikan sedikat tekanan
lembut kearah luar pada
perineum.
Key Point:
Hal ini akan melindungi
kepala bayi dari gunting dan
meratakan perineum
sehingga membuatnya lebih
mudah di episiotomy.
12. Gunakan gunting tajam DTT
atau steril, tempatkan
gunting di tengah-tengah
fourcheet posterior dan
gunting mengarah kesudut
yang di inginkan untuk
melakukan episiotomy
mediolateral. Pastikan untuk
melkukan palpasi /
mengidentifikasi spincter ani
Eksternal dan mengarahkan
gunting cukup jauh kearah
samping untuk menghindari
spincter
13. Gunting perineum sekitar 3-
4 cm dengan arah
mediolateral.
Key Point ;
Hindari menggunting
jaringan sedikit demi sedikit
karena akan menimbulkan
tepi yang tidak rata
sehingga akan menyulitkan
penjahitan dan waktu
penyembuhan yang lebih
lama.
14. Jika kepala bayi belum juga
lahir, lakukan tekanan pada
luka episiotomy dengan
dilapisi kassa DTT / Steril
diantara kontraksi untuk
membantu mengurangi
perdarahan.
15. Kendalikan kelahiran kepala,
bahu, dan bayi untuk
mencegah perluasan
episiotomi
16. Setelah bayi dan placenta
lahir, periksa apakah luka
episiotomy, perineum dan
vagina mengalami perluasan
atau laserasi, lakukan
penjahitan jika terjadi
perluasan episiotomy atau
lacerasi tambahan.

Tahap III : Pemrosesan alat


bekas pakai
17. Masukan alat yang sudah
digunakan. Masukan
kedalam Waskom yang
berisi larutan klorin untuk
dekontaminasi
Key Point:
Lama dekontaminasi alat
hanya 10 menit.
18. Lakukan pencatatan dan
informasikan hasil tindakan
pada ibu
Key Point:
Mendokumentasikan
tindakan yang telah
dilakukan. ( soap Notes )

APLIKASI

 Dosen mendemostrasikan tindakan episiotomy, mahasiswa memperhatikan dan untuk


sementara tidak mengajukan pertanyaan terlebih dahulu selama dosen melakukan
demo.
 Dosen mengulang langkah demi langkah dengan membacakan langkah, menunjukan
cara dan menekankan key point
 Mahasiswa berlatih mempraktikan secara individu dengan bimbingan dosen
 Dosen menilai kemampuan mahasiswa dengan menggunakan daftar tili

EVALUASI

Mahasiswa mendemostrasikan tindakan episiotomy dengan benar dan secara sitematis


sesuai dengan daftar tilik.

DAFTAR TILIK

NAMA MAHASISWA : ……………………………………...........


NIM : ……………………………………………..
PENILAI : ……………………………………………..
HASIL PENILAIAN : ……………………………………………..
TANGGAL PENILAIAN : ……………………………………………..

Nilailah setiap kinerja langkah yang di amati dengan menggunakan skala sebagai berikut:
0. Gagal : Bila langkah klinik tidak dilakukan
1. Kurang : Langkah klinik dikerjakan tetapi tidak mampu me
Ndemostrasikan sesuai dengan prosedur
2. Cukup : Langkah klinik dikerjakan dengan bantuan, kurang
Atau kurang cekatan dalam mendemostrasikan dan
Waktu yang diperlukan relative lebih lama untuk
Menyelesaikan suatu tugas
3. Baik : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang
Percaya diri, kadang-kadang tampak cemas dan me
Merlukan waktu yg dapat dipertanggungjawabkan.
4. Sangat baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan tepat
Sesuai dengan tehnik prosedur dalam lingkup ke
Bidanan dan waktu efisien.

Bubuhkan Nilai 0,1,2,3,4 dalam kolom kasus, sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan

No KEGIATAN
Pemberian Anestesi Local
1. Menjelaskan pada ibu tindakan yang akan di
lakukan
2. Mempersiapkan alat dan mendekatkan ke pasien
3. Mengatur posisi ibu litotomi
4. Menggunakan scort, mencuci tangan
danmengeringkannya
5. Menggunakan sarung tangan
6. Isap dengan spuit 10 cc Lidokain 1% dan keluarkan
udara dari dalam spuit.
7. Lakukan disenfeksi pada daerah perineum
8. Memasukan dua jari tangan kedalam vagina
diantarakepala bayi dan perineum dan tangan
kanan masukan jarum ketangan fourcheet dan
arahkan jarum sepanjang tempat dilakukannya
episiotomy.
9. Melakukan Aspirasi untuk memastikan bahwa
jarum tidak masuk atau berada dalam pembuluh
darah.
10. Tarik jarum dengan tangan kanan sambil
menyuntikan lidokain hingga lidokain yang berada
dalam spuit habis.
Mmbuat Episiotomi Medialis
11. Tunda tindakan episiotomy sampai perineum
menipis dan pucat sambil melakukan disenfeksi
daerah perineum dan menilai anestesi
12. Memasukan dua jari tangan kiri diantara kepala
janin dan perineum
13. Dengan tangan kanan masukan gunting
episiotomy dan tempatkan ditengah fourcheet
14. Menggunting perineum kearah mediolateral
sepanjang 3-4 cm
15. Jiika kepala bayi belum juga lahir, tekan luka
episiotomy dengan kassa DTT diantara kontraksi
untuk mengurangi perdarahan
16. Kendalikan kelahiran kepala, bahu, dan badan
bayi untuk mencegah perluasan episiotomi
17. Setelah bayi dan placenta lahir, periksa apakah
luka episiotomy mengalami perluasan dan
lakukan penjahitan
Pemroresan Alat Bekas Pakai dan
Pendokumentasian
18. Masukan Alat yang sudah di gunakan, masukan
kedalam Waskom yang berisi larutan klorin untuk
dekontaminasi
19. Lakukan Pencatatan dan informasikan hasil
tindakan pada ibu.

HASIL : ……………………../ 17

CATATAN :
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………..

Anda mungkin juga menyukai