A. ANATOMI PERINEUM
ntara kedua belah paha, yang pada wanita dibatasi oleh vulva dan
kebutuhan fisiologis,
tidak hanya berperan atau menjadi bagian penting dari proses persalinan, tetap
i juga diperlukan untuk mengontrol proses buang air besar dan buang
menjaga tekanan intra abdomen) dan fungsi seksual yang sehat setelah
yang terjadi saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan
alat-alat tindakan. Robekan ini pada umumnya terjadi pada garis tengah dan
bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat keluar. Perlukaan yang
terjadi akibat robekan jaringan antara vulva dan anus yang terjadi baik secara
labia, vagina, dan leher rahim. Kebanyakan laserasi akan sembuh tanpa
nyeri berkepanjangan, disfungsi seksual, dan rasa malu. Laserasi yang parah
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik
diklasifikasikan menjadi:
a) Derajat 1
dan membran mukosa vagina, tetapi tidak mengenai fasia dan otot.
b) Derajat 2
c) Derajat 3
d) Derajat 4
sehingga lumen rektum. Pada derajat ini, robekan di daerah uretra yang
(2006), robekan mengenai kulit, otot dan melebar sampai sphincter ani
penyembuhan sesudah luka dijahit. Oleh karena itu, dan juga untuk
saat kepala janin tampak dari luar dan mulai meregangkan perineum.
tidak bisa menempatkan sudut yang aman dan benar, oleh sebab itu lah
OASI. Meskipun demikian kadang tak terlihat manfaat ibu yang menjalani
a) Episiotomi medialis
b) Episiotomi Mediolateral
Lebih sering digunakan di Inggris. Tipe episiotomi ini adalah
c) Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau
banyak. Selain itu jaringan parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa
d) Insisi Schuchardt
persisten oksiput posterior, ras Asia dan penggunaan anestesi lokal. Berikut
1) Paritas
Adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah
dilahirkan hidup maupun mati bila berat badan tidak diketahui maka
terjadi pada semua persalinan pertama (primipara) dan tidak jarang pada
ruptur perineum. Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki berat
lebih dari 4000 gram. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan
karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan
berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan
16 berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum.
Kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ibu
besar, faktor genetik, dan pengaruh kecukupan gizi. Berat bayi lahir
3) Cara mengejan
tiba-tiba oleh karena ini akan mengakibatkan laserasi yang hebat dan tidak
teratur, bahkan dapat meluas sampai sphincter ani dan rektum. Pimpinan
jawab untuk lahirnya bayi adalah kontraksi uterus dan kekuatan mengejan.
4) Elastisitas perineum
Perineum yang kaku dan tidak elastis akan menghambat persalinan kala II
robekan perineum yang luas sampai tingkat 3. Hal ini sering ditemui pada
untuk persalinan sulit pada ibu yang belum pernah melahirkan pada
kelompok umur ibu dibawah 20 tahun dan pada kelompok umur di atas 35
tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat (20-
lain :
3) Distosia bahu
3) Arkus subpubis yang sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula
a. Pada 10% ibu merasa nyeri dan tidak nyaman, akan berakhir 3-18 bulan
setelah pelahiran
(Liu, 2010).
g. Infeksi pasca persalinan juga berisiko terjadi sebab luka tidak segera
menyatu sehingga timbul jaringan parut selain itu, laserasi perineum dapat
5) Komplikasi
1) Perdarahan
yang cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting.
2) Fistula
luka, maka air kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat
menekan kandung kencing dan rectum yang lama antara kepala janin dan
rasa nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah. Hematoma
dibagian pelvis bisa terjadi dalam vulva perineum dan fosa iskiorektalis.
darah yang hilang. Dalam waktu yang singkat, adanya pembengkakan biru
yang tegang pada salah satu sisi introitus didaerah ruptur perineum.
4) Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan disekitar alat genetalia pada
kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum
masih lemah.
2010).
b. Laserasi derajat dua, tiga dan empat Pada laserasi derajat dua, tiga dan
Langkah Klinik
gunting, jarum jahit, benang jahit kromik atau catgut no 2/0 atau 3/0, kasa
b) Povidon-iodin
c) Lidokain
e) Lampu sorot.
2) Persiapan
kaki terangkat dan dipisah) dan arahkan cahaya lampu sorot pada daerah
yang benar
b) Letakkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu
d) Atur posisi penolong sehingga dapat bekerja dengan leluasa dan aman
bersarung tangan, isi jarum suntik dengan Lidokain dan letakkan ke dalam
wadah DTT
lokal).
3) Anastesi Lokal
a) Beritahu ibu akan disuntik yang akan terasa nyeri dan menyengat
c) Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila
d) Suntikkan anastesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah
perineum
e) Tanpa menarik jarum suntik ke luar dari luka, arahkan jarum sepanjang
tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi dan suntikkan anastesi
sambil menarik jarum suntik. Bila robekan luas dan dalam, anastesi daerah
1) Telusur luka menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas batas
vagina. Ikat dan potong salah satu ujung dari benang dengan menyisakan
(selaput tipis yang mengelilingi lingkaran vagina) dan keluarkan pada sisi
4) Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot
sampai ke ujung luar luka (pastikan setiap jahitan memiliki ukuran yang
5) Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan
lingkaran vagina), tembuskan jarum ke luar mukosa vagina pada sisi yang
8) Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem dengan simpul
kunci
10) Tutup jahitan luka dengan kasa yang dibubuhi cairan antiseptik.
jarum
jarum
bertemu
kembali
9) Ujung otot spingter ani yang terpisah karena robekan diklem dengan
10) Kemudian tautkan ujung otot spingter ani dengan melakukan jahitan
pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau
1). Saat mandi Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut,
cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan
penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan
pembersihan perineum.
2). Setelah buang air kecil Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil
pembersihan perineum.
3). Setelah buang air besar. Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan
1). Persiapan
a). Ibu Pos Partum Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi
dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi
kaki terbuka.
b). Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung
atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan
2). Penatalaksanaan
c). Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke
3. Evaluasi