BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
a) Tingkat I : robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau
tanpa mengenal kulit perineum sedikit.
b) Tingkat II : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai
selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perineum transversalis
tapi tidak mengenai sfinkter ani Jika ada pinggir yang bergerigi atau tidak
rata, maka pinggir itu harus diratakan terlebih dahulu. Mula-mula otot
dijahit dengan cagut kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan cagut
secara terputus-putus atau jelujur. Pengjahitan dimulai dari puncak
robekan. Terakhir kulit perineum dijahit secara terputus-putus.
c) Tingkat III : robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai
mengenai otot-otot sfingter ani
Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit. Kemudian fasia
perirektal dan fasia reptu rektovaginal dengan catgut kronik sehingga
bertemu kembali.
Robekan perineum terbagi atas 4 derajat :
1) Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum
2) Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum
3) Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot spinter ani eksterna
4) Derajat IV : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum otot spinter ani eksterna, dinding rectum anterior.
2.2 Etiologi Ruptur Perineum
Menurut Prawirohardjo (2016), etiologi ruptur perineum pada umumnya
terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan persalian yang semakin
manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalah lahir dan karena itu
dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum,
trauma forseps atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
a) Sarankan agar ibu mencoba berkemih di bath tub setelah penjahitan karena
tindakan ini dianggap tidak terlalu nyeri.
b) Diskusikan tentang duduk, menyusui terasa dan kenyamanan,
pengontrolan nyeri (misalnya cool pack) dan jika jahitan terasa ketat atau
mengganggu setelah beberapa hari, jelaskan bahwa menggunting benang
di dalam introitus dapat sangat melegakan.
c) Kebanyakan ibu tidak buang air besar hingga tiga hari pascapartum,
diskusikan topik inoi dan jelaskan bahwa ibu tidak akan mengalami “lepas
jahitan”. Jelaskan pada ibu tentang higiene dan cebok, mengelap dengan
perlahan dari arah depan ke belakang, menyokong perineum dengan
bantalan pada saat buang air besar, dll.
2.6 Persalinan
2.6.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan adalah rangkaian proses
yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai
dengan kontraksi persalinan persalinan sejati, dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Walyani, 2015).
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan
premature atau postmatur, mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi),
selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai
janin tunggal dengan presentase puncak kepala, terlaksana tanpa bantuan
artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta lahir normal. Persalinan
normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta (Walyani, 2015).
Persalinan normal menurut Word Health Organization (WHO) adalah
persalinan yang dimulai secara spontan beresiko rendah pada awal persalinan
dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan
presentasi belakang kepada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu
lengkap. Setelah persalinan dan bayi dalam keadaan baik (Walyani, 2015).
Persalinan normal adalah proses persalinan yang terjadi secara alami yakni ibu
mengalami kontraksi rahim melalui pembukaan-pembukaan hingga pada
pembukaan tertentu agar dapat mengeluarkan bayi dan plasenta dari dalam
rahim atau dengan kata lain, proses persalinan tanpa menggunakan alat bantu.
Pada persalinan normal, bayi biasanya dilahirkan melalui vagina karena
posisi bayi normal mempunyai letak belakang kepala/ubun-ubun tepat berada
di jalan lahir. Proses persalinan ini umumnya berlangsung kuran dari 24 jam.
Agar bayi dan plasenta bisa dilahirkan dengan normal, terdapat tiga faktor
penting yang harus diperhatiakan, yakni kondisi janin, kondisi jalan lahir, dan
kekuatan ibu ketika mengejan (Lammarisi, 2015).
3 Cara persalinan
Menurut Walyani (2015), cara persalinan yaitu :
a) Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya
bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat- alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam.
b) Partus luas biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengana
bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesareai.
4 Sebab-sebab Terjadinya Persalinan
Walyani (2015), sebab terjadinya persalinan sampai saat ini masih
merupakan teori-teori yang komplek. Faktor-faktor humoral, pengaruh
prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut
sebagai faktor yang mengakibatkan partus mulai. Perubahan-perubahan dalam
biokomia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya
partus, antara lain penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Seperti
diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus.
sadari dan mau tak mau harus berlangsung.untuk membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan oleh ibu
hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan dirinya sendiri
atu bagi bayinya.bila ada anggota keluarga yang hadir untuk melayani sebagai
POSISI PERSALINAN
Posisi Rasional
perineum
melakukan rotasi,
memperbesar ukuran
panggul,memperbesar dorongsn
untuk meneran
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey
observasional . Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Cross Sectional.
3.2 Tempat dan waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desembar 2021 sampai bulan April
laporan akhir.
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampil
3.3.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah
seluruh ibu hamil yang ada di Klinik Bidan Rosita sebanyak 32
orang
3.3.2 Sampel
Defenisi Operasional
3
Dependen:
Ruptur Ruptur perineum Alat ukur Ordin Ringan=
al jika
perineum adalah terjadinya yang di
derajat I-
robekan jalan lahir gunakan II
Berat
pada ibu bersalin saat adalah =jika
melahirkan. kuesuioner derajat
III-IV
A. Aspek Pengukuran
pemenuhan gizi ibu selama hamil dengan menentukan nilai skor dari
kuesioner. Responden diminta untuk memberi tanda check list (√) pada
B. Etika Penelitian
yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini meliputi : respect for privacy
1. Editing
2. Coding
Peneliti melakukan Coding data yaitu peneliti membuat kode untuk hasil
3. Entry
Peneliti melakukan entry data, data yang sudah diubah menjadi kode
dan sudah bekerja sama dengan pihak MOI dan BPJS kesehatan yang terletak di
jalan Jend. Sudirman No. 56, RW. LK. 2, Perdamaian, Kec. Stabat, Kabupaten
Penelitian ini dilakukan di Bidan wanti pada bulan maret s/d April 2022.
sebulan, menolong persalinan 24 jam, Imunisasi balita, pelayanan KB, pijat bayi,
pijat nifas, baby Spa, rata- rata kunjungan hamil ada 30 /bulan, tara-rata
persalinan ada 15 orang / bulan, pelayanan nifas sampai tali pusat putus,
informasi atau penyuluhan yang dilakukan pada ibu hamil tidak ada kecuali jika
ada pertanyaan dari ibu hamil itu sendiri. Dokumentasi 7T dilakukan setiap ada
ibu hamil yang berkunjung yang diisi dalam buku KIA pasien, pelayanan posyandu
dilakukan sekali/ bulan oleh puskesmas, keadaan ruangan baik yang terdiri dari
ruangan pemeriksaan pasien umum dan ibu hamil, ruangan persalinan yang
disertai dengan AC dan perlengkapan ruangan yang nyaman, ruangan nifas yang
B. Hasil Penelitian
Hamil Dengan Antropometri Diklinik Bidan Wanti 2022”, adalah sebagai berikut:
Analisis Univariat
Tabel 4.1
Usia F %
<20 tahun 6 19,4
20-35 tahun 23 74,2
>35 tahun 2 6,5
Pendidikan
SD 15 48,4
SMP 5 16,1
SMA 8 25,8
Perguruan Tinggi 3 9,7
Pekerjaan
IRT 27 87,1
Karyawan Swasta 4 12,9
Paritas
Primipara 17 54,8
Multipara 14 45,2
Jarak Kelahiran
<2 tahun 4 12,9
>2 tahun 10 32,3
Tidak Ada 17 54,8
Berat Badan Lahir
Bayi
Normal 31 100
Diatas Normal 0 0
Total 31 100
Kelompok usia di Klinik Rosita, menunjukkan bahwa dari 31 jumlah responden
yang dilihat dari klasifikasi data keterangan menurut WHO (2015), maka usia
responden yang paling banyak yaitu kategori 20-35 tahun sebanyak 23 orang
(74,2%), dan yang paling sedikit yaitu kategori >35 tahun sebanyak 2 orang
(6,5%). untuk pendidikan responden yang paling banyak yaitu sekolah dasar (SD)
sebanyak 15 orang (48,4%), dan yang paling sedikit yaitu Perguruan Tinggi
responden yang paling banyak yaitu ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 27 orang
responden yang paling banyak yaitu Primipara sebanyak 17 orang (54,8%), dan
yang paling paling banyak yaitu <2 tahun sebanyak 4 responden 12,9%),
(32,3%).
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian
Ruptur Perineum Di Klinik Rosita 2022
B.1 Pembahasan
yang di lihat dari pendidikan terakhir, maka pendidikan terakhir responden yang
paling banyak adalah sekolah dasar (SD) responden (48,4%), dan yang paling
sedikit adalah perguruan tinggi responden (9,7% ) ibu bersalin di Klinik Rosita.
Menurut Notoatmodjo (2016), salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka
pengetahuan yang dimiliki akan semakin banyak atau tinggi berhubungan karena
kemampuan memahami informasi yang diterima. Persiapan yang baik selama
kehamilan dan selama menjelang proses persalinan, dan menjaga kesehatan
selama kehamilan, sangat berhubungan dengan pendidikan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aswad (2017), yang berjudul gambaran
angka kejadian ruptur perineum tingkat I, II dan III di RSUD Syeh Yusuf Gowa
periode januari sampai Desember tahun 2016 dengan kesimpulan penelitian
yaitu kejadian ruptur perineum berdasarkan tingkat pendidikan dari 328
responden yang mengalami ruptur perineum terbanyak dengan pendidikan
rendah (SD dan SMP) sebanyak 226 responden (68,8%). Pendidikan yang rendah
sangat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola
hidup terutama dalam pengetahuan juga memotivasi untuk sikap berperan serta
dalam pembangunan.