Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organitation (2016) mencatat setiap hari sekitar 830 wanita
meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan persalinan diseluruh
dunia. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% kematian pada
kehamilan dan persalinan adalah perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi selama
kehamilan (preeklampsia dan eklampsia), komplikasi persalinan, aborsi dan
sisanya disebabkan oleh atau terkait dengan penyakit seperti AIDS dan malaria.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014) mengungkapkan faktor-faktor
penyebab langsung kematian ibu hamil dan persalinan yaitu karena perdarahan
(30,3%), hipertensi (27,1%), infeksi (7,3%), dan lain – lain (40,8 %). Sedangkan
faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena faktor terlambatan
penanganan, faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Pada tahun
2015 insiden AKI di Indonesia mengalami penurunan yaitu 305/100.000 kelahiran
hidup dibandingkan tahun 2012 dengan insiden angka 359/100.000 kelahiran
hidup (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis. Pada proses ini
diharapkan ibu akan melahirkan secara normal dan berada dalam keadaan sehat.
Namun apabila proses kehamilan tidak dijaga dan proses persalinan tidak dikelola
dengan baik, maka ibu dapat mengalami berbagai komplikasi selama kehamilan,
persalinan, masa nifas atau postpartum, bahkan dapat menyebabkan kematian
(Manuaba, 2009). Periode postpartum atau nifas adalah waktu penyembuhan,
waktu perubahan, dan waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian
terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2013). Menurut Departemen
Kesehatan RI, lamanya masa postpartum dihitung dari saat selesai persalinan
sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil dan lamanya
masa postpartum kurang lebih 6 minggu. Pada masa ini kematian ibu masih dapat
terjadi akibat perdarahan atau infeksi (Ambarwati, 2010). Infeksi pada masa
postpartum kemungkinan berasal dari luka jahitan perineum yang mengalami
infeksi. Luka jahitan ini disebabkan oleh episiotomi atau luka sayatan yang
mengalami infeksi dan akibat robekan jalan lahir atau robekan perineum. Luka
jahitan yang disebabkan episiotomi maupun robekan perineum membutuhkan
waktu untuk sembuh 6 hingga 7 hari. Menurut Handayani (2014) dalam
penelitianya menyebutkan bahwa pengetahuan; gizi; dan personal hygiene
berpengaruh terhadap penyembuhan luka perineum di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Sedangkan menurut Smeltzer (2002),
fase penyembuhan luka tergantung pada beberapa faktor, antara lain pengetahuan,
personal hygiene, mobilisasi dini, gizi, status ekonomi, dan cara perawatan
perinum yang benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Luka

Perineum Luka perineum didefinisikan sebagai robekan pada jalan lahir


maupun karena episiotomi pada saat melahirkan janin. Robekan perineum terjadi
pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada
persalinan berikutnya. Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah
panggul yang terletak antara vulva dan anus (Wiknjosastro, 2005).

b. Klasifikasi Luka Perineum

Klasifikasi luka perineum apabila dilihat dari peyebabnya terbagi menjadi dua
(Wiknjosastro, 2005). Dibawah ini merupakan klasifikasi luka perineum, yaitu:

1) Ruptur perineum spontan

Ruptur perineum spontan adalah luka pada perineum yang terjadi karena sebab-
sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi
pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur (Wiknjosastro, 2005).

2) Ruptur perineum disengaja (Episiotomi)

Ruptur perineum disengaja (Episiotomi) adalah luka pada perineum yang


terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum
(Wiknjosastro, 2005). Terdapat empat derajat laserasi jalan lahir (Damayanti et
al., 2015). Dibawah ini merupakan derajat laserasi jalan lahir, yaitu:

 Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum


 Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum.
 Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot spingter ani eksterna
 Derajat IV : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
spingter ani eksterna, dinding rektum anterior.

c.Tujuan Perawatan Luka Perineum

Tujuan perawatan luka perineum, yaitu:

 Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun di


dalam uterus, karena saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang
masuknya kuman-kuman sehingga mudah terjadi infeksi pada jahitan
perineum saluran vagina dan uterus.
 Untuk penyembuhan luka perineum (jahitan perineum)
 Untuk kebersihan perineum dan vulva (Nurhidayah, 2017).

d.PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

1.Alat yang dibutuhkan

 Retraktor, spekulum (3)


 Forsep gigi (2)
 Needle holder (1)
 Forsep Allis (4)
 Forsep arteri (6)
 Gunting Mitzenbaum (1)
 Gunting benang/pemotong jahitan (1)
 Forsep pemegang kassa (1)

2.BAHAN

 Sarung tangan steril


 Kassa steril
 Povidon iodine robekan perineum derajat I dan II
 Lidocain 0,5-1%
 Benang
 Jarum

e.Cara Merawat Luka Perineum Setelah Melahirkan

Cara perawatan luka jahitan perineum ternyata mempengaruhi lama


penyembuhan luka, hal ini berarti semakin baik perawatan luka perineum maka
semakin cepat kesembuhan luka perineum (Trisnawati, 2015). Perawatan luka
perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena
lokea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi pada perineum (Trisnawati, 2015). Dalam proses
penyembuhan luka terdapat fase inflammatory yang merupakan suatu perlawanan
terhadap infeksi dan sebagai jembatan antara jaringan yang mengalami injury dan
untuk pertumbuhan sel – sel baru. Sehingga apabia luka perineum mengalami
infeksi karena tidak dilakukan perawatan dengan baik dan benar, maka fase
inflammatory akan memanjang dan menghambat terjadinya fase proliferasi,
sehingga luka akan lebih lama sembuh (Suriadi, 2004).
Jahitan pada luka perineum tentu akan sembuh setelah beberapa waktu.
Namun, penting bagi Mums untuk mengikuti instruksi dari dokter mengenai
perawatan setelah melahirkan normal. Instruksi tersebut berguna untuk
mengurangi rasa nyeri, mencegah infeksi, dan mempercepat penyembuhan.

Secara garis besar, biasanya dokter akan menyarankan beberapa tips


berikut untuk merawat luka perineum: 
 Untuk membersihkan vagina dan bagian perineum setelah buang air , gunakan
air hangat.
 Keringkan area vagina dan perineum menggunakan tisu atau kain yang bersih.
 Ganti pembalut setiap 4-6 jam.
 Biarkan perineum dan vagina sembuh dengan sendirinya. Artinya, jangan
terlalu sering mengecek dan menyentuhnya.
 Jangan takut untuk BAB karena jahitannya tidak akan robek. Namun untuk
memudahkan dan melancarkan BAB, minumlah banyak cairan dan
konsumsilah buah dan sayuran segar.
 
f.Mengurangi Nyeri Luka Perineum

Untuk membantu mengurangi nyeri pasca-pemulihan luka perineum, Mums


bisa melakukan beberapa tips berikut:
 Coba tempelkan kompres es batu yang dibungkus dengan kain flanel di area
perineum untuk meredakan peradangan.
 Berendam menggunakan metode sitz bath dengan air hangat selama 20 menit
bisa dilakukan 3 kali sehari untuk mengurangi ketidaknyamanan.
 Dokter juga biasanya akan merekomendasikan anestetik supaya bagian
perineum mati rasa.
 Hindari melakukan aktivitas yang bisa menyebabkan peregangan. Sebisa
mungkin jangan berdiri atau duduk terlalu lama, karena bisa meningkatkan
nyeri perineum.
 Gunakan bantal berbentuk donat yang biasanya dijual untuk penderita
ambeien. Bantal tersebut dapat memberikan kenyamanan saat Mums duduk.

g.Cara Mempercepat Pemulihan Luka Perineum 

Melakukan olahraga kegel dan pijat perineum  1 bulan sebelum melahirkan


memang membantu area perineum lebih elastis saat meregang pada proses
kelahiran. Setelah melahirkan, tetap lanjutkan senam kegel sesegera mungkin
untuk menstimulasi sirkulasi dan mempercepat proses pemulihan.
Senam kegel memang baik untuk otot vagina. Selain itu, senam kegel setelah
melahirkan bisa menurunkan risiko Mums terkena inkontinensia urine,
kondisi ketika seseorang kehilangan kontrol kandung kemih, sehingga
bisa buang air kecil secara tiba-tiba.
h..Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai (Mitayani, 2013). Hasil evaluasi yang diharapkan
adalah klien terhindar dari risiko infeksi, luka perineum sembuh dalam jangka
waktu yang diharapkan, mengungkapkan pemahaman terhadap pendidikan
perawatan luka perineum yang telah diberikan, dan melakukan aktivitas/prosedur
yang tepat. Apabila kemajuan kesehatan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
maka intervensi perlu dimodifikasi (Bobak, Lowdemilk & Jansen, 2004).
B.PERAWATAN LUKA POST SC
1. Definisi sectio caesarea
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan yang dilakukan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut serta dinding uterus untuk melahirkan janin dari
dalam rahim (Padila, 2015). Sectio caesarea yaitu suatu persalinan yang dibuat
dimana janin yang dilahirkan dengan cara melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim serta berat janin diatas 500 gram (Jitowiyono & Kristiyanasari,
2012).
2. Definisi luka operasi
Luka yang sering terjadi diarea kebidanan yaitu, luka episiotomi, luka bedah
sectio caesarea, luka bedah abdomen karena kasus ginekologi, atau luka akibat
komplikasi proses persalinan (Maryunani, 2014). Luka merupakan suatu keadaan
yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan. Penyebabnya bisa karena
trauma, operasi, ischemia, dan tekanan (Ekaputra, 2013). Luka adalah suatu
keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh dan mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari –
hari (Damayanti, Pitriani, & Ardhiyanti, 2015). Luka Operasi yaitu luka akut yang
dibuat oleh ahli bedah yang bertujuan untuk terapi atau rekonstruksi (Murtutik &
Marjiyanto, 2013).
3. Definisi perawatan
luka operasi post sectio caesarea Perawatan luka pada pasien diawali dengan
pembersihan luka selanjutnya tindakan yang dilakukan untuk merawat luka dan
melakukan pembalutan yang bertujuan untuk mencegah infeksi silang serta
mempercepat proses penyembuhan luka (Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2012).
Perawatan pasca operasi adalah perawatan yang dilakukan untuk meningkatkan
proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dengan cara merawat luka
serta memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin (Riyadi &
Harmoko, 2012).
4. Tujuan perawatan luka post sectio caesarea
Tujuan dari perawatan luka menurut Maryunani, (2013) yaitu :
 Mencegah dan melindungi luka dari infeksi.
 Menyerap eksudat.
 Melindungi luka dari trauma.
 Mencegah cendera jaringan yang lebih lanjut.
 Meningkatkan penyembuhan luka dan memperoleh rasa nyaman.

5. Persiapan alat 

1.Kasa Spons

Spons kasa adalah persediaan penting dan serbaguna untuk perawatan luka
pengidap. Spons ini dapat digunakan untuk menyerap cairan tubuh berlebih
sebelum membalut luka dan memberikan penghalang steril terhadap kotoran dan
bakteri juga. 

2. Bantalan Alkohol

Bantalan alkohol disegel dan dikemas secara individual yang digunakan untuk
membersihkan dan menyiapkan kulit untuk injeksi atau sayatan. Banyak luka
mungkin mengharuskan pengidap untuk menerima suntikan atau menjalani
prosedur bedah yang melibatkan sayatan. Bantalan alkohol membantu mencegah
bakteri memasuki tubuh ketika kulit tertusuk atau terkoyak.

3. Masker Pengait Wajah

Masker wajah sekali pakai yang aman dan nyaman di telinga efektif untuk
melindungi pengidap dan profesional perawatan medis mereka. Masker ini
memberikan penghalang terhadap patogen dan bakteri di udara yang dapat
menginfeksi dan memperumit tingkat luka pengidap.

4. Kit Pengangkatan Jahitan

Banyak jenis luka mungkin ditutup oleh jahitan yang perlu diangkat setelah luka
ditutup dan sembuh. Kit jahitan berisi alat steril pra-paket, seperti gunting littauer
logam, forceps, dan kasa yang diperlukan untuk menghapus jahitan dengan aman.
Peralatan ini nyaman, steril, dan membantu mencegah masuknya bakteri secara
tidak sengaja ke luka penyembuhan.

5. Sarung Tangan Medis

Sama seperti masker wajah, sarung tangan medis membantu melindungi


profesional perawatan medis dan pengidap mereka.
6.Aplikator Berujung Kapas

Aplikator berujung kapas memiliki beragam kegunaan dalam lingkungan medis


profesional. Alat ini dapat digunakan untuk membersihkan luka serta kulit di
sekitarnya. 

7.Cara perawatan
1.Rutin mengganti perban

 Jika Anda menggunakan balutan perban yang harus rutin diganti, rutin
ganti perban tersebut setiap 1 kali dalam sehari.
 Segera ganti balutan perban bila kondisinya basah, lembap, atau terasa
tidak nyaman sebagai cara merawat atau perawatan luka post sc (pasca
operasi caesar).

2. Tidak mengangkat benda berat

 Cara merawat atau perawatan bekas luka lainnya yakni dengan


menghindari mengangkat sesuatu yang terlalu berat selama kurang lebih 2
minggu setelah operasi caesar (post sc).
 Sebab hal ini berisiko membuat luka operasi bermasalah dan lama
sembuh.

3. Jaga luka tetap bersih

 Jaga agar area sayatan selalu bersih dan kering dengan rutin
membersihkannya dengan sabun dan air bersih tanpa harus digosok terlalu
kuat.
 Cara merawat atau perawatan bekas luka pasca operasi caesar (post sc) ini
dapat membantu mempercepat penyembuhan.

4. Hindari berendam

 Hindari berendam di bak mandi dan berenang sampai dokter mengizinkan


Anda untuk melakukannya, mengutip dari Medline Plus.
 Upaya ini dapat dilakukan sebagai perawatan luka post sc (caesar) di
rumah.

 Menjaga luka tetap kering. Dalam waktu 24 jam setelah operasi, jangan


biarkan luka Anda terkena cairan. ...
 Membatasi aktivitas pada tempat luka. ...
 Menjaga luka tetap bersih. ...
 Memilih plester yang sesuai untuk luka besar. ...
 Menerapkan pola hidup sehat.
 

file:///C:/Users/ACER/Downloads/BAB%20II%20%20P1337424414007.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1968/9/9.%20KARYA%20TULIS
%20ILMIAH.pdf

Anda mungkin juga menyukai